Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

PERAWATAN PAYUDARA, PEMANTAUAN INVOLUSI UTERI,


PERAWATAN VULVA DAN PERAWATAN LUKA EPISIOTOMI

(Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Maternitas)

Disusun Oleh :

Kelompok 4

Tingkat 2-A

Endang Sri Dwihayulianti NIM : 1708201


Fatan Khalifah NIM :1708206
Gina Antini NIM :1708212
Rifal Rifadly NIM :1708263
Riski Amila Putri NIM :1708271
Susi Agustini NIM :1708288

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

KAMPUS DAERAH DI SUMEDANG

2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa kami haturkan kepada Allah SWT, yang telah
memberikan taufik dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul "Perawatan Payudara, Pemantauan Involusi Uteri, Perawatan Vulva Dan
Perawatan Luka Episiotomy" tepat pada waktunya. Sehingga diharapkan makalah ini
dapat memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas dan juga
diharapkan dapat menjadi bahan bacaan untuk memenuhi kebutuhan akan bahan
bacaan terutama dalam bidang pendidikan keperawatan.

Makalah ini mendeskripsikan mengenai salah satu substansi materi dari mata
kuliah Keperawatan Maternitas, yaitu yang lebih ditekankan pada materi perawatan
payudara, pemantauan involusi uteri, perawatan vulva dan perawatan luka episiotomy.

Harapan penyusun, semoga makalah ini dapat bermanfaat terkhusus bagi


Mahasiswa Program Studi Keperawatan Universitas Pendidikan Indonesia dan
umumnya untuk pembaca sekalian. Mudah - mudahan isi dari makalah ini dapat
memberikan inspirasi dan motivasi untuk belajar lebih baik lagi. Penyusun menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari memadai karena terbatasnya sumber referensi
dalam penyusunannya. Sehingga, penyusun mengharapkan kritik serta sarannya untuk
perbaikan selanjutnya. Atas segala kekurangan mohon dimaafkan dan atas segala
perhatiannya penyusun menyampaikan terima kasih.

Sumedang, Februari 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... i

DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................

1.1 Latar Belakang ......................................................................................


1.2 Rumusan Masalah .................................................................................
1.3 Tujuan ...................................................................................................
1.4 Manfaat .................................................................................................

BAB II TINJAUAN TEORI .............................................................................

2.1 Pengertian Payudara ..............................................................................

2.2 Fungsi Payudara ....................................................................................

2.3 Ukuran Payudara ...................................................................................

2.4 Bentuk Payudara ...................................................................................

2.5 Anatomi Payudara .................................................................................

2.6 Pengertian Perawatan Payudara Pada

Masa Nifas (Breast Care) ......................................................................

2.7 Tujuan Perawatan Payudara ..................................................................

2.8 Waktu Perawatan Payudara ..................................................................

2.9 Pengertian Involusi Uteri ......................................................................

2.10 Proses Involusi Uterus .........................................................................

2.11 Bekas Implantasi Uteri .........................................................................

2.12 Teknik Pengukuran Involusi Uteri .......................................................

2.13 Pengertian Perawatan Vulva ................................................................


2.14 Waktu Dilaksanakan Perawatan Vulva Masa Nifas ............................

2.15 Tujuan Perawatan Vulva ......................................................................

2.16 Manfaat Menjaga Kebersihan Vulva ...................................................

2.17 Pengertian Episiotomi ..........................................................................

2.18 Indikasi Episiotomi ..............................................................................

2.19 Jenis-Jenis Episiotomi ..........................................................................

2.20 Waktu Dilakukannya Episiotomi .........................................................

BAB III PEMBAHASAN .................................................................................

3.1 Perawatan Payudara ...............................................................................

3.2 Pemantauan Involusi Uteri .....................................................................

3.3 Perawatan Vulva ....................................................................................

3.4 Perawatan Episiotomi ............................................................................

BAB IV PENUTUPAN .....................................................................................

4.1 Kesimpulan ............................................................................................

4.2 Saran ......................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perawatan adalah proses pemenuhan kebutuhan dasar manusia (biologis,


psikologis, sosial dan spiritual) dalam rentang sakit sampai dengan sehat (Aziz, 2004).
Masa nifas (puerpurium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai
sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra - hamil. Lama masa nifas ini yaitu 6-8
minggu. (Askeb Ibu Masa Nifas, 2011). Masa nifas tidak kurang dari 10 hari dan tidak
lebih dari 8 hari setelah akhir persalinan,

Perawatan payudara merupakan suatu tindakan untuk merawat payudara


terutama pada masa kehamilan dan menyusui untuk memperlancar pengeluaran ASI.
Perawatan payudara sangat penting dilakukan selama hamil dan menyusui. Hal ini
karena payudara merupakan satu-satunya penghasil ASI yang merupakan makanan
pokok bayi yang baru lahir sehingga harus dilakukan sedini mungkin. (Anwar, 2008).

Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali
ke kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram. Proses ini dimulai segera
setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot polos uterus (Ambarwati dan
Wulandari, 2008).

