Anda di halaman 1dari 59

SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGETAHUAN


ASI EKSKLUSIF PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS KECAMATAN KRAMAT JATI JAKARTA
TIMUR TAHUN 2018

OLEH:
BUNGA LESTARI DENTI
P3.73.24.3.14.010

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KEBIDANAN JURUSAN


KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III
2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Air susu ibu (ASI) merupakan sumber gizi dengan komposisi seimbang untuk
kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan bayi. ASI adalah makanan lengkap
untuk bayi, dan kandungan gizi dalam ASI berupa kalori, vitamin, dan mineral
adalah yang terbaik untuk bayi karena memiliki proporsi yang sesuai. ASI harus
diberikan secara eksklusif, yaitu diberikan ASI selama 6 bulan tanpa makanan
tambahan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan makanan
padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan tim sejak lahir
hingga bayi umur 6 bulan . Namun seringkali ibu – ibu kurang mendapatkan
informasi atau bahkan sering kali mendapat informasi yang salah tentang manfaat
ASI eksklusif, tentang bagaimana cara menyusui yang benar dan apa yang harus
1,2
dilakukan bila timbul kesukaran dalam menyusui bayinya.

ASI Eksklusif sudah diketahui manfaat dan dampaknya, namun


kecenderungan pada ibu untuk menyusui bayi secara eksklusif masih tergolong
rendah. Menurut UNICEF, cakupan rata-rata ASI eksklusif di dunia yaitu 38%.
Menurut WHO, cakupan ASI Eksklusif tahun 2014 dibeberapa Negara ASEAN
juga masih cukup rendah antara lain India (46%), Philipina (34%), Vietnam
(27%), Myanmar (24%), dan Indonesia (54,3%) dan pada tahun 2016 sebesar
29,5%. 3,4,5
Berdasarkan profil kesehatan DKI Jakarta tahun 2016, jumlah bayi yang
mendapat ASI eksklusif di Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2016 sebanyak
9.490 bayi dari total 34.888 bayi atau hanya sekitar 59.5 % yang mendapat ASI
Eksklusif. Terjadi penurunan 7.7% bila dibandingkan dengan jumlah bayi yang
mendapatkan ASI Ekslusif pada tahun 2015 sebesar 67,1% persen dari jumlah
total bayi. Pada tahun 2016 persentase ASI eksklusif tertinggi adalah di Jakarta
Pusat sebesar 77% dan persentase terendah adalah Jakarta Timur sebesar 43,9%.
Pada tahun 2017 didapatkan data di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati sebesar
56%. 6,7
Penyebab masih rendahnya pemberian ASI adalah faktor sosial budaya,
kurangnya pengetahuan ibu serta petugas kesehatan yang belum paham tentang
pentingnya asi eksklusif, banyaknya promosi tentang susu formula dan dukungan
dari masyarakat yang masih kurang. Selain itu didapatkan bahwa pengetahuan
ASI eksklusif pada ibu hamil berhubungan dengan munculnya intense atau niat
ibu untuk memberikan ASI eksklusif pada bayinya. Kegagalan pemberian ASI
eksklusif adalah karena faktor predisposisi yaitu pengetahuan dan pengalaman ibu
8,9,10
yang kurang.
Dukungan tenaga kesehatan yaitu salah satunya memberikan penyuluhan ASI
eksklusif merupakan faktor yang paling dominan berpengaruh terhadap niat ibu
dalam memberikan ASI eksklusif. Keberhasilan ibu menyusui memerlukan peran
petugas kesehatan yang mengerti akan proses menyusui seperti bidan. Merekalah
orang pertama yang membantu ibu bersalin untuk memberikan ASI kepada bayi.
Peran tenaga kesehatan merupakan awal dari keberhasilan atau kegagalan ibu
11
dalam memberikan ASI eksklusif.

Salah satu faktor keberhasilan ASI dengan memberikan pengetahuan ASI


meliputi manfaat bagi ibu dan bayi, saat pemeriksaan kehamilan sehingga ibu
dapat mempersiapkan pemberian ASI eksklusif. ASI memiliki berbagai manfaat
yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi juga dapat menurunkan
risiko terjadinya penyakit akut dan kronik. Bayi yang diberikan ASI memiliki
risiko lebih rendah untuk terkena penyakit otitis media, asma, diabetes, dermatitis
atopic dan infeksi saluran napas bagian bawah. ASI juga dapat melindungi bayi
12,13
dari penyakit yang biasa diderita bayi seperti campak dan influenza.
Studi pendahuluan yang saya lakukan di Wilayah Kerja Puskesmas
Kecamatan Kramat Jati dengan mewawancarai 10 responden ibu hamil,
didapatkan data data sebagai berikut, rata rata usia 10 ibu hamil 25-30 tahun
dengan 6 diantaranya seorang ibu rumah tangga dan 4 ib u bekerja sebagai
pegawai swasta dengan latar belakang pendidikan SMP hingga SMA. Dari 10 ibu
hamil tersebut hanya 3 responden yang tepat dalam memberikan pengertian
tentang ASI eksklusif, 6 lainnya menjawab tidak tepat. Dan hanya 5 responden
dapat menyebutkan 5 manfaat ASI. Dari 10 ibu hamil trimester III, 4 diantaranya
yang diberikan pengetahuan ASI eksklusif.
Untuk itu peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai ” Faktor-faktor
yang mempengaruhi Pengetahuan ASI Eksklusif Pada Ibu Hamil Trimester III di
Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur Tahun 2018”

1.2.Perumusan Masalah

Masih rendahnya ASI eksklusif di Jakarta timur yaitu sebesar 56% yang
belum memenuhi target minimal sebesar 57,08% dan Puskesmas Kecamatan
Kramat Jati menjadi salah satu puskesmas dengan cakupan ASI eksklusifnya yang
terendah yaitu sebesar 56% dari jumlah bayi usia 0-6 bulan yaitu 1398 dan hanya
783 yang diberikan ASI eksklusif sehingga peneliti tertarik untuk meneliti
Bagaimanakah Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan ASI Ekslusif
pada Ibu Hamil Trimester III di Puskemas Kecamatan Kramat Jati Tahun 2018 ?

1.3.Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
ASI Ekslusif di Puskemas Kecamatan Kramat Jati Tahun 2018
1.3.2 Tujuan Khusus
Untuk mengetahui distribusi frekuensi ibu hamil trimester III ( umur,
pekerjaan, pendidikan dan paritas) di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati
Tahun 2018
a. Untuk menganalisis hubungan antara umur ibu hamil dengan
pengetahuan ASI eksklusif di Puskemas Kecamatan Kramat Jati Tahun
2018.
b. Untuk menganalisis hubungan antara pekerjaan ibu hamil dengan
pengetahuan ASI eksklusif di Puskemas Kecamatan Kramat Jati Tahun
2018.
c. Untuk menganalisis hubungan antara pendidikan dengan pengetahuan
ASI eksklusif di Puskemas Kecamatan Kramat Jati Tahun 2018.
d. Untuk menganalisis hubungan antara paritas dengan pengetahuan ASI
eksklusif di Puskemas Kecamatan Kramat Jati Tahun 2018.

1.4.Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Puskesmas
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan
informasi untuk melakukan penyuluhan dan meningkatkan kepedulian
petugas kesehatan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi
pengetahuan ibu.
1.4.2. Bagi Ibu Hamil
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi kepada
ibu hamil trimester III terkait ASI eksklusif beserta manfaatnya
sehingga dapat memotivasi ibu untuk memberikan ASI kepada
bayinya.
1.4.3. Bagi Peneliti
Diharapkan hasil penelitian ini dapat meningkatkan ilmu-ilmu
yang telah didapat dan sebagai langkah untuk mensukseskan program
ASI.

1.5. Ruang Lingkup


Pengetahuan ASI eksklusif sangat penting dalam meningkatkan
pemberian ASI eksklusif. Penelitian ini merupakan penelitian yang mencari
faktor-faktor yang mempengaruhi satu variable yakni untuk melihat apakah
ada faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan ASI eksklusif. Penelitian
ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional. Data yang
digunakan adalah data primer yang diperoleh dengan menggunakan metode
wawancara melalui pengisian kuesioner. Sampel dalam penelitian ini adalah
30 ibu hamil trimester III yang melakukan ANC di Puskesmas Kecamatan
Kramat Jati dengan waktu penelitian pada bulan April 2018.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Pengetahuan
Menurut Bloom, pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan
ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek
tertentu.Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera
penglihatan,pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan
merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan
seseorang (overt behavior).
Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal.
Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan
bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas
pula pengetahuannya. Akan tetapi perlu ditekankan, bukan berarti seseorang
yang berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan rendah pula. Pengetahuan
seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek, yaitu aspek positif dan
negatif. Kedua aspek ini yang akan menentukan sikap seseorang semakin
banyak aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan
sikap makin positif terhadap objek tertentu (Dewi & Wawan, 2010).
Menurut Notoatmodjo (2012) pengetahuan mempunyai 6 tingkatan yaitu :
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari keseluruhan bahan yang dipelajari
atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan
tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa
orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan,
mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.
2. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan
materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau
materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,
meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
3. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).Aplikasi di
sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus,
metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
4. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu
struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan
analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat
menggambarkan (membuat bagan), membedakan,memisahkan,
mengelompokkan, dan sebagainya.
5. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi
baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, dapat menyusun, dapat
merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan, dan sebagainya
terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian penilaian ini
didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri,atau menggunakan
kriteria-kriteria yang telah ada.

