Anda di halaman 1dari 10

Peran Serta Masyarakat dalam Upaya Pengendalian ... (Ahmad Erlan, et.

al)
DOI : 10.22435/vk.v9i2.5298.101-110

PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM UPAYA PENGENDALIAN


SCHISTOSOMIASIS DI DATARAN TINGGI LINDU PROVINSI
SULAWESI TENGAH

Ahmad Erlan*, Ningsi*, Ikhtiar**


*Balai Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang Donggala
Jl. Masitudju no. 58 Desa Labuan Panimba, Donggala, Sulawesi Tengah, Indonesia
** Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jurusan Antropologi, Universitas Tadulako Jl. Soekarno Hatta
Km. 9 Palu, Sulawesi Tengah, Indonesia
Email: erlan3001@gmail.com

COMMUNITY PARTICIPATION AND ROLE OF THE SCHISTOSOMIASIS CONTROL


SYSTEM IN THE HIGH PLATE LINDU
CENTRAL SULAWESI PROVINCE
Naskah masuk :01 Agustus 2016 Revisi I : 27 Maret 2017 Revisi II : 15 Mei 2017 Naskah Diterima : 07 Oktober 2017

Abstrak
Semakin banyaknya warga yang tidak melakukan pemeriksaan tinja untuk pemeriksaan schistosomiasis,
menyebabkan tidak terdeteksi positif schistosomiasis dan mempengaruhi angka cakupan pemeriksaan tinja.
Angka cakupan pemeriksaan tinja oleh masyarakat tahun 2009 adalah 64,17%, dan pada tahun 2010 turun
menjadi 63,72%. Tujuan penelitian adalah mendeskripsikan peran serta masyarakat melalui peran kader
dan tokoh masyarakat dalam meningkatkan cakupan pemeriksaan tinja untuk pemeriksaan schistosomiasis.
Penelitian dilakukan selama sembilan bulan (Maret-Desember) 2011 di dataran Lindu, Kabupaten Sigi
Provinsi Sulawesi Tengah. Penelitian ini adalah penelitian intervensi dan disajikan secara deskriptif. Sampel
sebanyak 30 orang yang terdiri dari kader, guru sekolah dasar dan tokoh masyarakat. Intervensi dilakukan
dengan memberikan pelatihan tentang shistosomiasis dan pentingnya pengumpulan tinja untuk mengetahui
prevalensi schistosomiasis. Hasil penelitian menunjukkan, telah terjadi peningkatan peran serta masyarakat
dalam cakupan pemeriksaan tinja pada dua desa perlakuan dibandingkan sebelum dilakukannya penelitian ini
yaitu meningkat menjadi 80%. Banyaknya kendala bagi para kader dan tokoh masyarakat dalam memberikan
kesadaran kepada masyarakat dalam upaya peningkatan cakupan pemeriksaan tinja salah satunya adalah,
masyarakat merasa jenuh mengumpulkan stool tinja dengan berbagai faktor antara lain merasa malu, jijik
dan sibuk bekerja.

Kata Kunci: Schistosomiasis, peran serta masyarakat, peningkatan cakupan pemeriksaan tinja.

Abstract
Increasing numbers of people who do not participate on the stool examination for schistosomiasis lead to
undetectable positive schistosomiasis and generate low coverage rate of the examination. In 2009, the rate
of stool examination in in Lindu community was 64,17%, but it slighly decreased by 63,72% in 2010. The
objective of the study was to describe the participation of the Lindu community through the role of cadres and
toma in order to enhance the coverage rate of the stool examination for schistosomiasis. The present study was
conducted for nine months (March – December 2011) in Lindu, Sigi Regency of Central Sulawesi Province. An
intervention research design was applied and presented descriptively. A total of 30 people was involved in thi
study consisting of cadres, primary school teachers and community leaders. The intervention was introduced
by providing training programme on shistosomiasis and increasing awareness of the stool examination to
evaluate the prevalence of schistosomiasis. The results showed that the coverage rate of stool examination

101
Vektora Volume 9 Nomor 2, Oktober 2017: 101 - 110

conducted by the community increased by 80% in two treated villages. There were some problems faced by the
cadres and community leaders during the examination. Many people remain reluctant to collect their stool,
get bored, feel disgusted and busy.

Keywords: Schistosomiasis, community participation, increased coverage stool examination.

