PENDAHULUAN
1
kondisi masing-masing. Sistem mana yang dirasa tepat untuk memberikan
kompensasi kepada pekerja dengan harapan dapat meningkatkan kinerja. Kompensasi
dalam bentuk finansial adalah penting bagi karyawan, sebab dengan kompensasi ini
mereka dapat memenuhi kebutuhannya secara langsung, terutama kebutuhan
fisiologisnya. Namun demikian, tentunya pegawai juga berharap agar kompensasi
yang diterimanya sesuai dengan pengorbanan yang telah diberikan. Kompensasi
dalam bentuk non finansial juga sangat penting bagi pegawai terutama untuk
pengembangan karir mereka.
Disiplin kerja adalah suatu alat yang digunakan para manajer untuk
berkomunikasi dengan karyawan agar mereka bersedia untuk mengubah suatu
perilaku serta sebagai suatu upaya untuk meningkatkan kesadaran dan kesediaan
seseorang mentaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma yang berlaku
(Rivai, 2009: 825). Kinerja memiliki kaitan yang sangat erat dengan disiplin kerja
karyawan. Semakin baik disiplin karyawan, maka semakin tinggi pula prestasi kerja
yang dapat dicapainya. Tanpa disiplin karyawan yang baik, sulit bagi organisasi
perusahaan mencapai hasil yang optimal dalam Saputra (2010).
Kepuasan kerja karyawan merupakan satu faktor penting dalam upaya
meningkatkan kinerja, oleh karena itu setiap perusahaan perlu berusaha agar
karyawan mempunyai kinerja yang tinggi sehingga kinerja perusahaan secara
keseluruhan akan tinggi. Kepuasan kerja secara umum menyangkut sikap seseorang
mengenai pekerjaannya. Oleh karena itu kepuasan kerja akan nampak terwujud dalam
perilaku dan kinerja seseorang. Orang yang merasa puas akan pekerjaan, akan bekerja
dengan semangat kerja tinggi sehingga kinerja karyawan tersebut tinggi. Dimana hal
tersebut akan mempunyai dampak langsung ataupun tidak langsung terhadap
efektivitas organisasi perusahaan dalam Hidayat (2011).
(http://eprints.ums.ac.id/29283/2/04._BAB_I.pdf)
2
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu kinerja ?
1.3 Tujuan
3
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut Mangkunegara (dalam Suparno, 2007) bahwa istilah kinerja dari kata
job performance atau actual performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya
yang dicapai ole seseorang) yaitu hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang
dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung
jawab yang diberikan padanya. Lebih lanjut Mangkunegara (2007) menyatakan
bahwa pada umumnya kinerja dibedakan menjadi dua, yaitu kinerja individu dan
kinerja organisasi.
Foster dan Seeker (dalam Suparno, 2001) menyatakan bahwa, “Kinerja adalah
hasil yang dicapai seseorang menurut ukuran yang berlaku untuk pekerjaan yang
bersangkutan”.
Ada beberapa pendekatan yang dilakukan dalam menilai prestasi kerja (As’ad,
2003) dalam Suparno, yaitu:
a. Subjective Procedure
4
Prosedur ini meliputi penilaian ataupun pertimbangan-pertimbangan terhadap
kecakapan kerja yang dilakukan oleh superior (atasan), sub ordinates
(bawahannya), peers (kelompok kerja), rekan-rekan sekerja, outside observer
(para obsever dari luar) dan self (diri sendiri). Prosedur ini sangat bergantung
pada opini manusia, maka prosedur memiliki kesalahan-kesalahan disebabkan
oleh manusia (human eror).
b. Direct Measures
Metode ini tidak seperti metode terdahulu di mana evaluator diminta
pertimbangannya terhadap perilaku kerja pegawai bawahannya.
Ada dua tipe evaluasi ini, yaitu:
1. Berhubungan dangan produksi, yaitu menyangkut unit-unit yang
diproduksi dan kualitas produk.
2. Berhubungan dengan personal information (informasi individuu),
yaitu meliputi absensi, ketepatan dating, keluhan-keluhan dari
pegawai, waktu yang dipergunakan untuk mempelajari pekerjaan dan
sebagainya.
c. Profiency Testing
Merupakan Pendekatan Lain dalam mengevaluasi kecakapan pegawai.
Dalam hal ini pegawai yang diuji diminta untuk memerankan pekerjaan
seperti keadaan yang sesungguhnya.