2.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan


Menurut Health (2009 dalam Linawati,2013) ada beberapa
factor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, antara lain:
a. Pendidikan
Pendidikan adalah usaha untuk mengembangkan kepribadian
dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur
hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi
pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima
informasi. Namun perlu ditekankan bahwa seseorang yang
berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah
pula. Pengetahuan seseorang tentang sesuatu obyek juga mengandung
dua aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang
akhirnya akan menentukan sikap seseorang terhadap obyek tertentu.
Semakin banyak aspek positif dari obyek yang diketahui, akan
menumbuhkan sikap makin positif terhadap obyek tersebut.
c. Umur
Umur mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir
seseorang. Semakin bertambah umur akan semakin berkembang pula
daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang
diperolehnya semakin membaik. Menurut Wiknjosastro, usia 20-35
tahun adalah umur yang paling tepat bagi seorang wanita untuk hamil,
karena tubuh berada dalam keadaan yang sehat dan aman untuk hamil
juga melahirkan. Hal yang mendasari pembagian umur tersebut
berdasarkan factor resiko yang dialami seorang wanita.
d. Pekerjaan
Pekerjaan adalah sesuatu yang dikerjakan untuk mendapatkan
nafkah atau pencaharian masyarakat yang sibuk dengan kegiatan atau
pekerjaan sehari-hari akan memiliki waktu yang lebih untuk
memperoleh informasi (Depkes RI, 2001). Pekerjaan dimiliki peranan
penting dalam menentukan kualitas manusia, pekerjaan membatasi
kesenjangan antara informasi kesehatan dan praktek yang memotifasi
seseorang untuk memperoleh informasi dan berbuat sesuatu untuk
menghindari masalah kesehatan (Notoatmojo, 2007).
a. Paritas
Paritas adalah keadaan melahirkan anak baik hidup ataupun
mati,tetapi bukan aborsi, tanpa melihat jumlah anaknya. Dengan
demikian, kelahiran kembar hanya dihitung sebagai satu kali paritas
(Stedman,2003). Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang
dipunyai oleh seorang perempuan (BKKBN, 2006). Paritas adalah
jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang mampu hidup di luar
rahim (28 minggu) (JHPIEGO,2008). Jumlah paritas merupakan salah
satu komponen dari status paritas yang sering dituliskan dengan notasi
G-P-Ab, dimana G menyatakan jumlah kehamilan (gestasi), P
menyatakan jumlah paritas, dan Ab menyatakan jumlah abortus.
Sebagai contoh, seorang perempuan dengan status paritas G3P1Ab1,
berarti perempuan tersebut telah pernah mengandung sebanyak dua
kali, dengan satu kali paritas dan satu kali abortus, dan saat ini tengah
mengandung untuk yang ketiga kalinya (Stedman, 2003).
1. Klasifikasi Jumlah Paritas
Berdasarkan jumlahnya, maka paritas seorang perempuan
dapat dibedakan menjadi:
a. Nullipara : nullipara adalah perempuan yang belum pernah
melahirkan anak sama sekali (Manuaba, 2009).
b. Primipara : primipara adalah perempuan yang telah melahirkan
seorang anak,yang cukup besar untuk hidup didunia luar (Verney,
2006). Primipara adalah perempuan yang telah pernah melahirkan
sebanyak satu kali (Manuaba, 2009).
c. Multipara
Multipara adalah perempuan yang telah melahirkan seorang anak
lebih dari satu kali (Prawirohardjo, 2005). Multipara adalah perempuan
yang telah melahirkan dua hingga empat kali (Manuaba, 2009)
d. Grandemultipara
Grandemultipara adalah perempuan yang telah melahirkan 5 orang
anak atau lebih dan biasanya mengalami penyulit dalam kehamilan
dan persalinan (Manuaba, 2009). Grandemultipara adalah perempuan
yang telah melahirkan lebih dari lima kali (Verney, 2006)
Grandemultipara adalah perempuan yang telah melahirkan bayi 6
kali atau lebih, hidup atau mati (Rustam, 2005)

2.2 Asi Eksklusif


2.2.1 Pengertian ASI Eksklusif
Menurut Peratutan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 pada Ayat 1
diterangkan “Air Susu Ibu Eksklusif yang selanjutnya disebut ASI
Eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada Bayi sejak dilahirkan selama 6
(enam) bulan, tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan
atau minuman lain”. Semula Pemerintah Indonesia menganjurkan para ibu
menyusui bayinya hingga usia empat bulan.
Namun, sejalan dengan kajian WHO mengenai ASI eksklusif, Menkes
lewat Kepmen No 450/2004 menganjurkan perpanjangan pemberian ASI
eksklusif hingga enam bulan. ASI eksklusif atau lebih tepat pemberian ASI
secara eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain
seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa tambahan
makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan tim
(Roesli, 2005).
2.2.2 Fisiologi Kelenjar Payudara

Masing-masing payudara terdiri dari 15-24 lobus, tiap lobus terdiri


dari lobuli yang terdiri dari acini yang kemudian menghasilkan air susu.
Hormon prolaktin yang disekresikan dari hipofisis memiliki efek
meningkatkan sekresi air susu. Hormon ini konsentrasinya dalam darah ibu
meningkat secara tetap dari kehamilan di minggu ke-5 hingga bayi lahir. Saat
postpartum konsentrasi prolaktin meningkat 10-20 kali. Selain itu plasenta
mensekresi human chorionic somatomammotropin yang memiliki sifat
laktogenik ringan yang menyokong prolaktin dari hipofifis ibu. Karena efek
supresi dari estrogen dan progesteron terhadap payudara, maka hanya
beberapa mililiter cairan saja yang dikeluarkan sebagai kolostrum.

2.2.3 Komposisi Gizi dalam ASI


A. Karbohidrat
Dumber energi terbesar bagi bayi. Karbohidrat yang terdapat
dalam ASI yaitu laktosa yang berguna untuk mendukung
perkembangan flora usus yang sehat dan menekan pertumbuhan
bakteri E.coli dan meningkatkan penyerapan kalsium.
B. Lemak
Kadar lemak ASI berubah-ubah secara otomatis sesuai
kebutuhan kalori bayi dari hari ke hari. ASI mengandung enzim lipase
pencerna lemak sehingga lemak ASI mudah dicerna dan diserap.
Sekitar 80% lemak ASI berjenis long chain polyunsaturated fatty acid
(lemak ikatan panjang). Antara lain omega 3 (EPA dan DHA), omega
6 (AA) yang merupakan komponen penting untuk pertumbuhan otak.
Jumlah DHA dan AA dalam ASI sangat mencukupi untuk
menjamin pertumbuhan dan kecerdasan anak. Kebutuhan terhadap AA
dan DHA terbesar terjadi pada trimester terkahir kehamilan dan dua
tahun pertama umur bayi
C. Protein
Protein adalah sumber asam amino yang penting untuk
pertumbuhan dan perkembangan bayi. ASI lebih banyak mengandung
protein whey (protein utama dari susu yang berbentuk cairan dan
mudah dicerna), dibandingkan casein (protein utama dari susu yang
berbentuk gumpalan) yaitu 60% whey dan 40% casein.

Sebagai protein utama dari ASI, protein whey terdiri dari beberapa
komponen yang penting :

1) Laktoferin yaitu sejenis protein yang mengikat zat besi sehingga


penyerapannya ke dalam tubuh menjadi optimal dan memiliki
fungsi1. sebagai anti bakteri
2) Enzim pencernaan
3) Hormone pertumbuhan
4) Immunoglobulin yang merupakan bagian terpenting dari system
kekebalan tubuh untuk melindungi bayi dari berbagai penyakit
infeksi. Immunoglobulin A (IgA) jumlahnya sangat tinggi di ASI,
terutama pada kolostrum (ASI yang keluar di hari-hari awal
menyusui). IgA dapat melumpuhkan bakteri pathogen dan
berbagai virus pada saluran pencernaan.
5) Vitamin dan Zat Gizi lainnya
D. Beta-Karoten
ASI, terutama kolostrum mengandung cukup banyak beta
karoten. Pada bayi, beta karoten akan diubah menjadi retina oleh
lapisan di usus. Oleh sebab itu beta-karoten disebut juga sumber
vitamin A dan sebagai system pertahanan tubuh karena efek
antioksidan.
E. Taurin
Taurin adalah asam amino yang bertugas untuk membantu
perkembangan sel otak dan retina. Saat bayi baru lahir, fungsi
taurin yang utama adalah berikatan dengan asam empedu. Asam
empedu yang berikatan ini membantu menghacurkan butir-
butiran lemak agar mudah dicerna. ASI mengandung lebih
banyak taurin daripada susu sapi. Agar dapat mendekati
komposisi ASI, maka taurin ditambahkan pada komposisi susu
formula.

