Anda di halaman 1dari 11

JURNAL PSIKOLOGI

1999, No. 1, 18 - 28

PENGARUH PEMBENTUKAN KELOMPOK


(TEAM BUILDING) TERHADAP ETOS KERJA DAN
KONTRIBUSINYA BAGI PRODUKTIVITAS
KERJA INSANI
Asip F. Hadipranata & Sudardjo
Universitas Gadjah Mada

ABSTRACT

The purpose of this research is to measure the impact of teambuilding on


work ethos and its contribution to human productivity.
Many approaches have indicated that cohesive group or teamwork has a
positive impact on human productivity. The hypothesis of this research was that
teambuilding creates good teamwork or work ethos and give contribution to
human productivity.
Three hundred and sixty subjects were involved in this study. Subjects were
divided into two groups. As the experimental groups, 180 people were divided
into 30 small groups, each small group consisted of six people. The remaining
became control groups for 180 people. They were also divided into 30 small
groups.
The result of this study shows that teambuilding has a positive effect on
work ethos (t1= 4,789 p < 0,01; t2 = 9,272 p < 0,01) and a high contribution to
human productivity (87.5 percent).
In conclusion, teambuilding has a positive and steady effect on work ethos
and a high contribution to human productivity.
Keywords: teambuilding, work ethos, human productivity

Mutu nilai tenaga kerja tidak hanya Pengembangan kualitas manusia


dinilai dari kondisi fisik dan intelektual Indonesia dari tahun ke tahun peringkatnya
saja, tetapi justru karena sikap mental serta cenderung menurun dalam kurun waktu
moral kerja atau etos kerjanya (Ando,1975; lima tahun terakhir, dari peringkat 98 pada
Matsuda, 1990; Hadipranata, 1996), karena tahun 1991 menjadi 107 pada tahun 1996
etos kerja sangat berpengaruh terhadap (UNDP, 1991-1996). Sementara penelitian
produktivitas kerja (Cherington,1980). Hadipranata (1996) menunjukkan arah

ISSN : 0215 - 8884


PENGARUH PEMBENTUKAN KELOMPOK . . . 19

dampak positif pembentukan kelompok PRODUKTIVITAS INSANI


kerja terhadap etos kerja.
Produktivitas kerja merupakan ke-
Tujuan penelitian ini adalah mencari terlibatan masukan (input) upaya dasar
tahu suatu alternatif dinamika “pembentuk” keahlian (proficiency) kerja dengan
etos kerja, yakni melalui teambuilding keluaran (output) kinerja (performance)
dengan dampak kontribusinya bagi kerjanya (Matsui, 1977; Bagfas, 1987;
peningkatan produktivitas kerja insani. Baker, 1987; Groberg, 1987). Menurut
Hasil penelitian ini kemungkinan besar Ozawa (1988) salah satu peningkatan mutu
dapat dipergunakan dalam pembentukan produktivitas kerja itu sangat tergantung
“watak atau etos kerja” (character pada pengembangan sistem pendidikan dan
building). pelatihan. Sementara itu proficiency dan
Obyek penelitian ini adalah peningkat- kinerja, baik sendiri atau bersamaan
an produktivitas kerja insani yang akan menimbulkan kepuasan intrinsik (Staw,
dicapai melalui pembinaan sikap mental 1977).
atau etos kerja. Adapun pembinaan etos Dengan demikian jelas terlihat bahwa
kerja dilakukan dengan pembentukan team- konstruksi produktivitas kerja memiliki
building sehingga dicapai teamwork yang komponen profisiensi kerja sebagai
baik dalam bentuk 4K (kelompok kecil masukan dan kinerja sebagai keluaran.
kerja kompak). Oleh karena itu secara Kedua hal ini sangat lazim dipakai sebagai
berurutan akan dibahas: (1) produktivitas indikator dalam pengukuran produktivitas
insani, (2) etos kerja, (3) pembentukan kerja.
kelompok (teambuilding).