PENDAHULUAN preventif, promotif, kuratif dan rehabilitattif dalam


Studi menjelaskan bahwa persepsi individu dan bentuk bantuan tenaga, dana, sarana, prasarana serta
masyarakat, sikap terhadap schistosomiasis, dan perilaku bantuan moralitas sehingga tercapai tingkat kesehatan
kebersihan merupakan faktor penting untuk mencegah yang optimal.Peran serta masyarakat adalah proses
schistosomiasis (Liu et al., 2014). Walaupun prevalensi untuk; (1) menumbuhkan dan meningkatkan tanggung
pada manusia telah rendah tetapi akan terjadi reinkfeksi jawab individu, keluarga terhadap kesehatan dirinya,
secara terus menerus, karena hewan seperti tikus ikut keluarganya dan masyarakat. (2)   mengembangkan
juga terinfeksi schistosomiasis. Siput (keong) dapat kemampuan untuk berkontribusi dalam pembangunan
hidup di daerah yang lembab tidak terlalu banyak air kesehatan, sehingga individu / keluarga tumbuh menjadi
dan tidak terlalu kering, sehingga apabila habitat keong perintis pembangunan  (agent of development)  yang
dikeringkan dan diubah menjadi kebun atau sawah yang dilandasi semangat gotong royong (Erfandi, 2008).
selalu tergenang air, keong tidak dapat hidup (Sudomo Pengembangan peran serta masyarakat tidak terlepas
and Pretty, 2007). dari proses pembelajaran sebagai upaya untuk
Di Indonesia fluktuasi prevalensi schistosomiasis meningkatkan pengetahuan dan partisipasi masyarakat
naik turun setiap tahunnya. Prevalensi infeksi pada untuk mendukung suatu program pengendalian kasus
manusia tahun 2008 adalah sebesar 2,11% dan terus (Notoatmodjo, 2005).
meningkat cukup tinggi yaitu 2,47 % tahun 2009 dan Meskipun belum ada ukuran kontrol baru untuk
bahkan meningkat lagi menjadi 3,22% pada tahun 2010. penyakit ini, perubahan epidemiologi, dan reformasi
Begitu pula angka cakupan pemeriksaan tinja oleh dalam penyelenggaraan layanan kesehatan telah
masyarakat semakin menurun, tahun 2009 sebanyak menyebabkan beberapa modifikasi metodologi dan
64,17 % dan pada tahun 2010 turun menjadi 63,72 % manajemen dalam upaya pengendalian penyakit ini
(Dinkes Propinsi Sulawesi Tengah, 2012). Hal ini tidak (Amaral et al., 2006). Upaya yang pernah dilakukan
sesuai dengan target yang diharapkan oleh program oleh Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten adalah
kesehatan setempat yang menginginkan pencapaian 80 membentuk kader schistosomiasis yang berfungsi
sampai 95%, sehingga banyak dari warga Lindu yang mengedarkan dan mengumpulkan stool tinja masyarakat
tidak terdeteksi positif schistosomiasis. dan hasilnya sudah cukup baik. Begitu pula dalam hal
Meningkatnya prevalensi dan menurunnya angka pemberantasan areal fokus keong, beberapa lokasi
cakupan pemeriksaan tinja oleh masyarakat merupakan fokus telah diberantas dengan melakukan penimbunan
suatu masalah yang akan merugikan masyarakat dan fokus dan perbaikan saluran air, namun upaya program
penentu kebijakan kesehatan. Kerugian bagi masyarakat kesehatan tersebut terhambat karena keterbatasan dana
adalah semakin banyaknya masyarakat yang tidak (Jastal dkk, 2008). Dukungan dari lintas sektor dan
terdeteksi positif schistosomiasis, sehingga dalam sosialisasi kemasyarakat semakin berkurang. Hal ini
pemberian pengobatan hanya dilakukan pada warga yang terjadi karena penanggulangan schistosomiasis hanya
mengumpulkan tinjanya. Sebagian masyarakat Lindu dibebankan pada sektor kesehatan saja (Notoatmodjo,
telah menganggap schistosomiasis adalah penyakit biasa. 2012).
Sikap masyarakat yang semakin merasa jenuh dengan Sudah lima tahun terakhir ini kader di dataran Lindu
kegiatan pengumpulan tinja, sangat mempengaruhi upaya sudah tidak aktif lagi. Salah satu permasalahan yang
program kesehatan dalam pengendalian schistosomiasis. mengakibatkan kader sudah tidak aktif adalah karena
Pengetahuan (koginitif) bahaya atau tidaknya suatu penyakit kurangnya sosialisasi tentang fungsi dan peran kader.
akan mempengaruhi sikap dan perilaku masyarakat dalam Faktor usia yang tidak memungkinkan lagi mereka
upaya pencegahan penyakit (Notoatmodjo, 2012). untuk bekerja, serta kader sudah dibiasakan dengan
Peran serta masyarakat adalah suatu bentuk bantuan bantuan, sehingga pada saat bantuan tersebut terhenti
masyarakat dalam hal pelaksanaan upaya kesehatan aktifitas kader mulai berkurang.