Perawatan vulva atau dikenal dengan istilah vulva hygiene adalah


membersihkan vulva dan daerah sekitarnya pada pasien wanita yang sedang nifas atau
tidak dapat melakukannya sendiri. Pasien yang harus istirahat di tempat tidur
(misalnya, karena hipertensi, pemberian infus, sectio caesarea) harus dimandikan
setiap hari dengan pencucian daerah perineum yang dilakukan dua kali sehari dan pada
waktu sesudah selesai membuang hajat.
Episiotomi adalah suatu tindakan operatif berupa sayatan pada perineum
meliputi selaput lendir vagina, cincin selaput dara, jaringan pada septum rektovaginal,
otot-otot dan fascia perineum dan kulit depan perineum. Perawatan perineum menurut
Hamilton (2002), adalah mencegah terjadinya infeksi sehubungan dengan
penyembuhan jaringan. Perawatan luka jalan lahir dilakukan sesegera mungkin setelah
6 jam dari persalinan normal. Ibu akan dilatih dan dianjurkan untuk mulai bergerak
duduk dan latihan berjalan. Tentu saja bila keadaan ibu cukup stabil dan tidak
mengalami komplikasi misalnya tekanan darah tinggi atau pendarahan.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini adalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana konsep perawatan payudara pada ibu nifas (breast care) ?
2. Bagaimana konsep pemantauan involusi uteri ?
3. Bagaimana konsep perawatan vulva masa nifas ?
4. Bagaimana konsep perawatan luka episiotomi ?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut :
1. Untuk diketahui mengenai perawatan payudara pada ibu nifas (breast care).
2. Untuk diketahui mengenai pemantauan involusi uteri.
3. Untuk diketahui mengenai perawatan vulva masa nifas.
4. Untuk diketahui mengenai perawatan luka episiotomi.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang ingin dicapai dari penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut :
1. Dapat mengetahui mengenai perawatan payudara pada ibu nifas (breast care).
2. Dapat mengetahui mengenai pemantauan involusi uteri.
3. Dapat mengetahui mengenai perawatan vulva masa nifas.
4. Dapat mengetahui mengenai perawatan luka episiotomi.
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Payudara

Payudara dalam bahasa latin adalah organ tubuh bagian atas dada dari spesies
mamalia berjenis kelamin betina, termasuk manusia. Payudara merupakan bagian
tubuh yang paling penting bagi seorang wanita, karena fungsi utamanya adalah
memberikan nutrisi dalam bentuk air susu bagi bayi atau balita.

Menurut National Breast Cancer Awareness (Breast Gain Plus Info, 2010),
terdapat beberapa hal yang penting mengenai payudara yaitu :

1. Perempuan merupakan satu-satunya mamalia yang payudaranya terlihat


berkembang membesar seiring dengan kematangan umur.
2. Tidak ada seorang wanitapun yang memiliki payudara simetris. Setiap
payudara pasti akan berbeda tapi karena perbedaannya itu sangat kecil, maka
banyak yang tidak menyadarinya. Secra umum payudara sebelah kiri lebih
besar daripada payudara sebelah kanan karena kerja jantung yang lebih banyak
pada bagian kiri (bilik kiri).
3. Tidur menyamping atau tidur bertumpu pada satu payudara akan mengubah
bentuk payudara karena jaringan kulit pada payudara sangat elastis, mudah
meregang, dan dapat menyebabkan payudara turun.
4. Mitos yang menyebutkan memakai bra atau BH saat tidur menyebabkan kanker
payudara. Hal itu tidak benar karena tidak ada satu pun bukti ilmiah yang
menyebutkannya.
5. Payudara tidak mengandung jaringan otot sehingga tidak ada satupun olahraga
yang dapat mengubah bentuknya.
6. Resiko wanita kehilangan payudaranya akibat kanker payudara adalah 1 : 8.
7. Ukuran payudara tidak sepenuhnya tergantung pada faktor genetika.
8. Laki-laki yang bisa menyusui mempunyai masalah hormon atau sedang dalam
masa terapi hormon untuk penyakit tertentu, misalnya kanker.
2.2 Fungsi Payudara

Adapun fungsi dari payudara adalah sebagai berikut :

1. Peranan seksual
Payudara memegang peranan penting dalam kebiasaan seksual manusia.
Payudara merupakan salah satu karakteristik seks sekunder serta memegang
peranan penting dalam daya tarik seksual pada pasangannya dan kesenangan
individual. Payudara juga merupakan daya tarik seksual seorang wanita. Bila
wanita memiliki payudara seksi dan indah, tentunya wanita akan bangga.
Payudara juga menjadi daya tarik seksual laki-laki yang melihat bentuknya (sex
appeal). Oleh karena itu, penting sekali merawat keindahan payudara.
2. Alat reproduksi tambahan
Payudara berperan sebagai alat reproduksi tambahan yang tersusun dari
jaringan kelenjar, jaringan ikat, dan jaringan lemak. Tidak ada payudara pada
makhluk hidup lain yang berjenis kelamin betina selain pada manusia yang
memiliki besar yang bervariasi, relatif terhadap seluruh bagian tubuh. Ketika
tidak menyusui, manusia adalah satu-satunya primata yang memilik payudara
yang menggelembung setiap saat.
2.3 Ukuran Payudara
Ukuran payudara masing-masing wanita berbeda dan ukuran berapa saja
dianggap normal. Pada payudara yang normal umumnya jarang ukuran kanan dan kiri
sama. Ukuran payudara ada hubungannya dengan faktor keturunan, pengaruh hormon
estrogen dan progesteron, serta keadaan gizi seseorang. Makan berlebihan
menyebabkan ukuran payudara bertambah akibat penimbunan lemak., sedangkan
turunnya berat badan menyebabkan ukuran mengecil.

2.4 Bentuk Payudara

Pada payudara terdapat jaringan penyangga payudara (ligament corpus) yang


fungsinya memperkuat posisi payudara dan menyangga payudara. Bila jaringan
penyangga tersebut kuat dan tidak terlalu renggang, maka payudara akan tetap
berbentuk agak seperti kerucut melekatnya secara longgar ligament cooper pada fasia
di otot. Hal ini memungkinkan payudara mudah bergerak pada dinding dada.
Perubahan posisi akan menyebabkan payudara bergeser sedikit dari kedudukan semula.
Biasanya pergeseran ini simetris. Tanda-tanda asimetris dalam gerak payudara
dianggap sesuatu yang tidak normal.

2.5 Anatomi Payudara

Payudara terletak di dalam fasia superfisialis di daerah pektoral antara sternum


dan aksila yang melebar dari kira-kira iga kedua atau ketiga sampai iga keenam atau
ketujuh. Bentuk payudara cembung kedepan dengan puting ditengahnya, yang terdiri
atas kulit, jaringan erektil, dan berwarna tua. Payudara berdiameter 10-12 cm dan berat
kurang lebih 200 g pada saat tidak menyusui atau hamil. Konsistuen utama payudara
adalah sel kelenjar disertai duktus terkait serta jaringan lemak dan jaringan ikat dalam
jumlah bervariasi.

