Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PERMANGANOMETRI

Disusun oleh :
Ria Prabawati
Siske Alfatiya

DOSEN PEMBIMBING :
Dr.Ir.Rusd ianasari,M.Si

1 KID
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
2019/2020
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah
Kimia Analisis yang berjudul “Permanganometri”.
Kami menyadari bahwa di dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan
baik materi maupun cara penulisannya. Oleh karena itu,kami dengan segala kerendahan hati
dan dengan tangan terbuka menerima masukan,saran,dan usul guna menyempurnakan
makalah ini.
Kami berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi semua yang membaca

Kelompok 4
Palembang, Oktober 2019

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................i
DAFTAR ISI ........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 1
A. Latar belakang .................................................................................................... 1
B. Rumusan masalah ............................................................................................... 1
C. Tujuan ................................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................... 2
A. Titrasi permanganometri ..................................................................................... 2
B. Alat dan Bahan yang digunakan untuk titrasi ......................................................8
C. Prosedur kerja........................................................................................................9
D. Kelebihan dan kekurangan titrasi permanganometri.............................................12
E. Manfaat .................................................................................................................13
F. Sumber-sumber kesalahan pada titrasi permanganometri......................................13
G. Pengaplikasian........................................................................................................14
H. Contuh soal.............................................................................................................15
BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 16
A. Kesimpulan ............................................................................................................16
B. Saran ......................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Titrasi redoks (reduksi-oksidasi) merupakan jenis titrasi yang paling banyak jenisnya,
diantaranya: permanganometri, dikromatometri, cerimetri, iodimetri, iodatometri, bromometri,
bromatometri, dan nitrimetri. Terbaginya titrasi ini dikarenakan tidak ada satu senyawa (titran)
yang dapat bereaksi dengan semua senyawa oksidator dan reduktor sehingga pastinya akan
melibatkan senyawa reduktor dan oksidator, karena titrasi redoks melibatkan rekasi oksidasi
dan reduksi diantaranya titran dan analit. Jadi kalau titrannya oksidator maka sampelnya adalah
oksidator.
Permanganometri merupakan metode titrasi yang didasarkan atas reaksi oksidasi-reduksi.
Untuk keperluan titrasi ini maka digunakan senyawa permanganate. Kalium permanganate
merupakan oksidator kuat yang dapar bereaksi dengan cara berbeda-beda, tergantung dari pH
larutannya. Kekuatan sebagai oksidator juga berbeda-beda sesuai dengan reaksi yang terjadi
pada pH yang berbeda itu.
KMnO4 merupakan zat pengoksida yang penting. Untuk analisis kimia biasanya digunakan
pada larutan asam dimana senyawa tersebut direduksi menjadi Mn2+(aq). Pada analisi besi
dengan MnO4-, contoh disiapkan dengan cara yang sama untuk reaksi dan dititrasi dengan
MnO4-. Mn2+ mempunyai warna pink (merah muda) sangat pucat yang dapat dilihat dengan
mata telanjang. MnO4- berwarna sangat cerah (ungu). Pada titik akhir titrasi larutan yang
dititrasi mempunyai warna akhir pink (merah muda) dengan hanya penambahan satu tetes lagi
MnO4-. MnO4- dapat digunakan untuk menetukan kadar besi.

B. Tujuan
1. Melakukan pembakuan dan standardisasi KMnO4
2. Menentukan kadar sample
3. Mengetahui lebih lanjut tentang titrasi permanganometri

C. Rumusan masalah
1. Pengertian titrasi permanganometri ?
2. Bagaimana cara kerja titrasi permanganometri ?
3. Apa manfaat dan kegunaan dari titrasi permanganometri ?
4. Apa kelebihan dan kekurangan dari titrasi permanganometri ?