102
Peran Serta Masyarakat dalam Upaya Pengendalian ... (Ahmad Erlan, et. al)

Permasalahan dalam penanggulangan Pemberdayaan tokoh Adat, Agama dan tokoh


schistosomiasis khususnya dalam upaya meningkatkan pemuda bertugas memberikan legitimasi politik lokal
cakupan pemeriksaan tinja oleh masyarakat adalah, dan keyakinan terhadap keberadaan para kader. Hal
dengan peran serta masyarakat. Bentuk peran serta ini dimaksudkan agar masyarakat yang lainnya tidak
masyarakat yang diharapkan adalah, kesadaran individual melecehkan tugas dan keberadaan kader, bahkan
dalam menumbuhkan tanggung jawab bersama dengan sebaliknya justru menempatkannya pada kedudukan
memberikan motivasi warga dalam meningkatkan yang mulia di tengah-tengah masyarakat.
cakupan pemeriksaan tinja, meningkatnya pengetahuan, Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara
sikap dan perilaku positif masyarakat dalam kaitannya mendalam menggunakan kuesioner kepada kader dan
dengan schistosomiasis. toma masing-masing sebanyak 5 orang. Intervensi
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan dilakukan dengan memberikan materi pelatihan kepada
salah satu cara dalam upaya meningkatkan cakupan kader, guru SD dan tokoh masyarakat. Wawancara
pemeriksaan tinja masyarakat dengan peran serta kader, dilakukan sebelum pemberian materi schistosomiasis
guru SD dan tokoh masyarakat. Kader terpilih siap oleh tim peneliti bekerjasama dengan petugas kesehatan
berpartisipasi tanpa mengharapkan imbalan dan hanya setempat. FGD (fokus grup diskusi) dilakukan sekali
atas dasar kesadaran individul. kepada kader, guru SD dan tokoh masyarakat. Total
peserta FGD berjumlah 30 orang. Pemeriksaan tinja
BAHAN DAN METODE kepada seluruh masyarakat yang berumur 2 tahun
Penelitian dilakukan di dataran tinggi Lindu keatas di dataran tinggi Lindu dilakukan oleh petugas
Kabupaten Sigi Provinsi Sulawesi Tengah, pada bulan kesehatan setempat.
Maret-Desember tahun 2011. Lokasi penelitian di Pembentukan kader adalah bentuk intervensi yang
dataran Lindu di 4 desa yaitu Desa Puroo dan Desa dilakukan di dua desa yaitu Desa Puroo dan Anca
Anca sebagai desa perlakukan. Desa Langko dan Desa sebagai desa perlakuan. Prosedur kerja dalam penelitian
Tomado sebagai desa kontrol. ini adalah, membentuk kader secara langsung oleh
Penelitian ini adalah jenis penelitian intervensi yaitu tokoh-tokoh masyarakat, wawancara, pemberian materi
memberikan materi pelatihan mengenai schistosomiasis schistosomiasis kepada kader, guru SD dan toma oleh
kepada kader, guru SD dan tokoh masyarakat dengan tim peneliti dan petugas kesehatan.
memberikan gambaran secara deskriptif. Sampel Tugas dan fungsi kader adalah memberikan
penelitian adalah kader dan tokoh masyarakat sebanyak penyuluhan terkait schistosomiasis pada kelompok
30 orang. Kader dibentuk sebanyak 10 orang dari rumah tangga yang menjadi binaannya, berpartisipasi
masing-masing desa perlakukan, total kader berjumlah dalam membagikan dan mengumpulkan stool tinja.
20 orang. Pendidikan kader minimal tamat SD, pernah Tugas dan fungsi tokoh masyarakat adalah, memberikan
ikut dalam kegiatan-kegiatan sosial di Desa Lindu dan penyuluhan kepada masyarakat pada tempat-tempat
secara sukarela menjadi kader schistosomiasis. ibadah, dan disetiap kegiatan sosial desa, mengontrol
Keterlibatan tokoh masyarakat bertugas untuk kader dalam melakukan kegiatan pembagian dan
mengontrol tugas dan keaktifan tiap kader dan juga pengumpulan stool tinja masyarakat. Guru SD bertugas
berfungsi untuk membantu para kader mensosialisasikan memberikan penyuluhan kepada siswa-siswanya agar
pengetahuan dalam rangka peningkatan pengetahuan dan mereka mau mengumpulkan tinjanya dalam mendukung
kesadaran kesehatan masyarakat dan juga meningkatkan keberhasilan pengendalian schistosomiasis.
cakupan pemeriksaan tinja. Pembentukan kader
bertugas secara operasional mencatat keluarga yang HASIL
menjadi binaannya, membagi dan mengumpulkan stool Dataran Tinggi Lindu berjarak ± 100 Km arah Selatan
tinja kepada warga binaannya, memberikan penyuluhan Kota Paludenganluas wilayah 131.000 ha, ditetapkan
terhadap warganya. berdasarkan Surat Keputusan (SK) Menteri Pertanian
Pemberdayaan tokoh pendidik bertugas un­tuk Republik Indonesia No.522/Kpts/Um/10/1973. Dataran
membantu mensosialisasikan pengetahuan me­ngenai tinggi lindu merupakan daerah dengan topografi yang
schistosomiasis tentang penyebabnya, cara pen­cegah­ relatif bervariasi, dari dataran sampai perbukitan.
annya, gejala yang diderita ketika terkinfeksi, dan Sebagian besar wilayah dataran tinggi Lindu merupakan
berbagai macam informasi. Hal ini dimaksudkan agar kawasan hutan taman nasional dan perairan berupa
anak-anak sedini mungkin dapat menerima informasi danau yang dikenal dengan Danau Lindu, sedangkan
tersebut dan dapat menjaga atau mencegah terjangkitnya selebihnya merupakan sawah, perkebunan cokelat,
schistosomiasis khususnya terhadap diri mereka sendiri. kopi, dan semak belukar.Dataran Tinggi Lindu terbagi