2.6 Pengertian Perawatan Payudara Pada Masa Nifas (Breast Care)

Perawatan payudara (Breast care) adalah suatu cara merawat payudara yang
dilakukan pada saat kehamilan atau masa nifas untuk produksi ASI, selain itu untuk
kebersihan payudara dan bentuk puting susu yang masuk ke dalam atau datar. Puting
susu demikian sebenarnya bukanlah halangan bagi ibu untuk menyusui dengan baik
dengan mengetahui sejak awal, ibu mempunyai waktu untuk mengusahakan agar
puting susu lebih mudah sewaktu menyusui. Disamping itu juga sangat penting
memperhatikan kebersihan personal hygine (Rustarmadji, 2006).

Perawatan payudara adalah perawatan yang dilakukan pada payudara selama


kehamilan (terutama pada trimester 3) dan setelah persalinan dimulai sedini mungkin
yaitu 1-2 hari sesudah bayi dilahirkan. Dilakukan 2 x sehari (Saleha, 2009).

2.7 Tujuan Perawatan Payudara

Tujuan dilakukannya perawatan payudara adalah :


1. Memperlancar sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya saluran susu
sehingga memperlancar pengeluaran ASI dengan cara menjaga agar payudara
senantiasa bersih dan terawat (puting susu) karena saat menyusui payudara ibu
akan kontak langsung dengan mulut bayi,
2. Menghindari puting susu yang sakit dan infeksi payudara, serta menjaga
keindahan bentuk payudara.

2.8 Waktu Perawatan Payudara

Perawatan payudara tidak hanya dilakukan pada saat hamil saja yaitu sejak
kehamilan tujuh bulan, tetapi juga dilakukan setelah melahirkan. Perawatan payudara
hendaknya dimulai sejak diniyaitu 1-2 hari setelah bayi lahir dan dilakukan dua kali
sehari sebelum mandi. Prinsip perawatan payudara adalah sebagai berikut :

1. Menjaga payudara agar bersih dan kering terutama puting susu


2. Menggunakan bra/BH yang menopang
3. Apabila terjadi puting susu lecet, oleskan kolostrum/ASI yang keluar pada
sekitar puting susu setiap kali selesai menyusui
4. Menyusui tetap dilakukan dengan mendahulukan puting susu yang tidak lecet
5. Jika lecet puting termasuk kategori berat, maka bagian yang sakit dapat
diistirahatkan, ASI dikeluarkan, dan diminumkan dengan sendok

