Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KEPERAWATAN ANAK II
EBP PADA ANAK DENGAN PENYAKIT
LEUKEMIA LIMFOSITIK AKUT (LLA)

DOSEN PENGAMPU : Ns. Riau Roslita,M.Kep.,Sp.Kep.An

Putri Ramadhina
17031005

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


STIKes HANG TUAH PEKANBARU
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa karena atas berkat, rahmat
dan hidayah-Nya kami bisa menyelesaikan makalah ini. Makalah ini kami buat untuk memenuhi
tugas dari dosen. Makalah ini membahas tentang ”Peran Partisipasi Masyarakat dalam Program
Kesehatan” Semoga dengan makalah yang kami susun ini, kita sebagai mahasiswa dapat
menambah dan memperluas pengetahuan.
Kami mengetahui makalah yang kami susun ini masih sangat jauh dari sempurna, maka
dari itu kami masih mengharapkan kritik dan saran dari ibu selaku dosen pembimbing kami serta
temen-temen sekalian, karena kritik dan saran itu dapat membangun kami dari yang salah
menjadi benar.
Semoga makalah yang kami susun ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita, akhir kata
kami mengucapkan terima kasih.

Pekanbaru, 07 Desember 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG........................................................................................1
1.2 TUJUAN............................................................................................................2
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 DEFINISI...........................................................................................................3
2.2 KLASIFIKASI...................................................................................................4
2.3 ETIOLOGI.........................................................................................................5
2.4 PATOFISIOLOGI..............................................................................................8
2.5 PENATALAKSANAAN....................................................................................9
BAB III ANALISA JURNAL..............................................................................................11
BAB IV PENUTUP
4.1 KESIMPULAN..................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Leukimia merupakan penyakit akibat terjadinya proliferasi (pertumbuhan sel imatur) sel
leukosit yang abnormal dan ganas, serta sering disertai adanya leukosit dengan jumlah yang
berlebihan, yang dapat menyebabkan terjadinya anemia trombositopenia. (Hidayat, 2006).
Menurut U.S. Cancer Statistics (2005) terdapat 32.616 kasus leukemia di Amerika Serikat,
18.059 kasus diantaranya pada laki-laki (55,37%) dan 14.557 kasus lainnya pada perempuan
(44,63%). Pada tahun yang sama 21.716 orang meninggal karena leukemia (CFR 66,58%).
Berdasarkan laporan kasus dari F. Tumiwa dan AMC. Kaparang (2008) menyebutkan bahwa
indeks rata-rata tertinggi Leukemia Mielositik Kronik terdapat di Swiss dan Amerika (2 per
100.000) sedangkan Indeks rata-rata terendah berada di Swedia dan Cina (0,7 per
100.000).Leukemia Mielositik Kronik merupakan leukemia kronis yang paling sering
dijumpai di Indonesia yaitu 25-20% dari leukemia. Indeks rata-rataLeukemia Mielositik
Kronik di negara barat adalah 1-1,4 per 100.000 per tahun.
Berdasarkan data dari International Pharmaceutical Manufacturers Group (IPMG)
penderita leukemia pada anak-anak di RSK Dharmais terus bertambah setiap tahunnya. Pada
tahun 2007 terdapat 6 kasus leukemia pada anak dan pada tahun 2008 bertambah menjadi 16
kasus. Di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2004 terdapat 30 penderita (18,52%),
tahun 2005 terdapat 39 penderita (24,07%), tahun 2006 terdapat 35 penderita (21,61%) dan
pada tahun 2007 terdapat 58 penderita (35,8%). (Anonim, 2012).
Keadaan tersebut di atas menunjukkan bahwa kasus penyakit Leukemia dalam beberapa
tahun terakhir ternyata jumlah kasusnya terus mengalami peningkatan. Berdasarkan fakta di
atas perlu kita mengenal penyakit Leukemia secara lebih rinci.
1.2 Tujuan
1. Mahasiswa dapat memahami definisi Leukimia
2. Mahasiswa dapat memahami klasifikasi Leukimia
3. Mahasiswa dapat memahami etiologi Leukimia
4. Mahasiswa dapat memahami patofisiologi Leukimia
5. Mahasiswa dapat memahami penatalaksanaan Leukimia
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Definisi Leukimia