Profisiensi kerja → Kinerja → Imbalan ekstrinsik

↓ ↓ ↓

Imbalan intrinsik ← Imbalan intrinsik


(Staw, 1977 :101)
Gambar 1. Siklus Profisiensi dan Kinerja

Hubungan antara kinerja, produktivitas, jelas dan wajar sangat memacu kepuasan
dan kepuasan kerja senantiasa berdaur kerja karyawan.
ulang dan berkembang terus. Imbalan upah

ISSN : 0215 - 8884


20 ASIP F. HADIPRANATA & SUDARDJO

Imbalan yang jelas


dan wajar
Imbalan intrinsik

Performansi kerja Produktivitas kerja Kepuasan kerja

Imbalan ekstrinsik

Gambar 2. Hubungan timbal balik produktivitas dan kepuasan kerja

ETOS KERJA merespon kebutuhan proyek, mampu


merespon kebutuhan dengan lebih akurat,
Etos kerja diartikan sebagai sikap
meningkatkan motivasi team, meningkat-
masyarakat terhadap makna kerja
kan kekuatan team secara bersamaan,
(Mubyarto, 1991). Etos kerja juga diartikan
membawa proyek selesai tepat waktu,
sebagai nilai kerja positif yang dimiliki
meningkatkan komitmen anggota team
seseorang (Cherington, 1980) dengan ciri-
sebagai bagian team secara efektif.
ciri: (1) kerja sebagai kewajiban moral dan
religius untuk mengisi hidupnya, (2) Pembentukan kelompok kecil kerja
disiplin kerja yang tinggi, (3) kebanggaan kompak (4K) atau gugus tugas biasanya
atas karyanya. Di Indonesia, etos kerja bertujuan untuk mencapai suatu sasaran
karyawan untuk mencapai produktivitas tertentu dalam situasi dan kondisi yang
sangat dipengaruhi oleh motivasi individu, sifatnya sementara. Ciri khusus 4K
moralitas kelompok, serta kepemimpinan dibandingkan dengan kelompok kerja lain
(Suryohadiprojo, 1988). adalah:
1. Anggota 4K selalu terbatas 2 – 12
PEMBENTUKAN KELOMPOK orang (ideal 6 orang) (Steiner, 1972;
Matsuda, 1990) dan disusun berdasar-
Pengertian teambuilding yang agak kan komposisi derajat penonjolan
komprehensif dikemukakan oleh Johnson nilai-nilai interpersonal yang berbeda-
dan Johnson (1991 : 453). beda.
“Teambuilding emphasizes the analysis 2. 4K memiliki struktur dan mekanisme
of work procedures and activities to kerja yang ketat, jelas dan terinci.
improve productivity, relationships
3. Peran dan fungsi yang jelas serta
among members, the social competence
terinci.
of members, and the ability of the team
to adapt to changing condition and 4. Aturan main yang sangat ketat dan
demends” terinci.
Menurut Todryk (dalam Stott dan Merujuk pada ciri-ciri di atas maka
Walker, 1995 : 70) keuntungan yang semakin jelas bahwa 4K merupakan suatu
diperoleh dari pembentukan kelompok kelompok kerja yang dibuat secara khusus,
adalah: meningkatkan kemampuan untuk mengemban misi khusus dan menyangkut