103
Vektora Volume 9 Nomor 2, Oktober 2017: 101 - 110

dalam empat desa yaitu desa Puroo, Langko, Tomado pada keengganan masyarakat untuk mengetahui tentang
dan Anca. Desa Tomado memiliki bagian wilayah yang lebih dalam tentang penyakit ini. Bahkan masyarakat
luas dibanding Desa Anca, Langko dan Puroo. Bagian lebih banyak berusaha menyembunyikan penyakit
wilayah Desa Tomado terdiri dari Dusun Kanawu, tersebut. Seperti penuturan informan tokoh masyarakat:
Kangkuru dan Salutui. Jumlah penduduk Desa Lindu “penyakit ini sudah lama diderita
sebanyak 4690 jiwa yang terdiri dari laki-laki 2495 orang Lindu, bahkan sudah banyak
orang dan perempuan 2195 orang. yang menjadi korban, tetapi banyak
Hasil FGD dengan kelompok tokoh masyarakat yang tidak mau memeriksakan atau
dan beberapa kader sebagai berikut, schistosomiasis tidak mau tahu karena adanya rasa
bagi masyarakat Lindu sudah dianggap biasa saja malu kalau terdeteksi penyakit ini,
seperti penyakit lainnya. Walaupun schistosomiasis saya sendiri tidak tahu kenapa orang
merupakan ancaman, dalam pemikiran orang Lindu menjadi malu kalau terkena penyakit
menganggap bahwa penyebab kematian bukan hanya ini, saya menduga mungkin dulunya
karena schistosomiasis tetapi mungkin karena sebab orang yang terkena yang saya dengar
atau penyakit lain.Terkait dengan pemeriksaan tinja, perutnya buncit membesar, barangkali
bahwa beberapa komunitas di Lindu merupakan itu yang membuat orang malu bagi
penduduk musiman seperti di desa Puroo dan Anca siapapun yang menderitanya.”
mereka rata-rata tinggal di Desa Kulawi dan Sedonta,
sehingga pada saat pembagian dan pengumpulan Penanganan schistosomiasis dulu dengan sekarang
stool tinja mereka tidak berada di Lindu. Orang lindu berbeda karena dulunya merupakan bagian dari proyek.
terpapar schistosomiasis pada saat mereka melewati Setelah proyek berakhir maka secara perlahan-lahan
areal persawahan dan aliran air yang berasal dari fokus, aktivitas kader mulai berkurang. Kader sudah dibiasakan
kemungkinan terpapar schistosomiasis sangat besar. dengan bantuan. Kendala lainnya yang sering dihadapi
Kondisi lainnya saat ini adalah khususnya di desa Puroo oleh petugas kesehatan adalah, masyarakat sengaja
penggunaan sumber air untuk kebutuhan rumah tangga dan sering lupa mengisi dan mengumpulkan stool
masih diperoleh dari sumber air yang berasal dari aliran tinja.Kadang juga lupa mengembalikan atau mengisi
air fokus keong. Masih banyak warga Lindu yang tidak tinjanya. Dan sebaliknya kader tidak mengumpulkan
memiliki sarana MCK (mandi cuci kakus) mereka rata- kembali stool tinja. Kendala yang sering dihadapi kader
rata masih menggunakan air sungai untuk keperluan adalah masalah luas wilayah kerjanya, pembagian dan
mandi dan buang air besar. pengumpulan dilakukan berulang-ulang sehingga kader
Schistosomiasis adalah penyakit yang sangat merasa capek, lokasi pembagian dan pengumpulan
mengancam kesehatan masyarakat Lindu dan sekaligus berjauhan dari lokasi tempat tinggalnya.
mengancam kehidupan sosialnya. Betapa tidak, penyakit
ini secara biomedis mengganggu secara perlahan kondisi 1. Cakupan Pemeriksaan Tinja di Dataran Tinggi
fisik manusia dan bila tidak diobati dengan segera akan
Lindu Sebelum dan sesudah Intervensi
menyebabkan tingkat keparahan yang lebih tinggi
Survei tinja dilakukan oleh Dinas kesehatan
sehingga dapat mengganggu aktifitas dinamis mencari
Kabupaten Sigi, bekerja sama dengan petugas
penghidupan. Semua penyakit juga akan mengganggu
Laboratorium schistosomiasis Lindu.Hasil survei
aktifitas keseharian setiap orang, namun bagi Orang
tinja setelah intervensi di desa perlakuan mengalami
Lindu penyakit ini seolah memberikan kondisi sosial
peningkatan dibandingkan desa kontrol.Data survey
yang “negatif” bagi yang menderita yakni rasa malu.
tinja sebelum dan sesudah intervensi dapat dilihat pada
Karena adanya rasa malu ini sehingga juga berdampak
tabel di bawah ini:

104
Peran Serta Masyarakat dalam Upaya Pengendalian ... (Ahmad Erlan, et. al)

Tabel 1. Data Survey Tinja Sebelum IntervensiTahun 2009 dan 2010 dan Sesudah Intervensi Tahun 2011
Jmlh Persentase Jumlah Persentase
Jumlah Jmlh pddk2
Desa Tahun pddk yang Jmlh pddk positif Positif
Penduduk thn ke atas
diperiksa diperiksa japonicum Japonicum
2009 466 451 327 72,5 9 2,75
Anca 2010 482 471 367 76,86 15 4,14
2011 592 568 482 84,85 9 1,86
2009 1867 1771 1360 76,7 32 2,35
Puroo 2010 662 588 394 67,01 15 3,81
2011 686 659 569 86,34 19 3,33
2009 621 540 420 77,7 8 1,90
Tomado 2010 574 552 456 82,61 20 4,39
2011 834 796 663 83,29 17 2,56
2009 694 592 562 76,7 17 3,02
Langko 2010 538 516 327 63,37 10 3,06
2011 511 499 397 79,56 3 0,76
Sumber: Data sekunder

Dapat dilhat pada tabel 1, hasil survey tinja di Dapat dilihat pula pada gambar 1, prevalensi
Desa Anca setelah intervensi meningkat menjadi 84,85 schistosomiasis setelah intervensi mengalami
% (2011) dan desa Puroo 86,34 (2011). Nilai cakupan penurunan di Desa Anca dan Puroo yang merupakan
survey tinja ini meningkat setelah pembentukan dan desa intervensi. Penurunan prevalensi ini terjadi pula
pelatihan kader, guru dan toma. Sebelum pembentukan pada Desa Tomadoyang merupakan desa kontrol.
kader dan toma hasil pemeriksaan tinja di desa Anca dan
Puroo hanya berkisar 70 %. Namun dapat dilihat hanya 2. Wawancara Mendalam dengan Tokoh-Tokoh
terjadi perbedaan sedikit jumlah cakupan pemeriksaan
Masyarakat - Kader
tinja antara Desa Puroo (desa intervensi) dengan Desa
Wawancara mendalam dilakukan pada petugas
Tomado (desa kontrol).