Leukemia adalah suatu keganasan yang berasal dari perubahan genetik pada satu atau
banyak sel di sumsum tulang. Pertumbuhan dari sel yang normal akan tertekan pada waktu
sel leukemia bertambah banyak sehingga menimbulkan gejala klinis. Keganasan hematologik
ini akibat dari proses neoplastik yang disertai gangguan diferensiasi pada berbagai tingkatan
sel induk hematopoetik sehingga terjadi ekspansi progresif kelompok sel ganas tersebut
dalam sumsum tulang, kemudian sel leukemia beredar secara sistemik. (Anonim, 2012).
Leukemia adalah golongan penyakit yang ditandai dengan penimbunan sel darah putih
abnormal dalam sumsum tulang. Sel abnormal ini dapat menyebabkan kegagalan sumsum
tulang, hitung sel darah putih sirkulasi meninggi dan menginfiltrasi organ lain. Dengan
demikian gambaran umum leukemia mencakup sel darah putih abnormal dalam darah tepi,
hitung sel darah putih total meninggi, bukti kegagalan sumsum tulang misalnya: anemia,
netropenia atau trombositopenia dan keterlibatan organ lain misalnya: Hati, limpa, limfonodi,
meningen, otak, kulit dan testis. (Bruner, 2002)
Leukemia digolongkan ke dalam kelompok akut dan kronis berdasarkan derajat maturasi
sel-sel ganas di dalam sumsum tulang. Leukemia akut ditandai adanya gangguan maturasi
yang mengakibatkan meningkatnya sel-sel muda dan terjadi kegagalan diferensiasi sel-sel
darah. Keadaan ini menyebabkan penyakit tampak sangat berat dan menyebabkan kematian
dalam beberapa bulan tanpa pengobatan. Sebaliknya pada leukemia kronik terjadi
peningkatan sel matur yang tidak terkendali, sehingga penyakit tampak relatif lebih ringan.
Leukemia kronik pada stadium akhir dapat menjadi progresif seperti leukemia akut.
Leukimia merupakan penyakit akibat terjadinya proliferasi (pertumbuhan sel imatur) sel
leukosit yang abnormal dan ganas, serta sering disertai adanya leukosit dengan jumlah yang
berlebihan, yang dapat menyebabkan terjadinya anemia trombositopenia. (Hidayat, 2006).
Jadi dapat disimpulkan bahwa leukimia adalah penyakit akibat terjadinya proliferasi sel
leukosit yang abnormal dan ganas serta sering disertai adanya jumlah leukosit yang
berlebihan dari sel pembuat darah yang bersifat sistemik dan biasanya berakhir fatal.
2.2 Klasifikasi Leukimia
Secara sederhana leukemia dapat diklasifikasikan berdasarkan maturasi sel dan tipe sel asal
yaitu:
1. Leukemia Akut
Leukemia Akut adalah keganasan primer sumsum tulang yang berakibat terdesaknya
komponen darah normal oleh komponen darah abnormal (blastosit) yang disertai dengan
penyebaran ke organ-organ lain. Leukemia akut memiliki perjalanan klinis yang cepat,
tanpa pengobatan penderita akan meninggal rata-rata dalam 4 – 6 tahun.
a. Leukemia Limfositik Akut (LLA)
Leukemia Limfositik Akut merupakan jenis leukemia dengan karakteristik adanya
proliferasi dan akumulasi sel-sel patologis dari sistem limfopoetik yang
mengakibatkan organomegali (pembesaran alat-alat dalam) dan kegagalan organ.
Leukemia Limfositik Akut lebih sering ditemukan pada anak-anak (82%) daripada
umur dewasa (18%). Insiden Leukemia Limfositik Akut akan mencapai pucaknya
pada umur 3 – 7 tahun. Tanpa pengobatan sebagian anak-anak akan hidup 2 - 3 bulan
setelah terdiagnosis terutama diakibatkan oleh kegagalan sumsum tulang.
b. Leukemia Mielositik Akut (LMA)
Leukemia Mieolistik Akut merupakan leukemia yang mengenai sel stem hemopoetik
yang akan berdiferensiasi ke semua sel mieloid. Leukemia Mielositik Akut
merupakan leukemia nonlimfositik yang paling sering terjadi. Leukemia Mielositik
Akut atau Leukemia Nonlimfositik Akut (LNLA) lebih sering ditemukan pada orang
dewasa (85%) dibandingkan anak-anak (15%). Permulaannya mendadak dan
progresif dalam masa 1 sampai 3 bulan dengan durasi gejala yang singkat. Jika tidak
diobati, Leukemia Mieolistik Akut fatal dalam 3 sampai 6 bulan.
2. Leukemia Kronik
Leukemia Kronik merupakan suatu penyakit yang ditandai proliferasi neoplastik dari
salah satu sel yang berlangsung atau terjadi karena keganasan hematologi.
a. Leukemia Limfositik Kronik (LLK)
Leukemia Limfositik Kronik adalah suatu keganasan klonal limfosit B (jarang pada
limfosit T). Perjalanan penyakit ini biasanya perlahan, dengan akumulasi progresif
yang berjalan lambat dari limfositik kecil yang berumur panjang. Leukemia
Limfositik Kronik cenderung dikenal sebagai kelainan ringan yang menyerang
individu yang berusia 50 sampai 70 tahun dengan perbandingan 2 : 1 untuk laki-laki.
b. Leukemia Ganulositik Kronik / Leukemia Mielositik Kronik (LGK/ LMK)
Leukemia Granulositik Kronik/Leukemia Mielositik Kronik adalah gangguan
mieloproliteratif yang ditandai dengan produksi berlebihan sel mieloid (seri
granulosit) yang relatif matang. Leukemia Granulositik Kronik / Leukemia Mielositik
Kronik mencakup 20% leukemia dan paling sering dijumpai pada orang dewasa usia
pertengahan (40 – 50 tahun). Abnormalitas genetik yang dinamakan kromosom
philadelphia ditemukan pada 90 – 95% penderita Leukemia Granulositik Kronik /
Leukemia Mielositik Kronik. Sebagaian besar penderita Leukemia Granulositik
Kronik / Leukemia Mielositik Kronik akan meninggal setelah memasuki fase akhir
yang disebut fase krisis blastik yaitu produksi berlebihan sel muda leukosit, biasanya
berupa mieloblas / promielosit, disertai produksi neutrofil, trombosit dan sel darah
merah yang amat kurang.