F. Inositol
Inositol pada ASI memiliki beragam fungsi biokimia seperti
mengatur aktifitas enzim.
G. Enzim
ASI mengandung banyak enzim yang memiliki fungsi-fungsi
yang berbeda. Beberapa enzim berperan dalam proses produksi
dan pengeluaran ASI. Sementara enzim lainnya berperan pada
saat bayi baru dan memiliki peran aktif pada bayi yang membuat
bayi yang mendapat ASI memiliki pencernaan yang lebih baik
disbanding bayi yang mengonsumsi susu formula.
H. Mineral dan Elemen lainnya
1) Kalsium dan fosfor
Dibanding susu sapi, ASI mempunyai kandungan
kalsium dan fosfor yang kebih rendah. Kemampuan ginjal bayi
yang belum sempurna tidak dapat mengolah fosfat dalam
jumlah yang banyak. Rasio kalsium dan fosfor dalam jumlah
yang tepatlah yang akan mempengaruhi penyerapan kedua zat
tersebut di usus.
2) Selenium
Selenium adalah bagain terpenting dari system
pertahanan tubuh karena efek antioksidan. Ia melindungi tubuh
dari kerusakan akibat radikal bebas. Konsentrat selenium lebih
banyak terdapat dalam kolostrum.
Komposisi ASI dibedakan menjadi 3 macam menurut waktunya :
1. Kolostrum adalah cairan yang dikeluarkan oleh payudara di hari hari
pertama kelahiran bayi, kolostrum lebih kental bewarna kekuning-
kuningan, karena banyak mengandung komposisi lemak dan sel-sel hidup.
Kolostrum juga mengandung mengandung zat zat gizi yang pas untuk bayi
antara lain protein 8,5%, lemak 2,5% , sedikit karbohidrat 3,5%, garam
dan mineral 0,4%, air 85,1 % , antibodi serta kandungan imunoglobulin
lebih tinggi jika dibandingkan dengan ASI matur yang mengakibatkan bayi
tidak mudah terserang diare.
Sekresi kolostrum hanya berlangsung sekitar 5 hari, diakibatkan oleh
hilangnya estrogen dan progesteron oleh plasenta yang tiba-tiba
menyebabkan laktogenik prolaktin memegang peranan tiba tiba dalam
memproduksi air susu. Kemudian, kelenjar payudara mulai progresif
menyekresikan air susu dalam jumlah yang besar.
Manfaat besar dari kolostrum masih banyak tidak diketahui oleh ibu-
ibu setelah melahirkan, sehingga mereka masih ragu untuk melakukan
inisiasi dini. Kebanyakan mereka takut memberikan kolostrum karena
kepercayaan yang menganggap kolostrum sebagai ASI basi atau ASI
kotor sehingga harus dibuang. Padahal manfaat kolostrum tersebut sudah
seringkali diberitakan melalui media, ataupun melalui penyuluhan.
2. ASI masa transisi ASI masa transisi terjadi pada hari ke-4 sampai hari ke-
10, dimana pengeluaran ASI oleh payudara sudah mulai stabil.20 Pada
masa ini, terjadi peningkatan hidrat arang dan volume ASI, serta adanya
penurunan komposisi protein. Akibat adanya penurunan komposisi protein
ini diharapkan ibu menambahkan protein dalam asupan makanannnya.
3. ASI Matur ASI matur disekresi dari hari ke-10 sampai seterusnya. Kadar
karbohidrat dalam kolostrum tidak terlalu tinggi,tetapi jumlahnya
meningkat terutama laktosa pada ASI transisi. Setelah melewati masa
transisi kemudian menjadi ASI matur maka kadar karbohidrat ASI relatif
stabil.
Komponen laktosa (karbohidrat) adalah kandungan utama dalam ASI
sebagai sumber energi untuk otak. Konsentrasi laktosa pada air susu
manusia kira-kira 50% lebih banyak jika dibandingkan dengan kadar
laktosa dalam susu sapi . Walaupun demikian, angka kejadian diare karena
intoleransi laktosa jarang ditemukan pada bayi yang mendapatkan ASI.
Hal ini disebabkan karena penyerapan laktosa ASI lebih baik jika
dibandingkan dengan laktosa yang terdapat pada susu sapi.
Namun sebaliknya, kandungan protein yang terdapat pada susu sapi
biasanya dua kali lebih besar jika dibandingkan dengan protein pada ASI.
Protein dalam susu terbagi menjadi protein whey dan casein . Protein whey
banyak terdapat pada ASI, sifatnya lebih mudah diserap oleh usus bayi.
Sedangkan susu sapi lebih banyak mengandung protein casein dengan
presentase kira-kira 80% yang sulit dicerna olehh usus bayi. Kadar lemak
omega 3 dan omega 6 berperan dalam perkembangan otak bayi.
Disamping itu terdapat asam lemak rantai panjang diantaranya asam
dokosaheksonik (DHA) dan asam arakidonat (ARA) yang penting bagi
perkembangan jaringan syaraf serta retina mata. Jika kekurangan asam
lemak omega-3 berpotensi menimbulkan gangguan syaraf dan
penglihatan.15 Kadar lemak baik tersebut lebih banyak ditemukan pada
ASI dibanding susu sapi. Bayi yang mendapatkan ASI tidak akan
kekurangan asam linolenat karena 6-9% kandungan energi total ASI
adalah asam linolenat.
2.2.4 Manfaat ASI Eksklusif
A. Manfaat ASI bagi Ibu
1. Menurunkan resiko kanker ovarium, kanker uterus,
rheumatoid arthritis dan kanker payudara.
2. Mengurangi perdarahan setelah melahirkan dan mempercepat
terjadinya involusi uterus. Hal ini disebabkan karena pada
saat bayi lahir dan segera disusukan ke ibunya, maka
rangsangan hisapan bayi pada payudara akan diteruskan ke
hipofisis pars hipofisis yang akan mengeluarkan hormone
progesterone
3. Membantu mengembalikan tubuh seperti keadaan sebelum
hamil. Dengan menyusui, timbunan lemak pada tubuh ibu
akan dipergunakan untuk pembentukan ASI sehhingga berat
badan ibu akan lebih cepat kembali keberat sebelum hamil.
4. Menurunkan resiko osteoporosis dan fraktur pinggang.
5. Memberikan pengalaman bonding yang unik sehingga
meningkatkan peran ibu serta menjaga ibu dari kemungkinan
depresi post partum.
6. Bayi yang tidak disusui memilik tingkat kecerdasan yang
tinggi dibandingkan yang tidak menyusui
7. Menunda kehamilan, dengan menyusui secara eksklusif dapat
digunakan sebagai alat kontrasepsi alamiah yang secara umum
dikenal sebagai Metode Amenore Laktasi (MAL).
B. Manfaat ASI Bagi Bayi
1. Kandungan ASI dapat menghindari terjadinya insiden gastro
enteritis, neonatal necrotic, celiac disease
2. ASI memiliki antibodi yang spesifik yang dapat menurunkan
insiden penyakit otitis media, penyakit pernapasan,
pneumonia, bacteremia, dan lain-lain.
3. Menurunkan insiden alergi dermatitis kontak sampai 42 %
dibandingkan dengan susu formula
4. Memperkecil kematian karena insiden SIDS (Sudden Infant
Death Sindrom).
5. Mencegah kemungkinan terjadi penyakit hymphoma dan
diabetes tipe I dan II.
6. Meningkatkan kognitif dan perkembangan
7. ASI mengandung hemoglobin A molekul besar yang dapat
menyerang zat asing dari tubuh seperti virus, bakteri dan
menjaga absorbs dari perencanaan bayi.
C. Bagi masyarakat
1. Mudah,tidak diperlukan botol atau peralatan lain yang
dibutuhkan sehingga tidak ada pembuangan dari sisa-sisa
peralatan dan pembungkus
2. Memperkecil ijin bagi ibu pekerja karena harus merawat
anaknya yang sakit
3. Lebih irit dan tidak perlu biaya yang dimana dalam penelitian
Lancet 2016, tidak menyusui berhubungan dengan kehilangan
nilai ekonomi sekitar $ 302 milyar setiap tahunnya atau
sebesar 0-49% dari pendapatan Nasional Broto
2.2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI
Pemberian ASI dapat dipengaruhi ole faktor ibu dan factor bayi, factor
ibu yang mempengaruhi pemberian ASI ini dibagi menjadi 3 yaitu factor fisik
ibu, factor psikologis, social budaya dan factor hormonal.

A. Factor fisik ibu yang mempengaruhi pemberian ASI adalah


adanya kelaian endokrin ibu, dan jaringan payudara hipoplastik.
Factor lain yang mempengaruhi produksi ASI adalah usia ibu, ibu
yang usianya lebih muda atau kurang dari 35 tahun akan
memproduksi ASI lebih banyak dibandingkan dengan ibu yang
lebih tua (Biancuzo,2010)
B. Factor psikologis yang mempengaruhi kurangnya produksi ASI
antara lain adalah ibu yang berada dalam keadaan stress, kacau,
marah dan sedih, kurangnya dukunngan dan perhatian dari
keluarga serta pasangan kepada ibu (Lawrence,2004). Selain itu
ibu juga khawatir ASInya tidak mencukupi untuk kebutuhan
bayinya serta perubahan maternal attainment, terutama pada ibu-
ibu yang baru pertama kali mempunyai bayi atau primipara(Mercer
2004 dalam Alligood 2008). Ibu dengan depresi post partum juga
dapat mempengaruhi produksi ASI.
C. Faktor sosial budaya berupa adanya mitos serta presepsi yang
salah mengenai ASI dan media yang memasarkan susu formula,
serta kurangnya dukungan masyarakat menjadi hal-hal yang dpat
mempengaruhi ibu dalam menyusui. Ibu bekerja serta kesibukan
sosial juga mempengaruhi keberlangsungan pemberian ASI
(Hockberry,2009). Beberapa budaya tertentu memberikan
makanan lunak sebelum usia 6 bulan mempengaruhi pemberian
ASI eksklusif pada bayi. Penelitian Stage (2013) melaporkan
bahwa pengetahuan keluarga, proses belajar pemberian ASI,
partisipasi keluarga dan budaya mempengaruhi pemberian
makanan tambahan pada bayi.
D. Faktor hormonal yang berperan dalam pembentukan dan
pengeluaran ASI dan proses laktasi adalah estrogen, progesterone,
prolaktin dan oksitosin. Rangsangan isap bayi melalui serabt saraf
memacu hipotesis posterior untuk melepaskan hormone oksitosin
pada darah. Oksitosin memacu el-sel myoepihel yang mengelilingi
alveoli dan duktus untuk berkontraksi, sehingga mengalirkan ASI
dari alveoli ke duktus menuju sinus dan putting, sering menyusui
penting untuk pengosongan payudara agar tidak terjadi payudara
bengkak tetapi justru memperlancar pengaliran ASI (Reeder,2011)
2.2.6. Program ASI Eksklusif

Air Susu Ibu Eksklusif yang selanjutn ya disebut ASI Eksklusif adalah
ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan,
tanpa menambahkan dan/ atau mengganti dengan makanan atau minuman lain
kecuali vitamin, oralit dan obat. Namun, setelah usia 6 bulan dan sejalan
dengan bertambahnya usia bayi, kebutuhan nutrisi tidak cukup dari ASI saja,
terlebih keterampilan makan (Oromotor skills) terus berkembang dan bayi
akan memperlihatkan minat akan makanan selain dalam bentuk ASI.

Dimulainya pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)


dilakukan secara bertahap jenis, frekuensi, jumlah, konsistensi hingga anak
dapat mengkonsumsi makanan keluarga. Masa peralihan dari ASI ke MP-ASI
disebut sebagai masa penyapihan ( weaning ), hal ini bermanfaat bagi
pemenuhan nutrisi tumbuh kembang anak .