Wirawan( 2012: 7-8 ,dalam Arif) Kinerja karyawan merupakan hasil sinergi
dari sejumlah faktor,yang terdiri dari:
5
Faktor-faktor yang diperoleh misalnya pengetahuaan, keterampilan, etos
kerja, pengalaman kerja, dan motivasi kerja.
6
dan etika kerja), 2) Pendidikan, 3) Keterampilan, 4) Manajemen kepemimpinan, 5)
Tingkat penghasilan, 6) Gaji dan kesehatan, 7) Jaminan social, 8) Iklim kerja, 9)
Sarana dan prasarana, 10) Teknologi, dan 11) Kesempatan berprestasi.
b. Faktor motivasi
Motivasi terbentuk sikap (attitude) seorang pegawai dalam menghadapi situasi
(situation) kerja. Motivasi kondisi yang menggerakkan diri pegawai yang terarah
untuk mencapai tujuan kerja.
7
Mangkuprawira dan Vitalaya (2007, dalam Suparno), juga menyatakan
bahwa, “Penilaian kinerja yang dilakukan dalam suatu organisasi haruslah mengikuti
standar kinerja yang ditetapkan, di mana pengukuran kinerja tersebut memberikan
umpan balik yang positif kepada pegawai”.
8
masa tertentu dan menilai hasil karya yang ditampilkan terhadap pencapaian sasaran
system manajemen.
Penilaian kinerja dapat menjadi sumber informasi utama dan umpan balik
untuk pegawai di masa mendatang. Disaat atasan mengidentifikasi kelemahan,
potensi dan kebutuhan pelatihan melaui umpan balik penilaian kinerja, mereka dapat
memberitahukan pegawai mengenai kemajuan pegawai tersebut, mendiskusikan
keterampilan apa yang perlu mereka kembangkan dan melaksanakan perencanaan
pengembangan (Maltis dan Jackson,2002).
9
incidents, behaviorally anchored rating scales (BARS), behavioral observation
scales (BOS), essay/narative format, rankings, forced distribution, point
allocation method, penilaian sendiri, MBS, objective indices, penilaian-
penilaian psikologis.
6. Wibowo (2007, dalam Lijan), mengemukakan pengklasifikasian penilaian
kinerja berdasarkan sifat ukuran, hierarki, dan tujuan ukuran.
7. Vincent Gaspersz (2005, dalam Lijan), secara khusus membagi pengukuran
kinerja dengan balanced scorecard menjadi outcome kinerja dan pengendalian
kinerja.
Secara umum, penilaian kinerja dapat diklasifikasi menjadi dua tipe umum,
yaitu tipe objektif dan tipe subjektif (John Soeprihanto, dalam Lijan, 2001).
Karakteristik system penilaian kinerja yang efektif menurut Mondy & Noe
(dalam Suparno, 2005), karakteristik system penilaian yang efektif adalah:
1. Kriteria yang terkait dengan pekerjaan
Kriteria yang digunakan untuk menilai kinerja karyawan harus berkaitan
dengan pekerjaan/valid.
2. Ekspektasi kinerja
Sebelum periode penilaian, para manajer harus menjelaskan secara gamblang
tentang kinerja yang diharapkan kepada pekerja.
3. Standardisasi
Pekerja dalam kategori pekerjaan yang sama dan berada dibawah organisasi
yang sama harus dinilai dengan menggunakan instrumen yang sama.
4. Penilaian yang cakap
Tanggung jawab untuk menilai kinerja karyawan hendaknya dibebankan
kepada seseorang atau sejumlah orang, yang secara langsung mengamati
10
paling tidak sampel yang representative dari kinerja itu. Untuk menjamin
konsistensi penilaian, para penilai harus mendapatkan latihan yang memadai.
5. Komunikasi Terbuka
Pada umumnya, para pekerja memiliki kebutuhan untuk mengetahui tentang
seberapa baik kinerja mereka.
6. Akses Karyawan Terhadap Hasil Penilaian
Setiap pekerja harus memperoleh akses terhadap hasil penilaian. Kerahasiaan
akan menumbuhkan kecurigaan. Menyediakan akses terhadap hasil penilaian
memberikan kesempatan karyawan untuk mendeteksi setiap kesalahannya.
7. Proses Pengajuan Keberatan (due process)
Dalam hubungannya dengan pengajuan keberatan secara formal atas hasil
penilaiannya, penetapandue process merupakan langkah penting.