2.9 Pengertian Involusi Uteri

Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali
ke kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram. Proses ini dimulai segera
setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot polos uterus. (Ambarwati dan
Wulandari, 2008). Menurut (Hincliff, 1999) Involusi uteri adalah pengecilan yang
normal dari suatu organ setelah organ tersebut memenuhi fungsinya, misalnya
pengecilan uterus setelah melahirkan.
Involusi uteri adalah proses kembalinya uterus ke ukuran dan bentuk seperti
sebelum hamil yang tidak sempurna (Pillitteri, 2002).
2.10 Proses Involusi Uterus
Ischemi pada miometrium disebut juga lokal ischemia, yaitu kekurangan darah
pada uterus. Kekurangan darah ini bukan hanya karena kontraksi dan retraksi yang
cukup lama seperti tersebut diatas tetapi disebabkan oleh pengurangan aliran darah
yang pergi ke uterus di dalam masa hamil, karena uterus harus membesar
menyesuaikan diri dengan pertumbuhan janin. Untuk memenuhi kebutuhannya, darah
banyak dialirkan ke uterus dapat mengadakan hipertropi dan hiperplasi setelah bayi
dilahirkan tidak diperlukan lagi, maka pengaliran darah berkurang, kembali seperti
biasa. Dan aliran darah dialirkan ke buah dada sehingga peredaran darah ke buah dada
menjadi lebih baik. Demikianlah dengan adanya hal-hal diatas, uterus akan mengalami
kekurangan darah sehingga jaringan otot-otot uterus mengalami otropi kembali kepada
ukuran semula.
2.11 Bekas Implantasi Uteri
Plasenta mengecil karena kontraksi dan menonjol. Otot-otot uterus berkontraksi
segera post partum. Pembuluh-pembuluh darah yang berada diantara anyaman-
anyaman otot uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah
plasenta lahir. Bagian bekas plasenta merupakan suatu luka yang kasar dan menonjol
ke dalam kavum uteri segera setelah persalinan. Penonjolan tersebut dengan diameter
7,5 sering disangka sebagai suatu bagian plasenta yang tertinggal, setelah 2 minggu
diameternya menjadi 3,5 cm dan pada 6 minggu 2,4 cm dan akhirnya pulih.
2.12 Teknik Pengukuran Involusi Uteri
Pengukuran involusi uteri dilakukan dengan cara palpasi, yaitu dengan
mengumpulkan uterus, setelah itu diraba dan diukur dengan jari seberapa jarak uterus
antara pusat sampai simpisis.
2.13 Pengertian Perawatan Vulva
Hygiene berasal dari bahsa Yunani yang berarti sehat. Vulva adalah organ
eksternal genetinal wanita yang terdiri dari mons veneris, labia mayora labia minora,
klitoris, dan vestibulum (introitus vagina), uretra, luctus bartolini, luctus escene kiri
dan kanan.
Perawatan vulva atau vulva hygiene adalah membersihkan vulva dan daerah
sekitarnya pada pasien wanita yang sedang nifas atau tidak dapat melakukannya
sendiri. Hygiene vulva merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada klien
yang tidak mampu membersihkan vulva.
2.14 Waktu Dilaksanakan Perawatan Vulva Masa Nifas
Pada pasien yang tirah baring (perawat kedokteran yang melibatkan
berbaringnya pasien ditempat tidur untuk suatu jangka yang sinambung) dilakukan
sebanyak 2x dalam sehari.
2.15 Tujuan Perawatan Vulva
1. Untuk mencegah infeksi
2. Untuk menyembuhkan luka jahitan perineum
3. Untuk membersihkan perineum, vulva juga memberikan rasa nyaman bagi
klien
2.16 Manfaat Menjaga Kebersihan Vulva
1. menjaga kebersiahn perineum dan vulva
2. mencegah terjadinya infeksi pada vulva, perineum, maupun uterus
3. untuk menyembuhkan luka perineum atau jahitan pada perineum
4. mencegah masuknya mikroorganisme pada urogenital
5. memberikan rasa nyaman pada pasien
2.17 Pengertian Episiotomi
Episiotomi adalah pengguntingan berupa sayatan kecil pada perineum yang
dilakukan pada saat proses persalinan berlangsung. Episiotomi dilakukan dengan
tujuan memperluas pembukaan vagina sehingga bayi dapat keluar lebih mudah (Asri
dan Clervo,2012).
Episiotomi adalah insisi pudendum untuk melebarkan orifisium vulva sehingga
mempermudah jalan keluarnya bayi. Keuntungan episiotomi yaitu untuk mencegah
robekan perineum, mengurangi tekanan kepala janin, mempersingkat persalinan kala
dua dengan menghilangkan tahanan otot-otot pudendum, dan dapat diperbaiki dengan
lebih memuaskan dibanding robekan yang tidak teratur (Benson dan Penoll, 2013).
2.18 Indikasi Episiotomi
Indikasi dalam melakukan episiotomi yang umum adalah :
1. Fasilitasi untuk persalinan dengan tindakan atau dengan menggunakan
instrument. Persalinan pervaginam dengan penyulit, misalnya presentasi
bokong, distosia bahu, akan dilakukannya ekstraksi forcep, dan ekstraksi
vakum.
2. Mencegah terjadinya robekan perineum yang kaku/pendek atau diperkirakan
tidak mampunya perineum untuk beradaptasi terhadap regangan yang
berlebihan misalnya bayi yang sangat besar atau makrosomia, untuk
mengurangi tekanan pada kepala bayi dengan prematuris, bahkan terhadap ibu
yang tidak mengetahui cara mengedan yang baik dan benar.
3. Mencegah terjadinya kerusakan jaringan pada ibu dan bayi pada kasus
letak/presentasi abnormal (bokong, muka, ubun-ubun kecil di belakang)
dengan menyediakan tempat labih luas untuk persalinan yang aman (Pudiastuti,
2012:2).
2.19 Jenis-Jenis Episiotomi
Menurut Benson dan Pernoll (2013) ada dua jenis episiotomi yang digunakan
saat ini, yakni :
1. Episiotomi Median
Episiotomi median merupakan episiotomi yang paling mudah dilakukan dan
diperbaiki. Metode ini hampir tidak mengeluarkan darah dan setelah
melahirkan lebih terasa tidak sakit ketimbang jenis lainnya. Lakukan insisi rafe
median perineum hampir mencapai sfingter ani dan perpanjang insisi ini paling
sedikit 2-3 cm di atas septum rektovagina. Namun terkadang pula terdapat
robekan tingkat tiga bahkan sampai tingkat empat.
2. Episiotomi mediolateral
Insisi mediolateral digunakan secara luas pada obstetri opertif dikarenakan
aman. Melakukan insisi ke bawah dan ke luar, ke arah batas lateral sfingter ani
dan paling sedikit separuh jarak ke dalam vagina. Namun, insisi ini dapat
menimbulkan banyak perdarahan dan dapat tetap akan terasa nyeri meskipun
setelah nifas.
2.20 Waktu Dilakukannya Episiotomi
Prosedur episiotomi sebaiknya dilakukan ketika bagian terendah janin mulai
meregang perineum pada janin matur, sebelum bagian terendah sampai pada otot-otot
perineum pada janin imatur, segera sebelum memasang forsep dan tetap sebelum
ekstraksi bokong (pada persalinan bokong) (Benson dan Pernoll, 2013: 176-177).
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Perawatan Payudara

Persiapan Alat

Alat yang diperlukan untuk perawatan payudara antara lain sebagai berikut :

1. Handuk untuk mengeringkan payudara yang basah


2. Kapas digunakan untuk mengompres puting susu
3. Minyak kelapa/baby oil sebagai pelicin
4. Waskom yang berisi air hangat untuk kompres hangat
5. Waskom yang berisi air dingin untuk kompres dingin
6. Waslap digunakan untuk merangsang erektilitas puting susu

Langkah-Langkah Perawatan Payudara

1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan


2. Cuci tangan di bawah air mengalir dengan sabun
3. Kompres puting susu dengan kapas yang telah dibasahi minyak/baby oil kurang
lebih 2 menit
4. Bila puting susu masuk kedalam, lakukan gerakan Hoffman atau gunakan
pompa puting.
a. Gerakan Hoffman.
 Tarik telunjuk sesuai dengan arah tanda panah pada gambar.
Gerakan ini akan meregangkan kulit kalang payudara dan jaringan
yang ada dibawahnya. Lakukan 5-10 kali.
Gambar : Gerakan Hoffman
b. Penggunaan pompa puting
 Bila pompa puting tersedia, dapat dibuat dari modifikasi spuit 10
ml. Bagian ujung dekat jarum dipotong dan kemudian pendorong
dimasukkan dari arah potongan tersebut.
 Cara penggunaannya yaitu dengan menempelkan ujung pompa
(spuit injeksi) pada payudara sehingga puting berada di dalam
pompa.
 Kemudian tarik perlahan hingga terasa ada tahanan dan
dipertahankan selama ½ - 1 menit.
 Bila terasa sakit, tarikan dikendorkan. Prosedur ini diulangi terus
hingga beberapa kali dalam sehari.
5. Perawatan payudara
a. Kompres kedua puting menggunakan minyak kelapa/baby oil selama
kurang lebih 3-5 menit. Kemudian angkat kapas sambil membersihkan
kotoran yang menempel diputing. Jika kurang bersih, diulangi lagi. Oleskan
minyak kelapa/baby oil ke payudara.
b. Kedua telapak tangan diletakkan di tengah di antara kedua payudara denagn
ujung-ujung jari menghadap ke bawah. Kemudian telapak tangan ditarik ke
atas melingkari payudara sambil menyangga payudara tersebut lalu tangan
dilepaskan dengan gerakan cepat ke arah depan. Lakukan gerakan ini
kurang lebih 20 kali dengan tujuan untuk menjaga kekenyalan dan
kekencangan payudara.
Gambar : Kedua Tangan Diantara Payudara

Gambar : Kedua Tangan Melingkari Payudara

Gambar : Kedua Tangan Melepaskan Payudara

c. Mengurut payudara dari pangkal payudara kearah puting memakai


genggaman tangan menyeluruh atau ruas-ruas jari. Lakukan gerakan ini
kurang lebih 20 kali.
Gambar : Mengurut Payudara Menggunakan Ruas Jari
d. Tangan kanan menyangga payudara kanan, kemudian sisi ulnar tangan kiri
mengurut payudara ke arah puting susu. Tujuan dilakukan pengurutan
payudara agar ASI dapat keluar dengan lancar. Lakukan gerakan ini kurang
lebih 20 kali.

Gambar : Mengurut Payudara Menggunakan Sisi Ulnar


e. Basuh payudara dengan air hangat dan air dingin secara bergantian dan
dikerjakan berulang-ulang lalu dikeringkan dengan handuk.
f. Puting susu dirangsang dengan waslap/handuk kering yang digerakkan ke
atas dan bawah beberapa kali dengan tujuan meningkatkan erektilitas puting
susu dan mengurangi insiden puting lecet.

Gambar : Merangsang Puting Susu Menggunakan Waslap


g. Pakailah BH untuk menyusui yang menyangga dan ukuran yang sesuai
dengan pertumbuhan payudara.
6. Perawatan payudara dengan masalah
a. Putting susu lecet
Bagi ibu yang mengalami lecet pada puting susu, ibu bisa
mengistirahatkan 24 jam pada payudara yang lece dan memerah ASI secara
manual dan di tampung pada botol steril lalu disuapkan menggunakan
sendok kecil . Olesi dengan krim untuk payudara yang lecet. Bila ada madu,
cukup di olesi madu pada puting yang lecet (Mellyna, 2009).
b. Penyumbatan kelenjar payudara
Sebelum menyusui, pijat payudara dengan lembut, mulailah dari luar
kemudian perlahan-lahan bergerak ke arah puting susu dan lebih berhati-
hatilah pada area yang mengeras. Menyusui sesering mungkin dengan
jangka waktu selama mungkin, susui bayi dengan payudara yang sakit jika
ibu kuat menahannya, karena bayi akan menyusui dengan penuh semangat
pada awal sesi menyusui, sehingga bisa mengeringkannya dengan efektif.
Lanjutkan dengan mengeluarkan air susu dari payudara itu setiap kali
selesai menyusui jika bayi belum benar-benar menghabiskan isi payudara
yang sakit tersebut. Tempelkan handuk halus yang sudah dibasahi dengan
air hangat pada payudara yang sakit beberapa kali dalam sehari (atau mandi
dengan air hangat beberapa kali), lakukan pemijatan dengan lembut di
sekitar area yang mengalami penyumbatan kelenjar susu dan secara
perlahan-lahan turun ke arah puting susu. (Suririnah, 2007).
c. Pengerasan payudara
Menyusui secara rutin sesuai dengan kebutuhan bisa mambantu
mengurangi pengerasan, tetapi jika bayi sudah menyusui dengan baik dan
sudah mencapai berat badan ideal, ibu mungkin harus melakukan sesuatu
untuk mengurangi tekanan pada payudara. Sebagi contoh, merendam kain
dalam air hangat dan kemudian di tempelkan pada payudara atau mandi
dengan air hangat sebelum menyuusi bayi. Mungkin ibu juga bisa
mengeluarkan sejumlah kecil ASI sebelum menyusui, baik secara manual
atau dengan menggunakan pompa payudara. Untuk pengerasan yang parah,
gunakan kompres dingin atau es kemasan ketika tidak sedang menyusui
untuk mengurangi rasa tidak nyaman dan mengurangi pembengkakan
(Nichol, 2006).

3.2 Pemantauan Involusi Uteri

Persiapan Alat

1. Handscoon
2. Meteran gulung

Intruksi Kerja

1. Pra interaksi
 Mengkaji kebutuhan pasien post partum
 Menyiapkan alat dan bahan untuk melakukan pemantauan involusi
2. Orientasi
 Menyampaikan salam
 Memperkenalkan diri dengan pasien/keluarga (kalau ada)
 Menanyakan nama pasien
 Menjelaskan langkah/prosedur yang akan dilakukan
 Mendekatkan alat dan bahan untuk melakukan pemeriksaan involusi
uteri
 Mencuci tangan
3. Kerja
 Mengosongkan kandung kemih/anjurkan ibu BAK terlebih dahulu
R:/ untuk mengakuratkan data pengukuran saat palpasi
 Menganjurkan dan memposisikan ibu dengan posisi tidur terlentang
dengan kedua kaki ditekuk
R:/ untuk membuat perut ibu tidak tertarik (mengencang bila
diluruskan)
 Palpasi untuk mengukur batas tinggi fundus uteri dengan menggunakan
pita ukur (meteran)
R:/ menentukan letak fundus uteri lalu mengukur dengan meteran
untuk memperoleh data yang akurat
 Menanyakan adanya keluhan nyeri saat dipalpasi sambil melihat
respon klien .
R:/mengantisipasi adana keluhan nyeri yang ada dapat
mengindikasikan masalah baru seperti perdarahan dan lain sebagainya.
 Mencatat hasil pemeriksaan tinggi fundus uteri
R:/ mendokumentasikan pencatatan pada lembar pemeriksaan involsi
uteri
4. Terminasi
 Mengevaluasi perasaan pasien
 Memberikan pujian
 Kontrak waktu untuk kegiatan selanjutnya
 Menyampaikan salam
5. Post interaksi
 Mengelola alat dan bahan yang telah dipakai
 Mencuci tangan
 Mendokumentasikan tindakan yang telah dilakukan pada
lembar/catatan keperawatan pasien

3.3 Perawatan Vulva

 Vulva Hygiene Sebelum Nifas

Persiapan Alat dan Bahan

1. Kapas sublimat atau desinfektan


2. Pinset
3. Bengkok
4. Pispot
5. Tempat cebok yang berisi larutan
6. Desinfektan sesuai dengan kebutuhan
7. Pengalas

Prosedur Kerja

1. Jelaskan prosedur pada klien


2. Cuci tangan
3. Atur posisi pasien dengan dorsal recumbent
4. Pasang penglas dan pispot diletakan dibawah bokong pasien
5. Gunakan sarung tangan
6. Lakukan tindakan hygiene vulva dengan tangan kiri membuka vulva memakai
kapas sublimat dan tangan kanan menyiram vulva dengan larutan desinfektan
7. Kemudian, ambil kapas sublimat dengan pinset lalu bersihkan vulva dari atas
kebawah dan kapas kotor dibuang ke bengkok. Lakukan hingga bersih
8. Setelah selesai, ambil pispot dan atur posisi pasien
9. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
 Perawatan Vulva Masa Nifas

Persiapan Alat
1. Kapas sumblimat
2. Alas pantat
3. Tempat cebok berisi larutan desinfektan sesuai dengan kebutuhan
4. Betadin dan kain kasa
5. Bengkok
Cara Ibu Nifas Melakukan Vulva Hygiene Sendiri
Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menjaga kebersihan diri Ibu nifas
adalah sebagai berikut :
1. Membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air. Langkah pertama ibu
membersihkan daerah sekitar vulva terlebih dahulu dari depan ke belakang,
kemudian membersihkan daerah anus. Dan sebaiknya ibu membersihkan daerah
sekitar vulva setiap kali selesai BAK atau BAB.
2. Mengganti pembalut atau kain pembalut 2 kali sehari, kain dapat digunakan
ulang jika telah dicuci dengan baik dan dikeringkan di bawah matahari dan
disetrika.
3. Mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan
daerah kelaminnya.
4. Jika ibu mempunyai luka episotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk
menghindari menyentuh daerah tersebut (Saifuddin, 2002).
Penatalaksanaan
Sebelum dilakukan vulva hygiene hendaknya perawat memberikan penjelasan
terlebih dahulu tentang hal yang akan dilakukan kepada klien.
1. Pintu dan jendela ditutup dan jika perlu pasanglah sampiran
2. Alat-alat didekatkan pada pasien dan pasien diberitahu tentang hal yang
akan dilakukan
3. Perawat mencuci tangan
4. Pakaian pasien bagian bawah dikeataskan atau dibuka.
5. Pengalas dan dipasang dibawah bokong pasien, sikap pasien dorsal
recumbent
6. Perawat memakai sarung tangan (tangan kiri)
7. Siram vulva dengan air cebok yang berisi larutan desinfektan
8. Kemudian ambil kapas sublimat untuk membuka labia minora. vulva
dibersihkan mulai dari labia minora kiri, labia minora kanan, labia mayora
kiri, labia mayora kanan, vestibulum, perineum.
9. Cara mengusap dari atas ke bawah bila masih kotor diusap lagi dengan
kapas sublimat yang baru hingga bersih.
10. Keadaan perineum diperhatikan jahitannya, bagaimana jahitannya apakah
masih basah, apakah ada pembengkakan, iritasi dan sebagainya
11. Jahitan perineum dikompres dengan betadin
12. Setelah selesai pasien dirapihkan dan posisinya diatur kembali
13. Peralatan dibereskan, dibersihkan dan dikembalikan ke tempat semula.
3.4 Perawatan Episiotomi

Prosedur Episiotomi

Berikut ini uraian tentang alat dan bahan yang diperlukan dalam melakukan
tindakan episiotomi serta prosedur kerja sebagai berikut:

Alat dan bahan:

1) Alat pelindung diri (celemek, masker, tutup kepala, alas kaki atau sepatu booth)

2) Sarung tangan steril/DTT 3) Pincet anatomis 4) Gunting episiotomi 5) Kassa steril

6) Lidocain 1% 7) Spuid 10 ml 8) Waskom berisi larutan klorin 0,5%

9) Bengkok/nierbeken 10) Sabun cuci tangan 11) Air mengalir 12) Handuk bersih

Prosedur kerja

1. Siapkan alat yang akan digunakan dan susun secara ergonomis


2. Jelaskan pada ibu tentang apa yang akan dilakukan dan bantulah agar ibu merasa
tenang
3. Jaga privasi ibu dengan menutup tirai atau sampiran
4. Atur posisi ibu yaitu dengan posisi dorsal recumbent
5. Pakailah alat pelindung diri secara lengkap
6. Mencuci tangan dengan 6 langkah dengan sabun dan air mengalir, lalu keringkan
dengan handuk kering dan bersih
7. Pakailah sarung tangan steril
8. Pasanglah jarum no.22 pada spuit 10 ml, kemudian isi spuit dengan bahan anastesi
(lidokain HCl 1% atau Xilokain 10 mg/ml)
9. Letakkan 2 jari (telunjuk dan jari tengah) di antara kepala janin dan perineum.
Masuknya anastesi (secara tidak disengaja) ke dalam sirkulasi bayi, dapat
menimbulkan akibat yang fatal oleh karena itu gunakan jari-jari penolong sebagai
pelindung kepala bayi
10. Tusukkan jarum tepat di bawah kulit perineum pada daerah komisura posterior
(fourchette) yaitu bagian sudut bawah vulva
11. Arahkan jarum dengan membuat sudut 45 derajat ke sebelah kiri/kanan, garis
tengah perineum. Lakukan aspirasi untuk memastikan bawah ujung jarum tidak
memasuki pembuluh darah (terlihat cairan darah dalam spuit). Karena bila bahan
anastesi local masuk ke dalam pembuluh darah, dapat menyebabkan syok pada ibu
12. Sambil menarik mundur jarum suntik, infiltrasikn 5-10 ml lidokain 1%
13. Tunggu 1-2 menit agar efek anatesi bekerja maksimal, sebelum episiotomi
dilakukan. Penipisan dan peregangan perineum berperan sebagai anestesi alamiah
14. Apabila kepala bayi menjelang ke luar, lakukan episiotomi dengan segera
15. Letakkan dua jari (telunjuk dan jari tengah) tangan kiri di antara kepala janin dan
perineum agak meregang secara mediolateral, dan beri sedikit tekanan lembut
kearah luar perineum (lakukan pada saat ada his berikutnya dibagian yang telah
dianestesi)
16. Ambil gunting episiotomi (yang tajam) dengan tangan kanan, dan gunting
perineum sepanjang 3-4 cm secara mediolateral yaitu irisan dimulai dari garis
tengah dan diarahkan ke lateral sekitar 45 derajat (pengguntingan dilakukan
dengan mantap dan tidak secara sedkit-sedikit, untuk mencegah tepi yang tidak
rata sehingga menyulitkan penjahitan dan waktu penyembuhan yang lebih lama)
17. Keluarkan gunting, rendam dalam larutan klorin 0,5%
18. Beritahu ibu tindakan yang telah dilakukan
19. Jaga perineum dengan tangan saat kepala bayi lahir, agar insisi tidak meluas atau
bila kepala bayi belum lahir tekan luka dengan kassa steril untuk mencegah
perdarahan

Penjahitan Luka Episiotomi

Alat dan bahan:

1) Alat pelindung diri (celemek, masker, tutup kepala, alas kaki atau sepatu booth)

2) Sarung tangan steril/DTT 3) Pincet anatomis 4) Pincet sirurgi 5) Nald fooder


6) Gunting benang 7) Jarum 8) Benang Catgut 9) Kassa steril 10) Lidocain 1%

11) Betadin 12) Spuid 10 ml 13) Waskom berisi larutan klorin 0,5%

14) Bengkok/nierbeken 15) Sabun cuci tangan 16) Air mengalir 17) Handuk bersih

Prosedur kerja

1. Jelaskan pada ibu apa yang akan dilakukan dan bantu ibu agar merasa nyaman
2. Siapkan alat dan bahan
3. Tempelkan jarum 22 sepanjang 4 cm ke tabung suntik tersebut. Hisap 10 ml larutan
lidokain 1 % dalam alat suntik sekali pakai 10 ml
4. Suntikkan jarum ke ujung laserasi lalu tarik jarum sepanjang tepi luka. Aspirasi
untuk memastikan jarum tidak masuk ke pembuluh darah
5. Suntikkan anastesi sejajar dengan permukaan luka pada saat jarum suntik di tarik
secara perlahan-lahan. Tarik jarum hingga sampai ke bawah tempat dimana jarum
tersebut disuntikkan
6. Arahkan jarum ke daerah atas tengah luka dan ulangi langkah ke 4. Tusukkan jarum
untuk yang ketiga kalinya dan sekali lagi sehingga garis di satu sisi luka
mendapatkan anetesi local
7. Ulangi pada sisi lain, setiap sisi luka akan membutuhkan kurang lebih 5 ml lidokain
1% untuk mendapatkan anestesi yang cukup
8. Tarik jarum hingga sampai kebawah tempat dimana jarum tersebut disuntikkan.
9. Setelah memberikan anestesi lokal dan memastikan daerah tersebut sudah
dianestesi, telusuri luka untuk menentukan batas-batasnya
10. Butlah jahitan pertama kurang lebih 1 cm di atas ujung laserasi dibagian dalam
vagina, setelah itu ikat dan potong pendek benan
11. Tutup mukosa vagina dengan jahitan jelujur, jahit ke bawah cincin hymen
12. Tepat sebelum cincin hymen, masukkan jarum ke dalam mukosa vagina lalu ke
bawah cincin hymen sampai jarum ada di bawah laserasi
13. Periksa bagian antara ujung jarum di perineum dan bagian atas laserasi. Perhatikan
seberapa dekat jarum ke puncak luka
14. Teruskan ke arah bawah tapi tetap pada luka, menggunakan jahitan jelujur
hingga mencapai bagian bawah laserasi. Pastikan jarak setiap jahitan sama dan
otot telah dijahit
15. Setelah mencapai ujung laserasi, arahkan jarum keatas dan teruskan penjahitan
menggunakan jelujur untuk menutup lapisan sub kutikuler. Jahitan ini akan
menjadi jahitan lapis kedua
16. Tusukkan jarum dari robekan perineum ke dalam vagina. Jarum harus keluar
dari belakang cincin hymen
17. Ikat benang dengan membuat simpul di dalam vagina, pototng ujung benang
dan sisakan 1,5 cm. jika benang dipotong terlalu pendek, simpul akan longgar
dan laserasi akan terbuka
18. Ulangi pemeriksaan vagina dengan lembut
19. Dengan lembut masukkan jari paling kecil ke dalam anus. Rabah apakah ada
jahitan pada rektum. Jika ada jahitan, ulangi pemeriksaan rektum 6 minggu
dengan luka persalinan. Jika penyembuhan belum sempurna, rujuk
20. Cuci daerah genetalia dengan lembut menggunakan sabun dan air DTT
kemudian keringkan
21. Nasehati ibu agar menjaga perineumnya, hindari obatobatan tradisional, cuci
3-4 kali sehari, kontrol 1 minggu kemudian atau jika ada keluhan seperti
demam, bau busuk, maka segera datangi pelayanan kesehatan

Perawatan Luka Episiotomi

Berikut cara perawatan jahitan luka episiotomi:

a. Mencuci tangan

b. Menganjurkan ibu berbaring

c. Membuka pakaian bawah ibu

d. Menggunakan handscoon

e. Melihat keadaan luka episiotomi


f. Membersihkan dengan betadin

g. Mengompres bekas luka jahitan episiotomi dengan kassa betadin

h. Memasang pembalut, celana dalam dan pakaian bawah ibu

i. Membereskan alat

j. Melepas handscoon

k. Mencuci tangan

Ada beberapa hal yang harus dilakukan agar proses pemulihan berlangsung
seperti yang diharapkan :
1. Ibu disarankan segera melakukan mobilisasi setelah cukup beristirahat.
2. Siram vagina dan perineum hingga bersih dengan air biasa setiap kali habis BAB
dan BAK. Air yang digunakan tak perlu matang asalkan bersih.
3. Basuh dari arah depan ke belakang hingga tidak ada sisa-sisa kotoran yang
menempel di sekitar vagina dan perineum seperti air seni maupun feses yang
mengandung kuman dan bisa menimbulkan infeksi pada luka jahitan.
4. Vagina boleh dicuci menggunakan sabun maupun cairan antiseptic karena dapat
berfungsi sebagai penghilang kuman.
5. Untuk menyentuh daerah vagina maupun perineum tangan harus dalam keadaan
bersih.
6. Setelah dibasuh, keringkan perineum dengan handuk lembut, lalu kenakan pembalut
baru.
7. Yang kadang terlupakan, setelah vagina dibersihkan, pembalut tidak diganti. Bila
seperti itu makan akan percuma. Pembalut tidak diganti maka vagina dan perineum
akan tetap dalam keadaan lembab yang akan menyebabkan kuman dan bakteri
bersarang sehingga dapat menyebabkan infeksi.
8. Frekuensi mengganti pembalut ialah 3 jam sekali atau bila keadaan pembalut telah
penuh atau dirasa tak nyaman.
9. Ibu dianjurkan pula untuk menjaga kelembapan pakaian dalam dengan pengganti
pakaian dalam apabila terasa lembab, basah, kotor dan apabila ibu sudah tidak
nyaman lagi.
10. Setelah semua langkah dilakukan, perineum dapat diolesi salep antibiotik
yang diresepkan oleh dokter.
11. Jangan sekali-kali menaburi daerah perineum dengan bubuk bedak atau bahan
lainnya karena itu dapat menyebabkan risiko infeksi.
12. Untuk menghindari rasa sakit kala BAB, ibu dianjurkan memperbanyak konsumsi
yang berserat seperti buah-buahan dan sayuran. Dengan begitu feses yang
dikeluarkan menjadi tidak keras dan ibu tidak perlu mengejan. Kalau perlu, dokter
akan memberikan obat untuk melunakkan feses.
13. Jika ibu benar-benar takut untuk menyentuh luka jahitan disarankan untuk duduk
berendam dalam larutan antiseptic selama 10 menit. Dengan begitu, kotoran berupa
sisa air seni dan feses juga akan hilang (Marmi, 2012: 141-142).

Infeksi bisa terjadi karena ibu kurang telaten melakukan perawatan dengan luka
persalinan. Ibu takut menyentuh luka yang ada di perineum sehingga memilih tidak
membersihkannya. Padahal, dalam keadaan luka, perineum rentan didatangi kuman
dan bakteri sehingga mudah terinfeksi. Gejala-gejala infeksi yang dapat diamati adalah:

a. Suhu tubuh melebihi 37,5ºC


b. Menggigil, pusing dan mual
c. Keputihan
d. Keluar cairan seperti nanah dari vagina
e. Cairan yang keluar disertai bau yang sangat menyengat
f. Keluarnya cairan serta dengan rasa nyeri
g. Terasa nyeri di perut
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Asuhan masa nifas sangat diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa
kritis. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah
persalinan, dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama.
Perawatan payudara adalah suatu tindakan untuk merawat payudara terutama
pada masa nifas (masa menyusui) untuk memperlancarkan pengeluaran ASI
(Prawirohardjo,2006). Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana
uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram. Proses ini
dimulai segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot polos uterus.
Vulva hygiene adalah membersihkan vulva dan daerah sekitarnya
pada pasien wanita yang sedang nifas atau tidak dapat melakukannya sendiri. Pasien
yang harus istirahat di tempat tidur (misalnya, karena hipertensi, pemberian infus,
sectio caesarea) harus dimandikan setiap hari dengan pencucian daerah perineum yang
dilakukan dua kali sehari dan pada waktu sesudah selesai membuang hajat. Perawatan
episiotomi adalah pemenuhan kebutuhan untuk menyehatkan daerah antara paha yang
dibatasi vulva dan anus pada ibu.

4.2 Saran
Pengetahuan akan perawatan masa nifas sangat penting untuk dikuasai. Karena
dalam periode masa nifas banyak sekali perubahan yang terjadi pada pasien sehingga
perlu perawatan yang benar agar tubuh kembali normal.
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A. Aziz Alimul,dkk.(2004).Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar


Manusia.Jakarta : EGC.
Astutik, Reni Yuli.(2014).Payudara dan Laktasi.Jakarta : Salemba Medika.
Ronald, H.S.(2010).Pedoaman & Perawatan Kehamilan yang Sehat dan
Menyenangkan.Bandung : Nuansa Aulia.
Saifuddin, Abdul Bari, dkk.(2013).Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal.Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Edozien, Leroy C.(2012).Buku Saku Manajemen Unit Persalinan.Jakarta : Buku
Kedokteran EGC.
Yulianti, Devi.(2005).Buku Saku Manajemen Komplikasi Kehamilan dan
Persalinan.Jakarta : EGC.
Ratnawati, Ana.(2014).Asuhan Keperawatan Maternitas.Yogyakarta : Pustaka Baru
Press.
Ambarwati.(2008).Asuhan Kebidanan Nifas.Yogyakarta : Mitra Cendikia.
Pusdiknakes.(2003). Asuhan Kebidanan Post Partum.Jakarta : Pusdiknakes.
Saleha.(2009).Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas.Jakarta : Salemba Medika.
Suherni.(2008).Perawatan Masa Nifas.Yogyakarta: Fitramaya.
Ani, Ida Dian.(2011).Konsep Teori Involusi Uteri.(Online).Tersedia :
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-idadianani-5194-3-
bab2.pdf.(Diakses pada Senin, 11 Februari 2019 WIB).

Anda mungkin juga menyukai