Selain melalui Peraturan Presiden nomor 33 tahun 2012 tentang ASI


Eksklusif yang diuraikan dalam bab berikutnya, Menteri Kesehatan Indonesia
turut mengupayakan program ASI Eksklusif salah satunya dengan adanya
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
450/MENKES/SK/IV/2004 Tentang Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Secara
Eksklusif pada Bayi di Indonesia , Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui
(LMKM) disebutkan dibawah ini:

1. Sarana Pelayanan Kesehatan (SPK) mempunyai kebijakan


Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu (PP-ASI) tertulis yang
secara rutin dikomunikasikan kepada semua petugas;
2. Melakukan pelatihan bagi petugas dalam hal pengetahuan dan
keterampilan untuk menerapkan kebijakan tersebut;
3. Menjelaskan kepada semua ibu hamil tentang manfaat
menyusui dan penatalaksanaannya dimulai sejak masa
kehamilan, masa bayi lahir sampai umur 2 tahun termasuk cara
mengatasi kesulitan menyusui.
4. Membantu ibu mulai menyusui bayinya dalam 30 menit setelah
melahirkan, yang dilakukan di ruang bersalin. Apabila ibu
mendapat operasi Caesar, bayi disusui setelah 30 menit ibu
sadar;
5. Membantu ibu bagaimana cara menyusui yang benar dan cara
mempertahankan menyusui meski ibu dipisah dari bayi atas
indikasi medis;
6. Tidak memberikan makanan atau minuman apapun selain ASI
kepada bayi baru lahir;
7. Melaksanakan rawat gabung dengan mengupayakan ibu
bersama bayi 24 jam sehari
8. Membantu ibu menyusui semau bayi semau ibu, tanpa
pembatasan terhadap lama dan frekuensi menyusui
9. Tidak memberikan dot atau kempeng kepada bayi yang diberi
ASI
10. Mengupayakan terbentuknya Kelompok Pendukung ASI (KP-
ASI) dan rujuk ibu kepada kelompok tersebut ketika pulang
dari Rumah Sakit/Rumah Bersalin/Sarana Pelayanan
Kesehatan.

LMKM tersebut menggambarkan adanya perhatian khusus oleh


pemerintah dengan target pada pelayanan kesehatan. melalui LMKM
diharapkan mampu menjadi salah satu langkah yang baik guna suksesnya
program ASI Eksklusif.

2.3.Penelitian Terkait
Tabel 2.1 Penelitian Terkait

Penulis Judul Penelitian Jenis Sampel Hasil Penelitian


Penelitian
Hajijah Septia Faktor-Faktor Kuantitaif Sampel Hasil penelitian
Utami Yang berjumlah menunjukkan
Berhubungan 105 orang 25,7% memberikan
Dengan Perilaku ASI eksklusif lebih
Pemberian ASI rendah dari target
Eksklusif di nasional yang telah
Puskemas ditetapkan sebesar
Kecamatan Koba 80%.
Kabupaten
Bangka Tengah

Ramlan Faktor-Faktor Kuantitaif Sampel Hasil penelitian


Hakim Yang berjumlah menunjukkan ada
Berhubungan 104 orang hubungan yang
Dengan bermakna antara
Pemberian ASI umur, pekerjaan
Eksklusif Pada ibu, dan paritas
Bayi 6-12 Bulan terhadap perilaku
Di Wilayah Kerja pemberian ASI
Puskesmas eksklusif.
Nabire Kota
Kabupaten
Nabire
Handayani Faktor-Faktor Kuantitatif Sampel Hasil penelitian
Yang berjumlah menunjukkan
Berhubungan 156 orang sebagian besar
Dengan Perilaku reseponden tidak
Pemberian ASI memberikan ASI
Eksklusif Pada Eksklusif pada
Ibu Bayi 6-12 bayinya (90,6%).
Bulan Di Faktor predisposisi
Wilayah Kerja pendidikan,
Puskesmas pengetahuan dan
Kecamatan budaya memiliki
Palmatak hubungan
bermakna terhadap
perilaku pemberian
ASI eksklusif.
Miranti Azmi Faktor-Faktor Kuantitaif Sampel Hasil penelitian
Yang berjumlah menunjukkan
Berhubungan 94 orang bahwa 38,3% ibu
Dengan Perilaku memberikan ASI
Pemberian ASI eksklusif kepada
Eksklusif Pada bayinya. Terdapat
Ibu Yang hubungan
Memiliki Bayi 6- bermakna antara
12 Bulan Di pendidikan ibu,
Wilayah Kerja promosi susu
Puskesmas formula,
Kemang pengetahuan, sikap
Kabupaten Bogor dukungan suami,
Pada Tahun 2016 dukungan keluarga
dan dukungan
mertua terhadap
perilaku pemberian
ASI eksklusif.
Elyzabeth Faktor-Faktor Kuantitaif Sampel Hasil penelitian
Nangoy Yang berjumlah diperoleh proporsi
Berhubungan 100 orang perilaku pemberian
Dengan Perilaku ASI eksklusif
Pemberian ASI hanya sebesar 23%.
Eksklusif Di Terdapat 7 variabel
Puskesmas yang memiliki
Suwawa hubungan
Kabupaten Bone bermakna dengan
Bolango Provinsi perilaku pemberian
Gorontolao ASI eksklusif yaitu
Tahun 2013 pendidikan,
pekerjaan, umur,
pengetahuan,
perilaku ASI
segera, dukungan
petugas kesehatan
dan dukungan
suami dan
keluarga.
Dewi Faktor-Faktor Kuantitaif Sampel Hasil penelitian
Wulandari Yang berjumlah diperoleh ibu yang
Berhubungan 191 orang memberikan ASI
Dengan Perilaku eksklusif sebesar
Pemberian ASI 30.9%. Terdapat
Eksklusif Di variabel yang
Wilayah Kerja berhubungan
Puskesmas dengan perilaku
Tengaran pemberian ASI
Kabupaten ekslusif yaitu
Semarang Tahun pendidikan ibu,
2012 pengetahuan ibu,
sikap ibu, informasi
ASI eksklusif dari
tenaga kesehatan,
dukungan suami
dan dukungan
keluarga.
Tia Komala Faktor-faktor Kuantitatif Sampel Hasil penelitian
Faridah Aini yang berjumlah menunjukkan yang
Anggun berhubungan 102 orang mengalami
Trisnasari dengan kegagalan kegagalan ASI
ASI eksklusif di eksklusif sebanyak
wilayah kerja 66 orang. Terdapat
puskesmas variabel yang
priangapus berhubungan
kabupaten dengan kegagalan
semarang tahun ASI eksklusif yaitu
2015 pengetahuan,
pekerjaan,
dukungan suami.
Ratih Faktor Penyebab Kuantitatif Sampel Hasil penelitian
Rahmadhanny Putusnya ASI berjumlah yang didapat lebih
Eksklusif Pada 56 orang dari sebagian
Ibu Menyusui Di (62,5%) ibu tidak
Puskesmas memberikan ASI
Rumbai Tahun eksklusif dan
2011 kurang sebagian
(37.5%) ibu
memberikan ASI
eksklusif. Faktor
yang memiliki
hubungan
bermakna dengan
penyebab putusnya
ASI ekslusif yaitu
pengetahuan,
tradisi/budaya,
sumber informasi
dan dukungan
suami/keluarga.
Nurul Faktor-Faktor Kuantitatif Sampel Sebagian besar
Fatimah Yang berjumlah gagal dalam
Mifbakhuddin Berhubungan 67 orang pemberian ASI
Dengan eksklusif sebanyak
Kegagalan Ibu 45 responden.
Dalam Terdapat hubungan
Memberikan ASI bermakna dengan
Eksklusif Pada kegagalan ibu
Bayi Usia 0-6 dalam pemberian
Bulan Di ASI eksklusif yaitu
Puskesmas pengetahuan, sikap
Bangetayu dan pekerjaan.

2.4. Kerangka Teori

Faktor-faktor
mempengaruhi
pengetahuan :

 Usia
Pengetahuan ASI
 Pendidikan
eksklusif
 Pekerjaan
 Paritas
Sumber : Notoatmodjo (2007)

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1.Desain Penelitian
Desain penelitian ini untuk menguji faktor-faktor yang mempengaruhi
pengetahuan ASI eksklusif di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati. Penelitian ini
merupakan penelitian analitik kuantitatif yang menggunakan metode cross
sectional karena penelitian ini dilakukan pengukuran atau pengamatannya pada
saat yang bersamaan atau sekali waktu.

3.2.Kerangka Konsep
Umur
Pendidikan
Pekerjaan Pengetahuan ASI
eksklusif
Paritas

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

3.3.Hipotesis

Berdasarkan kerangka konsep penelitian yang telah disusun, diajukan


hipotesis sebagai berikut :

a. Hipotesisi Alternatif (Ha): ada hubungan umur ibu terhadap pengetahuan ASI
eksklusif di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati.
b. Hipotesisi Alternatif (Ha): ada hubungan pendidikan ibu terhadap
pengetahuan ASI eksklusif di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati.
c. Hipotesisi Alternatif (Ha): ada hubungan status pekerjaan ibu terhadap
pengetahuan ASI eksklusif di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati.
d. Hipotesisi Alternatif (Ha): ada hubungan status paritas ibu terhadap
pengetahuan ASI eksklusif di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati.

3.4.Definisi Operasional

N Variabel Definisi Alat Cara ukur Hasil Ukur Skala


O ukur ukur
1. Pengeta Pemahaman Kuesio Kuesioner yang 0: Kurang Ordinal
huan ibu informasi ner terdiri dari 20 baik,
hamil yang didapat pertanyaan jika <
mengen ibu hamil pengetahuan jika nilai mean
ai ASI tentang 1 untuk jawaban 1 : Baik,
eksklusi pengertian, benar; nilai 0 untuk jika ≥ mean
f manfaat dan jawaban salah.
komposisi Setelah itu dilakukan
ASI. skoring pengetahuan
yaitu :
∑ Nilai yang benar
∑ Soal
2. Pendidik Jenjang Kuesio Wawancara 0 : Interval
an pendidikan ner Pendidikan
formal yang rendah
ditempuh oleh ( <SMA)
ibu sampai 1 :
mendapatkan Pendidikan
ijazah. tinggi
(≥SMA)
3. Status Paritas adalah Kuesio Wawancara 0.Primigra Ordinal
paritas keadaan ner vida
melahirkan 1.
anak baik Multigravi
hidup ataupun da
mati,tetapi
bukan aborsi,
tanpa melihat
jumlah
anaknya.
4. Pekerjaa Jenis kegiatan Kuesio Wawancara 0.bekerja Ordinal
n yang ner 1.tidak
dilakukan bekerja
sehari-hari
oleh ibu untuk
menghasilkan
uang.
5. Usia Lamanya Kuesio Wawancara 0= Non- Interval
keberadaan ner Reprodukti
seseorang f (<20
diukur dalam tahun dan
satuan waktu >35 tahun)
dipandang
dari segi 1=
kronologik,in Reprodukti
dividu normal f aktif (20-
yang 35 tahun)
memperlihatk
an derajat
perkembanga
n anatomis
dan fisiologik

3.5.POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN


3.5.1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian. Berdasarkan tujuan


yang ingin dicapai maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh ibu hamil trimester 3 ( 29-40 minggu) yang melakukan ANC di
Puskesmas Kecamatan Kramat Jati sebanyak 4200 orang.