2.3 Etiologi
Penyebab leukemia masih belum diketahui secara pasti hingga kini. Menurut hasil penelitian,
orang dengan faktor risiko tertentu lebih meningkatkan risiko timbulnya penyakit leukemia.
1. Host
a. Umur, jenis kelamin, ras
Insiden leukemia secara keseluruhan bervariasi menurut umur. Leukemia
Limfositik Akut merupakan leukemia paling sering ditemukan pada anak-anak,
dengan puncak insiden antara usia 3-7 tahun, Leukemia Mielositik Akut terdapat pada
umur 15-39 tahun, sedangkan Leukemia Mielositik Kronik banyak ditemukan antara
umur 30-50 tahun. Leukemia Limfositik Kronik merupakan kelainan pada orang tua
(umur rata-rata 60 tahun). Insiden leukemia lebih tinggi pada pria dibandingkan pada
wanita. Tingkat insiden yang lebih tinggi terlihat di antara Kaukasia (kulit putih)
dibandingkan dengan kelompok kulit hitam. Leukemia menyumbang sekitar 2% dari
semua jenis kanker. Menyerang 9 dari setiap 100.000 orang di Amerika Serikat setiap
tahun. Orang dewasa 10 kali kemungkinan terserang leukemia daripada anak-anak.
Leukemia terjadi paling sering pada orang tua. Ketika leukemia terjadi pada anak-
anak, hal itu terjadi paling sering sebelum usia 4 tahun.
b. Faktor Genetik
Insiden leukemia pada anak-anak penderita sindrom down adalah 20 kali lebih
banyak daripada normal. Kelainan pada kromosom 21 dapat menyebabkan leukemia
akut. Insiden leukemia akut juga meningkat pada penderita dengan kelainan
kongenital misalnya agranulositosis kongenital, sindrom Ellis Van Creveld, penyakit
seliak, sindrom Bloom, anemia Fanconi, sindrom Wiskott Aldrich, sindrom
Kleinefelter dan sindrom trisomi D. Pada sebagian penderita dengan leukemia,
insiden leukemia meningkat dalam keluarga. Kemungkinan untuk mendapat leukemia
pada saudara kandung penderita naik 2-4 kali. Selain itu, leukemia juga dapat terjadi
pada kembar identik.

