PERMANGANOMETRI
Disusun oleh :
Ria Prabawati
Siske Alfatiya
DOSEN PEMBIMBING :
Dr.Ir.Rusd ianasari,M.Si
1 KID
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
2019/2020
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah
Kimia Analisis yang berjudul “Permanganometri”.
Kami menyadari bahwa di dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan
baik materi maupun cara penulisannya. Oleh karena itu,kami dengan segala kerendahan hati
dan dengan tangan terbuka menerima masukan,saran,dan usul guna menyempurnakan
makalah ini.
Kami berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi semua yang membaca
Kelompok 4
Palembang, Oktober 2019
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................i
DAFTAR ISI ........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 1
A. Latar belakang .................................................................................................... 1
B. Rumusan masalah ............................................................................................... 1
C. Tujuan ................................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................... 2
A. Titrasi permanganometri ..................................................................................... 2
B. Alat dan Bahan yang digunakan untuk titrasi ......................................................8
C. Prosedur kerja........................................................................................................9
D. Kelebihan dan kekurangan titrasi permanganometri.............................................12
E. Manfaat .................................................................................................................13
F. Sumber-sumber kesalahan pada titrasi permanganometri......................................13
G. Pengaplikasian........................................................................................................14
H. Contuh soal.............................................................................................................15
BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 16
A. Kesimpulan ............................................................................................................16
B. Saran ......................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................17
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Titrasi redoks (reduksi-oksidasi) merupakan jenis titrasi yang paling banyak jenisnya,
diantaranya: permanganometri, dikromatometri, cerimetri, iodimetri, iodatometri, bromometri,
bromatometri, dan nitrimetri. Terbaginya titrasi ini dikarenakan tidak ada satu senyawa (titran)
yang dapat bereaksi dengan semua senyawa oksidator dan reduktor sehingga pastinya akan
melibatkan senyawa reduktor dan oksidator, karena titrasi redoks melibatkan rekasi oksidasi
dan reduksi diantaranya titran dan analit. Jadi kalau titrannya oksidator maka sampelnya adalah
oksidator.
Permanganometri merupakan metode titrasi yang didasarkan atas reaksi oksidasi-reduksi.
Untuk keperluan titrasi ini maka digunakan senyawa permanganate. Kalium permanganate
merupakan oksidator kuat yang dapar bereaksi dengan cara berbeda-beda, tergantung dari pH
larutannya. Kekuatan sebagai oksidator juga berbeda-beda sesuai dengan reaksi yang terjadi
pada pH yang berbeda itu.
KMnO4 merupakan zat pengoksida yang penting. Untuk analisis kimia biasanya digunakan
pada larutan asam dimana senyawa tersebut direduksi menjadi Mn2+(aq). Pada analisi besi
dengan MnO4-, contoh disiapkan dengan cara yang sama untuk reaksi dan dititrasi dengan
MnO4-. Mn2+ mempunyai warna pink (merah muda) sangat pucat yang dapat dilihat dengan
mata telanjang. MnO4- berwarna sangat cerah (ungu). Pada titik akhir titrasi larutan yang
dititrasi mempunyai warna akhir pink (merah muda) dengan hanya penambahan satu tetes lagi
MnO4-. MnO4- dapat digunakan untuk menetukan kadar besi.
B. Tujuan
1. Melakukan pembakuan dan standardisasi KMnO4
2. Menentukan kadar sample
3. Mengetahui lebih lanjut tentang titrasi permanganometri
C. Rumusan masalah
1. Pengertian titrasi permanganometri ?
2. Bagaimana cara kerja titrasi permanganometri ?
3. Apa manfaat dan kegunaan dari titrasi permanganometri ?
4. Apa kelebihan dan kekurangan dari titrasi permanganometri ?
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Untuk menstandarisasi larutan KMnO4 ini, dapat digunakan zat reduktor seperti
asam oksalat ( H2C2O4 ), natrium oksalat ( Na2C2O4 ), dan lain-lain.
Selama lebih dari satu abad, kalium permanganat telah digunakan sebagai alat
pengoksidasi yang penting dalam reaksi redoks. Dalam suasana asam reaksi paro
kalium permanganat sebagai berikut:
MnO4- + e MnO42-
3
Dalam suasana netral,ion permanganat mengalami reduksi menjadi mangan dioksida
seperti reaksi berikut :
Dan dalam suasana basa atau OH ≥ 0,1N, ion permanganat akan mengalami reduksi
sebagai berikut :
Asam salisilat adalah asam yang paling sesuai, karena tidak bereaksi terhadap
permanganat dalam larutan encer. Dengan asam klorida, kemungkinan terjadi reaksi
2MnO4- + 10 Cl- + 16H+ 2Mn2+ + 5Cl2 + 8H2O
Dan sedikit permanganat dapat terpakai dalam pembentukan klor. Rekasi ini
terutama berkemungkinan akan terjadi dengan garam-garam besi, kecuali jika tindakan-
tindakan pencegahan yang khusus diambil. Dengan asam bebas yang sedikit berlebih,
larutan yang sangat encer, temperatur yang rendah dan titrasi yang lambat sambil
mengocok terus menerus, bahaya dari penyebab ini telah dikurangi sampai minimal.