11
tode penilaian seperti apakah yang paling tepat digunakan. Penilaian kinerja
atau sering dikemukakan sebagai penilaian prestasi kerja merupakan bagian
dari fungsi manajemen yang penting, yaitu evaluasi (penilaian) dan pengawasan.
12
c. Kemampuan-kemampuan yang pegawai perlihatkan dan kemampuan
yang dirasakan kurang dalam melaksanakan kegiatan. Kegiatan dan
berbagai dimensi manajerial, serta perilaku yang telah
diperlihatkannya selama setahun.
2. Mengenali akan kebutuhan perkembangannya sendiri dengan membuat
rencana bagi perkembangannya di dalam organisasi dengan mengidentifikasi
dukungan yang diperlukan dari pimpinan dan orang-orang lainnya di dalam
organisasi.
3. Menyampaikan kepada pimpinan yang berkepentingan, apa yang sudah
dicapai dan refleksinya agar dia mampu meninjau prestasinya sendiri dalam
perspektif yang benar dan dalam penilaian yang lebih objektiv. Hal ini
merupakan sebuah persiapan yang perlu bagi diskusi-diskusi peninjauan
prestasi kerja dan rencana-rencana perbaikan prestasi kerja.
4. Memprakarsai suatu proses peninjauan dan pemikiran tahunan yang meliputi
seluruh organisasi untuk memperkuat perkembangan atas insiatif sendiri guna
mencapai keefektifan manajerial.
13
lainnya. Untuk mencapai tujuan ini, sistem penilaian hendaknya terkait dengan
pekerjaan dan praktis, termasuk standar, dan menggunakan ukuran-ukuran yang
terukur".
1. Posisi Tawar
Untuk memungkinkan manajemen melakukan negarasi yang objektif dan
rasional dengan serikat buruh (kalau ada) atau langsung dengan pegawainya.
2. Perbaikan Kinerja
Umpan balik pelaksanaan kerja yang bermanfaat bagi karyawan dalam bentuk
kegiatan untuk meningkatkan kinerja karyawan.
3. Penyesuaian Kompensasi
Penilaian kinerja membantu pengambilan keputusan dalam penyesuaian ganti
rugi, menentukan siapa yang perlu dinaikkan gajinya.
4. Keputusan Penempatan
Membantu dalam promosi, keputusan penempatan, perpindahan dan
penurunan pangkat pada umumnya didasarkan pada masa lampau atau
mengantisipasi kerja.
5. Pelatihan dan Pengembangan
Kinerja buruk mengindikasikan adanya suatu kebutuhan untuk latihan.
Demikian juga, kinerja baik dapat mencerminkan adanya potensi yang belum
digunakan dan harus dikembangkan.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok
orang dalam suatu perusahaan sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab
2. Terdapat dua Faktor yang mempengaruhi kinerja secara umum yaitu faktor internal
3. Penilaian kinerja adalah suatu proses penilaian tentang seberapa baik pekerja
5. Metode penilaian kinerja diantaranya yaitu berorientasi pada masa lampau dan
masa depan
kualitas kerja, sehingga dapat diambil tindakan yang efektif untuk peningkatan
kinerja tersebut
15
7. Penilaian kinerja bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan dan berada
10. Beberapa hambatan yang terjadi dalam penilaian adalah karena adanya kendala
3.2 Saran
maka dapat diajukan beberapa saran sebagai masukan untuk penilaian kinerja sebagai
berikut :
karyawan yang akan dinilai untuk melakukan penilaian kinerja pada dirinya
16
sendiri. Setelah itu atasan melihat kembali apakah penilaian yang dilakukan
sudah sesuai dengan kinerja sebenarnya. Hal ini bertujuan agar karyawan tidak
merasa bahwa penilaiannya bersifat subjektif dan agar karyawan dapat mengukur
kinerjanya sendiri.
permasalahan apa saja yang terjadi dan memberikan solusi dari permasalahan
tersebut. Hal ini akan membuat karyawan merasa pekerjaan dan pendapatnya
dihargai.
sebuah jawaban atas kebutuhan perusahaan akan metode penilaian kinerja karyawan
yang sifatnya lebih objektif. Selain itu penilaian kinerja ini juga dilengkapi dengan
perusahaan akan penilaian kinerja karyawan yang memiliki standar dan feedback.
https://repository.widyatama.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/6692/Bab%20
5.pdf?sequence=12
17
DAFTAR PUSTAKA
Sinambela, Lijan Poltak. 2017. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi
Aksara.
18