1
BAB II
PEMBAHASAN

Titrasi permanganometri adalah titrasi berdasarkan prinsip oksidasi-reduksi dan


digunakan untuk menetapkan kadar reduktor dalam suasana asam sulfat encer.
Larutan baku yang digunakan adalah larutan KmnO4.
Dalam suasana asam encer :
MnO4- + 8H+ + 5e Mn2+ + 4H2O Eo = 1,51o V
dan dalam suasana penetapan asam atau basa lemah akan terbentuk endapan coklat
MnO2 yang mengganggu.
MnO4- + 4H+ + 3e MnO3 + 2H2O Eo = 1,70o V
Dalam larutan netral atau basa :
MnO4- + 2H2O + 3e MnO2 + 4OH-
Kalium permanganat telah banyak digunakan sebagai agen pengoksidasi selama
lebih dari 1000 tahun. Reagen ini dapat diperoleh dengan mudah, tidak mahal dan
tidak membutuhkan indikator kecuali untuk larutan yang amat encer. Satu tetes
permanganat 0,1 N memeberikan warna merah muda yang jelas pada volume dari
larutan yang biasa digunakan dalam sebuah titran, warna ini dipergunakan untuk
mengidentifikasi reagen tersebut.
Reaksi yang paling umum diterapkan dalam laboratorium adalah reaksi yang
terjadi di dalam larutan-larutan yang bersifat amat asam, 0,1 N atau lebih.
Permanganat bereaksi secara cepat dengan banyak agen pereduksi atau penggunaan
sebuah katalis untuk mempercepat reaksi.
Kalium permanganat secara luas dipergunakan sebagai larutan standar
oksidimetri, ia dapat berlaku sebagai indikatornya sendiri. KMnO4 0,1 N adalah suatu
larutan yang setiap liternya mengandung 1/5 gram mol KmnO4 jika dipergunakan
dalam lingkungan asam.
Perlu diketahui bahwa KmnO4 ini sebelum dipergunakan dalam proses
permanganometri, harus distandarisasi terlebih dahulu.

2
Untuk menstandarisasi larutan KMnO4 ini, dapat digunakan zat reduktor seperti
asam oksalat ( H2C2O4 ), natrium oksalat ( Na2C2O4 ), dan lain-lain.
Selama lebih dari satu abad, kalium permanganat telah digunakan sebagai alat
pengoksidasi yang penting dalam reaksi redoks. Dalam suasana asam reaksi paro
kalium permanganat sebagai berikut:

MnO4- + 8H+ + 5e 2Mn2- + 5Cl2 + 8H2O

Kalium permanganat jika digunakan sebagai oksidator dalam larutan alkalis


kuat, maka ada dua kemungkinan bagian reaksi, yaitu pertama reaksi yang berjalan
relatif cepat :

MnO4- + e MnO42-

Dan reaksi kedua yang berlangsung lambat :


MnO42- + 2H2O + 2e MnO2 + 4OH-
Potensial standar reaksi yang pertama adalah Eo = 0,56 volt. Sedangkan pada
reaksi yang kedua sebesar E0 = 0,06 volt. Dengan mengatur suasana sebaik- baiknya
( misalnya menambahkan ion barium yang dapat berjalan dengan baik sekali ).
Dalam suasana alkalis, permanganat secara kuantitatif direduksi menjadi
mangan dioksidasi menurut reaksi berikut dengan nilai potensial standar E0 = 0,59
volt.
Mn04 + 2 H2O + 3E MnO2 + 4 OH
Dari uraian di atas maka untuk membuat larutan baku kalium permanganat harus
di jaga. Faktor – faaktor yang dapat menyebabkan penurunan yang besar dari kekuatan
larutan baku tersebut, aantara lain dengan pemanasan dan penyaringan untuk
menghilangkan zat-zat yang mudah dioksidasi.

3
Dalam suasana netral,ion permanganat mengalami reduksi menjadi mangan dioksida
seperti reaksi berikut :

MnO4- + 4H+ + 3e- MnO2 + 2H2O Eo = 1,70 volt

Dan dalam suasana basa atau OH ≥ 0,1N, ion permanganat akan mengalami reduksi
sebagai berikut :

MnO4- + e- MnO42- Eo = 0,5 volt (Svehla .1995 : 123)

Asam salisilat adalah asam yang paling sesuai, karena tidak bereaksi terhadap
permanganat dalam larutan encer. Dengan asam klorida, kemungkinan terjadi reaksi
2MnO4- + 10 Cl- + 16H+ 2Mn2+ + 5Cl2 + 8H2O

Dan sedikit permanganat dapat terpakai dalam pembentukan klor. Rekasi ini
terutama berkemungkinan akan terjadi dengan garam-garam besi, kecuali jika tindakan-
tindakan pencegahan yang khusus diambil. Dengan asam bebas yang sedikit berlebih,
larutan yang sangat encer, temperatur yang rendah dan titrasi yang lambat sambil
mengocok terus menerus, bahaya dari penyebab ini telah dikurangi sampai minimal.
Pereaksi kalium permanganat bukan merupakan larutan baku primer dan karenanya
perlu dibakukan terlebih dahulu. Pada percobaan ini, untuk membakukan kalium
permanganat ini dapat digunakan natrium oksalat yang merupakan standar primer yang
baik untuk permanganat dalam larutan asam.