Gambar 1. Presentasi Positif Schistosomiasis tahun 2009, 2010 dan 2011.

105
Vektora Volume 9 Nomor 2, Oktober 2017: 101 - 110

kesehatan setempat, sekretaris desa dan tokoh masyarakat kader belum dapat melaksanakan tugasnya dengan
lainnya. Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan sempurna, karena masih adanya hambatan-hambatan
informan mengenai apa yang sudah pernah dilakukan dari masyarakat itu sendiri, dimana saat pengumpulan
khususnya pemberdayaan kader, bahwa dulunya sudah tinja, beberapa warga belum mengumpulkan stool
ada pembentukan kader, namun kurang lebih lima tahun tinja walaupun sudah ditentukan batas pengumpulan
terakhir ini kader sudah tidak berfungsi lagi, karena tidak tinja, dan pada saat ditemui orang yang bersangkutan
adanya kompensasi lagi serta usia mereka sudah tidak tidak berada di tempat. Rata-rata warga yang tidak
memungkinkan untuk bekerja. Kader diberikan bantuan mengumpulkan stool tinja karena sedang berada di
berupa pemberian sepeda, payung, sepatu bot, sarung kebun dan di sawah.
tangan dan baju kaos. Namun setelah bantuan tersebut Menurut informan tokoh masyarakat, kesadaran
sudah tidak berfungsi peran kader mulai berkurang dan masyarakat cukup baik dalam mengumpulkan tinja,
bahkan sampai saat ini sudah tidah aktif lagi. Hal ini yang akan tetapi masyarakat seringkali dihadapkan pada
menghambat program dalam kegiatan penanggulangan permasalahan saat pengambilan stool tinja rata-
schistosomiasis khususnya peran kader sudah tidak aktif rata warga sedang tidak berada di rumah. Olehnya
setelah bantuan yang diberikan sudah tidak berfungsi itu kedepannya tokoh masyarakat dan kader akan
lagi. Mereka sudah terbiasa dengan bantuan, sehingga berupaya semaksimal mungkin untuk menggerakkan
mempengaruhi program untuk menindaklanjuti peran masyarakatnya mengumpulkan tinja hingga mencapai
mereka. Seperti ungkapan salah satu informan kader 90%.
lama sebagai berikut : Menurut informan belum pernah dilakukan
“Sudah sepuluh tahun kami jadi pemberian materi tentang schistosomiasis kepada
kader yang dulunya kami aktif, namun kader lama, mereka langsung dibentuk dengan fungsi
karena tidak adanya sosialisasi sebagai pengumpul stool tinja. Pembagian poster
lagi atau penyegaran dari petugas dan liflet pada masyarakat belum pernah dilakukan,
kesehatan setempat, maka kami sudah hanya sosialisasi tentang schistosomiasis dan itu sudah
tidak aktif lagi. Sudah berkurangnya cukup lama, sedangkan semakin hari semakin banyak
kompensasi yang diberikan sehingga pergantian generasi-generasi muda yang belum tahu
kami tidak mampu lagi bekerja.” schistosomiasis. Pemberantasan daerah fokus sudah
dilakukan, namun karena dana yang sangat terbatas
Menurut petugas kesehatan setempat mereka pemberantasan daerah fokus berupa menimbun tempat
sudah merasa berat hati untuk menyuruh kader bekerja, fokus dengan tanah belum bisa dilakukan adapun
dengan beban pekerjaan yang menurut mereka sangat mengaliri genangan-genangan air yang memungkinkan
berat khususnya membagi dan mengumpulkan stool keong berkembang biak di tempat-tempat tersebut
tinja, karena tidak adanya kompensasi lagi, dan dana sudah dilakukan. Sebagaimana penelitian yang
petugas kesehatan setempat sangat terbatas hanya dilakukan di Brasil, faktor risiko yang dievaluasi dalam
pada kegiatan survei tinja saja, sehingga petugas studi ini memperkuat dampak penyakit ini di daerah
laboratorium schistosomiasis bekerja sendiri tanpa endemik Negara Bagian Pernambuco, hal yang menarik
melibatkan kader lagi. Peran serta masyarakat tidak perhatian bahwa pengobatan dan pendidikan merupakan
diukur dengan pemberian bantuan. Kesadaran individual faktor pencegahan penyakit ini.  Hasil dari penelitian
merupakan hal yang sangat penting dalam pencegahan ini menunjukkan perlunya menerapkan intervensi
suatu penyakit. Menurut informan berkaitan dengan pendidikan sosial, sanitasi, dan kesehatan yang ditujukan
pemberdayaan kelompok masyarakat seperti toma pada schistosomiasis untuk mengurangi atau mencegah
dalam penanggulangan schistosomiasis belum pernah terjadinya penyakit, yang masih merupakan masalah
dilakukan, yang ada hanya kelompok masyarakat dalam kesehatan masyarakat (Silva, Leal and Domingues,
kegiatan-kegiatan kemasyarakatan lainnya seperti, 2013).
perlakuan sanski (ginvu) adat bagi yang melanggar dan Sikap dan prilaku masyarakat dengan rasa malu
kegiatan keagamaan lainnya. membuat masyarakat tidak memiliki pengetahuan
yang memadai baik dari segi pencegahan dan juga
PEMBAHASAN pengobatannya. Dari segi pencegahan misalnya,
Peran serta kader dan tokoh masyarakat yang masyarakat pada saat turun beraktifitas di daerah yang
telah dilatih telah memberikan pengaruh yang sangat teridentifikasi sebagai fokus schistosomiasis banyak di
besar terhadap peningkatan cakupan pemeriksaan antara mereka yang tidak menggunakan alat pelindung
tinja masyarakat di desa perlakuan. Meskipun para diri (APD), seperti pada saat turun ke sawah. Mereka