Pereaksi kalium permanganat bukan merupakan larutan baku primer dan karenanya
perlu dibakukan terlebih dahulu. Pada percobaan ini, untuk membakukan kalium
permanganat ini dapat digunakan natrium oksalat yang merupakan standar primer yang
baik untuk permanganat dalam larutan asam.
Untuk pengasaman sebaiknya dipakai asam sulfat , karena asam ini tidak
menghasilkan reaksi samping. Sebaliknya, jika dipakai asam klorida dapat terjadi
kemungkinan teroksidasinya ion klorida menjadi gas klor dan reaksi ini mengakibatkan
dipakainya permanganat dalam jumlah berlebih. Meskipun untuk beberapa reaksi
dengan arsen (II) oksida , antimoni (II) dan hidrogen peroksida, karena pemakaian asam
sulfat justru akan menghasilkan beberapa tambahan kesulitan.
4
Kalium permanganat adalah oksidator kuat, oleh karena itu jika berada dalam
HCl akan mengoksidasi ion Cl- yang menyebabkan terbentuknya gas klor dan
kestabilan ion ini juga terbatas.
Dimana potensial oksidasinya sangat dipengaruhi oleh adanya kepekatan ion hidrogen
akan tetapi konsentrasi ion mangan (II) pada persenyawaan di atas tidak terlalu
berpengaruh terhadap potensial redoks, karena konsentrasi ion mangan (II) sendiri
mampu mereduksi ion permanganat dengan membentuk ion ion Mn3+ dan MnO2.
5
Dalam suasana asam reaksi di atas berjalan sangat lambat, tetapi masih cukup cepat
untuk memucatkan warna dari permanganat setelah reaksi sempurna. Jadi umunya
titrasi dilakukan dalam lingkungan asam karena lebih mudah mengamati titik akhirnya.
(Roth, 1988;287)
Oksidasi dengan permanganat dalam lingkungan asam lemah, netral atau alkali
dengan reaksi sebagai berikut.
Disini dapat dilihat bahwa pengaruh konsentrasi ion H+ agak kurang dibandingkan
dalam suasana asam.
6
MnO4 - + 8H+ + 5e- Mn2+ + 4H2O
Dengan demikian, 1 ekivalen MnO4 - = 1/5 mol, atau berat ekivalen (BE) = 158/5
= 31,6.
Dalam suasana asam ini dapat digunakan untuk menentukan secara langsung berbagai
macam kation maupun anion, antara lain :
Dalam suasana netral dan basa, MnO4 - mengalami reduksi menjadi endapan
MnO2 yang berwarna hitam, menurut reaksi :
Dalam reaksi tersebut, 1 ekivalen MnO4 - = 1/3 mol, atau berat ekivalen (BE) =
158/3 = 52,7. Zat-zat yang dapat ditentukan secara permanganometri dalam suasana
netral dan basa ini antara lain garam-garam Mn(II), asam format, dan garam format.
7
Standar-standar Primer untuk Permanganat
Natrium Oksalat
Senyawa ini, Na2C2O4 merupakan standar primer yang baik untukpermanganat dalam
larutan asam.
Senyawa ini dapat diperoleh dengan tingkat kemurnian tinggi, stabil pada saat
pengeringan, dan non higroskopis.
Reaksinya dengan permanganat agak sedikit rumit dan berjalan lambat pada suhu
ruangan, sehingga larutan biasanya dipanaskan sampai sekitar 60°C.
Bahkan pada suhu yang lebih tinggi reaksinya mulai dengan lambat, namun kecepatannya
meningkat ketika ion mangan (II) terbentuk
Senyawa A𝑆2𝑂3 merupakan standar primer yang bagus sekali untuk larutan
permanganat stabil,tidak higroskopis dan mudah diperoleh dalam derajat kemurnian yang
tinggi. Oksida ini dilarutkan dalam NaOH,diasamkan dengan HCL dan dititrasi dengan
permanganat :
BESI
Unsur ini larut dalam asam klorida encer, dan semua besi (III) yang diproduksi selama
proses pelarutan direduksi menjadi besi (II).
Oksidasi dari ion klorida oleh permanganate berjalan lambat pada suhu ruangan. Namun
demikian, dengan kehadiran besi, oksidasi akan berjalan lebih cepat.
Meskipun besi (II) adalah agen pereduksi yang lebih kuat daripada ion klorida, ion
klorida teroksidasi secara bersamaan dengan besi.
8
Alat dan Bahan yang digunakan pada Titrasi Permanganometri
Alat
1. Neraca / Timbangan
2. Buret
3. Bulp
4. Labu ukur
5. Corong
6. Labu Erlenmeyer
7. Labu Semprot
8. Statif + Klaim
9. Pipet ukur
10. Termometer
Uraian Bahan
Aquadest ( Dirjen POM, 1979 : 96 )
Nama resmi : AQUA DESTILLATA
Nama lain : Air suling
Rumus molekul : H2O
Rumus bangun : 18,02
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarnah,
Tidak berbau,tidak mempunyai rasa
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai pelarut.
