PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebijakan pemerintah dalam pembangunan kesehatan menempatkan kesehatan
ibu dan anak sebagai perioritas utama, karena sangat mementukan kualitas sumber
daya manusia mendatang. Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI), serta lambatnya
mendesak untuk ditingkatkan bagi dari segi jangkauan maupun kualitas pelayanan.
Ketuban pecah dini merupakan masalah yang masih kontropersial dalam kebidanan.
Penanganan yang optimal dan yang baku belum ada bahkan selalu berubah. Bila
ketuban pecah dini tidak mendapat penanganan yang baik dapat meningkatkan
morbiditas dan mortalitas pada ibu maupun bayi karena adanya infeksi, dimana selaput
ketuban yang menjadi penghalang masuknya kuman penyebab infeksi sudah tidak ada
Tingginya angka kematian ibu sangat bervariasi, dari beberapa sumber yang
salah satunya menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2005
kehamilan, persalinan dan nifas. Kejadian ini dapat berakibat 99% kematian ibu terjadi
di Negara-Negara berkembang.
Angka kematian ibu (AKI) pada tahun 2000 di negara berkembang masih
per 100 ribu kelahiran hidup, Malaysia 41 per 100 ribu kelahiran hidup, Thailand 44
per 100 ribu kelahiran hidup, dan filiphina 170 per 100 ribu kelahiran hidup.
1
Di tingkat ASEAN, Indonesia merupakan negara tertinggi angka kematian ibu
dan perinatal. Pada tahun 2006, Indonesia memiliki Angka Kematian Ibu (AKI)
mencapai 307 per 100 ribu kelahiran hidup, sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB)
sebesar 35 per 1000 kelahiran hidup . Angka Kematian Ibu dan Perinatal yang tinggi
sebagian besar akibat pertolongan dukun di seluruh indonesia. Kematian ibu dan
perinatal mempunyai peluang yang sangat besar untuk di hindari sehingga bidan
menekan kematian ibu melalui Program Making Pregnancy Safer (MPS) dengan visi
aman dan bayi dilahirkan hidup dan sehat dengan target tahun 2010 menurunkan
B. Rumusan Masalah
C . Tujuan Penulisan
2
Mempelajari secara keseluruhan tentang penyakit paget baik konsep medis maupun
konsep medik
b. Tujuan khusus
a. Mahasiswa dapat memahami definisi KPD
b. Mahasiswa dapat memahami faktor-faktor yang mempengaruhi KPD
c. Mahasiswa dapat memahami mekanisme terjadinya KPD
d. Mahasiswa dapat mengetahui manifestasi klinis dari KPD
e. Mahasiswa dapat mengetahui komplikasi dari KPD
f. Mahasiswa dapat mengetahui pemeriksaan penunjang pada KPD
g. Mahasiswa dapat mengetahui cara terapi dalam KPD
h. Mahasiswa dapat mengetahui cara penatalaksanaan pada KPD
i. Mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan dari KPD
D. Metode Penulisan
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
persalinan. Bila ketuban pecah dini terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu maka
Ketuban pecah dini adalah ketuban yang pecah sebelum terdapat atau
dimulainya tanda inpartu dan setelah ditunggu satu jam belum ada tanda inpartu
(Manuaba, 2010).
Ketuban pecah dini adalah ketuban yang pecah spontan yang terjadi pada
sembarang usia kehamilan sebelum persalinan di mulai (William,2001)
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan
dan di tunggu satu jam belum di mulainya tanda persalinan (manuaba,2001)
Ketuban pecah dini adalah keluarnya cairan berupa air dari vagina setelah
kehamilan berusia 22 minggu sebelum proses persalinan berlangsung dan dapat terjadi
pada kehamilan preterm sebelum kehamilan 37 minggu maupun kehamilan aterm.
(saifudin,2002).
Ketuban dinyatakan pecah dini bila terjadi sebelum proses persalinan
berlangsung. Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan
membrane atau meningkatnya tekanan intra uterin atau oleh kedua faktor tersebut.