ISSN : 0215 - 8884


PENGARUH PEMBENTUKAN KELOMPOK . . . 21

hal-hal yang memiliki resiko tinggi dalam berikan contoh atas gagasannya, menekan-
arti bahwa kegagalan 4K akan membawa kan kepentingan misi, memberi kontribusi,
konsekuensi material maupun moral bagi dan melibatkan diri sepenuh hati (Matsuda,
orang lain. Karena kekhususan tugas 4K 1990).
ini, maka 4K bekerja dengan mengikuti Di samping itu dapat diidentifikasi juga
atau mewujudkan suatu iklim kerja perilaku anggota yang tidak menunjang
tertentu. Iklim kerja inilah yang kemudian eksistensi iklim, yang berarti kegagalan
menjadi rujukan bagi berbagai sistem kerja, misi 4K. perilaku tersebut diantaranya
mekanisme kerja, peran, dan fugsi keyakinan diri terlalu besar, sangat asertif,
anggotanya. Jika iklim kerja tersebut dapat kaku dan dingin, mengutamakan tugas
terwujud, maka akan tercapai kesamaan dengan segala pengorbanan, menuntut,
persepsi, kerangka pikir, dan antisipasi menganggap diri selalu benar, meremeh-
para anggota 4K menjadi mutlak kan, tidak berani memberikan tanggapan,
diperlukan. kurang berani melaksanakan kritikan dan
Iklim kerja 4K sangat ditentukan oleh umpan balik, terlalu mengutamakan
misi yang diemban, yang dalam hal ini misi hubungan baik, egoistik, tidak mau terlibat,
tersebut merupakan sumber kehidupan atau selalu menyalahkan orang lain, tidak berani
dinamisator bagi kelangsungan 4K. Dalam mengambil resiko yang diperhitungkan,
pelaksanaannya 4K merupakan suatu hanya mengutamakan porsi tugas, bereaksi
kesatuan (gestalt) yang utuh. Hal ini berdasarkan instruksi (Sayles, 1989;
mengakibatkan hasil kinerja 4K bukan Matsuda, 1990).
sekedar penjumlahan dari kinerja dari para Kondisi tersebut di atas secara
anggotanya tetapi lebih merupakan psikologik sangat ditentukan oleh gaya
perpaduan dari kemampuan anggota, iklim kepemimpinan atau gaya interpersonal
kerja, dan misi yang diemban. Dengan relation seseorang dengan dinamika
demikian 4K dapat memiliki iklim kerja interpersonal values (Minami, 1971;
yang otoriter mekanistik, terbuka, dan Kikuchi, 1972).
penuh pengertian, maupun prestasi
kompetitif (Matsuda, 1990). Selain itu Kohesivitas merupakan faktor yang
keberhasilan 4K ditentukan juga oleh sangat kokoh bagi kiprah kelompok,
faktor kepemimpinan dalam setiap misinya, sehingga menghasilkan manfaat yang besar
dimana setiap anggota 4K dituntut sekali. Keampuhan kohesivitas itu setara
kepemimpinannya dalam bentuk mampu dengan norma ataupun peraturan yang
mengarahkan, diikuti, dan bekerja efektif, bersuasana hadiah atau hukuman (Alderfer,
serta beretos kerja obyektif (Matsuda, 1986). Kelompok yang berkohesivitas
1990). memiliki jati diri sosial dan memiliki
kekuatan kerja sama yang tangguh, sedang
Perilaku anggota yang menunjang yang tidak berkohesivitas cenderung rentan
keberhasilan 4K dengan iklim adalah terhadap kerjasama (Turner dan Giles,
mengkomunikasikan niat, memberi peluang 1981). Jati diri kelompok kohesif itu
pada anggota untuk berpartisipasi, memberi membuat kinerja bersama pada setiap
motivasi, komunikasi terbuka terhadap peringkat organisasi termasuk pimpinan,
pengarahan maupun umpan balik, mem-

ISSN : 0215 - 8884


22 ASIP F. HADIPRANATA & SUDARDJO

sehingga menimbulkan pengembangan informasi bersama (social information


kepribadian yang unik, baik sifat-sifat processing), (3) keikatan pada organisasi
individu maupun watak kelompoknya. kerja, misalnya kesetiaan, dorongan
Setiap anggota memberikan kelebihannya mengutamakan kepentingan bersama, dan
dan menerima kekurangannya. sebagainya, sehingga mengurangi
Selanjutnya menurut Steer dkk, (1982) “turnover”, absentisme, ataupun kemalas-
maupun Zander (1979), bahwa kohesivitas an. Oleh karenanya, kohesivitas kerja itu
kerja kelompok itu mempengaruhi sikap meningkatkan mutu SDM maupun
pribadi karyawan dalam hal : (1) kepuasan produktivitas kerjanya.
kerja, (2) keterbukaan terhadap proses