2 Agent
a. Virus
Beberapa virus tertentu sudah dibuktikan menyebabkan leukemia pada binatang.
Ada beberapa hasil penelitian yang mendukung teori virus sebagai salah satu
penyebab leukemia yaitu enzyme reserve transcriptase ditemukan dalam darah
penderita leukemia. Seperti diketahui enzim ini ditemukan di dalam virus onkogenik
seperti retrovirus tipe C yaitu jenis RNA yang menyebabkan leukemia pada binatang.
Pada manusia, terdapat bukti kuat bahwa virus merupakan etiologi terjadinya
leukemia. HTLV (virus leukemia T manusia) dan retrovirus jenis cRNA, telah
ditunjukkan oleh mikroskop elektron dan kultur pada sel pasien dengan jenis khusus
leukemia/limfoma sel T yang umum pada propinsi tertentu di Jepang dan sporadis di
tempat lain, khususnya di antara Negro Karibia dan Amerika Serikat.
b. Sinar Radioaktif
Sinar radioaktif merupakan faktor eksternal yang paling jelas dapat menyebabkan
leukemia. Angka kejadian Leukemia Mielositik Akut dan Leukemia Granulositik
Kronik jelas sekali meningkat setelah sinar radioaktif digunakan. Sebelum proteksi
terhadap sinar radioaktif rutin dilakukan, ahli radiologi mempunyai risiko menderita
leukemia 10 kali lebih besar dibandingkan yang tidak bekerja di bagian tersebut.
Penduduk Hirosima dan Nagasaki yang hidup setelah ledakan bom atom tahun 1945
mempunyai insidensi Leukemia Mielositik Akut dan Leukemia Granulositik Kronik
sampai 20 kali lebih banyak. Leukemia timbul terbanyak 5 sampai 7 tahun setelah
ledakan tersebut terjadi. Begitu juga dengan penderita ankylosing spondylitis yang
diobati dengan sinar lebih dari 2000 rads mempunyai insidens 14 kali lebih banyak.
c. Zat Kimia
Zat-zat kimia (misal benzene, arsen, pestisida, kloramfenikol, fenilbutazon)
diduga dapat meningkatkan risiko terkena leukemia.18 Sebagian besar obat-obatan
dapat menjadi penyebab leukemia (misalnya Benzene), pada orang dewasa menjadi
leukemia nonlimfoblastik akut. Penelitian Hadi, et al (2008) di Iran dengan desain
case control menunjukkan bahwa orang yang terpapar benzene dapat meningkatkan
risiko terkena leukemia terutama Leukemia Mielositik Akut (OR=2,26 dan CI=1,17-
4,37) artinya orang yang menderita leukemia kemungkinan 2,26 kali terpapar benzene
dibandingkan dengan yang tidak menderita leukemia.
d. Merokok
Merokok merupakan salah satu faktor risiko untuk berkembangnya leukemia.
Rokok mengandung leukemogen yang potensial untuk menderita leukemia terutama
Leukemia Mielositik Akut. Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa merokok
meningkatkan risiko Leukemia Mielositik Akut. Penelitian Hadi, et al (2008) di Iran
dengan desain case control memperlihatkan bahwa merokok lebih dari 10 tahun
meningkatkan risiko kejadian Leukemia Mielositik Akut (OR=3,81; CI=1,37-10,48)
artinya orang yang menderita Leukemia Mielositik Akut kemungkinan 3,81 kali
merokok lebih dari 10 tahun dibanding dengan orang yang tidak menderita Leukemia
Mielositik Akut. Penelitian di Los Angles (2002), menunjukkan adanya hubungan
antara Leukemia Mielositik Akut dengan kebiasaan merokok. Penelitian lain di
Canada oleh Kasim menyebutkan bahwa perokok berat dapat meningkatkan risiko
Leukemia Mielositik Akut. Faktor risiko terjadinya leukemia pada orang yang
merokok tergantung pada frekuensi, banyaknya, dan lamanya merokok.
e. Lingkungan
Banyak penelitian menyatakan adanya hubungan antara pajanan pekerjaan dengan
kejadian leukemia. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan di Jepang, sebagian besar
kasus berasal dari rumah tangga dan kelompok petani. Hadi, et al (2008) di Iran
dengan desain case control meneliti hubungan ini, pasien termasuk mahasiswa,
pegawai, ibu rumah tangga, petani dan pekerja di bidang lain. Di antara pasien
tersebut, 26% adalah mahasiswa, 19% adalah ibu rumah tangga, dan 17% adalah
petani. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa orang yang bekerja di
pertanian atau peternakan mempunyai risiko tinggi leukemia (OR = 2,35, CI = 1,0
-5,19), artinya orang yang menderita leukemia kemungkinan 2,35 kali bekerja di
pertanian atau peternakan dibanding orang yang tidak menderita leukemia.