Untuk pengasaman sebaiknya dipakai asam sulfat , karena asam ini tidak
menghasilkan reaksi samping. Sebaliknya, jika dipakai asam klorida dapat terjadi
kemungkinan teroksidasinya ion klorida menjadi gas klor dan reaksi ini mengakibatkan
dipakainya permanganat dalam jumlah berlebih. Meskipun untuk beberapa reaksi
dengan arsen (II) oksida , antimoni (II) dan hidrogen peroksida, karena pemakaian asam
sulfat justru akan menghasilkan beberapa tambahan kesulitan.

4
Kalium permanganat adalah oksidator kuat, oleh karena itu jika berada dalam
HCl akan mengoksidasi ion Cl- yang menyebabkan terbentuknya gas klor dan
kestabilan ion ini juga terbatas.

Biasanya digunakan pada medium asam 0,1 N. Namun beberapa zat


memerlukan pemanasan atau katalis untuk mempercepat reaksi. Seandainya banyak
reaksi itu tidak lambat, akan dijumpai lebih banyak kesulitan dalam menggunakan
reagensia ini. (Svehla .1995)

Banyak sekali metode-metode volumetri yang berprinsip pada transfer


elektron, pemisahan oksidasi reduksi menjadi komponen-komponennya, yaitu reaksi
separuhnya adalah cara untuk menunjukkan masing-masing spesies yang memperoleh
maupun kehilangan elektron. Reaksi oksidasi reduksi berasal dari transfer langsung
elektron daro donor ke akseptor.

Bermacam reaksi redoks dapat digunakan untuk analisis titrasi volumetri


asalkan kesetimbangan yang tercapai setiap penambahan titran dapat berlangsung
dengan cepat. Dan diperlukan juga adanya indikator yang mampu menunjukkan titik
ekuivalen stokiometri dengan durasi yang tinggi. Banyak titrasi redoks dilakukan
dengan menggunakan indikator warna. Dua setengah reaksi untuk setiap sistem titrasi
redoks selalu dalam kesetimbangan pada seluruh titik setelah memulai titrasi, sehingga
potensial reduksi untuk separuh sel adalah identik pada seluruh titik.

Metode permanganometri didasarkan atas reaksi oksidasi ion permanganat.


Oksidasi ini dapat dijalankan dalam suasana asam, netral ataupun alkali. Jika titrasi
dilakukan dalam lingkungan asam, maka akan terjadi reaksi

MnO4- + 4 H+ + 3 e Mn2+ + 4 H2O

Dimana potensial oksidasinya sangat dipengaruhi oleh adanya kepekatan ion hidrogen
akan tetapi konsentrasi ion mangan (II) pada persenyawaan di atas tidak terlalu
berpengaruh terhadap potensial redoks, karena konsentrasi ion mangan (II) sendiri
mampu mereduksi ion permanganat dengan membentuk ion ion Mn3+ dan MnO2.

5
Dalam suasana asam reaksi di atas berjalan sangat lambat, tetapi masih cukup cepat
untuk memucatkan warna dari permanganat setelah reaksi sempurna. Jadi umunya
titrasi dilakukan dalam lingkungan asam karena lebih mudah mengamati titik akhirnya.
(Roth, 1988;287)

Oksidasi dengan permanganat dalam lingkungan asam lemah, netral atau alkali
dengan reaksi sebagai berikut.

MnO4- + 4 H+ + 3 e MnO2 + 2 H2O

Disini dapat dilihat bahwa pengaruh konsentrasi ion H+ agak kurang dibandingkan
dalam suasana asam.

Titrasi yang dilakukan dalam lingkungan alkali menghasilkan endapan yang


berwarna coklat tua dari mangan oksida, atau hidratnya MnO(OH)2 yang akan
menyulitkan pengamatan titik akhir. Dalam lingkungan alkali ion permanganat yang
akan tereduksi lebih lanjut menjadi MnO2.