3.5.2 Sampel
Sampel adalah sebagian anggota populasi yang diambil dengan cara
tertentu untuk dikenai pengukuran. Sampel penelitian adalah ibu hamil
trimester 3 yang datang ke Puskesmas Kecamatan Kramat Jati.

3.5.3 Kriteria Sampel


a. Inklusi Ibu
1. Ibu yang berada di wilayah Kecamatan Kramat Jati
2. Ibu hamil dengan usia kehamilan 29 minggu - 40 minggu
3. Dalam keadaan sehat fisik dan mental
4. Dapat membaca
5. Bersedia menerima perlakuan
6. Melakukan pemeriksaan ANC di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati
b. Eksklusi Ibu
1. Ibu yang tidak berada di wilayah Kecamatan Kramat Jati
2. Ibu yang tidak dalam keadaan hamil
3. Ibu hamil dengan usia kehamilan <29 minggu dan >40 minggu
4. Tidak dalam keadaan sehat fisik dan mental
5. Tidak dapat membaca
6. Ibu yang tidak pernah melakukan pemeriksaan ANC di Puskesmas
Kecamatan Kramat Jati
3.5.4 Besar Sampel Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang mengenai cakupan ibu hamil
trimester 3, Dalam penelitian ini besarnya sampel ditentukan dengan
menggunakan rumus Slovin (1960) dari (Notoadmodjo, 2010) sebagai
berikut:
n = N / (1 + (N x e²))
Keterangan :
N : Besar populasi
n : Besar sampel
e : Nilai kritis batas kegiatan yang di inginkan (0,5)
Berdasarkan pengumpulan data awal yang dilakukan peneliti,
didapatkan populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 4200 ibu hamil
trimester III, sehingga penentuan besaran sampel dilakukan dengan
menggunakan rumus Slovin sebagai berikut :
n = N / (1 + (N x e²))
n = 4200/ (1+4200(0,1)2 )
n = 4200/ 1+42
n = 4200/42
n = 100

Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan 100 sampel yang dilakukan


penelitian.

3.5.5 Teknik Pengambilan Sampel


Teknik sampling adalah teknik yang digunakan dalam pengambilan
sampel dari populasi. Pengambilan sample dilakukan dengan metode
accidental sampling yaitu dengan cara mengambil sampel ibu yang datang ke
Puskesmas Kecamatan Kramat Jati. Penelitian ini menggunakan ibu hamil
trimester tiga yang berkunjung ANC di KIA Puskesmas Kecamatan Kramat
jati yang memenuhi kriteria inklusi shingga jumlah sampel terpenuhi.

3.6 ALAT DAN TEKNIK PENGUMPULAN DATA


3.6.1 Alat Pengumpulan Data
Alat yang digunakan untuk mengukur nilai variable yang diteliti dan
mengumpulkan data-data selama penelitian dilakukan. Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner terdiri dari 4
bagian. Kuesioner terdiri dari beberapa bagian karakteristik responden yaitu
umur ibu, pendidikan, status pekerjaan dan paritas. Instrumen yang digunakan
dalam pengambilan data primer pada penelitian ini dengan menggunakan
kuesioner yang berisi 20 pertanyaan. Dalam penilaian jawaban setiap soal
diberikan nilai 1 apabila jawaban benar dan 0 apabila jawaban salah. Lalu
skor jawaban benar dibagi keseluruhan jumlah pertanyaan dikalikan 100%.
Maka jika jawaban benar semua diberi skor 100. Hasil perhitungan terakhir
menunjukkan nilai yang dimiliki responden. Sebelum instrument tes
digunakan, terlebih dahulu dilakukan pengujian soal agar data yang diperoleh
baik dan dapat membuktikkan hipotesis yang diujikan. Menurut Arikunto
(2011) instrument yang baik harus memenuhi dua persyaratan penting yaitu
valid dan reliable.

3.6.2 Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh data

1. Data primer melalui kuesioner meliputi :


a. Data karakteristik, responden yang terdiri dari nama, umur
ibu, pendidikan formal dan pekerjaan ibu
b. Data pengetahuan ASI eksklusif responden dari kuesioner,
yaitu responden diminta untuk memilih jawaban yang benar
menurut responden
2. Data sekunder
Data sekunder diperoleh dari Puskesmas Kecamatan Kramat Jati,
yaitu data kunjungan ibu hamil di ruang KIA.

3.7. Uji Validitas dan Reliabilitas


3.7.1. Uji Validitas
Menurut Sugiyono (2010) menyatakan bahwa “hasil penelitian
yang valid bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan
data yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti”. Instrumen
yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data
(mengukur) itu valid, artinya berarti instrument tersebut dapat
digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Untuk
mengetahui tingkat validitas dari butir soal, digunakan rumus kolerasi
Product Moment dengan angka kasar yang dikemukakan oleh Pearson
:
rx y = nΣxy – (Σx) (Σy)
. √{nΣx² – (Σx)²} {nΣy2 – (Σy)2 }

n = Banyaknya ibu hamil trimester tiga


Σx = Jumlah skor tiap ibu hamil pada setiap item soal
Σy = Jumlah skor tiap ibu hamil

Bila r hitung lebih besar dari r table artinyaH0 ditolak artinya


variable valid. Bila r hitung lebih kecil dari r table artinya H0 diterima
artinya variable tidak valid (Hidayat, 2007). Nilai r yang didapat dari
perhitungan rumus product moment tersebut dibandingkan dengan
nilai r table, dengan taraf signifikasi 5%. Apabila nilai r hitung lebih
besar dari nilai r table maka pernyataan tersebut dinyatakan valid.

3.7.2. Reabilitas
Reabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana
suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal
ini berarti menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap
konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap
gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama.
Pengukuran reabilitas menggunakan bantuan software dengan
rumus Alpha Cronbach > 0,70 (Hidayat, 2008). Setelah didapat
nilai hasil uji reabilitas, maka nilai tersebut dibandingkan
dengan nilai uji reabilitas table maka pernyataan dinyatakan
reliable.

3.8. Etika Penelitian


Etika penelitian mengatur standar perilaku bagi peneliti ilmiah.
Penting untuk mematuhi prinsip etika guna melindungi martabat, hak
dan kesejahteraan peserta penelitian. semua penelitian yang melibatkan
manusia harus ditinjau oleh komite etika untuk memastikan bahwa
standar etika yang sesuai dijunjung tinggi. Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan etika sebagai berikut

a. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human


dignity)

Peneliti mempertimbangkan hak-hak subyek untuk


mendapatkan informasi yang terbuka berkaitan dengan jalannya
penelitian serta memiliki kebebasan menentukan pilihan dan bebas
dari paksaan untuk berpartisipasi dalam kegiatan penelitian
(autonomy). Beberapa tindakan yang terkait dengan prinsip
menghormati harkat dan martabat manusia, adalah: peneliti
mempersiapkan formulir persetujuan subyek (informed consent).

b. Menghormati privasi dan kerahasiaan subyek penelitian (respect for


privacy and confidentiality)

Pada dasarnya penelitian akan memberikan akibat terbukanya


informasi individu termasuk informasi yang bersifat pribadi, sehingga
peneliti memperhatikan hak-hak dasar individu tersebut.

c. Keadilan dan inklusivitas (respect for justice and inclusiveness)

Penelitian dilakukan secara jujur, hati-hati, professional,


berperikemanusiaan, dan memperhatikan faktor-faktor ketepatan,
keseksamaan, kecermatan, intimitas, psikologis serta perasaan religius
subyek penelitian. Menekankan kebijakan penelitian, membagikan
keuntungan dan beban secara merata atau menurut kebutuhan,
kemampuan, kontribusi dan pilihan bebas masyarakat. Peneliti
mempertimbangkan aspek keadilan gender dan hak subyek untuk
mendapatkan perlakuan yang sama baik sebelum, selama, maupun
sesudah berpartisipasi dalam penelitian.

d. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan


(balancing harms and benefits)
Peneliti melaksanakan penelitian sesuai dengan prosedur
penelitian guna mendapatkan hasil yang bennanfaat semaksimal
mungkin bagi subyek penelitian dan dapat digeneralisasikan di
tingkat populasi (beneficence). Peneliti meminimalisasi dampak yang
merugikan bagi subyek (nonmaleficence)

3.9. Pengolahan Data


3.9.1. Teknik Pengolahan Data
a. Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data


atau formulir kuesioner yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing
dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data
terkumpul (Hidayat, 2007). Proses editing pada penelitian ini yaitu
mengecek kembali lembar kuesioner yang telah diisi, pengecekan
yang dilakukan meliputi kelengkapan, kejelasan, relevasi serta
konsistensi jawaban responden. Data yang belum lengkap akan
dikembalikan kepada responden dan untuk diisi kembali pada saat itu
juga.

b. Coding

Coding merupakan kegitan pemberian kode numerik (angka)


terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini
sangat penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan
computer. Biasanya dalam pemberian kode dibuat dan artinya dalam
satu buku (code book) untuk memudahkan kembali melihat lokasi
dan arti suatu kode dari suatu variabel (Hidayat, 2007).
c. Entry data
Data entri adalah kegiatan memasukan data yang telah
dikumpulkan kedalam master table atau data base
computer, kemudian membuat distribusi frekuensi
sederhana atau bisa dengan membuat table kontingensi
(Hidayat, 2007).
d. Cleaning data
Cleaning data merupakan tahap pemeriksaan kembali
terhadap data-data yang sudah di masukan untuk melihat
kemungkinan- kemungkinan adanya kesalahan kode,
ketidaklengkapan, dan sebagainya, kemudian dilakukan
pembetulan atau koreksi kembali
e. Teknik analisa data
Dalam melakukan tehnik analisis, khususnya terhadap
data penelitian akan menggunakan ilmu statistik terapan
yang disesuaikan dengan tujuan yang hendak dianalisis,
apabila penelitiannya deskriptif, maka akan menggunakan
deskriptif (Hidayat, 2007).