Tabel 1. Dinamika dan Dampak Kohesivitas

Dinamika Kohesivitas Dampak Kohesivitas


a) Ukuran terbatas (kecil) a) Kepuasan
b) Pengaruh masih ketat b) Rasa tanggung jawab
c) Rasa sepenanggungan c) Optimalisasi prestasi
d) Rasa keterkaitan d) Komunikatif
e) Ada mitra tanding e) Rasa kami yang kuat
f) Kesempatan berpartisipasi f) Menolak merombak kelompok
g) Saling melengkapi g) Penampilan kerja baik
h) Ada sistem imbalan

KOHESIVITAS DAN PRODUK- pengaturan fihak manajemen terhadap


TIVITAS kelompok dalam pencapaian tujuan ber-
sama. Hanya ada beberapa faktor yang
Kontribusi kohesivitas kerja terhadap
mempengaruhi kadar kohesivitas suatu
peningkatan produktivitas kerja itu
kelompok yaitu: (1) kiprah interaksi
memang benar karena kohesivitas
personalnya, (2) jumlah anggota yang ideal
kelompok itu merupakan fasilitas sosial
(lebih kurang enam orang), (3) keterbukaan
atau kontribusi kemudahan bersama
isolasi terhadap luar, (4) kesediaan bermitra
(Minarni,1971). Seperti diketahui bahwa
tanding, (5) pertaruhan nama kelompok
penampilan kerja seseorang meningkat
atau jiwa korps, (6) aktivitas berperan serta
karena kehadiran orang lain, bahkan ada
dalam keputusan, dan (7) suasana hadiah
kecenderungan bahwa fasilitas sosial atau
lebih besar daripada hukuman (Jannis,
istilah lain “co-acting group situation”
1989).
menimbulkan kompetisi untuk mencipta-
kan hasil yang berciri baru maupun lebih Kelompok kerja yang kohesif dan
khusus (Zajonc, 1965; Earley, 1989). produktif itu justru bekerja dinamis.
Maklum apabila terjadi konflik, baik dalam
Keberhasilan pengaruh kohesivitas
maupun antar kelompok, itu hal yang
kelompok terhadap produktivitas kerja
sangat penting untuk pengolahan proses
dapat dikatakan bergantung pada
pengambilan keputusan secara lebih tajam

ISSN : 0215 - 8884


PENGARUH PEMBENTUKAN KELOMPOK . . . 23

(Brett dan Rognes, 1986). Konflik dalam kohesivitas kerja tidak berfungsi (rendah),
kelompok itu menurut March dan Simon dan alokasi aturan kerja tidak efisien.
(1985) mengandung beberapa hikmah Sebab prinsip dasar pembentukan
antara lain : (1) pemecahan masalah lebih kohesivitas kerja itu untuk memaparkan
tajam, (2) saling menghargai perbedaan tujuan kelompok demi kemantapan strategi
individu, (3) penawaran terhadap hal yang manajemen. Keputusan kohesivitas kerja
disetujui pun diterima, (4) kebijakan untuk itu juga untuk mengembangkan penguasaan
mengambil koalisi pun bisa dimengerti. peran yang berbeda-beda, dan hal-hal lain
Lebih jauh sebelumnya, Mynatt dan yang berkaitan dengan peningkatan
Sherman (1975) berpendapat meskipun internalisasi proses kerja kelompok,
terjadi polarisasi dalam kelompok itu justru sehingga efektivitas tugas maupun
membuat anggota kelompok lebih kompak produktivitas kerja kelompok tercapai
dan lebih berani mengambil resiko yang (Organ dan Bateman, 1991).
besar daripada sebelum terjadi polarisasi Menurut Steiner (1972), efektivitas
dalam kelompok, bahkan untuk golongan kelompok kohesif itu mengandung tiga
kelompok minoritas hal tersebut akan lebih dimensi: (1) derajat keikatan anggota pada
menekankan saling perhatian demi kelompok, (2) produktivitas kerja
kekompakan yang kuat (Myers dan Lamn, kelompok, dan (3) kepuasan kerja anggota
1976). kelompok. Dalam mencapai efektivitas
kelompok kohesif diperlukan beberapa
KOHESIVITAS DAN EFEKTIVITAS syarat (Katz,1982) antara lain : (a) tatanan
tugas, pekerjaan, dan aturan kerja yang
Dampak kelompok kompak terhadap mapan; (b) sumber daya insani kelompok
efektivitas pengambilan keputusan dengan yang tepat penempatannya, artinya ada job
berbagai aspeknya telah diketemukan, requirement, terbuka dan memperoleh
antara lain: (1) mutu pemecahan masalah peluang untuk bermitra tanding atau
bersama, (Maier, 1967), (2) peran pimpinan berkompetisi yang sehat; (c) mekanisme
kelompok (Cecil,dkk., 1973), (3) peran kerja kelompok yang demokratis, setiap
serta anggota kelompok (Ewing, 1983), (4) anggota memperoleh tanggung jawab
hikmah konflik konstruktif (Mason, 1969), terhadap beberapa tugas penting dan
(5) nilai interaksi kelompok (Zander, bermutu di samping tugas-tugas yang
1982). Memang realisasi produktivitas sudah rutin.
kerja sebenarnya adalah perwujudan
potensi pendukung produktivitas minus Selanjutnya juga dilaporkan, bahwa
kesalahan proses kerja kelompok. kelompok yang beriklim kohesif ini dalam
Kesalahan proses kerja lazimnya tertumpu pembuatan keputusan lebih efektif, lebih
pada kegagalan dalam efektivitas kreatif, dan dalam peyelesaian masalah pun
penggunaan sumber daya kelompok. Hal lebih koordinatif serta lebih produktif
ini disebabkan oleh kesalahan manajemen, daripada sejumlah orang yang sama dalam
misalnya mengabaikan norma, tujuan, kelompok biasa yang biasanya kerja kurang
maupun cita-cita kelompok. Akibatnya terkoordinasi. Dalam penelitian tersebut
motivasi kerja kelompok rendah, juga dikenakan berbagai macam jenis
pekerjaan, dengan kesimpulan bahwa