Berkurangnya kekuatan mambran disebabkan adanya infeksi yang dapat berasal dari
vagina serviks. (Sarwono Prawiroharjo, 2002)
4
B. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketuban pecah dini
Penyebab KPD masih belum diketahui dan tidak dapat ditentukan secara pasti.
namun faktor-faktor mana yang lebih berperan sulit diketahui (Nugroho, 2011).
paling serius bagi ibu dan janin, bahkan dapat berlanjut menjadi sepsis
(Prawirohardjo, 2008).
ini dipacu oleh persalinan atau infeksi maka jaringan akan menipis dan sangat
bakteri yang sering ditemukan pada cairan ketuban pada kehamilan preterm.
kontraksi uterus. Hal ini menyebabkan adanya perubahan dan pembukaan serviks,
menegakkan diagnosis ini hanyalah demam; suhu tubuh 38ºC atau lebih, air
5
ketuban yang keruh dan berbau yang menyertai pecah ketuban yang menandakan
Riwayat ketuban pecah dini sebelumnya beresiko 2-4 kali mengalami ketuban
pecah dini kembali. Patogenesis terjadinya ketuban pecah dini secara singkat ialah
terjadinya ketuban pecah dini dan ketuban pecah dini preterm terutama pada pasien
Wanita yang mengalami ketuban pecah dini pada kehamilan atau menjelang
persalinan maka pada kehamilan berikutnya wanita yang telah mengalami ketuban
pecah dini akan lebih beresiko mengalaminya kembali antara 3-4 kali dari pada
wanita yang tidak mengalami ketuban pecah dini sebelumnya, karena komposisi
membran yang menjadi mudah rapuh dan kandungan kolagen yang semakin
sering terjadi pelahiran preterm, sedangkan bila lebih dari 37 minggu lebih sering
hasil akhir kehamilan yang kurang bagus. Baik karakteristik janin maupun ibu
6
kehamilan kembar, kelainan pada plasenta dan tali pusat dan penggunaan obat-
bagian atas, dan kelainan kromosom (trisomi 21, 18, 8, 13) komplikasi yang sering
prolaps tali pusat, persalinan pretem dan gangguan pernafasan pada ibu
(Prawirohardjo, 2008).
kedua. Kelainan ini dapat berhubungan dengan kelainan uterus yang lain seperti
septum uterus dan bikornis. Sebagian besar kasus merupakan akibat dari trauma
bedah pada serviks pada konisasi, produksi eksisi loop elektrosurgical, dilatasi
2008).
membuka tanpa disertai nyeri pada trimester kedua atau awal trimester ketiga
perdarahan pervaginam, tekanan pada panggul, atau ketuban pecah dan ketika
7
inkompetensia serviks ditegakkan berdasarkan peristiwa yang sebelumnya terjadi,
yakni minimal dua kali keguguran pada pertengahan trimester tanpa disertai awitan
berlebihan disertai kala dua yang memanjang pada kehamilan sebelumnya, ibu
berulang kali mengalami abortus elektif pada trimester pertama atau kedua, atau
sebelumnya ibu mengalami eksisi sejumlah besar jaringan serviks (Morgan, 2009).
e. Paritas
Para adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi yang dapat hidup
(Saifuddin, 2006).
wanita yang telah melahirkan bayi hidup atau mati untuk pertama kali. Multiparitas
adalah wanita yang telah melahirkan bayi hidup atau mati beberapa kali (sampai 5
tetapi juga korionisitas kedua janin. Pada banyak kasus adalah mungkin saja
menentukan apakah janin merupakan kembar monozigot atau dizigot. Selain itu,
dapat juga ditentukan apakah janin terdiri dari satu atau dua amnion. Upaya
8
persalinan preterm. Gejala persalinan preterm harus ditinjau kembali dengan
dini juga preeklamsi. Hal ini biasanya disebabkan oleh peningkatan massa plasenta
dan produksi hormon. Oleh karena itu, akan sangat membantu jika ibu dan
Usia ibu yang ≤ 20 tahun, termasuk usia yang terlalu muda dengan keadaan
uterus yang kurang matur untuk melahirkan sehingga rentan mengalami ketuban
pecah dini. Sedangkan ibu dengan usia ≥ 35 tahun tergolong usia yang terlalu tua
untuk melahirkan khususnya pada ibu primi (tua) dan beresiko tinggi mengalami
Usia dan fisik wanita sangat berpengaruh terhadap proses kehamilan pertama,
pada kesehatan janin dan proses persalinan. World Health Organisation (WHO)
rekomendasi WHO untuk usia yang dianggap paling aman menjalani kehamilan
dan persalinan adalah 20 hingga 30 tahun. Kehamilan di usia kurang dari 20 tahun
dapat menimbulkan masalah karena kondisi fisik belum 100% siap (Agil, 2007).