2.4 Patofisiologi
Pada keadaan normal, sel darah putih berfungsi sebagai pertahanan tubuh terhadap
infeksi. Sel ini secara normal berkembang sesuai perintah, dapat dikontrol sesuai dengan
kebutuhan tubuh. Leukemia meningkatkan produksi sel darah putih pada sumsum tulang
yang lebih dari normal. Mereka terlihat berbeda dengan sel darah normal dan tidak berfungsi
seperti biasanya. Sel leukemia memblok produksi sel darah normal, merusak kemampuan
tubuh terhadap infeksi. Sel leukemia juga merusak produksi sel darah lain pada sumsum
tulang termasuk sel darah merah dimana sel tersebut berfungsi untuk menyuplai oksigen pada
jaringan.
Analisis sitogenik menghasilkan banyak pengetahuan mengenai aberasi kromosomal yang
terdapat pada pasien dengan leukemia. Perubahan kromosom dapat meliputi perubahan
angka, yang menambahkan atau menghilangkan seluruh kromosom, atau perubahan struktur
termasuk translokasi (penyusunan kembali), delesi, inversi dan insersi. Pada kondisi ini, dua
kromosom atau lebih mengubah bahan genetik, dengan perkembangan gen yang berubah
dianggap menyebabkan mulainya proliferasi sel abnormal.
Leukemia terjadi jika proses pematangan dari stem sel menjadi sel darah putih mengalami
gangguan dan menghasilkan perubahan ke arah keganasan. Perubahan tersebut seringkali
melibatkan penyusunan kembali bagian dari kromosom (bahan genetik sel yang kompleks).
Translokasi kromosom mengganggu pengendalian normal dari pembelahan sel, sehingga sel
membelah tidak terkendali dan menjadi ganas. Pada akhirnya sel-sel ini menguasai sumsum
tulang dan menggantikan tempat dari sel-sel yang menghasilkan sel-sel darah yang normal.
Kanker ini juga bisa menyusup ke dalam organ lainnya termasuk hati, limpa, kelenjar getah
bening, ginjal, dan otak.
Proses patofisiologi leukimia akut dimulai dari transformasi ganas sel induk hematologik
atau turunannya. Proliferasi sel ganas induk ini menghasilkan sel leukimia akan
mengakibatkan :
1. Penekanan hemopoeisis normal sehingga terjadi bone marrow failure.
2. Infiltrasi sel leukimia ke dalam organ sehingga menimbulkan organomegali.
3. Katabolisme sel meningkat sehingga terjadi keadaan hiperkatabolik

