Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DISUSUN OLEH
NIM : P1337424416008
JURUSAN KEBIDANAN
SEMARANG
2017
BAB I
TINJAUAN TEORI
2. Etiologi
3. Pada wanita
Gejala apendisitis sering dikacaukan dengan adanya gangguan yang
gejalanya serupa dengan apendisitis, yaitu mulai dari alat genital (proses
ovulasi, menstruasi), radang panggul, atau penyakit kandungan lainnya.
Pada wanita hamil dengan usia kehamilan trimester, gejala apendisitis
berupa nyeri perut, mual, dan muntah, dikacaukan dengan gejala serupa
yang biasa timbul pada kehamilan usia ini. Sedangkan pada kehamilan
lanjut, sekum dan apendiks terdorong ke kraniolateral, sehingga keluhan
tidak dirasakan di perut kanan bawah tetapi lebih ke regio lumbai kanan.
4. Mekanisme Penyakit
5. Diagnosis
A. Berdasarkan sumbernya
Cutaneus/ superfisial, yaitu nyeri yang mengenai kulit/ jaringan
subkutan. Biasanya bersifat burning (seperti terbakar)
o ex: terkena ujung pisau atau gunting
Deep somatic/ nyeri dalam, yaitu nyeri yang muncul dari ligament,
pemb. Darah, tendon dan syaraf, nyeri menyebar & lbh lama
daripada cutaneus
o ex: sprain sendi
Visceral (pada organ dalam), stimulasi reseptor nyeri dlm rongga
abdomen, cranium dan thorak. Biasanya terjadi karena spasme otot,
iskemia, regangan jaringan
B. Berdasarkan penyebab:
Fisik
Bisa terjadi karena stimulus fisik (Ex: fraktur femur)
Psycogenic
Terjadi karena sebab yang kurang jelas/susah diidentifikasi,
bersumber dari emosi/psikis dan biasanya tidak disadari. (Ex:
orang yang marah-marah, tiba-tiba merasa nyeri pada
dadanya). Biasanya nyeri terjadi karena perpaduan 2 sebab
tersebut
C. Berdasarkan lama/durasinya
Nyeri akut
Nyeri yang terjadi segera setelah tubuh terkena cidera, atau
intervensi bedah dan memiliki awitan yan cepat, dengan intensitas
bervariasi dari berat sampai ringan . Fungsi nyeri ini adalah sebagai
pemberi peringatan akan adanya cidera atau penyakit yang akan
datang. Nyeri ini terkadang bisa hilang sendiri tanpa adanya intervensi
medis, setelah keadaan pulih pada area yang rusak. Apabila nyeri akut
ini muncul, biasanya tenaga kesehatan sangat agresif untuk segera
menghilangkan nyeri. Nyeri akut secara serius mengancam proses
penyembuhan klien, untuk itu harus menjadi prioritas perawatan.
Rehabilitasi bisa tertunda dan hospitalisasi bisa memanjang dengan
adanya nyeri akut yang tidak terkontrol
Nyeri kronik
Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap
sepanjang suatu periode tertentu, berlangsung lama, intensitas
bervariasi, dan biasanya berlangsung lebih dari enam bulan. Nyeri ini
disebabkan oleh kanker yang tidak terkontrol, karena pengobatan
kanker tersebut atau karena gangguan progresif lain. Nyeri ini bisa
berlangsung terus sampai kematian. Pada nyeri kronik, tenaga
kesehatan tidak seagresif pada nyeri akut. Klien yang mengalami nyeri
kronik akan mengalami periode remisi (gejala hilang sebagian atau
keseluruhan) dan eksaserbasi (keparahan meningkat). Nyeri ini
biasanya tidak memberikan respon terhadap pengobatan
yang diarahkan pada penyebabnya. Nyeri ini merupakan penyebab
utama ketidakmampunan fisik dan psikologis. Sifat nyeri kronik yang
tidak dapat diprediksi membuat klien menjadi frustasi dan seringkali
mengarah pada depresi psikologis. Individu yang mengalami nyeri
kronik akan timbul perasaan yan gtidak aman, karena ia tidak pernah
tahu apa yang akan dirasakannya dari hari ke hari.
Radiating pain
(ex: cardiacpain)
Referred pain
Intractable pain
Phantom pain
3. Fisiologi Nyeri
Banyak teori yang berusaha menjelaskan dasar neurology dari nyeri.
Untuk memudahkan memahami fisiologis nyeri maka perlu mempelajari tiga
komponen fisiologi berikut ini :
4. Reflek Nyeri
Ø Transmisi, dalam proses ini terlibat tiga komponen saraf yaitu saraf
sensorik perifer yang meneruskan impuls ke medulla spinalis, kemudian
jaringan saraf yang meneruskan impuls yang menuju ke atas (ascendens),
dari medulla spinalis ke batang otak dan thalamus. Yang terakhir hubungan
timbal balik antara thalamus dan cortex.
Ø Modulasi yaitu aktivitas saraf utk mengontrol transmisi nyeri. Suatu jaras
tertentu telah diteruskan di sistem saran pusat yang secara selektif
menghambat transmisi nyeri di medulla spinalis.
Ø Persepsi, Proses impuls nyeri yang ditransmisikan hingga menimbulkan
perasaan subyektif dari nyeri sama sekali belum jelas. bahkan struktur otak
yang menimbulkan persepsi tersebut juga tidak jelas.
Berdasarkan letaknya, nosireseptor dapat dikelompokkan dalam
beberapa bagaian tubuh yaitu pada kulit (Kutaneus), somatik dalam (deep
somatic), dan pada daerah viseral, karena letaknya yang berbeda-beda
inilah, nyeri yang timbul juga memiliki sensasi yang berbeda.
Nosireceptor kutaneus berasal dari kulit dan sub kutan, nyeri yang
berasal dari daerah ini biasanya mudah untuk dialokasi dan didefinisikan.
Reseptor jaringan kulit (kutaneus) terbagi dalam dua komponen yaitu :
a) Reseptor A delta
Merupakan serabut komponen cepat (kecepatan tranmisi 6-30 m/det)
yang memungkinkan timbulnya nyeri tajam yang akan cepat hilang apabila
penyebab nyeri dihilangkan.
b) Serabut C
Merupakan serabut komponen lambat (kecepatan tranmisi 0,5 m/det)
yang terdapat pada daerah yang lebih dalam, nyeri biasanya bersifat tumpul
dan sulit dilokalisasi.
5. Intensitas Nyeri
Intensitas nyeri (skala nyeri) adalah gambaran tentang seberapa
parah nyeri dirasakan individu, pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif
dan individual dan kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama
dirasakan sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda (Tamsuri, 2007).
a. Face Pain Rating Scale
Menurut Wong dan Baker (1998) pengukuran skala nyeri untuk anak
usia pra sekolah dan sekolah, pengukuran skala nyeri menggunakan Face
Pain Rating Scale yaitu terdiri dari 6 wajah kartun mulai dari wajah yang
tersenyum untuk “tidak ada nyeri” hingga wajah yang menangis untuk
“nyeri berat”.
Keterangan :
0 :Tidak nyeri
1-3 : Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat
berkomunikasi dengan baik.
4-6 : Nyeri sedang : secara obyektif klien
mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat
mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik.
7-9 : Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang tidak dapat
mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat
menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat
diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan distraksi
10 : Nyeri sangat berat : Pasien sudah tidak mampu lagi
berkomunikasi, memukul.
c. Skala intensitas nyeri numerik
waktu informasi jenis ini juga sulit untuk dipastikan. Skala nyeri harus
dirancang sehingga skala tersebut mudah digunakan dan tidak
menghabiskan banyak waktu saat klien melengkapinya. Apabila klien
dapat membaca dan memahami skala, maka deskripsi nyeri akan lebih
akurat. Skala deskriptif bermanfaat bukan saja dalam upaya mengkaji
tingkat keparahan nyeri, tetapi juga mengevaluasi perubahan kondisi
klien. Perawat dapat menggunakannya setelah terapi atau saat gejala
menjadi lebih memburuk atau menilai apakah nyeri mengalami
penurunan atau peningkatan (Potter & Perry, 1997).
6. Penanganan Nyeri
Dalam penanganan nyeri, perawat terlebih dahulu mengkaji tingkat
nyeri yang dirasakan pasien. Hal ini dikarenakan nyeri merupakan
pengalaman interpersonal, sehingga perawat harus menanyakannya secara
langsung kepada klien karakteristik nyeri dengan P. Q. R. S. T.
Provoking : Penyebab
Quality : Kwalitas
Region : Lokasi
Severate : Skala
Time : Waktu
2. Distraksi
Merupakan teknik reduksi nyeri dengan mengalihkan perhatian
kepada hal lain sehingga kesadaran terhadap nyerinya berkurang Teknikan
distraksi dapat dilakukan di antaranya dengan cara :
Nafas dalam lamat berirama
Massage and slow, rhytmatic breathing
Rhymic singing and tapping
Active listening
Uide imagery ( ketakutan imajinasi klien biasa dengan
mendengarkan music yang lembut)
3. Anticipatory Guidance
Merupakan teknik reduksi yang dilakukan oleh perawat dengan cara
memberikan informasi yang dapat mencegah terjadinya misintrepertasi
dan kejadian yang dapat menimbulkan nyeri dan membantu pemahaman
apa yang diharapkan. Informasi yang diberikan kepada klien diantaranya
:
Penyebab nyeri
Prooses terjadinya nyeri
Lama dan kwalitas nyeri
Berat ringan nyeri
Lokasi nyeri
Informasi tentang keamanan yang akan diberikan kepada klien
Metode yang digunakan perawat untuk mengurangi nyeri
Hal- hal yang diharapka klien selama prosedur
4. Relaksasi
Teknik relaksasi efektif untuk nyeri kronik dan memberikab
beberapa keuntungan antara lain :
Relaksasi akan menurunkan ansietas yang berhubungan dengan
nyeri atau stress.
Menurunkan nyeri
Menolong individu untuk melupakan nyeri
Meningkatkan periode istirahat dan tidur
Meningkatkan keefektifan terapi nyeri lain
Menurunkan nyeri.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner dan Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Ed. 8 Vol 2. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Long, C.B. (1996). Medikal Surgical Nursing. Alih Bahasa Oleh Yayasan Ikatan
Alumni Pendidikan Keperawatan. Bandung
Prasetyo Nian Sigit. 2010. Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Jakarta : Graha
Ilmu