ISSN : 0215 - 8884


24 ASIP F. HADIPRANATA & SUDARDJO

kinerja individu dalam kelompok kohesif Giles, 1981). Hal ini tentu mempengaruhi
jauh lebih baik daripada kinerja individual. sifat-sifat individu maupun watak kerja
Hanya saja kadangkala untuk jenis kelompoknya, yaitu setiap anggota ber-
pekerjaan seni kerajinan tangan yang peran sesuai dengan tugasnya atau ber-
bersifat privat, kinerja perorangan lebih watak kerja. Berpijak pada formula Lewin
baik daripada dikerjakan bersama. (1947), yang terkenal bahwa “perilaku itu
tergantung pada kepribadian dan
lingkungannya”. Maka wajarlah kalau
KOHESIVITAS DAN KEPRIBADIAN
perilaku kelompok kohesif lebih pasti dan
Kohesivitas kelompok menimbulkan positif, sebab kohesivitas itu membentuk
jati diri sosial dan pengembangan kepibadian yang unik dan menciptakan
kepribadian yang unik, setiap anggota lingkungan yang kondusif (Turner dan
memberikan kelebihannya di samping Giles, 1981)
menerima kekurangannya (Turner dan

LANDASAN TEORI

Evaluasi
Intervensi: Teamwork Tahapan Produktivitas
Teambuilding 4K : Optimalisasi (prestasi) kerja
Kelompok kecil Semangat kerja Insani: profisiensi
kerja kompak dan performansi
T-Groups SIKAP MORAL KERJA

Hipotesis yang diajukan dalam orang, yang disusun berdasarkan


penelitian ini adalah Teambuilding yang teambuilding atau kohesivitas kelompok.
tepat akan membuat teamwork yang sehat 2. Alat Penelitian
dan menimbulkan etos kerja yang tinggi
serta memberikan kontribusi yang besar a. Pranata psikotes, terdiri atas:
terhadap produktivitas atau prestasi kerja. (1) Tes kohesivitas kelompok.
(2) Tes Etos kerja
(3) Dokumen
METODE PENELITIAN
produktivitas/Prestasi Kerja
1. Subjek Penelitian
b. Pranata Intervensi T-Group (pelatih-
Subjek penelitian ini adalah mahasiswa an kepekaan).
LPK Widya Wiwaha yang berusia antara (1) Buku Panduan dan Lembar
19-25 tahun dengan jenis kelamin laki-laki Kerja Acuan + Praktik
dan perempuan. Subjek penelitian ini (2) Alat Bermain Bisnis
berjumlah 360 orang yang dibagi ke dalam (3) Format umpan balik dan
60 kelompok kecil kerja kompak (4K) yang pemantauan hasil.
masing-masing kelompok beranggotakan 6
c. Prasarana pelatihan