2.5 Penatalaksanaan
1. Kemoterapi
Sebagian besar pasien leukemia menjalani kemoterapi. Jenis pengobatan kanker ini
menggunakan obat-obatan untuk membunuh sel-sel leukemia. Tergantung pada jenis
leukemia, pasien bisa mendapatkan satu jenis obat atau kombinasi dari dua obat atau
lebih.
2. Terapi Biologi
Orang dengan jenis penyakit leukemia tertentu menjalani terapi biologi untuk
meningkatkan daya tahan alami tubuh terhadap kanker. Terapi ini diberikan melalui
suntikan di dalam pembuluh darah balik.
3. Terapi Radiasi
Terapi Radiasi (juga disebut sebagai radioterapi) menggunakan sinar berenergi tinggi
untuk membunuh sel-sel leukemia. Bagi sebagian besar pasien, sebuah mesin yang besar
akan mengarahkan radiasi pada limpa, otak, atau bagian lain dalam tubuh tempat
menumpuknya sel-sel leukemia ini. Beberapa pasien mendapatkan radiasi yang diarahkan
ke seluruh tubuh. (radiasi seluruh tubuh biasanya diberikan sebelum transplantasi
sumsum tulang.)
4. Transplantasi Sel Induk (Stem Cell)
Beberapa pasien leukemia menjalani transplantasi sel induk (stem cell). Sel-sel darah
yang baru akan tumbuh dari sel-sel induk (stem cell) hasil transplantasi ini. Setelah
transplantasi sel induk (stem cell), pasien biasanya harus menginap di rumah sakit selama
beberapa minggu. Tim kesehatan akan melindungi pasien dari infeksi sampai sel-sel
induk (stem cell) hasil transplantasi mulai menghasilkan sel-sel darah putih dalam jumlah
yang memadai.
5. Transfusi darah
Biasanya diberikan bila kadar Hb kurang dari 6 g%. Pada trombositopenia yang berat dan
perdarahan masif, dapat diberikan transfusi trombosit dan bila terdapat tanda-tanda DIC
dapat diberikan heparin. Kortikosteroid (prednison, kortison, deksametason dan
sebagainya). Setelah dicapai remisi dosis dikurangi sedikit demi sedikit dan akhirnya
dihentikan.
BAB III
ANALISIS JURNAL

A. Judul
Pengaruh Hipnoterapi dan Akupresur terhadap Mual Muntah Akut Akibat Kemoterapi
Pada Anak dengan Acute Lymphoblastic Leukemia (ALL) di Rumah Sakit Umum Kabupaten
Tanggerang Tahun 2017..

B. Pada Siapa
Pada anak dengan Acute Lymphoblastic Leukimia (ALL)

C. Cara Kerja
Pemberian tindakan akupresur pada titik p6 dan St 36 akan mengurangi terjadinya mual
dan muntah. Titik P6 adalah titik yang terletak di jalur median selaput jantung. Median
selaput jantung memiliki dua cabang, sebuah cabangnya masuk ke selaput jantung dan
jantung, kemudian terus ke bawah diagfragma, ke ruang tengah dan ruang bawah perut.
Median ini juga melintasi lambung dan usus besar. Titik St36 adalah titik akupresur yang
berada di kaki dan di alur meridian lambung. Meridian lambung di mulai dari ujung meridian
usus besar yang memiliki beberapa cabang, salahn satu cabangnya akan memasuki limpa dan
lambung (Fengge, 2011). Penekanan pada titik p6 dan St 36 ini akan menekan aktivasi dari
neuron dan peningkatan asam lambung yang akan menyebabkan mual dan muntah.
Titik akupresur yang paling sering digunakan untuk mengatasi mual muntah akibat
kemoterapi adalah titik P6 dimana titik P6 ini terletak pada kedua telapak tangan, dan titik
St36 terletak pada kedua telapak kaki. Akupresur pada titik P6 dan titik St36 dapat
menurunkan mual dan muntah melaluI efek terapinya di tubuh. Stimulasi yang dilakukan
pada titik- titik ini diyakini akan memperbaiki gangguan pada lambung termasuk mual dan
muntah.
Hipnoterapi merupakan seni komunikasi untuk mempengaruhi seseorang sehingga
mengubah tingkat kesadarannya yang dicapai dengan cara mengendalikan emosional
seseorang dengan serangkaian aktifitas. Sebuah studi kasus yang dilakukan oleh Kravits
(2015).
Proses hypnosis state ini, dimana sistem metabolisme tubuh menjadi jauh lebih baik dan
tubuh bebas dari ketegangan (Santos, 2008). Selanjutnya, dopamin antagonis berfungsi
memblok reseptor Asetikolin, Histamin Blockers menghambat reseptor Histamin dan
Serotonin Receptor Blockers memicu reseptor Serotonin (Gareet.,et2003)
Sesuai dengan hal tersebut dalam penelitian ini didapatkan bahwa hipnoterapi dapat
masuk kedalam pikiran bawah sadar manusia dengan kalimat yang disampaikan oleh peneliti,
sehingga memberikan pengaruh bagi pasien kemoterapi yang mendengar dan tertanam
sugesti bahwapasien tidak mengalami mual muntah, serta lebih bersemangat dalam menjalani
kemoterapi. Hal ini berarti hipnoterapi merupakan intervensi yang efektif dalam menurunkan
mual muntah pada pasien yang melakukan kemoterapi