106
Peran Serta Masyarakat dalam Upaya Pengendalian ... (Ahmad Erlan, et. al)

tidak menggunakan alat pelindung diri (APD) pada saat Studi yang telah dikembangkan, menemukan suatu
turun ke lahan persawahan dan kebun dengan beberapa ouput yang menggembirakan, karena dalam penelitian ini
alasan, (1). Mereka tidak memiliki pengetahuan juga sudah dilakukan sosialisasi. Melalui sosialisasi dan
bahwa dengan menggunakan APD maka mereka akan memberikan otoritas pada para kader dan tokoh-tokoh
terlindungi dari potensi atau kemungkinan terjangkitnya masyarakat serta guru dalam mensosialisasikan berbagai
schistosomiasis ke dalam tubuhnya; (2). Mereka tidak informasi yang berkaitan dengan schistosomiasis. Hasil
memiliki kemampuan secara ekonomi untuk membeli penelitian ini menunjukkan angka cakupan pemeriksaan
peralatan berupa APD yang dapat mencegah mereka dari tinja masyarakat mulai meningkat mencapai 80%
bersentuhan langsung dengan keong yang ada di wilayah setelah dilakukan pembentukan kader baru melalui
fokus; (3). Di antara mereka pada dasarnya sudah ada peran tokoh-tokoh masyarakat. Hal ini sejalan dengan
yang memiliki pengetahuan tentang penyebab terjadinya hasil penelitian yang dilakukan oleh Ernest Tambo, dkk
schistosomiasis, wilayah-wilayah yang menjadi fokus yang menyatakan bahwa keterlibatan dan partisipasi
keong dan cara pencegahannya, namun pengetahuan masyarakat, pendidikan kesehatan dan pemahaman
yang mereka miliki tidak dibarengi dengan kesadaran pada masyarakat sangat penting dalam program
pentingnya mencegah penyakit dengan menggunakan eliminasi schistosomiasis nasional yang berkelanjutan
alat pelindung diri pada saat beraktifitas khususnya di dan sampai pada pemberantasan secara tuntas (Ernest
daerah fokus. Tambo, Jia Tei-Wu, Xiao Ning, Wei Hu, 2017) .
Rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat Secara psikologis mereka yang terkena penyakit ini
akan pencegahan shistosomiasis berpengaruh terhadap tidak lagi terpenjara secara sosial budaya dari stereotipe
cakupan pemeriksaaan tinja. Cakupan pemeriksaan negatif yang ada selama ini dimasyarakat, bahwa
tinja menurut keterangan dari petugas laboratorium schistosomiasis merupakan penyakit yang memalukan
menjelaskan bahwa, pemeriksaan tinja sangat rendah, dan tidak pantas diketahui oleh banyak orang.Kader juga
padahal kasus penderita penyakit tersebut masih sangat memberikan peran yang cukup strategis.Kader selain
besar. Hampir semua anggota keluarga sudah diberikan telah mampu memberikan kontribusi langsungnya dalam
stool tinja, tetapi aplikasi pengembalian stool tersebut meningkatkan cakupan pemeriksaan tinja. Informasi
sangat rendah. Bahkan ada yang didatangi langsung tentang schistosomiasis yang mereka dapatkan saat
diminta untuk mengisi stoolnya dengan tinja tetapi pelatihan sudah mampu mereka informasikan kepada
tetap tidak mengisi dengan berbagai alasan, kasus yang masing-masing rumah tangga di bawah naungannya
banyak ditemui adalah, warga yang sudah diberikan minimal kepada orang-orang terdekat yang ada disekitar
stool tinja secara bersamaan sedang tidak ada di tempat, mereka.
keluar daerah Lindu seperti ke Palu atau ke wilayah Pada saat evaluasi peran kader, sejumlah kader
lain. Kasus lain kaum muda yang memang tidak mau secara aktif memberikan beragam masukan atas
dengan berbagai alasan, misalnya jijik, malu. Sejumlah berbagai macam kendala dan kelemahan yang harusnya
kasus tersebut kemudian menjadi faktor yang sangat diperbaiki untuk mencapai tujuan. Artinya dengan proses
determinan dalam mendorong peningkatan cakupan dan model yang telah diberikan, capaiannya bukan
pemeriksaan tinja di wilayah Lindu, dengan peran hanya mampu meningkatkan cakupan pemeriksaan
serta masyarakat melalui pemberdayaan tokoh-tokoh tinja, tetapi juga bisa meningkatkan kemampuan dan
masyarakat dan kader. kesadaran masyarakat tentang bahaya schistosomiasis,
Atas dasar berbagai kasus di atas yang menjadi selain itu dan yang paling penting adalah model yang
faktor penghambat rendahnya cakupan pemeriksaan diterapkan telah mendekonstruksi pemahaman negatif
tinja maka melalui studi ini merekomendasikan yang selama ini melingkupi masyarakat bahwa penyakit
perlakuan dalam bentuk model penanganan dengan schistosomiasis adalah penyakit yang gampang di
melibatkan masyarakat setempat menjadi pelaku/ obati, tidak berbahaya dan memalukan yang tidak perlu
foluntir yakni menjadi kader. Pembentukan kader dan diketahui oleh banyak orang. Satu aturan khusus yang
toma ini tentunya diharapkan meningkatkan partisipasi ditawarkan oleh para kader dan toma adalah, tidak
masyarakat. Asumsi dasarnya adalah bahwa kurangnya memberikan obat bagi warga masyarakat yang tidak
pengetahuan terhadap schistosomiasis tersebut menyerahkan tinjanya ataupun yang mengeluh jika ada
menyebabkan terbentuknya stereotipe negatif terhadap gejala-gejala schistosomiasis, walaupun orang tersebut
penyakit schisto dan akan mempengaruhi peran serta telah terindikasi menderita schistosomiasis.
yang aktif dari setiap orang untuk menyerahkan tinjanya Selain peran kader yang cukup baik, tokoh
melalui stool tinja yang sudah disediakan oleh petugas masyarakat memiliki peran yang sangat baik pula
laboratorium. terhadap peningkatan cakupan pemeriksaan tinja