ISSN : 0215 - 8884


PENGARUH PEMBENTUKAN KELOMPOK . . . 25

(1) Ruangan nyaman dan B. Perlakuan akhir


memadai/terkendali. Data
(2) Meja dan kursi yang mudah 1. Etos kerja
diatur. 2. Kel. Eksperimen 180 + 30 gugus
(3) Perlengkapan mengajar (sound 3. Kel. Kontrol 180 + 30 gugus
system, OHP, whiteboard, dan
flipchart).
C. Kontribusi
Data
3. Prosedur Pelaksanaan 1. Etos kerja
2. Kel. Eksperimen 180 + 30 gugus
a. Semua subjek penelitian diambil 3. Kel. Kontrol 180 + 30 gugus
secara random yang terdiri dari 60
gugus (baik yang 4K ataupun bebas) b. Analisis data secara statistik Uji-T dan
alias 360 orang dikenai proses Analisis Korelasi agar bersih dari
Diagnosis Awal, diukur dengan alat pengaruh lingkungan, dan disertai
penelitian 2 a. Data hasil pengukuran asumsi:
dicatat sebagai entry data pre-test
(perlakuan awal). (1) random sampling
(2) normal distribution
b. Secara beregu beranggotakan 30 orang (3) homogenity of variance
atau 5 gugus 4K diberi intervensi
“teambuilding + T-Groups” (pelatihan
kepekaan) selama 6 hari dengan materi HASIL PENELITIAN DAN DISKUSI
2b, dalam kondisi dan prasaran Hasil penelitian ini menunjukkan ada-
pelatihan 2c. nya korelasi yang positif dan signifikan
c. Pengukuran ulang 2a, datanya dicatat baik pada perlakuan awal (X1=4.789;p <
sebagai entry data perlakuan akhir. 0,001), maupun perlakuan akhir (X2 =
9,272, p < 0,001). Hal ini berarti bahwa
pembentukan kelompok berpengaruh
4. Analisis Data
positif dan nyata terhadap etos kerja,
a. Rancangan Data karena teambuilding yang tepat membuat
A. Perlakuan awal teamwork atau kerja yang baik (Matsuda,
Data
1990). Kerja kompak yang baik
1. Etos kerja membangkitkan moral kerja, semangat
2. Kel. Eksperimen 180 + 30 gugus kerja atau etos kerja yang tinggi (Ando,
3. Kel. Kontrol 180 + 30 gugus 1975; Matsuda, 1990).

ISSN : 0215 - 8884


26 ASIP F. HADIPRANATA & SUDARDJO

Tabel 1 hasil Uji-t Antar Kelompok Pengaruh Teambuilding terahadap Etos Kerja

Sumber Ubahan N dx dx2 Rerata SB A1-A2 .p


Eksp. X1 30 2109 148733 70.300 4.027 X1 0.000
(A1) X2 30 2208 162954 73.600 3.918 4.789
Kontr. X1 30 1852 116644 61.733 8.932 X2 0.000
(A1) X2 30 1770 106142 59.000 7.683 9.272
Keterangan:
X1 = Perlakuan awal
X1 = Perlakuan akhir

Tabel 2 Matrik Interkorelasi


R X Y Koefisien Diterminan
.x 1.000 0,935
.p 0.000 0.000 ñ .rxy = 0,935
.y 0,935 1.000
.p 0.000 0.000 .r2xy = 0.875
Keterangan
X= Etos Kerja,
Y= Produktivitas Insani