Kalium permanganat (KMnO4) merupakan oksidator kuat dalam larutan yang


bersifat asam. Karena itu titrasi harus dilakukan dalam larutan yang bersifat asam kuat
(H2SO4 1 N). Meskipun demikian KMnO4 juga merupakan oksidator kuat dalam
larutan yang bersifat asam lemah, netral atau basa lemah.

Dalam titrasi redoks, permanganometri adalah proses titrasi dimana garam


kalium permanganat (KMnO4) digunakan sebagai zat standard karena kalium
permanganat (KMnO4) tidak murni, banyak mengandung oksidanya (MnO dan Mn2O3),
maka zat tersebut bukan merupakan standard primer melainkan zat standard sekunder
sehingga larutannya harus distandarisasi dengan zat standard primer. Standarisasi dapat
dilakukan dengan beberapa reduktor, seperti : As2O3, Fe, Na2C2O4, H2C2O4.2H2O,
KHC2O4, K4{Fe(CN)6}, Fe(NH4)2(SO4)2.

Reaksi reduksi ion permanganat (MnO4 -) tergantung pada suasana larutan.


Dalam suasana asam ion permanganat (MnO4 -) yang berwarna ungu mengalami reduksi
menjadi Mn2+ yang tidak berwarna menurut reaksi

6
MnO4 - + 8H+ + 5e-  Mn2+ + 4H2O

Dengan demikian, 1 ekivalen MnO4 - = 1/5 mol, atau berat ekivalen (BE) = 158/5
= 31,6.

Dalam suasana asam ini dapat digunakan untuk menentukan secara langsung berbagai
macam kation maupun anion, antara lain :

Kation / anion Hasil oksidasi

Fe2+, Sn2+, VO2+, H2O2 Fe3+, Sn4+, VO3 -, O2

Mo3+, As3+, Ti3+, U4+ Mo3+, As3+, Ti3+, U4+

C2O4 2-, NO2 -, SO3 2- CO2, NO3 -, SO4 2-

Sedangkan secara tidak langsung, melalui penambahan reduktor berlebih dapat


digunakan untuk menentukan : MnO4 -, Cr2O7 2-, Ce4+, MnO2, Mn3O4, PbO2, Pb2O3, dan
Pb3O4.

Dalam suasana netral dan basa, MnO4 - mengalami reduksi menjadi endapan
MnO2 yang berwarna hitam, menurut reaksi :

MnO4 - + 2H2O + 3e-  MnO2 + 4OH-

Dalam reaksi tersebut, 1 ekivalen MnO4 - = 1/3 mol, atau berat ekivalen (BE) =
158/3 = 52,7. Zat-zat yang dapat ditentukan secara permanganometri dalam suasana
netral dan basa ini antara lain garam-garam Mn(II), asam format, dan garam format.

Pada proses titrasi permanganometri tidak perlu ditambahkan indikator untuk


mengatahui terjadinya titik ekivalen, karena MnO4 - yang berwarna ungu dapat berfungsi
sebagai indikator sendiri ( auto indicator ).

7
Standar-standar Primer untuk Permanganat

 Natrium Oksalat
Senyawa ini, Na2C2O4 merupakan standar primer yang baik untukpermanganat dalam
larutan asam.
Senyawa ini dapat diperoleh dengan tingkat kemurnian tinggi, stabil pada saat
pengeringan, dan non higroskopis.
Reaksinya dengan permanganat agak sedikit rumit dan berjalan lambat pada suhu
ruangan, sehingga larutan biasanya dipanaskan sampai sekitar 60°C.
Bahkan pada suhu yang lebih tinggi reaksinya mulai dengan lambat, namun kecepatannya
meningkat ketika ion mangan (II) terbentuk

 ARSEN (III) OKSIDA

Senyawa A𝑆2𝑂3 merupakan standar primer yang bagus sekali untuk larutan
permanganat stabil,tidak higroskopis dan mudah diperoleh dalam derajat kemurnian yang
tinggi. Oksida ini dilarutkan dalam NaOH,diasamkan dengan HCL dan dititrasi dengan
permanganat :

5HAs𝑶𝟐+ 2Mn𝑶𝟒+ 6𝑯^+ 2M𝒏^(𝟐+)+ 5𝑯𝟐 𝐀𝐬𝑶𝟒


Reaksi ini perlahan pada temperatur kamar kecuali ditambahkan suatu katalis. Kalium
iodida,kalium idodat,dan ion monoklorida. Merupakan katalis-katalis yang dapat
digunakan