107
Vektora Volume 9 Nomor 2, Oktober 2017: 101 - 110

masyarakat. Tokoh masyarakat akan memberikan sanksi masih berjalan sendiri-sendiri dalam pemberantasan
kepada kader yang tidak aktif dalam pengumpulan schistosomiasis.
stooltinja, dengan tidak memberikan pengobatan gratis Keberhasilan pemberantasan schistosomiasis tidak
kepada kader dan anggota keluarganya, karena salah hanya menjadi tanggung jawab sektor kesehatan tapi
satu konstribusi yang diberikan kepada kader yang aktif harus didukung oleh lintas sektor. Sebagaimana yang
adalah dengan memberikan pengobatan gratis kepada dikemukan oleh Shi-Zhu Li bahwa kejadian infeksi
kader dan anggota keluarganya. Bukan hanya kader yang schistosomiasis akut menurun secara signifikan dari
diberikan sanksi, tokoh masyarakat bekerjasama dengan tahun 2005 sampai 2012, dari hasil penelitiannya
petugas laboratorium schisto Lindu, untuk memberikan menunjukkan bahwa penularan lokal yang
sanski kepada warga yang tidak mengumpulkan stool berkelanjutan dari schistosomiasis telah berkurang. Hal
tinja dengan tidak memberikan obat, meskipun warga ini menunjukkan bahwa pengendalian schistosomiasis
tersebut memiliki gejala-gejala klinis schistosomiasis. secara terpadu antara pemerintah dan masyarakat telah
Hal ini dilakukan untuk kebaikan masyarakat sendiri, memainkan peran yang signifikan dalam pengurangan
karena prevalensi schistosomiasis semakin hari beban penyakit, baik dalam pengendalian morbiditas
bukannya menurun malah semakin meningkat, dan maupun tahap pengendalian infeksi (Li et al., 2014).
jika masyarakat tidak aktif mengumpulkan tinjanya, Selanjutnya promosi kesehatan dan pendidikan
penularan schistosomiasis akan terus menjadi ancaman kesehatan masih akan menjadi strategi yang efektif
bagi warga Lindu (Sudomo, 2008). Hal tersebut sesuai dan salah satu intervensi dalam program pengendalian
dengan teori bahwa reaksi masyarakat terhadap inovasi nasional untuk schistosomiasis (Chen et al., 2016).
baik berupa inovasi dalam bidang teknik, kesehatan,
maupun kebudayaan dipengaruhi oleh beberapa faktor KESIMPULAN DAN SARAN
diantaranya adanya kemanfaatan ide baru tersebut.
Kesimpulan
Tokoh masyarakat dan masyarakat umumnya akan lebih
Sebelum dilakukan penelitian ini angka cakupan
mudah menerima suatu inovasi yang dapat dibuktikan
pemeriksaan tinja masyarakat Lindu hanya mencapai 60
kemanfaatannya secara nyata daripada sesuatu yang
sampai 70%. Namun setelah dilakukan intervensi berupa
abstrak (Solita Sarwono, 2004).
pembentukan kader dan pemberdayaan tokoh-tokoh
Di Cina pemberantasan dilakukan dengan
masyarakat, cukup memberikan hasil yang memuaskan
mengutamakan peran serta masyarakat, serta
dalam upaya peningkatan cakupan pemeriksaan tinja
pembangunan daerah endemis schistosomiasis secara
hingga mencapai 80%.
besar-besaran. Semua habitat siput O.h hupensis telah
Kader lama sudah tidak aktif lagi disebabkan
berubah sehingga siput tersebut tidak dapat hidup lagi,
karena faktor usia yang memungkinkan mereka tidak
contohnya tempat habitat O.h. hupensis di Wuxi sudah
mampu lagi bekerja, bahkan ada yang sudah meninggal.
dirubah menjadi tempat wisata, sehingga tidak ada
Berdasarkan hal tersebut sehingga dibentuklah kader
satu meterpun tempat siput untuk hidup. Hal tersebut
baru, dan untuk memperkuat peran dari kader maka
dapat dilakukan dengan baik karena ada komitmen
dilibatkan juga guru SD dan tokoh masyarakat.
dari berbagai pihak untuk bersama secara lintas sektor
melakukan pemberantasan schistosomiasis (Sudomo
and Pretty, 2007). Lebih dari 60 tahun kerja keras dan Saran
usaha, Republik Rakyat Cina telah mencapai prestasi Penelitian ini sangat penting untuk dipahami
yang cukup besar dan mengurangi morbiditas dan sebagai acuan dalam penanggulangan schistosomiasis
prevalensi penyakit ini ke tingkat terendah yang pernah oleh penentu kebijakan kesehatan. Keberhasilan
tercatat, terutama sejak diperkenalkannya strategi program pengendalian schistosomiasis perlu dukungan
pengendalian terpadu yang baru pada tahun 2004 (Yang dari seluruh masyarakat dengan melibatkan tokoh
et al., 2016). Meskipun peran serta masyarakat di dataran masyarakat dan guru SD sehingga kegiatan kader dalam
tinggi Lindu masih sebatas pada peran serta masyarakat pengumpulan tinja bisa mencapai target.
dalam pengumpulan tinja dan pencegahan terhadap
penyakit, namun untuk pemberantasan siput (keong) UCAPAN TERIMA KASIH
akan sangat sulit dilakukan, karena ada beberapa daerah Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada
fokus yang sangat sulit untuk dijangkau dan diberantas, semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan yang telah
dan itu sangat membutuhkan bantuan dari berbagai membantu dalam pelaksanaan penelitian ini mulai dari
lintas sektor. Sementara di Indonesia masih sulit untuk awal sampai berakhirnya penelitian. Ucapan terima kasih
berhasil seperti di Cina karena masing-masing sektor terutama kepada Kepala Balai Libang P2B2 Donggala,

