Anda di halaman 1dari 1

Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri

Mycobacteriun tuberculosis. Penyakit TB dapat menyebar melalui droplet orang yang telah
terinfeksi basil TB. Bersama dengan Malaria dan HIV/AIDS, Tuberkulosis menjadi salah satu
penyakit yang pengendaliannya menjadi komitmen global dalam MDGs.

Berdasarkan data dari Kementrian Kesehatan tahun 2014, di Indonesia memiliki angka
prevalensi TB terdapat 129 kasus per 100.000 penduduk. Angka prevalen tertinggi di indonesia
terdapat di Provinsi Papua sebesar 302 kasus per 100.000 penduduk. Sedangkan angka
prevalensi terendah terdapat di Provinsi DIY sebesar 74 kasus per 100.000 penduduk. Pada tahun
2015 tidak terjadi kenaikan maupun penurunan dari tahun sebulumnya yakni sebesar 129 kasus
per 100.000 penduduk dengan angka prevelensi tertinggi terdapat di Provinsi Sulawesi Utara
dengan angka kejadian TB sebesar 234 kasus per 100.000 penduduk dan yang terendah pada
Provinsi Bali sebesar 63 kasusu per 100.000 penduduk. Pada tahun 2016 terjadi kenaikan dari
tahun sebelumnya yakni sebesar 136 kasus per 100.000 penduduk. Angka prevalensi tertinggi
berada di Provinsi Jawa Barat sebesar 52.328 kasus dan terendah di provinsi Gorontalo sebesar
1.151 kasus.

Tinggi rendahnya angka notifikasi kasus disuatu wilayah selain dipengaruhi oleh upaya
penemuan kasus juha dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti kinerja sistem pencatatan dan
pelaporan wilayah tersebut, jumlah fasyankes yang terlibat layanan DOTS, dan banyaknya
pasien TB yang tidak terlaporkan oleh fasyankes.

Penyebab utama meningkatnya masalah TB antara lain adalah : (a) Kemiskinan pada berbagai
kelompok masyarakat, seperti pada Negara yang sedang berkembang. (b) Kegagalan TB selama
ini. Hal ini diakibatkan oleh tidak memadainya komitmen politik dan pendanaan, tidak
memadainya organisasi pelayanan TB ( kurang terakses oleh masyarakat, penemuan
kasus/diagnosis yang tidak standar, obat tidak terjamin penyediaannya, tidak dilakukan
pemantauan, pencatatan dan pelaporan yang standar, dan sebagainya), tidak memadainya
tatalaksana kasus (diagnosis dan panduan obat yang tidak standar, gagal menyembuhkan kasus
yang didiagnosis), salah persepsi terhadap manfaat dan efektifitas BCG, infrastruktur kesehatan
yang buruk pada Negara-negara yang mengalami krisis ekonomi atau pergolakan masyarakat. (c)
Perubahan demografik karena meningkatnya penduduk dunia dan perubahan struktur umur
kependudukan. (d) Dampak pandemik HIV. (Depkes 2007)

Depkes RI. (2007). Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis edisi 2.

Anda mungkin juga menyukai