 BESI
Unsur ini larut dalam asam klorida encer, dan semua besi (III) yang diproduksi selama
proses pelarutan direduksi menjadi besi (II).
Oksidasi dari ion klorida oleh permanganate berjalan lambat pada suhu ruangan. Namun
demikian, dengan kehadiran besi, oksidasi akan berjalan lebih cepat.
Meskipun besi (II) adalah agen pereduksi yang lebih kuat daripada ion klorida, ion
klorida teroksidasi secara bersamaan dengan besi.

8
Alat dan Bahan yang digunakan pada Titrasi Permanganometri
 Alat
1. Neraca / Timbangan
2. Buret
3. Bulp
4. Labu ukur
5. Corong
6. Labu Erlenmeyer
7. Labu Semprot
8. Statif + Klaim
9. Pipet ukur
10. Termometer

 Uraian Bahan
 Aquadest ( Dirjen POM, 1979 : 96 )
Nama resmi : AQUA DESTILLATA
Nama lain : Air suling
Rumus molekul : H2O
Rumus bangun : 18,02
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarnah,
Tidak berbau,tidak mempunyai rasa
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai pelarut.

 Asam Sulfat ( Dirjen POM, 1979 : 58 )


Nama resmi : ACIDUM SULFURICUM
Nama lain : Asam sulfat
Rumus molekul : H2SO4
Berat molekul : 98,07

9
Pemerian : Cairan kental seperti minyak,
korosif, tidak berwarna, jika
ditambahkan air menimbulkan
panas.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai pemberi suasana asam

 Kalium Permanganat ( Dirjen POM, 1979 : 330 )

Nama resmi : KALII PERMANGANAS


Nama lain : Kalium permanganat
Rumus molekul : KMnO4
Berat molekul : 162,5 gr/mol
Pemerian : Hablur mengkilap, ungu tua atau
hampir hitam, tidak berbau, rasa
manis atau sepat.
Kelarutan : Larut dalam 16 bagian air, mudah
larut dalam air mendidih.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai titran

PROSEDUR KERJA
1. Pembuatan dan standarisasi Larutan KMnO4 0,1 N
a. Pembuatan Larutan Baku
Timbang seksama 3,3 gr kalium permnganat lalu masukkan ke dalam labu
ukur 1000 ml dan larutkan dengan air suling.panaskan larutan selama 15
menit, tutup dan simpan selama 2 hari. Saring dengan saringan asbes lalu
pindahkan ke dalam botol.
10
b. Standarisasi Larutan KMnO4 0,1 N dengan Asam Oksalat
Timbang seksama 200 mg asam oksalat yang telah dikeringkan pada suhu
110o dan masukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml. Larutkan dengan 100 ml
air suling kemudian tambahkan asam sulfat dan panaskan pada suhu 70o.
Titrasi dengan larutan KMnO4 0,1 N hingga timbul warna merah yang stabil
selama 15 menit. Suhu titrasi tidak boleh lebih rendah dari 60o . Hitung
normalitasnya.

𝑊 (𝑚𝑔)
NORMALITAS :
𝑉 𝑋 𝑀𝑟/𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛𝑠𝑖

2. Penetapan Sampel
3. Pengujian Sampel
4. Penentuan kadar besi secara permanganometri

- Dipipet 10 mL larutan cuplikan Fe2+, dimasukkan ke erlenmeyer 250


ml

- Ditambahkan 2 mL H2SO4 4N

- Dipanaskan 60°C

- Dititrasi larutan panas ini dengan KMnO4

- Dihitung konsentrasi Fe+

5. Perhitungan

 Perhitungan penetapan kadar sampel

V1 X N1 = V2 X N2

Normalitas sampel rata-rata = ..... N

11
𝑵 𝒙 𝑴𝒓 𝒙 𝒎𝒍 𝒙 𝟏𝟎𝟎%
%KADAR =
𝑾

CARA KERJA
Pertama-tama disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, lalu diukur larutan
sampel yang akan diuji sebanyak 2ml menggunakan gelas ukur , kemudian dimasukkan ke
dalam erlenmeyer dan ditambahkan 20ml H2SO4 encer 0,1 N. Lalu dititrasi dengan KMnO4
sampai berwarna merah muda. Diulangi perlakuan di atas sebanyak dua kali.