108
Peran Serta Masyarakat dalam Upaya Pengendalian ... (Ahmad Erlan, et. al)

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sigi beserta staf Li, S. Z. et al. (2014) ‘Reduction Patterns of Acute
yang turut serta dalam pelaksanaan penelitian, Kepala Schistosomiasis in the People’s Republic of
Puskesmas Lindu, Petugas Laboratorium schistosomiasis China’, PLoS Neglected Tropical Diseases, 8(5).
di Dataran Lindu,Tokoh-tokoh masyarakat dan kader doi: 10.1371/journal.pntd.0002849.
yang bersedia menjadi informan dan berpartisipasi Liu, L. et al. (2014) ‘Knowledge of, attitudes towards, and
dalam penelitian ini. practice relating to schistosomiasis in two subtypes
of a mountainous region of the People’s Republic
DAFTAR KEPUSTAKAAN of China.’, Infectious diseases of poverty, 3(1), p.
Amaral, R. S. et al. (2006) ‘An analysis of the impact 16. doi: 10.1186/2049-9957-3-16.
of the Schistosomiasis Control Programme Notoatmodjo, S. (2005) Promosi Kesehatan, Teori dan
in Brazil’, Memorias do Instituto Oswaldo Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta.
Cruz, 101(1), pp. 79–85. doi: 10.1590/S0074- Notoatmodjo, S. (2012) Pengantar Pendidikan Kesehatan
02762006000900012. dan Ilmu Perilaku Kesehatan. Yogyakarta: Andi
Chen, L. et al. (2016) ‘Health Education as an Important Offset.
Component in the National Schistosomiasis Silva, P. C. V., Leal, T. V. and Domingues, A. L. C.
Control Programme in The People’s Republic of (2013) ‘Treatment and education reduce the
China.’, Advances in parasitology, 92, pp. 307– severity of schistosomiasis periportal fibrosis’,
39. doi: 10.1016/bs.apar.2016.03.004. Revista da Sociedade Brasileira de Medicina
Dinkes Propinsi Sulawesi Tengah (2012) Laporan Tropical, 46(4), pp. 472–477. doi: 10.1590/0037-
Tahunan Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi 8682-0110-2013.
Tengah Tahun 2012. Solita Sarwono (2004) Sosiologi Kesehatan Beberapa
Erfandi (2008) Peran Serta masyarakat. Available at: Konsep Beserta Aplikasinya. Yogyakarta: Gadjah
http://forbetterhealth.wordpess.com (Accessed: Mada University Press.
23 September 2010). Sudomo, M. (2008) ‘Penyakit Parasitik yang Kurang
Ernest Tambo, Jia Tei-Wu, Xiao Ning, Wei Hu, Z. Diperhatikan’. Jakarta: Badan Litbang Kesehatan.
X.-N. (2017) ‘Journal of Microbiology and Sudomo, M. and Pretty, M. . S. (2007) ‘Pemberantasan
Infectious Diseases’, Journal of Microbiology Schistosomiasis di Indonesia’, Buletin Penelitian
and Infectious Diseases, 7(2), pp. 104–118. doi: Kesehatan, 35 No. I.
10.5799/ahinjs.02.2017.02.0264. Yang, Y. et al. (2016) ‘Integrated Control Strategy of
Jastal dkk (2008) Analisis Spasial Epidemiologi Schistosomiasis in The People’s Republic of
Schistosomiasis dengan Menggunakan China’, in Advances in Parasitology, pp. 237–
Penginderaan Jarak Jauh dan Sistem Informasi 268. doi: 10.1016/bs.apar.2016.02.004.
Geografis di Sulawesi Tengah. Donggala.

109
Vektora Volume 9 Nomor 2, Oktober 2017: 101 - 110

110

Anda mungkin juga menyukai