9
Pemerian : Cairan kental seperti minyak,
korosif, tidak berwarna, jika
ditambahkan air menimbulkan
panas.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai pemberi suasana asam
PROSEDUR KERJA
1. Pembuatan dan standarisasi Larutan KMnO4 0,1 N
a. Pembuatan Larutan Baku
Timbang seksama 3,3 gr kalium permnganat lalu masukkan ke dalam labu
ukur 1000 ml dan larutkan dengan air suling.panaskan larutan selama 15
menit, tutup dan simpan selama 2 hari. Saring dengan saringan asbes lalu
pindahkan ke dalam botol.
10
b. Standarisasi Larutan KMnO4 0,1 N dengan Asam Oksalat
Timbang seksama 200 mg asam oksalat yang telah dikeringkan pada suhu
110o dan masukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml. Larutkan dengan 100 ml
air suling kemudian tambahkan asam sulfat dan panaskan pada suhu 70o.
Titrasi dengan larutan KMnO4 0,1 N hingga timbul warna merah yang stabil
selama 15 menit. Suhu titrasi tidak boleh lebih rendah dari 60o . Hitung
normalitasnya.
𝑊 (𝑚𝑔)
NORMALITAS :
𝑉 𝑋 𝑀𝑟/𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛𝑠𝑖
2. Penetapan Sampel
3. Pengujian Sampel
4. Penentuan kadar besi secara permanganometri
- Ditambahkan 2 mL H2SO4 4N
- Dipanaskan 60°C
5. Perhitungan
V1 X N1 = V2 X N2
11
𝑵 𝒙 𝑴𝒓 𝒙 𝒎𝒍 𝒙 𝟏𝟎𝟎%
%KADAR =
𝑾
CARA KERJA
Pertama-tama disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, lalu diukur larutan
sampel yang akan diuji sebanyak 2ml menggunakan gelas ukur , kemudian dimasukkan ke
dalam erlenmeyer dan ditambahkan 20ml H2SO4 encer 0,1 N. Lalu dititrasi dengan KMnO4
sampai berwarna merah muda. Diulangi perlakuan di atas sebanyak dua kali.
12
2. Dilakukan proses titrasi menggunakan Kalium permanganat
keterangan gambar : (kiri) pada titik akhir titrasi, (kanan) melebihi titik akhi
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN TITRASI PERMANGANOMETRI
KELEBIHAN TITRASI PERMANGANOMETRI
Titrasi permanganometri ini lebih mudah digunakan dan efektif, karena reaksi ini
tidak memerlukan indicator,
13
hal ini dikarenakan larutan KMnO4 sudah berfungsi sebagai indicator, yaitu ion
MnO4- berwarna ungu, setelah diredukdsi menjadi ion Mn-tidak berwarna, dan disebut juga
sebagai autoindikator.
KEKURANGAN TITRASI PERMANGANOMETRI
Sumber-sumber kesalahan pada titrasi permanganometri, antara lain terletak pada:
Larutan pentiter KMnO4¬ pada buret Apabila percobaan dilakukan dalam waktu yang lama,
larutan KMnO4 pada buret yang terkena sinar akan terurai menjadi MnO2 sehingga pada titik
akhir titrasi akan diperoleh pembentukan presipitat coklat yang seharusnya adalah larutan
berwarna merah rosa.
Penambahan KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan seperti H2C2O4 yang telah
ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan cenderung menyebabkan reaksi antara MnO4-
dengan Mn2+. MnO4- + 3Mn2+ + 2H2O ↔ 5MnO2 + 4H+ Penambahan KMnO4 yang
terlalu lambat pada larutan seperti H2C2O4
Pemberian KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan H2C2O4 yang telah
ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan mungkin akan terjadi kehilangan oksalat karena
membentuk peroksida yang kemudian terurai menjadi air. H2C2O4 + O2 ↔ H2O2 + 2CO2↑
H2O2 ↔ H2O + O2↑
Hal ini dapat menyebabkan pengurangan jumlah KMnO4 yang diperlukan untuk
titrasi yang pada akhirnya akan timbul kesalahan titrasi permanganometri yang dilaksanakan.
contoh soal
150 mg besi murni setelah dilarutkan dengan asam sulfat ternyata dapat dititrasi dengan
KMnO4. hitunglah normalitas kalium permanganat tersebut!
Diketahui :
Massa besi murni :150 mg
Mr Fe :56
Ditanya :
Normalitas KmnO4 ... ?
Jawab :
16
Normalitas KMnO4
n = g/Mr N= ek/V
= 150/56 =2,678/30
= 2,678 = 0,0983
ek= n x a
= 2,678 x 1
= 2,678
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
17
DAFTAR PUSTAKA
Permanganometri http://id.wordpress.com/tag/kimia-analitik-ii/
Permanganometri http://medicafarma.blogspot.com/2008/04/permanganometri.html
18