Beberapa resiko yang bisa terjadi pada kehamilan di usia kurang dari 20 tahun
Bisa jadi secara mental pun wanita belum siap. Ini menyebabkan kesadaran untuk
9
memeriksakan diri dan kandungannya menjadi rendah. Di luar urusan kehamilan
dan persalinan, risiko kanker leher rahim pun meningkat akibat hubungan seks dan
melahirkan sebelum usia 20 tahun ini. Berbeda dengan wanita usia 20-30 tahun
yang dianggap ideal untuk menjalani kehamilan dan persalinan. Di rentang usia ini
kondisi fisik wanita dalam keadaan prima. Rahim sudah mampu memberi
mental pun siap, yang berdampak pada perilaku merawat dan menjaga
Pendapat Seno (2008), usia 30-35 tahun sebenarnya merupakan masa transisi
“Kehamilan pada usia ini masih bisa diterima asal kondisi tubuh dan kesehatan
wanita yang bersangkutan termasuk gizinya, dalam keadaan baik”. Mau tidak mau,
suka atau tidak suka, proses kehamilan dan persalinan berkaitan dengan kondisi
dan fungsi organ-organ wanita. Artinya, sejalan dengan bertambahnya usia, tidak
sedikit fungsi organ yang menurun. Semakin bertambah usia, semakin sulit hamil
karena sel telur yang siap dibuahi semakin sedikit. Selain itu, kualitas sel telur juga
semakin menurun. Itu sebabnya, pada kehamilan pertama di usia lanjut, resiko
perkembangan janin tidak normal dan timbulnya penyakit kelainan bawaan juga
kehamilan dan persalinan seperti kelahiran preterm ataupun ketuban pecah dini
(Agil, 2007).
10
C. Mekanisme teradinya ketuban pecah dini
uterus dan peregangan berulang. Selaput ketuban pecah karena pada daerah tertentu
terjadi perubahan biokimia yang menyebabkan selaput ketuban inferior rapuh, bukan
karena selaput ketuban rapuh. Selaput ketuban sangat kuat pada kehamilan muda. Pada
trimester tiga selaput ketuban mudah pecah. Melemahnya kekuatan selaput ada
Pecahnya ketuban pada kehamilan aterm merupakan hal fisiologis. Ketuban pecah dini
Mekanisme ketuban pecah dini ini terjadi pembukaan prematur serviks dan
membran terkait dengan pembukaan terjadi devolarisasi dan nekrosis serta dapat
diikuti pecah spontan. Jaringan ikat yang menyangga membran ketuban makin
mengeluarkan enzim proteolitik, enzim kolagenase. Masa interval sejak ketuban pecah
sampai terjadi kontraksi disebut fase laten, makin panjang fase laten, semakin tinggi
kemungkinan infeksi. Semakin muda kehamilan, makin sulit pula pemecahannya tanpa
menimbulkan morbiditas janin. Oleh karena itu komplikasi ketuban pecah dini
D. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang selalu ada ketika terjadi ketuban pecah dini adalah
keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina, cairan vagina berbau amis dan
tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes,
11
disertai dengan demam atau menggigil, bercak vagina yang banyak, denyut jantung
janin bertambah cepat, juga nyeri pada perut, keadaan seperti ini dicurigai mengalami
infeksi. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai
kelahiran. Tetapi bila ibu duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak di bawah
2011).
Ada pula tanda dan gejala yang tidak selalu timbul pada ketuban pecah dini
seperti ketuban pecah secara tiba-tiba, kemudian cairan tampak diintroitus dan tidak
adanya his dalam satu jam. Keadaan lain seperti nyeri uterus, denyut jantung janin
yang semakin cepat serta perdarahan pervaginam sedikit tidak selalu dialami ibu
dengan kasus ketuban pecah dini. Namun, harus tetap diwaspadai untuk mengurangi
12
E. Pathway
13
F. Komplikasi
Menurut Varney (2007) komplikasi yang timbul akibat ketuban pecah dini
a. Persalinan premature
Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh persalinan. Periode laten
tergantung umur kehamilan. Pada kehamilan aterm 90% terjadi dalam 24 jam
dalam 24 jam. Pada kehamilan kurang dari 26 minggu persalinan terjadi dalam 1
minggu.
b. Infeksi
Resiko infeksi pada ibu dan anak meningkat pada ketuban pecah dini. Pada ibu
dini prematur, infeksi lebih sering dari pada aterm. Secara umum insiden infeksi
sekunder pada ketuban pecah dini meningkat sebanding dengan lamanya periode
laten.
gawat janin dan derajat oligohidroamnion, semakin sedikit air ketuban , janin
semakin gawat.
14
Ketuban pecah dini yang terjadi terlalu dini menyebabkan pertumbuhan janin
(Prawirohardjo, 2008).
Komplikasi paling sering terjadi pada KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu
adalah sindrom distress pernapasan, yang terjadi pada 10-40% bayi baru lahir.
Risiko infeksi meningkat pada kejadian KPD. Semua ibu hamil dengan KPD
(radang pada korion dan amnion). Selain itu kejadian prolaps atau keluarnya tali
pusar dapat terjadi pada KPD. Risiko kecacatan dan kematian janin meningkat
pada KPD preterm. Hipoplasia paru merupakan komplikasi fatal yang terjadi pada
KPD preterm. Kejadiannya mencapai hampir 100% apabila KPD preterm ini
G. Pemeriksaan Penunjang
dengan kertas nitrazine, kertas ini mengukur pH (asam-basa). pH normal dari vagina
adalah 4-4,7 sedangkan pH cairan ketuban adalah 7,1-7,3. Tes tersebut dapat memiliki
hasil positif yang salah apabila terdapat keterlibatan trikomonas, darah, semen, lendir
leher rahim, dan air seni. Pemeriksaan melalui ultrasonografi (USG) dapat digunakan
untuk melihat jumlah air ketuban dalam kavum uteri. Pada kasus KPD terlihat jumlah
cairan ketuban sedikit. namun sering terjadi kesalahan pada penderita oligohidramnion
(Nugroho, 2011).
15
H. Terapi
Apabila terjadi pecah ketuban, maka segeralah pergi ke rumah sakit. Risiko
kelahiran bayi prematur adalah risiko terbesar kedua setelah infeksi akibat ketuban
pecah dini. Pemeriksaan mengenai kematangan dari paru janin sebaiknya dilakukan
terutama pada usia kehamilan 32-34 minggu. Hasil akhir dari kemampuan janin untuk
hidup sangat menentukan langkah yang akan diambil. Kontraksi akan terjadi dalam
waktu 24 jam setelah ketuban pecah apabila kehamilan sudah memasuki fase akhir.
Semakin dini ketuban pecah terjadi maka semakin lama jarak antara ketuban pecah
dengan kontraksi. Jika tanggal persalinan sebenarnya belum tiba, dokter biasanya akan
hingga 24 jam setelah pecahnya ketuban. Tetapi jika memang sudah masuk tanggal
persalinan dokter tak akan menunggu selama itu untuk memberi induksi pada ibu,
dalam KPD. Penelitan terbaru menemukan keuntungan serta tidak adanya risiko
peningkatan terjadinya infeksi pada ibu dan janin. Steroid berguna untuk
mematangkan paru janin, mengurangi risiko sindrom distress pernapasan pada janin,
serta perdarahan pada otak. Penggunaan antibiotik pada kasus KPD memiliki 2 alasan.
Yang pertama adalah penggunaan antibiotic untuk mencegah infeksi setelah kejadian
KPD preterm. Dan yang kedua adalah berdasarkan hipotesis bahwa KPD dapat
disebabkan oleh infeksi dan sebaliknya KPD preterm dapat menyebabkan infeksi.
Keuntungan didapatkan pada wanita hamil dengan KPD yang mendapatkan antibiotik
16
yaitu, proses kelahiran diperlambat hingga 7 hari, berkurangnya kejadian
korioamnionitis serta sepsis neonatal (infeksi pada bayi baru lahir) (Saifuddin, 2006).
I. Penatalaksanaan
dalam mengelola KPD akan membawa akibat meningkatnya angka morbiditas dan
mortalitas ibu maupun bayinya. Kasus KPD yang cukup bulan, jika segera diakhiri
akan meningkatkan insiden bedah secar an jika menunggu persalinan spontan akan
kehamilan. Jika umur kehamilan tidak diketahui secara pasti segera dilakukan
pemeriksaan ultrasonografi (USG) untuk mengetahui umur kehamilan dan letak janin.
Resiko yang lebih sering pada KPD dengan janin kurang bulan adalah RDS
(Respirtory distress sindrome) dibandingkan dengan sepsis. Oleh karena itu pada
kehamilan kurang bulan perlu evaluasi hati-hati untuk menentukan waktu optimal
kondisi ibu dan janin, fasilitas perawatan intensif, kondisi, waktu, dan tempat
perawatan, fasilitas atau kemampuan monitoring, kondisi atau status imunologi ibu,
Adapun pelaksanaannya :
17
Kebanyakan persalinan dimulai dalam 24 – 72 jam setelah ketuban pecah.
Kemungkinan infeksi berkurang bjika tidak ada alat yang dimasukkan ke vagina,
kecuali spekulum steril dan jang melakukan pemeriksaan dalam (Morgan, 2009).
Beri antibiotika bila ketuban pecah > 6 jam berupa Ampisillin 4 x 500 mg atau
ketuban masih keluar atau sampai air ketuban tidak keluar lagi serta berikan steroid
b. Penatalaksanaan Aktif
Kehamilan > 35 minggu dilakukan induksi oksitosin, jika gagal dilakukan seksio
sesaria. Cara induksi yaitu 1 ampul syntocinon dalam Dektrose 5%, dimulai 4
tetes/ menit, tiap ¼ jam dinaikan 4 tetes sampai maksimum 40 tetes/ menit. Pada
keadaan CPD, letak lintang harus dilakukan seksio sesaria. Bila ada tanda-tanda
infeksi beri antibiotik dosis tinggi dan persalinan diakhiri (Nugroho, 2011)
18
II. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A. Pengkajian
B. Diagnosa
1. Resiko infeksi b.d ketuban pecah dini
2. Gangguan rasa nyaman : nyeri b.d ketegangan otot rahim.
3. Defisit / kurang pengetahuan b.d pengakuan persalinan premature
4. Kecemasan / ansietas b.d persalinan premature dan neonates berpotensi lahir
premature
C. Inervensi
– Tanda-tanda
infeksi tidak tidak ada.
3. Bina hubungan Untuk memudahkan
– Tidak ada lagi saling percaya perawat melakukan
cairan ketuban yang melalui komunikasi
19
keluar dari pervaginaan. therapeutic. tindakan.
– DJJ normal
5. Kolaborasi dengan
dokter untuk
memberikan obat Untuk proses
antiseptik sesuai penyembuhan pasien
terapi.
N : 60-120 X/ menit.
3. Ajarkan pasien Untuk
– Pasien tampak teknik relaksasi mengurangi nyeri
tenang/rileks. yang dirasakan
pasien.
– Pasien
mengatakan nyeri pada
perut berkurang.
4. Atur posisi pasien Untuk memberikan
rasa nyaman.
20
5. Berikan lingkungan Untuk mengurangi
yang nyaman dan tingkat stress pasien
batasi pengunjung. dan pasien dapat
beristirahat.
3 Defisit / kurang Setelah dilakukan 1. Kaji apa pasien tahu Untuk mengetahui
pengetahuan b.d tindakan keperawatan tentang tanda-tanda tentang pemahaman
pengakuan selama 1×24 jam di dan gejala normal pasien untuk
persalinan harapkan pasien selama kehamilan. tindakan selanjutnya.
premature memahami pengetahuan
tentang penyakitnya .
dengan criteria hasil :
2. Ajarkan tentang apa Mencegah terjadinya
– Pasien terlihat yang harus hal-hal yang tidak
tidak bingung lagi. dilakukan jika tanda diinginkan terjadi
KPD muncul yang bisa
– Pasien kembali. membahayakan ibu-
janin.
Untuk membantu
3. Libatkan keluarga merencanakan
agar memantau tindakan berikutnya.
kondisi pasien .
– Pasien sudah
mengetahui tentang
penyakit 3. Berikan suasana Untuk memberikan
yang tenang dan rasa nyaman dan
ajarkan keluarga menurunkan
21
untuk memberikan kecemasan pasien.
dukungan
emosional pasien.
22
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ketuban pecah dini adalah keluarnya cairan berupa air dari vagina setelah
kehamilan berusia 22 minggu sebelum proses persalinan berlangsung dan dapat terjadi
Tanda dan gejala yang selalu ada ketika terjadi ketuban pecah dini adalah keluarnya
cairan ketuban merembes melalui vagina, cairan vagina berbau amis dan tidak seperti
bau amoniak, mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes, disertai dengan
demam atau menggigil, bercak vagina yang banyak, denyut jantung janin bertambah
cepat, juga nyeri pada perut, keadaan seperti ini dicurigai mengalami infeksi. Cairan
ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai kelahiran. Tetapi
bila ibu duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak di bawah biasanya
Komplikasi paling sering terjadi pada KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu
adalah sindrom distress pernapasan, yang terjadi pada 10-40% bayi baru lahir. Risiko
infeksi meningkat pada kejadian KPD. Semua ibu hamil dengan KPD prematur
korion dan amnion). Selain itu kejadian prolaps atau keluarnya tali pusar dapat terjadi
pada KPD. Risiko kecacatan dan kematian janin meningkat pada KPD preterm.
Hipoplasia paru merupakan komplikasi fatal yang terjadi pada KPD preterm.
23
Kejadiannya mencapai hampir 100% apabila KPD preterm ini terjadi pada usia
B. SARAN
keluarganya. Bidan harus membantu wanita mengeksplorasi rasa takut yang menyertai
sebaiknya ibu hamil mengkonsumsi buah yang mengandung vitamin C agar dapat
24