D.Gambaran Proses Titrasi Permanganometri


1. Setelah penambahan asam sulfat, larutan asam oksalat dipanaskan

12
2. Dilakukan proses titrasi menggunakan Kalium permanganat

3.Warna Larutan setelah titrasi

keterangan gambar : (kiri) pada titik akhir titrasi, (kanan) melebihi titik akhi
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN TITRASI PERMANGANOMETRI
KELEBIHAN TITRASI PERMANGANOMETRI
Titrasi permanganometri ini lebih mudah digunakan dan efektif, karena reaksi ini
tidak memerlukan indicator,
13
hal ini dikarenakan larutan KMnO4 sudah berfungsi sebagai indicator, yaitu ion
MnO4- berwarna ungu, setelah diredukdsi menjadi ion Mn-tidak berwarna, dan disebut juga
sebagai autoindikator.
KEKURANGAN TITRASI PERMANGANOMETRI
Sumber-sumber kesalahan pada titrasi permanganometri, antara lain terletak pada:
Larutan pentiter KMnO4¬ pada buret Apabila percobaan dilakukan dalam waktu yang lama,
larutan KMnO4 pada buret yang terkena sinar akan terurai menjadi MnO2 sehingga pada titik
akhir titrasi akan diperoleh pembentukan presipitat coklat yang seharusnya adalah larutan
berwarna merah rosa.
Penambahan KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan seperti H2C2O4 yang telah
ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan cenderung menyebabkan reaksi antara MnO4-
dengan Mn2+. MnO4- + 3Mn2+ + 2H2O ↔ 5MnO2 + 4H+ Penambahan KMnO4 yang
terlalu lambat pada larutan seperti H2C2O4
Pemberian KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan H2C2O4 yang telah
ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan mungkin akan terjadi kehilangan oksalat karena
membentuk peroksida yang kemudian terurai menjadi air. H2C2O4 + O2 ↔ H2O2 + 2CO2↑
H2O2 ↔ H2O + O2↑
Hal ini dapat menyebabkan pengurangan jumlah KMnO4 yang diperlukan untuk
titrasi yang pada akhirnya akan timbul kesalahan titrasi permanganometri yang dilaksanakan.

MANFAAT TITRASI PERMANGANOMETRI


Untuk mengetahui kadar dari zat-zat yang bilangan oksidasinya masih dapat
dioksidasi. Dalam bidang industri, metode ini dapat dimanfaatkan dalam pengolahan air,
dimana secara permanganometri dapat diketahui kadar suatu zat sesuai dengan sifat oksidasi
reduksi yang dimilikinya, sehingga dapat dipisahkan apabila tidak diperlukan atau berbahaya.

Ø Manfaat titrasi permanganometri dalam bidang farmasi


Dalam dunia farmasi titrasi permanganometri ini sering digunakan, khusnya dalam penentuan
kadar suatu senyawa berdasarkan reaksi redoks untuk pembuatan sediaan-sediaan obat.
Misalnya dalam bentuk kapsul, tablet, maupun injeksi serta menentukan kadar besi dalam
tubuh dengan cara mengobatinya. Contoh sediaan obatnya yaitu sangobion dan desabion.
Ø Manfaat titrasi permanganometri dalam bidang industri
Dalam bidang industri, metode ini dapat dimanfaatkan dalam pengolahan air, dimana secara
permanganometri dapat diketahui kadar suatu zat sesuai dengan sifat oksidasi reduksi yang
dimilikinya, sehingga dapat dipisahkan apabila tidak diperlukan atau berbahaya
14
Sumber-sumber kesalahan pada titrasi permanganometri, antara lain terletak pada:
 Larutan pentiter KMnO4 pada buret
Apabila percobaan dilakukan dalam waktu yang lama, larutan KMnO4 pada buret yang
terkena sinar akan terurai menjadi MnO2 sehingga pada titik akhir titrasi akan diperoleh
pembentukan presipitat coklat yang seharusnya adalah larutan berwarna merah rosa.
 Penambahan KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan seperti H2C2O4
Pemberian KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan asam oksalat (H2C2O4) yang telah
ditambahkan asam sulfat (H2SO4) dan telah dipanaskan cenderung menyebabkan reaksi
antara MnO4- dengan Mn2+.
Mn𝑂4- + 3 M𝑛2+ + 2𝐻2 O 5 Mn𝑂2 + 4𝐻 +
 Penambahan KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan seperti H2C2O
Pemberian KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan H2C2O4 yang telah ditambahkan
H2SO4 dan telah dipanaskan mungkin akan terjadi kehilangan oksalat karena membentuk
hidrogen peroksida yang kemudian terurai menjadi air.
𝐻2 𝐶2 𝑂4 + 𝑂2 𝐻2 𝑂2 + 2𝐶𝑂2
𝐻2 𝑂2 𝐻2 O +𝑂2
Hal ini dapat menyebabkan pengurangan jumlah KMnO4 yang diperlukan untuk titrasi yang
pada akhirnya akan timbul kesalahan titrasi permanganometri yang dilaksanakan.