D. Hasil
Hasil penelitian jurnal menunjukkan rata-rata skor mual muntah akut sebelum hipnoterapi
adalah 8,50 dengan standar deviasi 2,461, sedangkan skor mual muntah sesudah dilakukan
hipnoterapi adalah 4,40 dengan standar deviasi 1,713. Nilai selisih rata-rata skor mual dan
muntah adalah 4,10. Penurunan skor mual dan muntah ini bermakna secara statistik dengan
nilai p= 0,000 yang dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara skor
mual muntah sebelum dan sesudah pemberian hipnoterapi pada anak usia sekolah dengan
ALL.
Hasil penelitian jurnal juga menunjukkan rata-rata skor mual muntah akut sebelum
akupresur dan hipnoterapi adalah 9,63 dengan standar deviasi 3,335, sedangkan skor mual
muntah sesudah dilakukan akupresur dan hipnoterapi adalah 7,63 dengan standar deviasi
3,583. Nilai selisih rata-rata skor mual dan muntah adalah 2,00. Penurunan skor mual dan
muntah ini bermakna secara statistik dengan nilai p= 0,015 yang dapat disimpulkan bahwa
ada perbedaan yang signifikan antara skor mual muntah sebelum dan sesudah pemberian
akupresur dan hipnoterapi pada anak usia sekolah dengan ALL.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Leukimia adalah penyakit akibat terjadinya proliferasi sel leukosit yang abnormal dan
ganas serta sering disertai adanya jumlah leukosit yang berlebihan dari sel pembuat darah
yang bersifat sistemik dan biasanya berakhir fatal.
Klasifikasi leukemia dibedakan berdasarkan maturasi sel dan tipe sel asal. Yang dibagi
menjadi dua yaitu Leukemia Akut dan Leukemia Kronik. Leukemia Akut dibagi menjadi dua
yaitu Leukemia Limfositik Akut (LLA) dan Leukemia Mielositik Akut (LMA). Leukemia
Kronik dibagi menjadi dua yaitu Leukemia Limfositik Kronik (LLK) dan Leukemia
Mielositik Kronik (LMK).
Penyebab leukemia masih belum diketahui secara pasti hingga kini. Menurut hasil
penelitian, orang dengan faktor risiko tertentu lebih meningkatkan risiko timbulnya penyakit
leukemia. Faktor risiko tersebut antara lain pada host yaitu umur, jenis kelamin, ras dan
faktor genetik serta pada agent yaitu virus, sinar radioaktif, zat kimia, merokok dan
lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Leukemia, http://repository.usu.ac.id/bitstream/12345678 9/20969 /4/Chapter


%20II.pdf
Bruner & Suddarth’s. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Iswandi, F. 2010. Hubungan antara Polutan yang Mengandung Benzena dengan Leukemia Akut,
http://eprints.undip.ac.id/43856/3/BAB_2_KTI_Fais al_iswandi.pdf
Nurilawati. 2011.Leukemia. http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/156/jtptunimus-gdl-nurilawati-
5172-2-bab2.pdf
Nurpaudji, D. dkk. 2014. Leukemia. Jakarta: EGC
Price, Sylvia A. Wilson, Lorraine M. 2006. Patofisiologi:Konsep. Klinik Proses-Proses Penyakit.
Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai