Anda di halaman 1dari 5

BAB V

PENUTUP

A. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian, analisis data, dan hasil kajian pada

bab-bab terdahulu penulis, mengenai Hubungan Artribut Budaya

Organisasi (dengan Pendekatan Competing Values Framework) dengan

Kinerja Organisasi Puskesmas Gondokusuman II Yogyakarat dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Berdasarkan pengujian hipotesis, hipotesis variabel budaya clan (X1 )

yaitu diduga ada hubungan antara budaya clan (X1 ) dengan kinerja

organisasi (Y) tenaga kesehatan di Puskesmas Gondokusuman II

Yogyakarta. Pada penelitian ini, uji hipotesis budaya clan (X1 ) tidak

terbukti memiliki hubungan dengan kinerja organisasi (Y)

Puskesmas Gondokusuman II hal dibuktikan berdasarkan nilai Sig.(2-

tailed) budaya clan (X1 ) menunjukkan nilai yang lebih besar yaitu

0,130 daripada nilai signifikannya 0,05. Berdasarkan pengujian

hipotesis didapatkan juga nilai koefisien korelasi pada budaya clan

(X1 ) adalah 0,199 yang artinya berada pada tingkat hubungan sangat

rendah dengan variabel kinerja organisasi (Y).

114
115

2. Berdasarkan pengujian hipotesis, hipotesis variabel budaya adhokrasi

(X2 ) yaitu diduga ada hubungan antara budaya adhokrasi (X2 ) dengan

kinerja organisasi (Y) tenaga kesehatan di Puskesmas Gondokusuman

II Yogyakarta. Pada penelitian ini, uji hipotesis budaya adhokrasi (X2 )

terbukti memiliki hubungan dengan kinerja organisasi (Y)

Puskesmas Gondokusuman II hal dibuktikan berdasarkan nilai Sig.(2-

tailed) budaya clan (X1 ) menunjukkan nilai yang lebih kecil yaitu

0,002 daripada nilai signifikannya 0,05. Berdasarkan pengujian

hipotesis didapatkan juga nilai koefisien korelasi pada budaya

adhokrasi (X2 ) adalah 0,199 yang artinya 0,396 yang artinya berada

pada tingkat hubungan rendah dengan variabel kinerja organisasi (Y).

3. Berdasarkan pengujian hipotesis, hipotesis variabel budaya market

(X3 ) yaitu diduga ada hubungan antara budaya market (X3 ) dengan

kinerja organisasi (Y) tenaga kesehatan di Puskesmas Gondokusuman

II Yogyakarta. Pada penelitian ini, uji hipotesis budaya market (X3 )

tidak terbukti memiliki hubungan dengan kinerja organisasi (Y)

Puskesmas Gondokusuman II hal dibuktikan berdasarkan nilai Sig.(2-

tailed) budaya market (X3 ) menunjukkan nilai yang lebih besar yaitu

0,064 daripada nilai signifikannya 0,05. Berdasarkan pengujian

hipotesis didapatkan juga nilai koefisien korelasi pada budaya market


116

(X3 ) adalah 0,244 yang artinya berada pada tingkat hubungan rendah

dengan variabel kinerja organisasi (Y).

4. Berdasarkan pengujian hipotesis, hipotesis variabel budaya hierarki

(X4 ) yaitu diduga ada hubungan antara budaya hierarki (X4 ) dengan

kinerja organisasi (Y) tenaga kesehatan di Puskesmas Gondokusuman

II Yogyakarta. Pada penelitian ini, uji hipotesis budaya hierarki (X4 )

terbukti memiliki hubungan dengan kinerja organisasi (Y)

Puskesmas Gondokusuman II hal dibuktikan berdasarkan nilai Sig.(2-

tailed) budaya hierarki (X4 ) menunjukkan nilai yang lebih kecil yaitu

0,012 daripada nilai signifikannya 0,05. Berdasarkan pengujian

hipotesis didapatkan juga nilai koefisien korelasi pada budaya hierarki

(X4 ) adalah 0,199 yang artinya 0,329 yang artinya berada pada tingkat

hubungan rendah dengan variabel kinerja organisasi (Y).

B. SARAN

Berdasarkan pada hasil penelitian, adapun saran yang diberikan

sebagai berikut:

1. Berdasarkan penelitian budaya adhokrasi seharusnya berada pada

tingkat hubungan yang kuat, tetapi pada penelitian ini budaya

adhokrasi pada Puskesmas Gondokusuman II Yogyakarta masih


117

berada pada tingkat hubungan yang rendah. Dengan tingkat hubungan

yang rendah tersebut maka perlu kembali ditingkatkan supaya

penerapan akan budaya adhokrasi menadi lebih kuat, seperti dikuatkan

kembali perarturan pemerintah dalam pemberian pelayanan kepada

masyarakat supaya pemberian pelayanan baik saat pendaftaran sampai

penerimaan pelayanan dokter menjadi lebih terstruktur serta diperlukan

evaluasi kebijakan dan peraturan antara pemimpin dan anggota

organisasi untuk dapat memperbaiki kekurangan yang ada.

2. Berdasarkan penelitian budaya hierarki seharusnya berada pada tingkat

hubungan yang kuat karena dengan hubungan yang kuat akan

berdampak pada kinerja organisasi ke masa yang akan datang. Pada

penelitian ini budaya hierarki pada Puskesmas Gondokusuman II

Yogyakarta masih berada pada tingkat hubungan yang rendah.

Dengan tingkat hubungan yang rendah tersebut maka perlu dikuatkan

penerapan akan budaya hierarkinya seperti, peningkatan komunikasi

antara pemimpin dan anggota dalam mengkordinasikan peraturan

pemerintah serta diperlukannya perbaikan sistem pemberian pelayanan

dan perbaikan peraturan dan kebijakan dari pemerintah. Kementrian

Kesehatan atau Pemerintah perlu meninjau kembali peraturan dan

kebijakan yang diberlakukan apakah sudah maksimal atau belum


118

supaya dalam penerapan di Instansi Kesehatan atau Puskesmas bisa

lebih maksimal kembali.

Anda mungkin juga menyukai