Pengaplikasian titrasi permanganometri :


 Penentuan kadar jumlah air kristal H2C2O4 .xH2O
 Menentukan kadar besi (Fe) berdasarkan pengukuran volume, melalui reaksi oksidasi-
reduksi dengan menggunakan larutan kalium permanganate.
 Pengujian Air Secara Asam
 Menentukan kadar suatu kandungan zat:
o Menentukan kadar KBr dengan metode permanganometri
o Menentukan kadar NaOH dengan metode permanganometri
o Menentukan kadar Cr2(SO4)3 dengan metode permanganometri
o Menentukan kadar Na2S dengan metode permanganometri
o Menentukan kadar FeSO4 dengan metode permanganometri
15
Contoh soal
Dalam suasana asam besi (II) dititrasi dengan larutan kalium permanganat 0,0206 M, larutan
KMnO4 yang diperlukan 40,20 mL. Hitunglah mg besi dalam larutan tersebut?
Penyelesaian :
Dalam suasan asam:
MnO4-+ 8H+ + 5e Mn2+ + 4H2O x 1
Fe2+ Fe3+ + e x 5
MnO4- + 8H+ + 5Fe2 + Mn2+ + 4H2O + 5Fe3+
Pada titik ekivalen:
Mol KMnO4 = M.V
= 0,0206 M x 40,2 mL
= 0,828 mmol
5 mol Fe 1 mol KMnO4≈
mol Fe yang diperlukan = 5 x 0,828 mmol
= 4,14 mmol

contoh soal
150 mg besi murni setelah dilarutkan dengan asam sulfat ternyata dapat dititrasi dengan
KMnO4. hitunglah normalitas kalium permanganat tersebut!
Diketahui :
Massa besi murni :150 mg
Mr Fe :56
Ditanya :
Normalitas KmnO4 ... ?
Jawab :

16
Normalitas KMnO4
n = g/Mr N= ek/V
= 150/56 =2,678/30
= 2,678 = 0,0983

ek= n x a
= 2,678 x 1
= 2,678

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

1) Titrasi permanganometri merupakan titrasi yang menggunakan KmnO4


sebagai titran
2) Titrasi permanganometri harus dilakukan dalam lingkungan asam
3) Standardisasi larutan KmnO4 : larutan KmnO4 distandardisasi dengan larutan
Na oksalat
4) Pada titrasi permanganometri tidak diperlukan indikator karena perubahan
warna KmnO4 telah menandakan titik akhir
5) Titik akhir titrasi permanganometri ditandai dengan perubahan warna yaitu
dari tidak berwarna menjadi merah muda
B. Saran
Dalam hal ini penulis berharap, apabila melakukan percobaan mengenai titrasi
permanganometri ini harus lebih teliti dan hati-hati. Selain itu harus teliti dalam
melihat dan mengukur volume KMnO4 yang digunakan pada buret dan selalu
menjaga suhu larutan konstan pada saat melakukan standarisasi.

17
DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2009 Permanganometri. http://id.wikipedia.org/wiki/Permanganometri

Permanganometri http://id.wordpress.com/tag/kimia-analitik-ii/

Permanganometri http://medicafarma.blogspot.com/2008/04/permanganometri.html

Rivai, Harrizul. 1994. Asas Pemeriksaan Kimia. Universitas Indonesia : Jakarta.

Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi keenam . Erlangga: Jakarta.

18

Anda mungkin juga menyukai