Lebih lanjut penelitian ini menemukan pendekatan sosial sehingga orientasi


bahwa etos kerja itu memberi kontribusi pendekatan sumber daya insani lebih
yang besar bagi produktivitas kerja insani, menekankan pada manusia sebagai
yakni sebesar 87,5 persen (r2xy = 0,875). makhluk sosial (sistem sosial) dan sebagai
Hal ini sejalan dengan pendapat Cherington makhluk individu (hak asasi manusia).
(1980) maupun Matsuda (1990) bahwa etos Sebagaimana penelitian sebelumnya
kerja itu memiliki dampak yang besar (Hadipranata, 1977, 1987a), dalam proses
terhadap produktivitas kerja insani. Lebih penelitian ini pun diperoleh hasil serupa
jauh lagi Matsuda (1990) maupun bahwa apabila dalam suatu team terjadi
Hadipranata (1996), orientasi pendekatan dominasi kelompok, misalnya team 12 sub
sumber daya insani seutuhnya, seyogyanya kelompok 9 : 2 : 1, maka dominasi 9 akan
menempatkan manusia sebagai makhluk angkuh dan lemah kontrol ke dalamnya.
individu dan sosial secara terpadu, bukan
parsial atau individual. Sebab menurut
KESIMPULAN DAN SARAN
Matsuda (1990) orientasi pendekatan
sumberdaya insani secara individual, bukan Sebagaimana dimaklumi hampir dapat
sosial plus, akan selalu memupuk per- dipastikan bahwa proses setiap jenis projek
kembangan sikap jiwa individualis yang pekerjaan cenderung memerlukan pe-
potensial lepas dari konteks sosialnya. nanganan bersama sehingga meningkatkan
Matsuda (1990) dan Minami (1971) produk secara kualitas maupun kuantitas.
menyatakan bahwa kesatuan, kerukunan, Pembentukan kelompok (teambuilding)
kerta kemajuan kebudayaan peradaban ternyata menimbulkan etos kerja serta
IPTEK Jepang lebih banyak ditopang oleh

ISSN : 0215 - 8884


PENGARUH PEMBENTUKAN KELOMPOK . . . 27

mampu memberikan kontribusi yang cukup Cecil, E., Cumming., L., and Cherkoff, J.
besar bagi produktivitas insani. 1973. Group composition and choice
Hal ini berarti bahwa pembentukan shifts:Implication for administration.
kelompok itu sangat bermakna bagi Academy of Management journal, 16.
pengembangan mutu produktivitas kerja 412-22.
insani tenaga kerja Indonesia. Cherrington, J.D. 1980. The Work Ethic.
Sejalan dengan aspirasi dan budaya New York: Amacon.
bangsa Indonesia maka seyogyanya Early, P.C. 1989. Social loafing and collec-
orientasi kerja kelompok lebih ditekankan tivism: A Comparizon of the US and
sehingga produktivitas kerja insani me- the People's Republic of China. Admi-
ningkat. Lebih jauh dari itu kedisiplinan nistrative Science Quaerly 34, 565-81.
lebih mudah ditegakkan, sebab komponen Ewing, D. 1983. Do it my way or You're
disiplin yang utama adalah norma fired! New York: John wiley.
kelompok. Hadipranata, A.F. 1996. Pengaruh MIKEO
(Manajemen Interpersonal Kolompok
DAFTAR PUSTAKA Efektif Obyektif) terhadap Prestasi
Kerja Karyawan perusahaan di Jawa
Ando, M. 1975. Romushinrigaku: Timur. Disertasi. Tidak Diterbitkan.
Tokubatsuna Kogi. Tokyo: Rikkyo Dai
Janis, I.L. 1989. Crucial Decisions. New
Bagfas, C.R. 1987. People Productivity. York The Free Press.
Tokyo: Asian Productivity Organi-
Johnson, D.W. and Jhonson, F.P. 1991.
zation.
Joining Together: Group Theory and
Baker, M.A. 1987. People Productivity: An Group Skkills. 4th ed. Engelwood Cliffs,
Experience in positive living. Tokyo: New Jersey: Prentice Hall, Inc.
Asian Productivity Organization.
Katz, R. 1982. The efect of group longerity
Groberg, D.H. 1987. Inner Productivity: on project communication an
Tapping the inner sources of performance. Administrative Science
productivity through balancing vision, Quarterly, 27, 81-104.
skill, and reinforcement. Tokyo: Asian
Kikuchi,A. 1972. "Giri" Japanese interper-
Productivity Organization.
sonal values. Japan Anthropology
Brett, J and Rognes, J. 1986. Intergroup Quarterly, 2, 31-45.
Relations in Organizations: A
Lewin, K. 1947. Frontiers in Group
Negotiations Perspektive. San
Dynamics. Human Relations, 1, 5-41.
Fransisco: Jossey-Bass
Maier, N.R.F. 1967. Assets an liabilities in
Cartwright, D and Zander, A. 1968. The
group problem solving. The need for
Structural properties of Groups:
integritive function. Psychological
Introduction. In D. Cartwright, and A.
Review, 74, 236-49.
Zander (Eds). Group Dinamics
Research and Theory. 3 rd. ed. New Mason, R.O. 1969. A dialectical approach
York: Harper, pp 86-98. to strategic planning. Management
Science. 15, B 403-B-414.

ISSN : 0215 - 8884


28 ASIP F. HADIPRANATA & SUDARDJO

Matsui, T. 1977. Oyo Shinrigaku: Suryohadiprojo, S. 1988. Membangun Etos


Tokubatsuna Kogi. Tokyo: Japan Kerja. Manajemen VII, 52.
Productivity Centre. Todryk, L. 1990. The Project Manager as
Matsuda, T. 1990. Seisansei to Shoshudan Team Builder: Creating an Effective
Ketsudou. Tokyo: Japan Productivity Team. Dalam Scott, K. dan Walker, A.
Center. 1995. TEAMS: Teamwork and Team-
Minami, H. 1971. Nihon-jin no Shinri. builidng. Singapure: Prentice-Hall, Inc.
Tokyo: Iwami Shoten. p 70.
Myers, D.G. and Lamm, H. 1976. The Turner, J.C. and Giles, H. 1981. Intergroup
Groups Polarition Fenomenon. Behavior. Oxford: Basil Blackwell
Psychologycal Bulletin, 83, 602-27. Publisher Ltd.
Mynatt, C, and Shermann, S.J. 1975. United Nations Development Programme.
Responbility Attribution in Groups an 1991. Human Development Report
Individuals: A Direct Test of The 1991. New York: Oxford University
Responbility Hypothesis. Journal of Press.
Personality and Social Psychology, 32, United Nations Development Programme.
1111-18. 1992. Human Development Report
Mubyarto. 1991. Etos Kerja dan kohesi 1992. New York: Oxford University
Sosial. Yogyakarta: P3PK UGM. Press.
Organ, D.W. and Bateman, T.S. 1991. United Nations Development Programme.
Organizational Behavior. Homewood 1993. Human Development Report
II.:Richard D. Irwin. 1993. New York: Oxford University
Ozawa, M. 1988. Total Quality Control Press.
and Management: The Japanese United Nations Development Programme.
Approach. Tokyo: QCC Headsquarters, 1994. Human Development Report
JUSE. 1994. New York: Oxford University
Sayles, L. 1989. Leadership: Managing in Press.
Real Organizations. New York: United Nations Development Programme.
McGraw-Hill. 1995. Human Development Report
Staw, B.M. 1977. Motivation Organi- 1995. New York: Oxford University
zations: New Direction in Organiza- Press.
tional Behavior. Chicago: St. Clair United Nations Development Programme.
Press. 1996. Human Development Report
Steer, R., Mowday,R., and Porter, L. 1982. 1996. New York: Oxford University
Employee organization linkages: The Press.
Psychology of Commitment, Absen- Zajonc, R.B. 1965. Social Facilitation.
teism, and Turnover. New York: Science 149, 269-7A.
Academic Press. Zander, A. 1979. The Psychology of Group
Steiner, I. 1972. Group Process and Pro- Processes. Annual Review of
ductivity. New York: Academic Press. Psychology 30, 417-54.

ISSN : 0215 - 8884

Anda mungkin juga menyukai