Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sasaran Millennium Development Goals (MDGs), dimana Indonesia merupakan salah
satu dari 189 negara yang menandatangani kesepatan pembangunan millennium (MDGs)
pada bulan September tahun 2000. Kesepakatan tersebut berisikan 8 (delapan) misi yang
harus dicapai, yang merupakan komitmen bangsa-bangsa di dunia untuk mempercepat
pembangunan manusia dan pemberantasan kemiskinan, dimana pencapaian sasaran
Millennium Development Goals (MDGs) menjadi salah satu prioritas utama Bangsa
Indonesia.
Salah satu sasaran dari Millennium Development goals (MDGs) adalah Menurunkan
angka kematian bayi dan peningkatan kesehatan ibu, yaitu proses persalinan dan perawatan
bayi harus dilakukan dalam sistem terpadu dalam bentuk pelayanan obstetrik dan neonatus
komprehensif (PONEK) di rumah sakit.
Pelayanan obsetri dan neonatal regional merupakan upaya penyediaan pelayanan bagi
ibu dan bayi baru lahir secara terpadu dalam bentuk Pelayanan Obsetri Neonatal Emergency
Komprehensif (PONEK) di Rumah Sakit. Rumah Sakit PONEK 24 jam merupakan bagian
dari system rujukan dalam pelayanan kedaruratan dalam maternal dan neonatal, yang sangat
berperan dalam menurunkan angka kematian ibu dan bayi baru lahir.
Kunci keberhasilan PONEK adalah ketersediaan tenaga-tenaga kesehatan yang sesuai
kompetensi, prasarana, sarana, dan managemen yang handal.

B. TUJUAN PEDOMAN
1. Tujuan Umum
Terpenuhinya standar Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK)
dalam rangka menurunkan angka kematian bayi dan meningkatkan kesehatan ibu.
2. Tujuan Khusus
a. Terstandarnya pedoman ketenagaan di PONEK.
b. Terstandarnya pedoman sarana prasarana diPONEK.
c. Tersusunnya panduan 10 penyakit terbesar di setiap instalasi pelayanan PONEK.

C. RUANG LINGKUP PELAYANAN


Ruang lingkup pelayanan PONEK di RS dimulai dari garis depan/IGD dilanjutkan ke
kamar operasi/ruang tindakan sampai ke ruang perawatan. Secara singkat dapat
dideskripsikan sebagai berikut:
1 Stabilisasi di IGD dan persiapan untuk pengobatan definitif.
2 Penanganan kasus gawat darurat oleh tim PONEK RS di ruang tindakan.
3 Penanganan operatif cepat dan tepat meliputi laparatomi dan seksio sesaria.
4 Perawatan intermediate dan intensif ibu dan bayi.
5 Pelayanan Asuhan Ante Natal Risiko Tinggi.

D. BATASAN OPERASIONAL
1 PONEK adalah pelayanan obstetric neonatal emergensi komprehensif.
2 IGD adalah instalasi gawat darurat yang dapat melayani penanganan kasus
kegawatdaruratan maternal dan neonatal serta pelayanan ginekologis.
3 HCU adalah High care unit. Dapat melayani pengawasan gawat nafas, perawatan
sepsis dan pemantauan terapi cairan
4 NICU adalah pelayanan neonatal intensif care unit. DiRumah Sakit type B dapat
melayani pelayanan neonatal intensif level III.
5 Instalasi rawat inap mencakup ruang nifas (post natal) dan NICU.
6 Pelayanan penunjang medik meliputi instalasi laboratorium yang mencakup pelayanan
darah dan Instalasi Radiologi.

E. LANDASAN HUKUM
Dasar hukum yang digunakan dalam penyusunan ini adalah sebagai berikut :
1 Keputusan Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan mengeluarkan Standar Akreditasi
Rumah Sakit Nomor HK.02.04/I/2790/11 tentang Standar Akreditasi Rumash Sakit;
2 Keputusan Komisi Akreditasi Rumah Sakit tahun 2012 tentang Panduan Penyusunan
Dokumen Akreditasi
3 Undang - undang Republik Indonesia Nomor 29 tahun 2004 tentang praktek
kedokteran
4 KEPMENKES RI no 1333/MENKES/SK/XII/1999 tentang Standar pelayanan Rumah
Sakit.
5 DIRJEN YANMED, DEPKES RI, 2007 tentang Pedoman, penyelenggaraan
PONEK di rumah Sakit,
6 DIRJEN YANMED, DEPKES RI, 2007 tentang Pedoman Pelaksanaan Perlindungan
Ibu dan Bayi secara Terpadu dan Paripurna menuju Rumah Sakit Sayang Ibu dan
bayi
7 Kepmenkes RI No. 1457/menkes/SK/X/2003 tentang Standar Pelayanan Minimal
Bidang Kesehatan Di Kabupaten/Kota
8 Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1202/Menkes/SK/VII/2003 tentang Indikator
Indonesia Sehat 2010 dan Pedoman Penetapan Indikator Provinsi Sehat dan
Kabupaten/Kota sehat.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA
Kualifikasi sumber daya manusia di Tim PONEK adalah :
1. Ketua Tim PONEK
a. Pendidikan minimal Strata I
b. Memiliki Surat tanda Registrasi
c. Memiliki kemampuan manajerial
d. Masa kerja minimal 2 tahun
2. Dokter Spesialis Obgyn
a. Pendidikan dokter spesialis
b. Memiliki Surat Tanda Registrasi
c. Memiliki Surat Ijin Praktik di Rumah Sakit Umum Bunga Melati
3. Dokter Spesialis Anak
a. Pendidikan dokter spesialis
b. Memiliki Surat Tanda Registrasi
c. Memiliki Surat Ijin Praktik di Rumah Sakit Umum Bunga Melati
4. Dokter Umum
a. Pendidikan dokter
b. Memiliki Surat tanda Registrasi
c. Memiliki Surat ijin Praktik
d. Telah mengikuti dan memiliki sertifikat PONEK
e. Telah mengikuti dan memiliki Sertifikat GELS (General Emergency Life Support)
f. Telah mengikuti dan memiliki Sertifikat PPGD-ON
5. Penanggung jawab instalasi
a. Pendidikan minimal D III Kebidanan
b. Memiliki Surat tanda Registrasi
c. Memiliki sertifikat pelatihan PONEK
d. Memiliki kompetensi yang baik dalam melakukan tindakan pelayanan
e. Pengalaman bekerja sebagai pelaksana minimal 3 tahun
6. Pelaksana
a. Pendidikan minimal S1 kedokteran (bagi dokter)
b. Pendidikan minimal D III Kebidanan (bagi bidan)
c. Memiliki Surat tanda Registrasi
d. Bersedia bekerja dengan system shift
e. Dapat melakukan Bantuan Hidup Dasar
f. Dapat melakukan pelayanan PONEK sesuai dengan kompetensi
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
1. Terdapat dokter spesialis yang telah melakukan pelatihan PONEK yaitu dokter
spesialis :
a. Dokter spesialis obstetric ginekologi
b. Dokter spesialis anak
c. Dokter spesialis anestesi
2. Terdapat dokter umum yang telah melakukan pelatihan PONEK
3. Terdapat bidan dan perawat yang telah melakukan pelatihan PONEK
4. Terdapat radiographer dan analis

C. PENGATURAN JAGA
1. Penanggung jawab instalasi jaga pagi yaitu jam 07.45 wib-17.00 wib
2. Dalam pengaturan jaga pelaksanaan (dokter/bidan/perawat/ radiographer/analis )
pelayanan PONEK terbagi 3 shift yaitu :
a) Shift Pagi : 07.45 – 13.00 WIB
b) Shift Sore : 12.45 – 18.00 WIB
c) Shift Malam : 17.45 – 08.00 WIB
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. DENAH RUANGAN

1 2

3 4

Keterangan :
1. Meja ketua tim PONEK
2. Meja sekretaris
3. Meja penanggung jawab pelayanan medis
4. Meja Penanggung jawab penunjang medis

B. STANDAR FASILITAS
Dalam rangka Program Menjaga Mutu pada penyelenggaraan PONEK harus
dipenuhi hal-hal sebagai berikut:
1. Ruang rawat inap yang leluasa dan nyaman
2. Ruang tindakan gawat darurat dengan instrumen dan bahan yang lengkap
3. Ruang pulih/observasi pasca tindakan
4. Protokol pelaksanaan dan uraian tugas pelayanan termasuk koordinasi internal

Standar fasilitas berdasarkan kriteria ruangan dan peralatan pelayanan PONEK


adalah sbb :
1. Kriteria Umum Ruangan:
a) Struktur Fisik
1) Spesifikasi ruang tidak kurang dari 15-20 m2
2) Lantai harus ditutup dengan lantai porselen atau plastik
3) Dinding harus ditutup dengan porselen atau dicat dengan bahan yang bisa dicuci atau
dilapis keramik
4) Langit-langit di cat dengan cat yang bisa dicuci.
5) Unit harus memiliki area untuk menyiapkan susu formula dan area laktasi
6) Minimal tersedia 6 outlet listrik untuk setiap pasien
7) Harus ada 1 lemari dan meja untuk penyimpanan bahan di ruangan
8) Harus tersedia kulkas khusus untuk susu formula dan ASI
b) Kebersihan
1) Cat dan lantai harus berwarna terang sehingga kotoran dapat terlihat dengan mudah.
2) Ruang harus bersih dan bebas debu, kotoran, sampah atau limbah rumah sakit
3) Hal tersebut berlaku pula untuk lantai, mebel, perlengkapan, instrumen, pintu, jendela,
dinding, steker listrik dan langit-langit.
c) Pencahayaan
1) Pencahayaan harus memadai dan sesuai dengan area dalam ruangan.
2) Pencahayaan harus terang dan memadai baik cahaya alami atau buatan atau listrik
3) Semua jendela harus diberi kawat nyamuk agar serangga tidak masuk.
4) Listrik harus berfungsi baik, kabel dan steker tidak membahayakan dan semua lampu
berfungsi baik dan kokoh
5) Tersedia lampu emergensi
6) Harus ada cukup lampu untuk setiap neonatus.
d) Ventilasi
1) Ventilasi, dapat mencakup sumber alami (jendela), harus cukup jika dibandingkan
dengan ukuran ruang.
2) Kipas angin atau pendingin ruang harus berfungsi baik.
3) Diperlukan pendingin ruangan, suhu ruangan dipertahankan pada 24-26ºC
4) Pendingin ruang harus dilengkapi filter (sebaiknya anti bakteri)
e) Pencucian tangan
1) Tersedia 1 wastafel (uk 50 cm x 60 cm x 15 cm) dengan campuran air panas dan
dingin (bila memungkinkan), kran harus dapat dibuka dengan siku
2) Wastafel harus dilengkapi dengan dispenser sabun atau disinfektan yang dikendalikan
dengan siku atau kaki.
3) Wastafel, keran air dan dispenser harus dipasang pada ketinggian yang sesuai (dari
lantai dan dinding).
4) Tidak boleh ada saluran pembuangan air yang terbuka.
5) Pasokan air panas harus cukup.
6) Harus ada handuk (kain bersih) atau tisu sekali pakai untuk mengeringkan tangan,
diletakkan di sebelah westafel.
7) Di ruangan perawatan neonatus, untuk setiap 3 inkubator harus tersedia 1 wastafel.

2. Kriteria Khusus Ruangan:


a) Area Cuci Tangan di Ruang Obstetri dan Neonatus
Di ruang dengan lebih dari satu tempat tidur, jarak tempat tidur dengan wastafel paling
jauh 6 meter dan paling dekat 1 meter
b) Area Resusitasi dan Stabilisasi di Ruang Obstetri dan Neonatus/IGD
1) Paling kecil, ruangan berukuran 6 m2 dan ada di dalam Unit Perawatan Khusus.
2) Kamar di instalasi Gawat Darurat harus terpisah dari kamar gawat darurat lain. Sifat
privasi ini penting untuk kebutuhan perempuan bersalin dan bayi.
3) Tujuan kamar ini ialah: memberikan pelayanan darurat untuk stabilisasi kondisi
pasien, misalnya syok, henti jantung, hipotermia, asfiksia dan apabila perlu menolong
partus darurat serta resusitasi.
4) Perlu dilengkapi dengan meja resusitasi bayi, inkubator dan peralatan resusitasi
lengkap.
5) Sarana Pendukung, meliputi : toilet, kamar tunggu keluarga, kamar persiapan
peralatan (linen dan instrumen), kamar jaga, ruang sterilisator dan jalur ke ruang
bersalin terletak saling berdekatan dan merupakan bagian dari instalasi gawat darurat.
6) Masing - masing area resusitasi untuk maternal dan neonatal paling kecil berukuran 6
m2
c) Ruang Maternal
Instalasi persalinan
1) Lokasi berdekatan dengan Kamar Operasi dan IGD
2) Luas minimal: 6 m2 per orang. Berarti bagi pasien 1 pasien, 1 penunggu dan 2
penolong, diperlukan 4 x 4 m2 = 16 m2.
3) Paling kecil, ruangan berukuran 12 m2 ( 6 m2 untuk masing-masing pasien)
4) Harus ada tempat untuk isolasi ibu di tempat terpisah.
5) Tiap ibu bersalin harus punya privasi agar keluarga dapat hadir.
6) Ruangan bersalin tidak boleh merupakan tempat lalu lalang orang.
7) Bila kamar operasi juga ada dalam lokasi yang sama, upayakan tidak ada keharusan
melintas pada ruang bersalin.
8) Minimal 2 kamar bersalin terdapat pada setiap rumah sakit umum.
9) Kamar bersalin terletak sangat dekat dengan kamar neonatal, untuk memudahkan
transpor bayi dengan komplikasi ke ruang rawat.
10) Idealnya sebuah ruang bersalin merupakan unit terintegrasi: kala 1, kala 2 dan kala 3
yang berarti setiap pasien diperlukan utuh sampai kala 4 bagi ibu bersama bayinya
secara privasi. Bila tidak memungkinkan, maka diperlukan dua kamar kala 1 dan
sebuah kamar kala 2.
11) Kamar bersalin harus dekat dengan ruang jaga perawat (nurse station) agar
memudahkan pengawasan ketat setelah pasien partus sebelum dibawa ke ruang rawat
(postpartum). Selanjutnya bila diperlukan operasi, pasien akan dibawa ke kamar
operasi yang berdekatan dengan kamar bersalin.
12) Harus ada kamar mandi-toilet berhubungan kamar bersalin.
13) Ruang post partum harus cukup luas, standar: 8 m2 per tempat tidur (bed) dalam
kamar dengan multibed atau standar 1 bed minimal : 10m2.
14) Ruang tersebut terpisah dari fasilitas : toilet, kloset, lemari.
15) Pada ruang dengan banyak tempat tidur, jarak antar tempat tidur minimum 1m s/d 2 m
dan antara dinding 1 m.
16) Jumlah tempat tidur per-ruangan maksimum 4.
17) Tiap ruangan harus menpunyai jendela sehingga cahaya dan udara cukup.
18) Harus ada fasilitas untuk cuci tangan pada tiap ruangan.
19) Tiap pasien harus punya akses ke kamar mandi privasi (tanpa ke koridor).
20) Kamar periksa/diagnostik berisi: tempat tidur pasien/obgin, kursi pemeriksa, meja,
kursi, lampu sorot, troli alat, lemari obat kecil, USG mobile dan troli emergensi.
21) Kamar periksa harus mempunyai luas sekurang-kurangnya 11 m2. Bila ada beberapa
tempat tidur maka per pasien memerlukan 7 m2. Perlu disediakan toilet yang dekat
dengan ruang periksa.
22) Ruang perawat-nurse station-berisi : meja, telepon, lemari berisi perlengkapan
darurat/ obat.
23) Ruang isolasi bagi kasus infeksi perlu disediakan seperti pada kamar bersalin.
24) Ruang tindakan operasi kecil/darurat/one day care : untuk kuret, penjahitan dan
sebagainya berisi; meja operasi lengkap, lampu sorot, lemari perlengkapan operasi
kecil, wastafel cuci operator, mesin anestesi, inkubator, perlengkapan kuret (MVA)
dsb.
25) Ruang tunggu bagi keluarga pasien minimal 15 m2 serta kursi
d) Ruang Neonatal
Unit Perawatan Neonatal Normal
1) Ruangan terpisah (ruang perawatan neonatus) atau rawat gabung ibu bayi harus
tersedia di semua RS atau pusat kesehatan dengan unit atau ruang bersalin (tidak
memandang berapa jumlah persalinan setiap hari)
2) Jumlah boks bayi harus melebihi jumlah persalinan rata-rata setiap hari
3) Suhu dalam ruangan harus terkontrol (24 – 26°C)
Unit Perawatan Neonatal dengan Risiko Tinggi Level II
1) Unit asuhan khusus harus dekat dengan ruang bersalin, bila tidak memungkinkan
kedua ruangan harus berada di gedung yang sama dan harus jauh dari tempat lalu
lintas barang/orang.
2) Area yang diperlukan tidak boleh < 12 m2 (4 m2 untuk tiap pasien)
3) Unit harus memiliki kemampuan untuk mengisolasi bayi:
a) Area terpisah
b) Area terpisah dalam 1 unit
c) Inkubator di area khusus
4) Ruang harus dilengkapi paling sedikit enam steker listrik yang dipasang dengan tepat
untuk peralatan listrik. Steker harus mampu memasok beban listrik yang diperlukan,
aman dan berfungsi baik.
5) Minimal harus ada jarak 1 meter antar inkubator atau tempat tidur bayi.
Unit Perawatan Neontal dengan Risiko Tinggi Level III
1) Fasilitas fisik serupa dengan tingkat II ditambah unit asuhan intensif BBL (NICU)
yang harus berada dekat ruang bersalin dan jauh dari lalu lintas orang/barang
2) Ukuran ruangan NICU 18 m2, paling sedikit 6 – 8 m2 untuk setiap pasien
3) Struktur fisik ruangan NICU yang lain serupa dengan struktur fisik unit neonatologi
tingkat II
e) Area Laktasi
Minimal ruangan berukuran 6 m2, dilengkapi dengan kursi, wastafel dan tempat sampah.
f) Area Pencucian Inkubator
Minimal ruangan berukuran 6-8 m2, dilengkapi dengan pasokan air dan lubang
pembuangan.
g) Ruang Operasi
1) Unit operasi diperlukan untuk tindakan operasi seksio sesarea dan laparotomi.
2) Idealnya sebuah kamar operasi mempunyai luas: 25 m dengan lebar minimum 4 m, di
luar fasilitas: lemari dinding. Unit ini sekurang-kurangnya ada sebuah bagi bagian
kebidanan.
3) Harus disediakan unit komunikasi dengan kamar bersalin. Di dalam kamar operasi
harus tersedia: pemancar panas, inkubator dan perlengkapan resusitasi dewasa dan
bayi.
4) Ruang resusitasi ini berukuran: 3 m2. Harus tersedia 6 sumber listrik.
5) Kamar pulih ialah ruangan bagi pasien pasca bedah dengan standar luas: 8 m2/bed,
sekurang-kurangnya ada 2 tempat tidur, selain itu isi ruangan ialah: meja, kursi
perawat, lemari obat, mesin pemantau tensi/nadi oksigen dsb, tempat rekam medik,
inkubator bayi, troli darurat.
6) Harus dimungkinkan pengawasan langsung dari meja perawat ketempat pasien.
Demikian pula agar keluarga dapat melihat melalui kaca.
7) Perlu disediakan alat komunikasi ke kamar bersalin dan kamar operasi, serta telepon.
Sekurang-kurangnya ada 4 sumber listrik/bed.
8) Fasilitas pelayanan berikut perlu disediakan untuk unit operasi:
a) Nurse station yang juga berfungsi sebagai tempat pengawas lalu orang.
b) Ruang kerja-kotor yang terpisah dari ruang kerja bersih- ruang ini berfungsi
membereskan alat dan kain kotor. Perlu disediakan tempat cuci wastafel besar
untuk cuci tangan dan fasilitas airpanas/dingin. Ada meja kerja dan kursi-
kursi, troli-troli.
c) pembuangan kotoran/cairan.
d) Kamar pengawas OK : 10 m2
e) Ruang tunggu keluarga: tersedia kursi-kursi, tersedia toilet.
f) Kamar sterilisasi yang berhubungan dengan kamar operasi. Ada autoklaf besar
berguna bila darurat.
g) Kamar obat berisi lemari dan meja untuk distribusi obat.
h) Ruang cuci tangan (scrub) sekurangnya untuk dua orang, terdapatdi depan
kamar operasi/kamar bersalin. Wastafel itu harus dirancang agar tidak
membuat basah lantai. Air cuci tangan dianjurkan air yang steril dan mengalir.
i) Ruang kerja bersih. Ruang ini berisi meja dan lemari berisi linen,baju dan
perlengkapan operasi. Juga terdapat troli pembawa linen.
j) Ruang gas/ tabung gas.
k) Gudang alat anestesi: alat/mesin yang sedang direparasi, dibersihkan, meja dan
kursi.
l) Gudang 12 m2 : tempat alat-alat kamar bersalin dan kamar operasi.
m) Kamar ganti: pria dan wanita masing-masing 12 m2, berisi loker,meja, kursi
dan sofa/tempat tidur, ada toilet 3 m2.
n) Kamar diskusi bagi staf dan paramedik: 15 m2.
o) Kamar jaga dokter: 15 m2.
p) Kamar paramedik: 15 m2.
q) Kamar rumah tangga (house keeping): berisi lemari, meja, kursi, peralatan
mesin isap, sapu, ember, perlengkapan kebersihan, dsb.
r) Ruang tempat brankar dan kursi dorong.
h) Ruang Penunjang harus disediakan seperti :
1) Ruang perawat/bidan
2) Kantor perawat
3) Ruang rekam medik
4) Toilet staf
5) Ruang staf medik
6) Ruang loker staf/perawat
7) Ruang rapat/konferensi
8) Ruang keluarga pasien
9) Ruang cuci
10) Ruang persiapan diperlukan bila ada kegiatan persiapan alat/bahan
11) Gudang peralatan
12) Ruang kotor-peralatan-harus terpisah dari ruang cuci/steril. Ruang ini mempunyai
tempat cuci dengan air panas-dingin, ada meja untuk kerja.
13) Ruang obat : wastafel, meja kerja dsb.
14) Ruang linen bersih.
15) Dapur kecil untuk pembagian makan pasien.
3. Kriteria Peralatan dan Perlengkapan Umum:
a) Area Cuci tangan
1) Wastafel
Wastafel cuci tangan ukuranya cukup besar sehingga air tidak terciprat dan dirancang
agar air tidak tergenang atau tertahan.
2) Wadah gaun bekas
3) Rak/gantungan pakaian4) Rak sepatu
4) Lemari untuk barang pribadi
5) Wadah tertutup dengan kantung plastik
Harus disediakan wadah terpisah untuk limbah organik dan non organik
6) Sabun
Tersedia sabun dalam jumlah cukup, lebih disukai sabun cair anti bakteri dalam
dispenser dengan pompa.
7) Handuk
Harus ada handuk untuk mengeringkan tangan. Dapat berupa kain bersih atau tisu.

b) Area Resusitasi dan Stabilisasi di Ruang Neonatus/IGD


1) Steker listrik
a) Ruang harus dilengkapi paling sedikit tiga steker yang dipasang dengan tepat untuk
peralatan listrik
b) Steker harus mampu memasok beban listrik yang diperlukan, aman dan berfungsi
baik.
2) Meja periksa untuk neonatus
a) Meja harus ditutup dengan lapisan kasur busa, lembar plastik utuh dan seprai bersih.
b) Bagian logam harus bebas karat.
3) Jam dinding
Harus menunjukkan waktu yang tepat dan berfungsi baik.
4) Meja Perlengkapan
5) Selimut
Harus ada cukup selimut untuk menutupi ibu dalam jumlah yang sesuai dengan
perkiraan persalinan.
6) Perlengkapan
7) Pasokan oksigen
c) Level SCN
1) Harus ada dua tabung oksigen dengan satu regulator dan pengukur aliran (jika ada
oksigen dengan sistem pipa di dinding, lihat standar untuk level NICU)
2) Tabung oksigen cadangan harus selalu terisi penuh.
3) Harus ada pengatur kadar oksigen.
d) Level Intermediate/NICU
1) Harus ada oksigen dengan sistem pipa dengan jumlah outlet yang sama dengan jumlah
penghangat.
2) Harus ada dua tabung oksigen dengan satu regulator dan pengatur aliran sebagai
cadangan.
3) Tabung oksigen cadangan harus selalu terisi penuh

4. Kriteria Peralatan dan Perlengkapan Khusus:


a) Unit Perawatan Khusus
1) Steker listrik
Ruang harus dilengkapi paling sedikit enam steker yang dipasang dengan tepat untuk
peralatan listrik. Steker harus mampu memasok beban listrik yang diperlukan, aman
dan berfungsi baik.
2) Mebel Lemari instrument
a) Harus ada satu lemari dan meja untuk penyimpanan bahan pasokan umum, selain
dari lemari dan meja untuk menyimpan bahan-bahan untuk ruang isolasi.
b) Rak dan lemari kaca tidak boleh retak (agar tidak luka)
3) Lemari es
4) Meja
a) Harus ada meja di area administrasi dan penyuluhan.
b) Harus dicat dengan bahan yang dapat dibersihkan / dicuci.
5) Kursi
Harus ada tiga kursi di area administrasi dan edukasi yang berfungsi baik.
6) Wadah sampah tertutup dengan kantong plastik.
7) Jam dinding
Harus menunjukkan waktu yang tepat dan berfungsi baik.
8) Pasokan oksigen dan medical air/ udara tekan.
Level II
a) Harus ada dua tabung oksigen dan empat tabung medical air, masing-masing satu
regulator dan pengatur aliran.
b) Aliran (jika ada oksigen dan medical air dengan sistem pipa didinding, lihat standar
untuk tingkat III / NICU)
c) Tabung oksigen dan medical air cadangan harus selalu terisi penuh.
d) Harus ada pengatur kadar oksigen dan medical air.
9) Lampu darurat
10) Inkubator, asuhan normal
a) Paling sedikit harus ada 3 inkubator yang berfungsi baik.
b) Paling sedikit harus ada jarak 1 m2 antara inkubator atau tempat tidur bayi
11) Penghangat (Radiant warmer)
Paling sedikit harus ada satu penghangat yang berfungsi baik.
12) Timbangan bayi
Paling sedikit harus ada satu timbangan bayi yang berfungsi baik disetiap ruangan.
13) Alat / Instrumen
a) Harus ada ekstraktor vakum yang berfungsi.
b) Ada forceps naegle
c) Ada Aspirasi Vakum Manual (AVM)
d) Harus ada pompa vakum listrik yang dapat dibawa dengan pengatur
e) Hisapan, selang dan reservoar bersih atau kanister sebagai cadangan.
14) Pulse Oximeter
15) Generator listrik darurat
Harus ada generator listrik cadangan yang dioperasikan jika pasokan listrik utama
tidak ada.
b) Kamar bersalin
Harus ada wastafel besar untuk cuci tangan penolong dan sumber listrik sebanyak 4
pada titik yang berbeda.

5. Jenis Peralatan Neonatal


a. Peralatan resusitasi neonatus (pemanas, balon resusitasi, balon resusitasi yang
dilengkapi dengan alat untuk memberikan PEEP, selang oksigen/connector, masker,
T-Piece resusitator, pipa ET, penghisap.
b. Laringoskop neonatus dengan 3 bilah lurus (ukuran 1, 0 dan 00). Batere AA
(cadangan) untuk bilah laringoskop dan bola lampu laryngoskop cadangan.
c. Minimal 5 inkubator termasuk inkubator asuhan intensif Level II dengan asumsi 1
ruangan minimal 12 m2, dengan maksimal 3 inkubator, tersedia:
1) unit terapi sinar
2) alat pemantau kardio-respirasi
3) pulse oksimeter
4) syringe pump
5) steker 8 buah untuk setiap inkubator
d. Untuk setiap setiap inkubator harus tersedia:
1) 1 outlet oksigen pada level II
2) 1 outlet udara bertekanan pada level II
3) 1 penghisap pada level II
a) 2 unit alat terapi sinar konvensional dan atau intensif
b) 1 alat pengukur ikterus
c) Alat pemeriksa glukosa
d) Complete set Nasal CPAP
e) Tabung oksigen cadangan/konsentrator oksigen
f)Tabung medical air cadangan
4) Pasokan oksigen dan medical air Level III
a) Harus ada oksigen dan medical air dengan sistem pipa dengan jumlah outlet
yang sama dengan jumlah alat penghangat.
b) Harus ada dua tabung oksigen dan empat tabung medical air, masing-masing
dengan satu regulator dan pengatur aliran serta cadangan.
c) Tabung cadangan harus selalu terisi penuh.
1) Perangkat resusitasi
2) Analisis Gas Darah
3) Lemari es untuk menyimpan ASI perah.
4) Alat Pasteurisasi ASI perah
5) 1 Alat ukur ikterus
d) Lampu darurat
e) Stetoskop neonatus
f) Balon yang bisa mengembang sendiri berfungsi baik.
g) Selang reservoar oksigen
h) Masker oksigen (ukuran bayi cukup bulan dan prematur)
i) Pipa endotrakeal
j) Plester
k) Gunting
l) 1 Kateter penghisap
m) Naso Gastric Tube
n) Alat suntik 1, 2 1/2 , 3, 4, 10, 20, 50 cc
o) Ampul Epinefrin / Adrenalin
p) NaCl 0,9% / Larutan Ringer Asetat / RL
q) Dextrose 10%
r) Sodium bikarbonat 8,4%
s) Penghangat (Radiant warmer). Harus ada sedikitnya satu penghangatyang
berfungsi baik.
t) Kateter Vena
u) Alat uji glukosa
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

Tata laksana pelayanan dalam PONEK diantaranya pelayanan Kesehatan Maternal


dan Neonatal adalah sbb :
A. Pelayanan Kehamilan
Petugas kesehatan melakukan pelayanan kehamilan sesuai dengan standar pelayanan
antenatal, diantaranya :
a. Melakukan anamnesis secara lengkap, yaitu :
1) Riwayat kehamilan sekarang
2) Riwayat obstetri masa lalu
3) Riwayat penyakit
4) Riwayat sosial ekonomi
b. Melakukan pemeriksaan
1) Pemeriksaan fisik umum
2) Pemeriksaan luar (abdomen)
3) Pemeriksaan dalam, bila diperlukan
4) Pemeriksaan laboratorium dan penunjang diagnostik
c. Melakukan assessment/diagnosa
d. Mengupayakan kehamilan yang sehat, yaitu
1) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh
kembang janin.
2) Ibu hamil mendapatkan pelayanan antenatal minimal 4 kali selama kehamilan.
3) Ibu mengikuti kelas ibu
4) Memberikan nutrisi yang adekuat
e. Melakukan deteksi dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin
terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan
pembedahan serta melakukan penatalaksanaan awal serta rujukan bila diperlukan
f. Memberikan pelayanan/asuhan standar minimal termasuk “7T” yaitu :
1) Timbang berat badan
2) Ukur Tekanan darah
3) Ukur Tinggi fundus uteri
4) Pemberian imunisasi (Tetanus Toksoid )TT lengkap
5) Pemberian Tablet zat besi, minimum 90 tablet selama kehamilan
6) Test terhadap Penyakit Menular Seksual
7) Temu wicara dalam rangka persiapan rujuk
g. Ibu hamil, suami dan keluarga mengetahui tanda bahaya kehamilan dan mengetahui
apa yang harus dilakukan.
h. Persiapan persalinan yang aman dan bersih
1) Selalu melakukan personal hygiene
2) Pakaian dalam diganti minimal 2x sehari
3) Merencanakan pertolongan persalinan ke sarana kesehatan
i. Perencanaan antisipatif dan persiapan dini untuk melakukan rujukan jika terjadi
komplikasi
j. Pelayanan antenatal dapat melakukan penanganan pasien dengan :
1) Penanganan pasien dengan abortus
2) Penanganan pasien dengan kehamilan ektopik (KE)
3) Penanganan pasien dengan kehamilan ektopik terganggu (KET)
4) Penanganan pasien dengan hipertensi
5) Penanganan pasien dengan preeklamsia/eklamsia
6) Penanganan pasien dengan placenta previa
7) Penanganan pasien dengan solutio placenta
8) Penanganan pasien dengan rupture uteri
9) Penanganan pasien dengan kehamilan metabolic
10) Penanganan pasien dengan kelainan vascular/jantung

B. Pelayanan persalinan
Persalinan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan
(37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam
18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin.
Pengkajian awal pada pelayanan persalinan adalah :
1 Melakukan anamnesis : identitas pasien, keluhan utama, riwayat persalinan, riwayat
kebidanan, riwayat medic, riwayat social, riwayat kehamilan terdahulu, terakhir kali
makan atau minum, lama istirahat/tidur
2 Melakukan pemeriksaan fisik : tanda-tanda vital, konjungtiva dan sclera,pemeriksaan
abdomen: tinggi fundus, kontraksi uterus, denyut jantung janin, pemeriksaan dalam,
pemeriksaan edema dan varises pada tangan dan kaki.
3 Membuat diagnosis : diambil kesimpulan dari hasil anamnesa pasien dan hasil
pemeriksaan fisik, gravida berapa, pernah partus berapa kali dan pernah abortus
berapa kali, parturien berapa minggu dan dalam kala berapa serta dalam fase
apa.misalnya G5P3A1 parturien 39 minggu kala 1 fase laten atau G3P1A1 parturien
38 minggu kala II.
4 Membuat planning dan implementasi :
a) memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga
b) pemantauan/observasi tanda vital, His, DJJ dan kemajuan persalinan yaitu
KALA 1 Tensi Nadi Respirasi Suhu HIS DJJ Periksa Dalam Partograf

Normal 4 jam 4 jam 4 jam 4 jam 1 jam 1 jam 4 jam -

LATEN

Induksi 4 jam 4 jam 4 jam 4 jam 30 30 4 jam -

menit menit

Normal 4 jam 30 4 jam 2 jam 30 30 4 jam, kecuali Wajib

menit menit menit terdapat tanda kalaII


AKTIF

Induksi 4 jam 30 4 jam 2 jam 30 30 4 jam, kecuali Wajib

menit menit menit terdapat tanda kalaII

KALA I
1) Berikan nutrisi dan hidrasi pada ibu, atau bisa dibantu oleh keluarga
2) Berikan dukungan pada keluarga
3) Memastikan kembali partus set, hecting set dan alat perlindungan diri serta obat essensial
siap pakai dan lengkap
4) Memberikan informasi tentang inisiasi nenyusui dini dan kontrasepsi
5) Kolaborasi dengan dokter obgin apabila tidak ada kemajuan persalinan dan partograf telah
berada dalam garis bertindak.

KALA II :
Kala II adalah kala persalinan dimana pembukaan sudah lengkap, yang dilakukan bidan
adalah :
KEMAJUAN KONDISI IBU KONDISI JANIN
PERSALINAN PASIEN
TENAGA
Usaha mengedan Periksa nadi dan tekanan darah Periksa DJJ setiap 15 menit /
setiap 30 menit. lebih sering dilakukan dengan
Palpasi kotraksi uterus : Respon keseluruhan pada kala 2 : makin dekatnya kelahiran.
(control tiap 10 menit) -Keadaan dehidrasi Penurunan presentasi dan
- Frekuensi -Perubahan sikap/perilaku perubahan posisi
- Lamanya -Tingkat tenaga (yang dimiliki) Warna cairan tertentu
- Kekuatan
1) Pada kala II di pimpin mengedan apabila : kepala janin sudah tampak di vulva dengan
diameter 5-6 cm.
2) Memberikan dukungan terus menerus kepada ibu
3) Menjaga personal hygiene
4) Menyiapkan posisi ibu saat bersalin
5) Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses pimpinan meneran dengan posisi
setengah duduk
6) Menolong kelahiran dengan persalinan yang bersih dan aman
7) selama persalinan normal, intervensi hanya dilaksanakan jika benar-benar
dibutuhkan.Prosedur ini hanya dibutuhkan jika ada infeksi atau penyulit
8) melakukan inisiasi menyusui dini selama 1 jam bila apgar score bayi bagus.

Kala III
1) Palpasi uterus untuk menentukan apakah ada bayi kedua : jika ada, tunggu sampai bayi
kedua lahir.
2) Memberikan oksitosin 10 iu im dalam waktu 1 menit. Apabila placenta belum lahir setelah
15 menit maka dapat diulangi oksitocin 10 iu im kedua.
3) Menjepit dan menggunting tali pusat
4) Menilai apakah bayi baru lahir dalam keadaan stabil, jika tidak, lakukan resusitasi segera
dan apabila bayi langsung menangis maka lakukan inisiasi menyusui dini selama 1 jam.
5) Melakukan peregangan tali pusat terkendali (PTT)
6) Masase fundus 15 detik

Kala IV
1) Periksa fundus, plasenta, selaput ketuban, perineum, perdarahan, lokhea, kandung kemih,
kondisi ibu, kondisi bayi baru lahir.
2) Berikan nutrisi dan hidrasi
3) Melanjutkan inisiasi menyusui dini selama 1 jam
4) Melakukan personal hygiene
5) Dokumentasi dan dekontaminasi alat

C. Pelayanan pada masa intranatal harus mampu melakukan pasien dengan :


1) persalinan dengan parut uterus
2) Persalinan dengan distensi uterus
3) Gawat janin dalam persalinan
4) Pelayanan terhadap syok
5) Ketuban pecah dini
6) Persalinan macet
7) Induksi dan akselerasi persalinan
8) Aspirasi vakum manual
9) Ekstraksi cunam
10) Episiotomi
11) Kraniotomi dan kraniosentesis
12) Malpresentasi dan malposisi
13) Distocia bahu
14) Prolapsus tali pusat
15) Placenta manual
16) Perbaikan robekan serviks
17) Perbaikan robekan vagina dan perineum
18) Kompresi bimanual aorta

D. Pelayanan nifas
Masa nifas dimulai setelah kelahiran placenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan
kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6
minggu.
Pada masa ini terjadi perubahan-perubahan fisiologis, yaitu :
1) Perubahan fisik
2) Involusi uterus dan pengeluaran lokhia
3) Laktasi/pengeluaran air susu ibu
4) Perubahan system tubuh lainnya
5) Perubahan psikis
Pemeriksaan pada ibu nifas :
Umum Payudara Uterus Vulva/perineum
-Tekanan darah - Putting susu : pecah, -Posisi uterus / -Pengeluaran lokhia
-Denyut nadi pendek, rata tinggi Fundus -luka laserasi
-Respirasi - Nyeri tekan uteri perineum
-Suhu tubuh - Abses -kontraksi uterus -pembengkakan
-Tanda-tanda Anemia - pembengkakan/ASI -ukuran kandung -luka
-Tanda-tanda terhenti kemih -Hemoroid
edema/tromboflebitis - pengeluaran ASI
-Refleks
-Varises
-CVAT(cortical
vertebralarea
tenderness)
E. Pelayanan Bayi Baru Lahir
Tujuan utama perawatan bayi segera sesudah lahir, adalah :
1) Membersihkan jalan napas
2) Memotong dan merawat tali pusat
3) Mempertahankan suhu tubuh bayi
4) Identifikasi
5) Pencegahan infeksi
6) Pemantauan bayi baru lahir :
a) Kemampuan menghisap kuat atau lemah
b) Bayi tampak aktif atau lunglai
c) Bayi kemerahan atau biru
d) Bayi kecil untuk masa kehamilan atau bayi kurang bulan
e) Gangguan pernafasan
f) Hipotermia
g) Infeksi
h) Cacat bawaan dan trauma lahir
7) Pemeriksaan pada bayi baru lahir :
a) Pernafasan (normal,mendengkur,cuping hidung mengembang, penarikan kembali
tersengal-sengal)
b) Berat badan dan panjang badan
c) Suhu badan
d) Repleks (mis.menghisap, rooting, menggenggam)
e) Warna kulit (kemerahan,biru,pucat,kuning)
f) Keadaan mata (jernih, berair, kuning)
g) Keadaan tali pusat (kering, mengeluarkan darah, dempet/tidak)
h) Fontanel
i) Kelainan (misalnya bibir/langit-langit sumbing, anus tidak berlubang
8) Pelayanan kesehatan neonatal dapat melakukan pasien dengan :
a) Hiperbilirubin
b) Asfixia
c) Trauma kelahiran
d) Hipoglikemi
e) Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
f) Gangguan pernafasan
g) Pemberian minum pada bayi resiko tinggi
h) Pemberian cairan parenteral
i) Aspirasi mekonial
j) Inisiasi dini ASI (Breast Feeding)
k) Kangaroo Mother Care

F. Pelayanan Immunisasi dan Stimulasi, Deteksi, Intervensi Dini Tumbuh Kembang


(SDIDTK)
1) Pemberian imunisasi
2) Menimbang Berat Badan dan Pengukuran Tinggi Badan
3) Pemberian konseling tentang tumbang
4) Skrining/pemeriksaan anak menggunakan kuesioner Pra Skrining perkembangan
(KPSP)

G. Pelayanan Intensif Care Unit


1) Penanganan pada pasien Atonia Uteri
2) Penanganan pada pasien Eklampsi
3) Penanganan pada pasien Emboli cairan ketuban
4) Penanganan pada pasien Perdarahan post partum
5) Penanganan pada pasien Plasenta previa
6) Penanganan pada pasien Pre eklampsi berat
7) Penanganan pada pasien Retensio plasenta
8) Penanganan pada pasien Sepsis puerferalis
9) Penanganan pada pasien Solusio plasenta
10) Penanganan pada pasien Syok hypovolemic

H. Pelayanan NICU
1) Penanganan pasien dengan asfixia
2) penanganan pasien dengan sepsis neonatal
3) penanganan pasien dengan kejang
4) penanganan pasien dengan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
5) penanganan pasien dengan gangguan pernafasan
6) penanganan pasien dengan kelainan jantung
7) penanganan pasien dengan gangguan perdarahan
8) penanganan pasien dengan renjatan (shock)
9) penanganan pasien dengan koma
10) penanganan pasien dengan aspirasi mekonium

I. Pelayanan Radiologi
1) pemeriksaan foto Thorax.
2) pemeriksaan foto Clavicula.
3) pemeriksaan foto Skapula.
4) pemeriksaan foto Shoulder.
5) pemeriksaan foto Brachii.
6) pemeriksaan foto Ante Brachii.
7) pemeriksaan foto Cubiti.
8) pemeriksaan foto Wrist Joint.
9) pemeriksaan foto Manus.
10) pemeriksaan foto Digit.
11) pemeriksaan foto Schedel
12) pemeriksaan foto Nasal.
13) pemeriksaan foto SPN
14) pemeriksaan foto Cervical.
15) pemeriksaan foto Thoracal.
16) pemeriksaan foto Thoracolumbal.
17) pemeriksaan foto Lumbosacral.
18) pemeriksaan foto Pelvis.
19) pemeriksaan foto Column Femuralis
20) pemeriksaan foto Femur.
21) pemeriksaan foto Genu.
22) pemeriksaan foto Cruris.
23) pemeriksaan foto Pedis.
24) pemeriksaan foto Ankle Joint.
25) pemeriksaan foto Calcaneus.
26) pemeriksaan foto BNO.
27) pemeriksaan foto Abdomen 3 posisi

J. Pelayanan Ginekologi
1) penanganan pasien dengan kehamilan ektopik
2) penanganan pasien dengan kista ovarium akut
3) penanganan pasien dengan infeksi saluran genitalia
4) penanganan pasien dengan radang pelvic akut
5) penanganan pasien dengan abses pelvik
6) penanganan pasien dengan infertilitas primer
7) penanganan pasien dengan endometriosis
8) penanganan pasien dengan perdarahan uterus disfungsi
9) penanganan pasien dengan perdarahan menoragia
10) penanganan pasien dengan HIV-AIDS
K. Pelayanan instalasi bedah
1) Seksio sesarea
2) Perbaikan robekan dinding uterus
3) Reposisi inversio uteri
4) Histerektomi
5) Ligase arteri uteri
6) Anesthesia umum dan local untuk seksio sesaria
7) Anesthesia spinal, ketamin
8) Blok pudendal
BAB V
KESELAMATAN PASIEN

A. Fisik
1. Semua tempat tidur pasien harus mempunyai pagar penghalang di setiap instalsi
2. Khusus untuk pasien gelisah harus dipasang restrain
3. Ventilasi AC dilengkapi dengan filter bakteri
4. Air bersih dilakukan pemeriksaan fisik, kimia dan biologi setiap 6 bulan sekali
5. Tersedianya APAR
6. Dilakukannya kalibrasi berkala untuk peralatan elektronik
7. Adanya pengaman dikamar mandi pasien di setiap instalasi
8. Pintu toilet dibuka keluar

B. Sumber Daya Manusia (SDM)


1. Ketepatan identifikasi pasien
2. Komunikasi yang efektif dengan pasien
3. Keamanan pemberian cairan konsentrat
4. Ketepatan tindakan dan prosedur yang akan dilakukan pada pasien
5. Pengurangan resiko infeksi dari tindakan medis yang dilakukan
BAB VI
KESELAMATAN KERJA

A. Fisik
1. Lantai ruangan dari bahan yang kuat, rata, tidak licin dan mudah dibersihkan
2. Lantai kamar mandi dari bahan yang kuat, tidak licin, mudah dibersihkan mempunyai
kemiringan yang cukup dan tidak ada genangan air.
3. Pintu dapat dibuka dari luar
4. Ventilasi AC terdapat filter bakteri
5. Air bersih dilakukan pemeriksaan fisik, biologi dan kimia setiap 6 bulan sekali
6. Tersedianya APAR
7. Tersedianya fasilitas penanganan sampah medis
8. Fasilitas sanitasi yang memadai dan memenuhi persyaratan kesehatan
9. Tersedianya instalasi pengelolaan air limbah
10. Tersedianya tempat pembuangan limbah padat

B. Sumber Daya Manusia (SDM)


1. Tersedianya Alat pelindung diri secara lengkap
2. Terdapatnya baju ganti khusus petugas kamar bersalin
3. Dilakukannya pemeriksaan dan vaksinasi berkala untuk petugas pelayanan di semua
instalasi.
BAB VII
PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu merupakan suatu program yang bersifat objektif dan berkelanjutan
untuk menilai dan memecahkan masalah yang ada sehingga dapat memberikan kepuasan pada
pelanggan dan mencapai standar klinis yang bermutu. Pengembangan mutu di unit pelayanan
PONEK meliputi :

1. Pengembangan Mutu Standar Prosedur operasional


Pengendalian mutu Standar Prosedur Operasional seluruh staf pelayanan dengan
mengadakan rapat bulanan untuk mengevaluasi Standar Prosedur Operasional yang telah ada
dan menambahkan Standar Prosedur Operasional yang belum ada / belum lengkap serta
merevisi Standar Prosedur Operasional yang telah ada sesuai dengan keadaan dilingkungan
kerja.
Seluruh staf pelayanan memberikan masukan demi terciptanya unit pelayanan intensif yang
lebih baik dari sebelumnya. Standar Prosedur Operasional yang kurang dicatat oleh seluruh
staf pelayanan untuk dibahas dalam rapat bulanan

2. Pengembangan Mutu Sumber daya Manusia


a. Pelatihan dan seminar secara berkala baik internal maupun eksternal seperti pelatihan
PONEK, PPGD,PPGD-on, resusitasi bayi baru lahir
b. Pendidikan formal maupun informal untuk seluruh petugas pelayanan
c. Pertemuan staf dilakukan tiap bulan membahas dan melakukan evaluasi terhadap laporan
bulanan dan permasalahan di instalasi pelayanan.
d. Adanya materi kasus-kasus secara berkala dari dokter/dokter specialis
e. Adanya role model oleh dokter specialis/dokter/kepala ruangan/katim/CI kepada staf
pelaksana pelayanan.

3. Pengembangan mutu Fasilitas dan perawatan


a. Lakukan kalibrasi untuk peralatan elektronik untuk menghindari kesalahan dalam
menginterpretasikan informasi yang didapat
b. Buat inventarisasi fasilitas dan peralatan yang ada, sehingga dapat diketahui apakah jumlah
dan fungsinya masih dapat dipertahankan atau perlu diajukan permintaan baru atau
perbaikan yang ada
c. Menjaga kebersihan dan mengendalikan infeksi melalui sterilitas ruang bersalin dan
penyediaan cuci tangan
d. Ikuti prosedur pemeliharaan alat kesehatan sesuai petunjuk operasional
BAB VIII
PENUTUP

Pedoman pelayanan obstetri neonatal emergensi komprehensif (PONEK) ini


disusun dengan tujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan di RSU Bunga Melati
Lhokseumawe Dengan adanya pedoman ini diharapkan dapat mengurangi kekeliruan dan
kesalahan kerja di setiap instalasi pelayanan yang sangat potensial terjadi apabila pelayanan
keperawatan diberikan tidak mengikuti pedoman yang berlaku. Staf pelayanan dalam hal ini
sangat memegang peranan penting dan strategis untuk menentukan keberhasilan pelayanan
yang diberikan kepada pasien di setiap instalasi. Untuk itu pedoman ini diharapkan dapat
menjadi acuan bagi petugas di RSU Bunga Melati Lhokseumawe dalam memberikan
Pelayanan.

Anda mungkin juga menyukai