3.10. Teknik Analisa Data


3.10.1. Analisis Univariat
Analisis univariat merupakan analisa yang dilakukan pada tiap
variabel dari hasil penelitian pada umumnya dalam analisa ini hanya
menghasilkan distribusi dan presentasi dari tiap variabel. Data disajikan dalam
bentuk tabel distribusi frekuensi sebagai bahan mauskan (Notoadmodjo
2007). Analisa pada penelitian ini adalah umur, pendidikan, status pekerjaan,
dan paritas.
3.10.2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat adalah analisis yang diperlukan untuk menjelaskan


hubungan dua variabel yaitu antara variabel independen dan dependen. Dalam
penelitian ini analisis bivariat yakini untuk menjelaskan dua variabel, yakni
pengetahuan ASI eksklusif sebagai variabel dependen dengan umur,
pendidikan, status pekerjaan, dan paritas sebagai variabel independen.
Analisis bivariat ini menggunakan uji Chi Square apabila memenuhi syarat.
Sedangkan untuk melihat kemaknaan perhitungan statistik digunakan batas
kemaknaan p value (0,05). Sehingga apabila p value <0,05 maka (Ho)
diterima, artinya hubungan kedua variable secara statistic signifikan.
Sebaliknya apabila nilai p value >0,05 maka (Ho) ditolak, artinya hubungan
kedua variabel secara statistic tidak signifikan. Sedangkan untuk melihat
besarnya hubungan nilai Odss Ratio (OR).

\
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1.Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk menyajikan gambaran masing-


masing variabel penelitian, dimana hasilnya diuraikan dalam tabel-tabel
dibawah ini :
4.1.1 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan umur,
pendidikan, pekerjaan, paritas di Puskesmas Kecamatan Kramat
Jati.

Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur,
Pendidikan, Pekerjaan, Paritas di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati.
No. Karakteristik Ibu hamil N %
1. Usia
Resiko rendah 27 90%
(20 s.d 35 th)
Resiko tinggi 3 10%
(<20 th dan >35 th)

2. Pendidikan
Pendidikan tinggi 22 73,3 %
Pendidikan rendah 8 26,7 %
Pekerjaan
Bekerja 2 6,7 %
Tidak bekerja 28 93,3 %

4. Paritas
Primigravida 12 40%
Multigravida 18 60%

Berdasarkan tabel 4.1, dari 30 responden sebagian besar berusia resiko rendah
yaitu 27 orang (90%). Pada variabel tingkat pendidikan, sebagian besar
responden berpendidikan tinggi yaitu 22 orang (73,3%). Pada variabel pekerjaan
sebagian besar responden tidak bekerja (ibu rumah tangga) sebanyak 28 orang
(93,3%) . Pada variable status paritas sebagian besar multigravida yaitu 18 orang
(60%).

4.3. Analisis Bivariat

Tabel 4.2.1
Distribusi Responden Menurut Umur dan Pengetahuan ASI
Eksklusif di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati 2018

Kategori pengetahuan P OR
Usia Baik Kurang
N % N %

Risiko rendah 19 70,4 8 29,6 0,097 3.500


Risiko tinggi 1 33,3 2 66,6
Berdasarkan tabel 4.2.1 menunjukkan bahwa dari 30 responden
didapatkan 19 responden (70,4%) memiliki pengetahuan baik dengan usia
resiko rendah. Hasil uji statistik diperoleh nilai p= 0,097 (p>0.05) dengan OR
3.500, maka disimpulkan tidak ada hubungan bermakna antara usia ibu
dengan pengetahuan ASI eksklusif

Tabel 4.2.2
Distribusi Responden Menurut Pendidikan dan Pengetahuan ASI
Eksklusif di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati 2018

Kategori pengetahuan P OR
Pendidikan Baik Kurang
N % N %

Pendidikan tinggi 7 31,8 15 68,2 0,770 1.286


Pendidikan
B 3 37,5 5 62,5
e rendah
r
d
asarkan tabel 4.2.2 menunjukkan bahwa dari 30 responden didapatkan 15
responden (68,2%) berpendidikan tinggi memiliki pengetahuan kurang. Hasil
uji statistik diperoleh nilai p= 0,770 (p>0.05) dengan OR 1.286 , maka
disimpulkan tidak ada hubungan bermakna antara pendidikan ibu dengan
pengetahuan ASI eksklusif.
Tabel 4.2.3
Distribusi Responden Menurut Pekerjaan dan Pengetahuan ASI
Eksk
lusif Kategori pengetahuan P OR
di
Pekerjaan Baik Kurang
Pusk
N % N %
esma
s
Tidak Bekerja 20 71,4 8 28,6 0,038 3.500
Keca
Bekerja 0 100 2 100
mata
n
Kramat Jati 2018

Berdasarkan tabel 4.2.3 menunjukkan bahwa dari 30 responden


didapatkan 20 responden (70,4%) yang tidak bekerja memiliki pengetahuan
baik. Hasil uji statistik diperoleh nilai p= 0,038 (p<0.05) dengan OR 3.500,
maka disimpulkan ada hubungan bermakna antara pekerjaan ibu dengan
pengetahuan ASI eksklusif

Tabel 4.2.4

Kategori pengetahuan P OR
Paritas
Baik Kurang
N % N %

Primipara 7 58,3 5 41,7 0,570 1.857


Multipara 5 27,7 13 72,3

Distribusi Responden Menurut Paritas dan Pengetahuan ASI


Eksklusif di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati 2018

Berdasarkan tabel 4.2.4 menunjukkan bahwa dari 30 responden


didapatkan 13 responden (72,3%) multipara memiliki pengetahuan kurang.
Hasil uji statistik diperoleh nilai p= 0,570 (p>0.05) dengan OR 1.857, maka
disimpulkan tidak ada hubungan bermakna antara paritas dengan pengetahuan
ASI eksklusif.

4.2 Hubungan Usia Ibu dengan Pengetahuan ASI eksklusif


Hasil penelitian yang ditunjukkan pada Tabel 4.1 menyatakan bahwa
sebagian besar responden adalah yang berusia 20-35 tahun. Umur ibu sangat
menentukan kesehatan maternal dan berkaitan dengan kondisi kehamilan,
persalinan dan nifas serta cara mengasuh dan menyusui bayinya. lbu yang
berumur kurang dari 20 tahun masih belum matang dan belum siap dalarn hal
jasmani dan sosial dalarn menghadapi 10 kehamilan, persalinan serta dalam
membina bayi yang dilahirkan.
Ibu yang berumur 20-35 tahun, disebut sebagai "masa dewasa" dan
disebut juga masa reproduksi, masalah-masalah yang dihadapi dengan tenang
secara emosional, terutama dalarn menghadapi kehamilan, persalinan, nifas
dan merawat bayinya nanti, sedangkan pada ibu dengan usia 35 tahun ke atas
dimana produksi hormon relatif berkurang, mengakibatkan proses laktasi
menurun, sedangkan pada usia remaja 12-19 tahun harus dikaji pula secara
teliti karena perkembangan fisik, psikologis maupun sosialnya belum siap
yang dapat mengganggu keseimbangan psikologis dan dapat mempengaruhi
dalam produksi ASI(Hurlock, 2006) .
Diperoleh hasil yang sama dengan nilai p = 0,097 sehingga dapat
disimpulkan bahwa tidak ada hubungan pengetahuan ASI eksklusif dengan
umur. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Emilia (2008)
dikatakan bahwa tidak ada hubungan bermakna pengetahuan ASI eksklusif
dengan umur. Umur responden tidak berpengaruh terhadap pengetahuan ASI
eksklusif sehingga tidak mempengaruhi juga pemberian ASI secara eksklusif
yang sesuai dikatakan oleh Ratih Ramadhanny pada tahun 2011 di Puskesmas
Rumbai bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara umur dengan
perilaku pemberian ASI eksklusif.
Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Cahyani
(2014) yang menyatakan bahwa pada usia 20-35 tahun responden cenderung
lebih aktif dalam mencari informasi mengenai ASI Eksklusif. Namun pada
usia 20-35 tahun merupakan rentang usia yang aman untuk berproduksi dan
pada umumnya ibu pada usia tersebut memiliki kemampuan laktasi yang lebih
baik dibandingkan ibu yang berumur lebih dari 35 tahun (Roesli, 2000)

4.3 Hubungan Pendidikan Ibu dengan Pengetahuan ASI eksklusif

Hasil analisis menunjukkan bahwa responden memiliki pendidikan


tinggi mampu menjawab soal dengan baik sebesar 31,8%. Dan kurang baik
sebesar 34,3%. Hasil uji Kai Square diperoleh p= 0,770 maka disimpulkan
tidak ada hubungan bermakna pendidikan dengan pengetahuan ASI eksklusif.

Notoatmodjo (2010) menyatakan bahwa semakin tinggi pendidikan


seseorang maka akan semakin mudah dalam menerima informasi dan semakin
banyak pengetahuan yang dimiliki sehingga mempengaruhi perilaku
seseorang. Pendidikan akan membuat seseorang terdorong untuk ingin tahu,
untuk mencari pengalaman dan untuk mengorganisasikan pengalaman
sehingga informasi yang diterima akan menjadi pengetahuan.

Pendidikan yang tinggi membuat seorang ibu lebih dapat berfikir


rasional tentang manfaat Asi eksklusif dan pendidikan tinggi lebih mudah
untuk terpapar dengan informasi dibandingkan dengan yang berpendidikan
rendah.

Penelitian ini didukung dengan pendapat Suradi, Kristina(2012)


menyatakan bahwa walaupun seorang ibu yang memiliki pendidikan formal
yang tidak terlalu tinggi belum tentu tidak mampu memberikan ASI secara
eksklusif dibandingkan dengan orang yang lebih tinggi pendidikan formalnya,
tetapi perlu menjadi pertimbangan bahwa faktor tingkat pendidikan turut
menentukan mudah tidaknya menyerap dan memahami pengetahuan yang ibu
peroleh.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan


oleh Cahyani (2012) yang menyatakan bahwa pendidikan berpengaruh
terhadap pengetahuan ibu menyusui sehingga semakin tinggi tingkat
pendidikan seseorang makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki dalam
pemberian ASI Eksklusif. Sebaliknya, pendidikan yang rendah/ kurang akan
menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai baru yang
diperkenalkan sehingga pengetahuan juga kurang dalam pemberian ASI
Eksklusif.

4.4 Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Pengetahuan ASI eksklusif


Responden yang termasuk dalam kategori bekerja disini adalah
responden yang memiliki kegiatan selain dari ibu rumah tangga (IRT) seperti
PNS, pedagang, wiraswasta dan karyawan, IRT memiliki pekerjaan
sampingan dan lain-lain. Sedangkan responden yang termasuk dalam kategori
tidak bekerja adalah responden yang memiliki peran sebagai IRT tanpa
pekerjaan sampingan.

Dalam penelitian ini mendapatkan bahwa sebagian besar ibu tidak


bekerja. Ibu yang tidak bekerja memiliki kemungkinan lebih besar untuk
memberikan ASI secara eksklusif. Tingginya angka ibu yang bekerja
dipengaruhi oleh tingkat kebutuhan keluarga yang semakin tinggi sehingga
tidak hanya suami yang mencari nafkah namun dilakukan juga oleh istri untuk
membantu. Dan didapatkan hasil uji Kai Square p = 0,038. Hasil penelitian ini
adanya hubungan bermakna antara pengetahuan ASI eksklusif dengan status
pekerjaan.

Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Rulina, Suharyono,


(2006) menyatakan bahwa ibu yang bekerja mempengaruhi kualitas
pemberian ASI. Meskipun ibu yang bekerja tidak banyak memiliki waktu
luang untuk memberikan ASI eksklusif kepada bayinya akan tetapi
pendidikan ibu yang bekerja kemungkinan akan mendapatkan informasi dari
rekan kerjanya yang sudah berpengalaman mengenai bagaimana cara
meberikan ASI pada ibu.

Pekerjaan adalah kegiatan yang harus dilakukan terutama untuk


menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarganya. Pekerjaan ibu juga
dapat diperkirakan dapat mempengaruhi pengetahuan dan kesempatan ibu
dalam memberikan ASI eksklusif. Pengetahuan responden yang bekerja lebih
baik bila dibanding dengan pengetahuan responden yang tidak bekerja. Semua
ini disebabkan karena ibu yang bekerja diluar rumah memiliki akses yang
lebih baik terhadap berbagai informasi, termasuk mendapatkan informasi
tentang pemberian ASI eksklusif Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Widiyanto, Aviyanti, Namun penelitian ini sejalan
dengan Tyas A (2012) menyatakan banyak juga ibu – ibu yang bekerja di luar
rumah sehingga ibu–ibu kurang mendapatkan informasi dari penyuluhan–
penyuluhan yang diberikan oleh tenaga kesehatan desa setempat.

4.5 Hubungan Pendidikan Ibu dengan Pengetahuan ASI eksklusif

Paritas dalam menyusui adalah pengalaman pemberian ASI eksklusif,


menyusui pada kelahiran anak sebelumnya, kebiasaan menyusui dalam
keluarga, serta pengetahuan tentang manfaat ASI berpengaruh terhadap
keputusan ibu untuk menyusui atau tidak. Hasil analisis menunjukkan bahwa
tidak ada hubungan bermakna antara status paritas dengan pengetahuan.

Roesli (2000), mengatakan bahwa semakin banyak anak yang


dilahirkan akan mempengaruhi produktivitas ASI, karena sangat berhubungan
dengan status kesehatan ibu dan kelelahan serta asupan gizi. Paritas
diperkirakan ada kaitannya dengan pencarian informasi dalam pemberian ASI
eksklusif. Hal ini dihubungkan dengan pengaruh pengalaman sendiri maupun
orang lain, bahwa pengalaman ibu berpengaruh dalam mengurus anak serta
berpengaruh pula terhadap pengetahuan tentang ASI eksklusif

Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh


Kristiansen et al. di Norwegia telah menunjukkan bahwa paritas merupakan
salah satu faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif. Seorang
ibu dengan bayi pertamanya menjadi sangat rentan terhadap berbagai
provokasi dan persuasi serta mungkin akan mengalami masalah ketika
menyusui yang sebetulnya hanya karena tidak tahu cara-cara yang sebenarnya
dan apabila ibu mendengar ada pengalaman menyusui yang kurang baik yang
dialami orang lain, hal ini memungkinkan ibu ragu untuk memberikan ASI
pada bayinya.
Namun pada penelitian Maria (2013) tidak terdapat hubungan yang
bermakna antara jumlah anak dengan pengetahuan ASI eksklusif yang
dilakukan di di posyandu Tanah Boleng Adonara Kabupaten Flores Timur.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai faktor-faktor yang


mempengaruhi pengetahuan ASI eksklusif terhadap 30 responden pada ibu yang
memenuhi kriteria inklusi di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati
5.1.1 Tidak terdapat hubungan bermakna antara umur ibu dengan pengetahuan
ASI eksklusif dengan hasil p value (0,097) yang berarti tidak ada
hubungan bermakna antara umur ibu dengan pengetahuan ASi eksklusif.
5.1.2 Tidak terdapat hubungan bermakna antara pendidikan ibu dengan
pengetahuan ASI eksklusif dengan hasil p value (0,770) yang berarti
tidak ada hubungan bermakna antara pendidikan ibu dengan pengetahuan
ASi eksklusif.
5.1.3 Tidak terdapat hubungan bermakna antara paritas dengan pengetahuan
ASI eksklusif dengan hasil p value (0,570) yang berarti tidak ada
hubungan bermakna antara umur ibu dengan pengetahuan ASi eksklusif.
5.1.4 Terdapat hubungan bermakna antara pekerjaan dengan pengetahuan ASI
eksklusif dengan hasil p value (0,038) yang berarti ada hubungan
bermakna antara pekerjaan ibu dengan pengetahuan ASI eksklusif.
Diperoleh nilai OR=3500, artinya ibu yang tidak bekerja 3500 kali
berpeluang meningkatkan pengetahuan ASI eksklusif dibandingkan ibu
yang bekerja.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Puskesmas Kecamatan Kramat Jati
a. Memberikan dan meningkatkan penyuluhan kesehatan tentang
pemberian ASI eksklusif khususnya mengenai pengetahuan manfaat
ASI eksklusif bagi keluarga.
b. Memberikan penyuluhan dan pelatihan kepada kader posyandu
mengenai ASI eksklusif.
5.2.2 Bagi Ibu
a. Ikut menyertakan diri dalam kegiatan penyuluhan kesehatan tentang
pemberian ASI eksklusif.
b. Aktif bertanya kepada petugas kesehatan mengenai manfaat dan
pentingya ASI eksklusif.
5.2.3 Bagi Peneliti Lainnya
Perlu penelitian lebih lanjut mengenai pengetahuan ASI eksklusif di
wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Kramat Jati sehingga mendapatkan
gambaran secara keseluruhan tentang ASI eksklusif dengan melibatkan
variabel-variabel lain selain yang sudah peneliti lakukan.
SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN/INFORMAN

Dengan Hormat,

Perkenalkan nama saya Bunga Lestari Denti mahasiswa Poltekkes Kemenkes


Jakarta III program studi D4 Kebidanan dimana tujuan penelitian ini adalah salah
satu syarat kelulusan kuliah serta mengetahui pengetahuan ASI Eksklusif untuk
menganalisa “Pengaruh Media Promosi Kesehatan tentang ASI Eksklusif
terhadap Peningkatan Pengetahuan Ibu Hamil Trimester 3 Menggunakan Media
Leaflet di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pulogadung Jakarta Timur
Tahun 2018”. Manfaat penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengerauh media
promosi kesehatan terhadap pengetahuan ibu hamil mengenai ASI Eksklusif.
Tidak adanya efek samping dan resiko apapun setelah melakukan pengisian
kuesioner tersebut. Maka bersama ini saya mohon bantuan ibu-ibu untuk bersedia
menjawab beberapa pertanyaan yang saya ajukan (sesuai kuesioner) dengan
keadaan yang sebenar-benarnya (objectif), karena keberatan data terjamin yang
tidak akan mempengaruhi perawatan/ pemeriksaan nantinya dan kondisi lainnya.
Demikian permohonan ini saya sampaikan,saya ucapkan terimakasih atas
bantuannya.

Jakarta, ………….. 2018

Penelitian
PERNYATAAN PERSETUJUAN SEBAGAI RESPONDEN

(INFORM CONSENT)

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Umur :

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

Setelah memperoleh penjelasan sepenuhnya menyadari, mengerti, dan memahami


tentang tujuan, manfaat dan risiko yang mungkin timbul dalam penelitian serta
sewaktu-waktu dapat mengundurkan diri dari keikutsertaannya, maka saya
setuju/tidak setuju *ikut serta dalam penelitian yang berjudul :

Pengaruh Media Promosi Kesehatan tentang ASI Eksklusif terhadap


Peningkatan Pengetahuan Ibu Hamil Trimester 3 Menggunakan Media Leaflet
di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pulogadung Jakarta Timur Tahun
2018”

Demikian surat pernyataan ini kami buat dengan sesungguhnya dan tanpa paksaan
dari pihak manapun.

Jakarta, …………… 2018

Saksi Responden

( ) ( )
KUESIONER PENELITIAN

PENGARUH MEDIA PROMOSI KESEHATAN TENTANG ASI


EKSKLUSIF TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN IBU HAMIL
TRIMESTER 3 DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN
PULOGADUNG JAKARTA TIMUR TAHUN 2018

No. Responden :

Tanggal Pengisian :

I. Data Identitas Responden


1. Nama responden :
2. Alamat responden :
3. Umur responden :

< 20 tahun

20-35 tahun

> 35 tahun

4. Pendidikan terakhir :
Tidak tamat sekolah atau tidak tamat SD
Tamat SD
SLTP
SLTA
Perguruan tinggi

5. Pekerjaan responden :
Ibu rumah tangga
Wiraswasta
Buruh
Pegawai swasta
Pegawai negeri/TNI/POLRI

6. Jumlah anak :
1-2
3-4
>5

II. Kuesioner Pengetahuan

Petunjuk : Isilah tanda (X) pada salah satu kolom jawaban dibawah ini
dengan jawaban yang sebenarnya

1. Apakah Ibu tahu kepanjangan dari ASI?


a. Air Susu Ibu
b. Anak Sayang Ibu
2. Apakah yang dimaksud dengan ASI eksklusif ?
a. Makanan alamiah bagi bayi sampai usia 2 tahun
b. Pemberian ASI ditambah susu formula sampai usia 6 bulan
c. Pemberian ASI saja tanpa tambahan cairan lain atau makanan padat
sampai usia 6 bulan
d. Pemberian ASI ditambah susu formula dan makanan padat sampai usia
2 tahun
3. Menurut ibu apa saja kandungan yang terdapat dalam ASI ?
a. Kolostrum
b. Antibodi
c. Protein , vitamin , karbohidrat ,lemak
d. Semua benar
4. Dibawah ini yang merupakan manfaat dari memberikan ASI?
a. Agar bayi dapat minum susu formula
b. Agar bayi mendapatkan cukup gizi, bayi terhindar dari penyakit, dan
bayi menjadi cerdas
c. Agar dapat terjalin hubungan batin yang erat antara ibu dan anak.
d. B dan C benar
5. Menurut ibu kapan kah seorang bayi harus segera diberikan ASI
pertamanya?
a. Segera setelah bayi lahir atau maksimal 1 jam setelah lahir
b. Menunggu ibu untuk benar-benar siap memberikan ASI
c. Setelah bayi diberikan susu formula untuk latihan menghisap, barulah
diberikan ASI pertama
d. Menunggu bayi menangis terus karena kelaparan
6. Menurut ibu apa keunggulan bayi yang diberikan ASI ekslusif
dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapat ASI eksklusif?
a. ASI eksklusif membuat anak menjadi cerdas dan mandiri
b. ASI eksklusif menekan angka kematian bayi dan angka kesakitan bayi
c. A dan B benar
d. semua salah
7. Apa manfaat pemberian ASI Eksklusif bagi ibu?
a. Menambah panjang kembalinya kesuburan pasca melahirkan
b. Menunda kehamilan berikutnya
c. Lebih cepat langsing
d. Semua jawaban benar
8. Apakah kelebihan ASI daripada PASI ?
a. Kandungan nutrisi ASI lebih baik
b. ASI praktis dan tidak memerlukan biaya
c. ASI dapat mempererat tali kasih sayang ibu dan anak
d. Semua jawaban benar
9. Menurut ibu frekuensi yang tepat dalam menyusui berapa kali ?
a. 1 kali dalam sehari
b. Sesering mungkin
c. 3-5 kali dalam sehari
d. setiap kali bayi menangis
10. Menurut ibu setelah bayi diberikan ASI eksklusif, sampai usia berapa bayi
dilanjutkan diberikan ASI ?
a. ASI dihentikan setelah pemberian ASI eksklusif
b. 6 bulan
c. 1 tahun
d. 2 tahun
III. Petunjuk : Isilah tanda (√) pada salah satu kolom jawaban dibawah ini
dengan jawaban yang sebenarnya
NO PERNYATAAN BENAR SALAH
1 ASI yang keluar pertama kali disebut kolostrum
2 ASI yang keluar pertama kali berwarna kekuningan
sehingga tidak baik diberikan kepada bayi

3 ASI saja tidak cukup untuk bayi usia hingga 6 bulan


jadi harus ditambah makanan pendamping lain.

4 Menyusui bayi dapat dilakukan sesuai dengan


kebutuhan bayi dengan melihat tanda- tanda bayi
ingin menyusui seperti bayi menangis, bayi rewel,
dan bayi nampak gelisah.

5 Ibu yang memberikan ASI dianjurkan menambah


suplai makanan seperti ikan, telur dan kacang-
kacangan

6 ASI mengandung anti infeksi yang tidak dapat


mencegah penyakit yang terjadi pada bayi seperti
diare dan infeksi saluran pernapasan.

7 Pemberian ASI pasca bersalin dapat mengurangi


resiko perdarahan.

8 Bayi yang diberi ASI eksklusif akan lebih jarang sakit


dibandingkan bayi yang tidak ASI eksklusif

9 Ibu harus mencuci tangan dengan air dan sabun


sebelum memegang bayi.
10 Bila bayi menyusui lebih banyak maka payudara ibu
akan lebih banyak menghasilkan ASI

IV. Kuesioner Pengetahuan Pemberian Asi Esklusif Pada Ibu Yang Bekerja.
Petunjuk : Isilah tanda (√) pada salah satu kolom jawaban dibawah ini
dengan jawaban yang sebenarnya

NO PERNYATAAN BENAR SALAH


1 Bayi dapat mengosongkan payudara ibu setiap 10- 15
menit disetiap payudara.

2 ASI yang sudah diperah dapat diberikan melalui dot.

3 ASI yang sudah beku dapat di hangatkan dengan


menggunakan air panas yang ada di dalam mangkok
atau berupa wadah untuk di hangatkan.

4 ASI dapat di perah dengan menggunakan tangan dan


pompa.
5 Sebelum ibu bekerja ASI di perah dulu dan di berikan
oleh pembantu atau orang yang menjaga dengan
menggunakan sendok.

6 ASI yang sudah di perah disimpan didalam lemari es


selama 8 hari.
7 Penyimpanan ASI perahan dilakukan dengan
menggunakan kantung plastic
8 Setelah di perah ASI dapat disimpan selama: 4-8 jam
dalam temperature ruangan (19- 25 derajat Celsius), 2
minggu sampai 4 bulan di freezer
9
Melakukan sterilisasi wadah ASI dengan merebus
botol ke dalam air mendidih.

10 Menggunakan ASI perah dari jam perah paling


terakhir
DAFTAR PUSTAKA

1. UNICEF.Setiap Tahun 2,6 Juta Bayi Meninggal Sebelum Usia Satu Bulan [Internet].
2018; Avaible from : https://www.dw.com/id/unicef-setiap-tahun-26-juta-bayi-
meninggal-sebelum- usia-satu-bulan-42653239
2. InfoDATIN Kemenkes RI. infodatin-anak.pdf. 2014
3. Roesli U. Mengenai ASI Eksklusif. Jakarta: Trubus Agriwidya; 2000
4. Bab i pendahuluan. Bab I pendahuluan A.Latar belakang Pemberian Air Susu
Ibu[internet]. 2016;1–7. Available from: eprints.ums.ac.id/47372/4/2.BAB%20I.pdf
5. Amiruddin, R. 2006. Promosi Susu Formula Menghambat Pemberian ASI Eksklusif.
6. Bab ii tinjauan pustaka. Bab II Tinj Pustaka [Internet]. 2013;14–68. Available from:
http://eprints.undip.ac.id/43466/3/BAB_II_TINJAUAN_PUSTAKA_-.pdf
7. Dinkes DKI Jakarta. Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta. 2016;46.
8. Dinkes DKI Jakarta. Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta. 2015;52.
9. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak. Keputusan Menteri
Kesehatan.Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.2011
10. Stuebe, Alison M dan Bonuck, Karen. What Predicts Infent to Breastfeed Exclusifely?
Breastfeeding Knowledge,Attitudes, and Beliefs in Diverse Urban Population. Jurnal
Breastfeeding Medicine. Volume 6 (6).2011. Available from:
http://pubmedcentralcanada.ca/pmcc/articles/PMC3263301
11. Februhartanty, Judhiastuty. Strategic Roles Of Fathers in Optimizing Breastfeeding
Practics; A study in Urban Jakarta. 2008
12. Emilia,Rika.Pengaruh Penyuluhan ASI Eksklusif Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Ibu
Hamil di Mukim Laure-E Kecamatan Simeuleu Tengah Kabupaten Simeuleu.2008.1-56
13. Arifeen S., Robert EB., Gretchen A,dkk. Exclusive Breastfeeding Reduces Acute
Respiratory Infection and Diarrhea Deaths Among Infants In Dhaka. 2011.
14. Depkes.Promosi Kesehatan.2016;
15. Suhertusi. Pengaruh Media Promosi Kesehatan tentang ASI Eksklusif terhadap
Peningkatan Pengetahuan Ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Begalung
Padang.2014.1-20
16. Handayani. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI eksklusif. 2012;
17. Departemen Kesehatan. Keberhasilan Pencapaian Pemberi ASI Yang Berkaitan Dengan
IMD. 2010;
18. InfoDATIN Kemenkes RI. infodatin-asi.pdf. 2014.
19. KEMENKES RI. Profil Kesehatan Indonesia 2012. 2012. 152 p.
20. Kemenkes RI. profil Kesehatan Indonesia. Vol. 70, Kesehatan. 2015. 1780-1790 p.
21. Dewi W. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI Eksklusif. 2012;
Nurrahman. Pengetahuan, Sikap, Dan Praktik Pemberian Asi Eksklusif Di Wilayah Kerja
Puskesmas Jumpandang Baru Kecamatan Tallo Kota Makassar Tahun 2017.2017;
22. Profil Kesehatan Ibu dan Anak 2015 1. 2015;
23. Purnamasari D. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Ketidakberhasilan ASI
Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Pakualaman Kota Yogyakarta. 2015;
24. Subargus,Amin. 2011. Promosi Kesehatan Melalui Pendidikan Kesehatan Masyarakat.
Yogyakarta: Gosyen Publishing
25. Unicef. Adopting optimal feeding practices is fundamental to a child’s survival, growth
and development, but too few children benefit. Adopt Optim Feed Pract is Fundam to a
child’s Surviv growth Dev but too few Child benefit [Internet]. 2016; Available from:
https://data.unicef.org/topic/nutrition/infant-and-young-child- feeding/#
26. World Health Organization (WHO). Exclusive breastfeeding for optimal growth,
development and health of infants. 2017; Available from:
http://www.who.int/elena/titles/exclusive_breastfeeding/en/
27. Yulianah, Nana, dkk. Hubungan Antara Pengetahuan, Sikap Dan Kepercayaan Ibu
Dengan Pemberian Asi Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Bonto Cani Kabupaten
Bone Tahun 2013.2013;
28. Zainal, H. 2011. Gerakan Peduli ASI Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai