Abstract. Anxiety normally occurs in life, but anxiety can become abnormal if the
response to the stimulus is excessive. In student, anxiety affects the educational process.
OSCE is a part of comprehensive exam that examine medical skills of the students who
will enter their clinical stage. Although this exam is similiar like skills lab exam but the
matters of exam is more complex and the setting of exam is different too, so these
situations cause anxiety in students toward OSCE. OSCE is a clinical examination to test
students’ skill. Students have to demonstrate skill possessed by the different conditions and
examined by a particular examiners. The condition potentially the students suffering of
anxiety in which symptoniced by phsichologies as students’ scared, felt nervous insecure.
Impacts of anxiety caused reduction of students’ skill in pursuing their tasks thereby get
the bad result.
1. PENDAHULUAN
Kecemasan adalah reaksi individu baik itu emosional maupun fisiologis akan adanya
ancaman ketidaksenangan yang dialami. Reaksi cemas yang muncul berupa:
1. Reaksi fisiologis yaitu setiap proses yang terjadi pada komponen fisiologis (somatik)
berupa rangsangan-rangsangan fisik yang meningkat seperti jantung berdebar debar,
tangan gemetar dan dingin
2. Reaksi psikologis meliputi sikap, emosi dan kognitif seperti, lupa, tidak ingat, tidak bisa
konsentrasi, gugup. Reaksi fisiologis dan psikologis tersebut tentu membawa pengaruh
buruk pada nilai OSCE, meskipun mahasiswa sudah mempersiapkan diri dengan baik
dan soal yang diberikan dianggap mudah oleh mahasiswa. Hill dan Wigfield yang
menjelaskan kecemasan dapat memberikan pengaruh buruk terhadap performa
mahasiswa. Penelitian lain yang dilakukan oleh Basco dan Olea menunjukkan tidak ada
korelasi yang signifikan antara tingkat kecemasan dan hasil OSCE mahasiswa.
2. METODE
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi non participant.
Merupakan suatu proses pengamatan observer tanpa ikut dalam kehidupan orang yang
diobservasi dan secara terpisah berkedudukan sebagai pengamat” (Margono, 2005 : 161-162).
Fokus observasi pada penelitian ini adalah kecemasan yang tampak pada partisipan OSCE,
seperti tangan yang gemetar, jantung berdebar-debar, berkeringat dingin, mules, kehilangan
konsentrasi, dan lain-lain. Subyek pada penelitian ini adalah satu kelompok yang dibagi dalam
mengikuti OSCE satu sesi ujian. Kelompok berjumlah empat belas orang. Peneliti akan
mengamati masing-masing partisipan OSCE dalam ruangan dan mengamati reaksi kecemasan
yang tampak pada masing-masing partisipan. Penelitian ini diperkuat dengan pembagian angket
kuesioner yang dibagikan pada kelompok tersebut untuk memperoleh reaksi kecemasan yang
tidak tampak dari partisipan seperti jantung berdebar, mules, dan kehilangan konsentrasi. Selain
itu, angket digunakan untuk pengambilan data seperti lulus atau tidak lulus dan penyebab
kecemasan partisipan.
Dari 14 tanggapan, ada dua belas (85,7%) orang diantaranya yang cemas dan dua
(14,3%) diantaranya tidak cemas saat menghadapi OSCE.
2) Manifestasi kecemasan
Menurut Maramis dan Maramis (2009), membagi gejala anxietas menjadi dua
kompoonen, komponen psikis/mental dan komponen fisik. Gejala psikis berupa anxietas
atau kecemasan itu sendiri. Sedangkan gejala fisik merupakan manifestasi dari keterjagaan
yang berlebih (hyperarousal syndrome): jantung berdebar, napas mencepat, mulut kering,
keluhan lambung,dan ketegangan otot.
4. SIMPULAN
Pada hasil penelitian yang sudah dilakukan, sebagian besar mahasiswa yang melalui OSCE
menghadapi perasaan cemas. Perasaan cemas pada mahasiswa yang akan menghadapi OSCE
tersebut timbul karena beberapa faktor. Akan tetapi, kebanyakan faktor berasal dari diri
mahasiswa sendiri yaitu kebiasaan mahasiswa yang memang selalu cemas ketika akan menghadapi
ujian. Pada beberapa mahasiswa ada yang memiliki kecemasan karena tidak siap dengan materi
atau topik yang akan dihadapi serta masalah keterbatasan waktu. Faktor seperti dosen atau penguji
juga berpengaruh pada kecemasan dalam OSCE. Manifestasi dari kecemasan tersebut dapat
terlihat dengan pengamatan berupa tangan yang bergemetar dan keringat dingin. Dari data
kuesioner sendiri, didapatkan reaksi seperti jantung berdebar-debar, mules, hingga hilang
konsentrasi. Dalam perolehan nilai dalam semester 1 sebagian besar mahasiswa tidak mengalami
kegagalan dan mengalami kegagalan dalam 1 topik. Jika dibandingkan dengan pernyataan
kecemasan sebagian besar memilih merasa cemas. Hal itu berarti bahwa kecemasan bukan faktor
yang berpengaruh dengan nilai OSCE.
5. SARAN
Faktor penyebab cemas mahasiswa kedokteran saat OSCE tentunya sangat banyak dan butuuh
penelitian lebih lanjut untuk sumbangan pikiran supaya kecemasan saat menghadapi OSCE dapat
teratasi sehingga mahasiswa tidak menghadapi OSCE dengan tekanan. Untuk menghadapi OSCE
diperlukan persiapan yang matang sehingga tidak ada kecemasan akibat ketidaksiapan mahasiswa.
Mahasiswa dapat mempersiapkan dengan simulasi OSCE atau latihan OSCE dengan teman satu
kelompoknya sehingga secara psikis mahasiswa merasa sudah mengenal suasana OSCE lebih dini.
Selain itu, dengan latihan mahasiswa dapat lebih menguasai topik yang sulit sehingga kecemasan
dapat dikurangi
6. DAFTAR PUSTAKA
Buku
Hall, J. E. (2011). Guyton and Hall Textbook of Medical Physiology (12e). In 2011.
https://doi.org/10.1007/s13398-014-0173-7.2
Tortora, G. J., & Derrickson, B. H. (2011). Principles of Anatomy and Physiology (Tortora,
Principles of Anatomy and Physiology) (p. 1344). p. 1344. Retrieved from
http://www.amazon.com/Principles-Anatomy-Physiology-Tortora/dp/0470565101
Lauralee sherwood. (2014). Sherwood Fundamentals of Human Physiology 4th (p. 162). p. 162.
Jurnal
Carleton, R. N. (2016). Fear of the unknown: One fear to rule them all? Journal of Anxiety
Disorders, 41, 5–21. https://doi.org/10.1016/j.janxdis.2016.03.011
Kodal, A., Fjermestad, K., Bjelland, I., Gjestad, R., Öst, L. G., Bjaastad, J. F., … Wergeland, G. J.
(2018). Long-term effectiveness of cognitive behavioral therapy for youth with anxiety
disorders. Journal of Anxiety Disorders, 53(November 2017), 58–67. https://doi.org/10.1016/
j.janxdis.2017.11.003
DordiNejad, F. G., Hakimi, H., Ashouri, M., Dehghani, M., Zeinali, Z., Daghighi, M. S., &
Bahrami, N. (2011). On the relationship between test anxiety and academic performance.
Procedia - Social and Behavioral Sciences, 15, 3774–3778.
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2011.04.372
Yanti, S. (2013). , Zadrian Ardi 4). Hubungan Antara Kecemasan Dalam Belajar Dengan
Motivasi Belajar Siswa, 2, 283–288.
Annisa, D. F., & Ifdil, I. (2017). Konsep Kecemasan (Anxiety). Konselor, 5(2), 93. https://doi.org/
10.24036/02016526480-0-00
Anak Agung Putu Chintya Putri Suardana & Nicholas Simarmata. (2013). Hubungan Antara
Motivasi Belajar dan Kecemasan pada Siswa Kelas Vi Sekolah Dasar di Denpasar Menjelang
Ujian Nasional Anak Agung Putu Chintya Putri Suardana dan Nicholas Simarmata. Jurnal
Psikologi, 1(1), 203–212.
Amir, D. P., Iryani, D., & Isrona, L. (2016). Hubungan Tingkat Kecemasan dalam Menghadapi
Objective Structured Clinical Examination (OSCE) dengan Kelulusan OSCE pada
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Jurnal Kesehatan Andalas, 5(1), 139–
144. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Praptiningsih, R. S. (2018). Kecemasan Mahasiswa Menghadapi Objective Structural Clinical
Examination (Osce). ODONTO : Dental Journal, 3(2), 88.
https://doi.org/10.30659/odj.3.2.88-93