Anda di halaman 1dari 27

PENANGANAN LIMBAH

Limbah adalah sisa dari suatu usaha dan/atau kegiatan yang dapat menimbulkan pencemaran bila tidak
dikelola dengan benar.

Pencemaran Lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau
komponen lain ke dalam lingkungan oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai tingkat
tertentu yang menyebabkan lingkungan tidak berfungsi sesuai dengan peruntukannya. (UU No 23 Thn 1997)

Daya Dukung Lingkungan adalah kemampuan lingkungan untuk mendukung perikehidupan manusia dan
makhluk hidup lainnya.

Baku Mutu Lingkungan adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau komponen yang
keberadaannya dalam lingkungan masih ditoleransi.

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) adalah kajian mengenai dampak suatu usaha dan/atau
kegiatan yang direncanakan pada lingkungan yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.

Ekolabel adalah sebuah tanda pada mata dagangan yang menerangkan bahwa mata dagangan tersebut
memenuhi persyaratan tidak merusak lingkungan.

Proses
INPUT OUTPUT
(Bahan Baku) (Produk)

*LIMBAH*
(sisa Proses)

PENANGANAN LIMBAH
(Pengolahan Limbah)

LINGKUNGAN
(Badan air/udara/tanah)

Berdasarkan bentuknya limbah terdiri dari:


1. Limbah Padat; 2. Limbah Cair; 3. Limbah Gas.

Berdasarkan sumbernya limbah terdiri dari:


1. Limbah Domestik: Rumah Tangga, Pasar, Perkantoran, sekolah, Restauran, dll.
2. Limbah Non-Domestik: Industri, Pertanian, pertambangan, perikanan, dll.

Berdasarkan nilai ekonomis limbah terdiri dari:


1. Limbah Bernilai Ekonomis: Limbah yang dapat didaur ulang untuk menghasilkan produk yang
bernilai ekonomis.
2. Limbah Tak Bernilai Ekonomis: Limbah yang tidak dapat didaur ulang atau walaupun didaur ulang
tidak meberikan keuntungan, sehinggaan perlu mendapatkan pengolahan (treatment) sebelum di
buang ke lingkungan.

Pencemaran dibagi menjadi 3 jenis, antara lain:


1. Pencemaran Tanah
2. Pencemaran Air
3. Pencemaran Udara

1
Pencemaran Lingkungan
Pencemaran lingkungan dapat disebabkan karena ulah manusia dan pada akhirnya dampaknya juga
akan dirasakan oleh manusia, baik secara langsung maupun tak langsung.

PENCEMARAN TANAH
Pencemaran tanah adalah keadaan di mana bahan-bahan asing, baik yang bersifat organik maupun
anorganik, berada di permukaan tanah yang menyebabkan daratan menjadi rusak sehingga tidak dapat
memberikan daya dukung bagi kehidupan manusia.

Komposisi tanah
Komposisi tanah terdiri dari udara 25 %, air 25 %, bahan organik 5 %, dan bahan mineral 45 %.
Bahan organik dalam tanah (seperti karbohidrat, protein dan lemak) merupakan persediaan makanan bagi
mikroorganisme dan tumbuhan. Senyawa organik yang kompleks tak dapat secara langsung dimanfaatkan
tumbuhan. Senyawa ini dipecahkan oleh organisme dalam tanah (antara lain serangga, cacing tanah,
nematoda, sikaki seribu, algae, dan mikroorganisme seperti fungi dan bakteri) menjadi bentuk yang lebih
sederhana. Air akan melarutkan bentuk-bentuk sederhana itu dan membawanya sampai ke tumbuhan
melalui akar. Unsur/nutrisi yang diperlukan tumbuhan meliputi makronutrisi (yaitu 9 unsur yang
diperlukan dalam jumlah besar meliputi C, H, O, N, P, K, Ca, Mg, dan S) dan mikronutrisi (unsur yang
lain). Unsur C, H, dan O digunakan untuk mensintesis karbohidrat, lemak , protein, lilin, selulosa, dan
senyawa kompleks lainnya. Unsur N, P, dan S untuk membentuk molekul protein. Unsur lain yang
jumlahnya tidak begitu banyak berperan dalam metabolisme pada tumbuhan.

Pencemaran Tanah pada umumnya berasal dari limbah berbentuk padat yang dikumpulkan pada suatu
tempat penampungan yang sering disebut TPA (Tempat Pembuangan Akhir) atau Dump Station.

Sumber-sumber Pencemaran Tanah


Ketika suatu zat berbahaya/beracun telah mencemari permukaan tanah, maka ia dapat menguap, tersapu
air hujan dan atau masuk ke dalam tanah. Pencemaran yang masuk ke dalam tanah kemudian terendap
sebagai zat kimia beracun di tanah. Zat beracun di tanah tersebut dapat berdampak langsung kepada
manusia ketika bersentuhan atau dapat mencemari air tanah dan udara di atasnya.
Sumber-sumber Pencemaran Tanah a/l :

1. limbah padat dan cair dari tempat penimbunan sampah;


2. limbah industri yang langsung dibuang ke tanah secara tidak memenuhi syarat (illegal dumping);

3. kebocoran limbah cair atau bahan kimia industri atau fasilitas komersial;
4. penggunaan pestisida yang berlebihan;

5. masuknya air permukaan tanah tercemar ke dalam lapisan sub-permukaan;


6. kecelakaan kendaraaan pengangkut minyak, zat kimia, atau limbah.

2
Komponen Pencemar Tanah
Meliputi kertas 4 %, limbah bahan makanan 21 %, gelas 12 %, besi 10 %, plastik 5 %, kayu 5 %, karet dan
kulit 3 %, kain/serat tekstil 2 %, aluminium dan logam lain 1 %. Perbandingan bahan organik dan
anorganik 70 % : 30 %. Bahan organik akan terdegradasi oleh mikroorganisme, bahan anorganik
tidak/susah terdegradasi. Bahan anorganik berbahaya misalnya bahan kimia beracun yang dibuang
bersama limbah industri, limbah pertambangan seperti logam berat dan logam radioaktif. Bila air
membawa limbah mengalir ke sungai, danau atau sawah maka tanah akan teraliri, sehingga akan
terkontaminasi bahan-bahan kimia. Tanah menjadi jelek dan tumbuhan atau binatang air akan menderita.
Bahan-bahan itu akan terkontaminasi dalam tumbuhan dan hewan, dan akhirnya akan sampai pada
manusia

Dampak Pencemaran Daratan


1. Timbulan limbah padat menimbulkan bau yang tidak sedap dan menganggu estetika
lingkungan;

2. Tempat berkembangnya nyamuk, lalat, tikus, bakteri, dan lain-lain, sehingga menjadi
perantara atau penyebab penyakit pest, kaki gajah (filiariasis), malaria, demam berdarah, dan
lain-lain;
3. Dapat merubah susunan kimawi tanah akibat terpapar limbah beracun atau berbahaya;

4. Dapat menurunkan hasil pertanian;


5. dll.

PENCEMARAN UDARA

Komposisi udara bersih dan kering atmosfir:

Komponen Formula % Volume ppm Komponen Formula % Volume ppm

Nitrogen N2 78,09 780.900 Belerangdioksida 0,00000002 0,0002


SO2
Oksigen O2 20,94 209.400 Nitrogendioksida 0,0000001 0,001
NO2
Argon Ar 0,93 9.300 Amonia 0,000001 0,01
NH3
Karbondioksida CO2 0,0318 318 Xenon 0,000008 0,08
Xe
Neon Ne 0,0018 18 Ozon 0,000002 0,02
O3
Helium He 0,00052 5,2 Nitrogen oksida 0,000025 0,25
NO
Metana CH4 0,00015 1,5 Hidrogen 0,00005 0,5
H2
Kripton Kr 0,0001 1 Karbon Monoksida 0,00001 0,1
CO

Apabila komposisi udara mengalami perubahan dari nilai komposisi normal (tabel di atas) dan mengganggu kehidupan
makhluk hidup, hal ini berarti udara telah tercemar.

Baku mutu udara ambien adalah batas kadar yang diperbolehkan bagi zat atau bahan pencemar yang
terdapat di udara, namun tidak menimbulkan gangguan bagi makhluk hidup dan atau benda.

Baku mutu udara emisi adalah batas kadar yang diperbolehkan bagi zat atau bahan pencemar untuk
dikeluarkan dari sumber pencemar ke udara, sehingga tidak mengakibatkan dilampauinya baku mutu
udara ambien.

Polutan udara primer yang mencakup 90% dari jumlah polutan udara seluruhnya dikelompokkan menjadi:
1. Karbon monoksida (CO)
2. Nitrogen okside (NOx)
3. Hidrokarbon (HC)
4. Sulfur diokside (SOx)
5. Partikel

Sumber polusi udara terutama berasal dari tranportasi yang memberikan andil 60% dari pencemaran
udara total. Sumber-sumber polusi lainnya yaitu pembakaran, proses industri, pembuangan limbah
(sampah), dan lain-lain.

Dampak pencemaran udara

3
1). Dampak Pencemaran oleh Karbon Monoksida (CO)
Gas CO tidak berbau dan tidak berwarna. Pada keadaan normal konsentrasinya di udara ± 0,1 ppm,
dan di kota dengan lalulintas padat ± 10 - 15 ppm. Dampak pencemaran oleh gas CO antara lain:
• Bagi manusia dampak CO dapat menyebabkan gangguan kesehatan sampai kematian, karena CO
bersifat racun metabolis, ikut bereaksi secara metabolis dengan hemoglobin dalam darah (Hb) :
Hb + O2 ⎯→ O2Hb (oksihemoglobin)
Hb + CO ⎯→ COHb (karboksihemoglobin)
COHb 140 kali lebih stabil daripada O2Hb.

Kadar CO : Waktu kontak : Dampaknya bagi tubuh :


≤ 100 ppm sebentar dianggap aman
± 30 ppm 8 jam menimbulkan pusing dan mual
± 1000 ppm 1 jam pusing dan kulit berubah kemerah-merahan
± 1300 ppm 1 jam kulit jadi merah tua dan rasa pusing yang hebat
> 1300 ppm 1 jam lebih hebat sampai kematian

Tanda-tanda keracunan gas CO adalah: pusing, sakit kepala dan mual. Keadaan yang lebih berat
lagi adalah: kemampuan gerak tubuh menurun, gangguan pada sistem kardiovaskular, serangan
jantung, sampai dengan kematian.

• Bagi tumbuhan, kadar CO 100 ppm pengaruhnya hampir tidak ada khususnya tumbuhan tingkat
tinggi. Kadar CO 200 ppm dengan waktu kontak 24 jam dapat mempengaruhi kemampuan fiksasi
nitrogen oleh bakteri bebas terutama yang terdapat pada akar tumbuhan.

2). Dampak Pencemaran Oleh Oksida Nitrogen (NOx)


Gas NO tidak berbau dan tidak berwarna. Gas NO2 berbau menyengat, berwarna coklat kemerahan.
Bagi Manusia, Sifat racun (toksisitas) NO2 empat kalinya NO. Organ yang paling peka paru-paru, jika
terkena NO2 akan membengkak sehingga sulit bernapas sampai kematian. Konsentrasi NO yang tinggi
mengakibatkan kejang-kejang, bila keracunan berlanjut mengakibatkan kelumpuhan. NO akan lebih
berbahaya jika teroksidasi menjadi NO2.
Bagi Tumbuhan, Oksida nitrogen menyebabkan bintik-bintik pada permukaan daun, bila
konsentrasinya tinggi mengakibatkan nekrosis (kerusakan jaringan daun), sehingga fotosintesis
terganggu. Konsentrasi NO 10 ppm dapat menurunkan kemampuan fotosintesis 60 – 70 %.
Di udara oksida nitrogen dapat menimbulkan PAN (Peroxy Acetyl Nitrates) yang dapat menyebabkan
iritasi mata (pedih dan berair). PAN bersama senyawa yang lain akan menimbulkan kabut foto kimia
(Photo Chemistry Smog).

3). Dampak Pencemaran oleh Oksida Belerang (SOx)


SOx sebagian besar berasal dari pembakaran bahan bakar fosil, terutama batubara. Gas buang lebih
banyak mengandung SO2 dibanding SO3. Dengan oksigen dari udara SO2 menghasilkan SO3:

SO2 + O2 → SO3
Gas SO2 berbau tajam dan tak mudah terbakar. Gas S O3 sangat reaktif. Dengan uap air dari udara:

SO2+ H2O → H2SO3


SO3+ H2O → H2SO4

Jika ikut terkondensasi di udara dan jatuh bersama air hujan menyebabkan hujan asam.
 Bagi tumbuhan, kadar SOx ± 0,5 ppm dapat menyebabkan timbulnya bintik-bintik pada daun. Jika
paparan lama daun menjadi berguguran.
 Bagi manusia, SOx menimbulkan gangguan pernapasan. Jika SOx berubah menjadi asam akan
menyerang selaput lendir pada hidung, tenggorokan dan saluran napas yang lain sampai ke
paru-paru. SO2 dapat menimbulkan iritasi tenggorokan tergantung daya tahan masing-masing
(ada yang 1 - 2 ppm, atau 6 ppm). SO2 berbahaya bagi anak-anak, orang tua, dan orang yang
menderita kardiovaskuler. Otot saluran pernapasan akan mengalami kejang (spasma). Akan
lebih berat lagi jika konsentrasi SO2 tinggi dan suhu udara rendah. Pada paparan lama akan

4
terjadi peradangan yang hebat pada selaput lendir yang diikuti paralysis cilia (kelumpuhan
sistem pernapasan), kerusakan lapisan ephitelium, akhirnya kematian. Pada konsentrasi 6 -
12 ppm dengan paparan pendek yang berulang-ulang dapat menyebabkan hiperplasia dan
metaplasia sel-sel epitel yang akhirnya menjadi kangker.
 Pada benda-benda, SO2 bersifat korosif. Cat dan bangunan gedung warnanya menjadi kusam
kehitaman karena PbO pada cat bereaksi dengan SO x menghasilkan PbS. Jembatan menjadi
rapuh karena mempercepat pengkaratan.

4). Dampak Pencemaran oleh Hidrokarbon


Pembakaran hidrokarbon menghasilkan panas. Panas yang tinggi menimbulkan peristiwa pemecahan
(Cracking) menghasilkan rantai hidrokarbon pendek atau partikel karbon. Gas hidrokarbon dapat
bercampur dengan gas buangan lainnya. Cairan hidrokarbon membentuk kabut minyak ( droplet).
Padatan hidrokarbon akan membentuk asap pekat dan menggumpal menjadi debu/partikel.
Hidrokarbon bereaksi dengan NO2 dan O2 mengahsilkan PAN (Peroxy Acetyl Nitrates). Campuran
PAN dengan gas CO dan O3 disebut kabut foto kimia (Photo Chemistry Smog) yang dapat merusak
tanaman. Daun menjadi pucat karena selnya mati. Jika hidrokarbon bercampur bahan lain toksitasnya
akan meningkat.
Berikut ini adalah Pengaruh toksitas dari Konsentrasi benzena dan toluena terhadap tubuh:

Benzena (ppm): 100 iritasi terhadap mukosa


3 000 lemas (0,5 - 1 jam)
7 500 paralysys (0,5 -1 jam)
20 000 kematian (5 - 10 menit)

Toluena (ppm): 200 pusing, lemah, pandangan kabur setelah 8 jam.


600 gangguan syaraf, dapat diikuti kematian jika waktu kontak lama.

5). Dampak Pencemaran oleh Partikel


Partikel (debu) yang masuk/mengendap dalam paru-paru dapat menimbulkan berbagai macam
penyakit saluran pernapasan (pnevmokoniosis) antara lain:

6). Dampak Pencemaran yang Lain


1 • Pemakaian insektisida dapat menyebabkan cocarcinogenik.
• Efek rumah kaca dapat merusakkan lapisan ozon, sehingga sinar ultra violet tidak tersaring. Dapat
menyebabkan kanker kulit, suhu bumi naik sehingga tidak nyaman, es kutub mencair sehingga
permukaan laut naik.

PENCEMARAN Air

Pencemaran/Polusi Air adalah: penyimpangan sifat-sifat air dari keadaan normal, bukan dari
kemurniannya.

Pada keadaan normal:


• Air hujan mengandung SO4, Cl, NH3, CO2, N2, C, O2, debu.
• Air mata air mengandung mineral Na, Mg, Ca, Fe, O2.
• Air mengandung bakteri/mikroorganisme lain.
• Air murni tanpa mineral tidak enak/segar.

Jenis-jenis Polutan air dapat dikelompokkan menjadi 9 group utama:


1. Padatan
2. Bahan buangan yang membutuhkan oksigen (oxygen-demanding wastes)
3. Mikroorganisme
4. Komponen organik sintesis
5. Nutrien tanaman
6. Minyak
7. Senyawa anorganik dan mineral
8. Bahan radioaktif
5
9. Panas

Kualitas air terpolusi atau air limbah, dibedakan atas tiga karakteristik, yaitu :

1. Karakteristik fisik
Parameter yang termasuk dalam kategori ini adalah pH (keasaman dan alkalinitas),
temperatur/suhu, warna, bau, rasa, solid (jumlah padatan).
2. Karakteristik kimia
Terbagi dalam tiga kategori : zat organik, zat anorganik (logam berat) dan gas -gas.
Polusi zat organik biasanya dinyatakan dalam BOD (Biological Oxygen Demand) dan COD
(Chemical Oxygen Demand).
3. Karakteristik Biologi
Merupakan kuantitas mikroorganisme yang terdapat dalam air limbah tersebut, seperti : bakteri,
algae, virus, fungi. Sifat biologis ini perlu diketahui dalam kaitannya untuk mengetahui tingkat
pencemar air limbah sebelum dibuang ke badan air penerima.

Sesuai dengan sumber asalnya, air limbah mempunyai komposisi yang sangat bervariasi dari setiap
tempat dan setiap saat. Akan tetapi, secara garis besar zat yang terdapat di dalam air limbah
dikelompokkan seperti skema berikut :

Air limbah

Air (99,9%) Bahan padatan (0,1%)

Organik Anorganik

Protein (65%) Butiran


Karbohidrat (25%) Garam
Lemak (10%) Logam

Gambar 1. Skema pengelompokkan bahan yang terkandung dalam airlimbah (Sugiharto, 1987).

Pengetahuan mengenai karakteristik air buangan baik kuantitas maupun kualitasnya adalah suatu hal yang
perlu dipahami dalam merencanakan suatu unit pengolahan limbah air buangan.

Dampak terhadap air badan air, limbah industri dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Suhu

Setiap organisme mempunyai suhu minimum, optimum dan maksimum untuk hidupnya dan mempunyai
kemampuan menyesuaikan diri sampai batas tertentu. Suhu air mempunyai pengaruh yang besar
dalam proses pertukaran zat atau metabolisme dari makhluk hidup. Selain itu suhu juga
berpengaruh terhadap kadar oksigen terlarut dalam air. Semakin tinggi temperatur suatu perairan,
semakin cepat pula perairan tersebut mengalami kejenuhan. Suhu air untuk budidaya ikan berkisar
antara 25 – 30OC.

2. Derajat keasaman (pH)


Efek polutan bersifat asam terhadap kehidupan ikan dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangbiakan. Batas minimum air tawar pada umumnya adalah pada pH 4 dan batas maksimum
pada pH 11.

3. Oksigen terlarut (DO/Dissolved Oxygen)


Kadar DO merupakan salah satu parameter kualitas air yang penting bagi kelangsungan hidup dan
pertumbuhan ikan. Ikan memerlukan oksigen dalam bentuk oksigen terlarut. Oksigen terlarut
dipengaruhi oleh suhu, pH dan karbondioksida.

Air kolam yang mengandung konsentrasi oksigen terlaut yang rendah akan mempengaruhi kesehatan
ikan, karena ikan lebih mudah terserang penyakit atau parasit. Bila konsentrasi oksigen terlarut

6
dibawah 4-5 mg/l maka ikan tidak mau makan dan tidak berkembang dengan baik. Bila konsentrasi
oksigen terlarut tetap sebesar 3 atau 4 mg/l untuk jangka waktu yang lama maka ikan akan
menghentikan makan dan pertumbuhannya terhenti. Kadar oksigen 0,2 -0,8 mg/l merupakan
konsentrasi yang dapat memetikan ikan gurameh (Hammer, 1986).

4. Zat organik terlarut. (BOD)


Zat organik terlarut menyebabkan menurunnya kadar oksigen terlarut di badan air, sehingga badan
air tersebut mengalami kekurangan oksigen yang sangat diperlukan oleh kehidupan air dan
menyebabkan menurunnya kualitas badan air tersebut.

5. COD (Chemical Oxygen Demand)


COD diperlukan untuk menentukan kekuatan pencemaran suatu limbah dengan mengukur jumlah
oksigen untuk mengoksidasi zat -zat organik yang terdapat pada air limbah tersebut.
COD adalah ukuran dari jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi kimia bahan -bahan
organik perairan. COD juga dikatakan sebagai jumlah oksigen yang dikonsumsi.

6. Zat padat tersuspensi ( Total Suspended Solid / TSS ).


Pengendapan zat padat ini di dalam dasar badan air akan mengganggu kehidupan di dalam air
tersebut. Juga endapan solid didasar badan air akan mengalami dekomposisi yang menyebabkan
menurunnya kadar oksigen tersebut disamping menimbulkan bau busuk dan pemandangan tidak
sedap.
7. Nitrogen dan pospor.

Kedua unsur kimia ini disebut nutrien, yang apabila masuk ke dalam air di badan air yang diam
seperti telaga, waduk, kolam dan lain -lain akan menyebabkan tumbuhnya ganggang dengan cepat
sehingga akan menurunkan kualitas beban air.
8. Minyak dan bahan -bahan terapung.

Bahan -bahan tersebut menyebabkan kondisi tidak sedap dan terganggunya penetrasi sinar
matahari, serta masuknya oksigen dari udara ke dalam badan air tersebut ( aerasi ).
9. Logam berat, sianida dan racun organik.
Unsur -unsur tersebut sangat merusak kehidupan perairan, dan membahayakan kesehatan manusia.

10. Warna dan kekeruhan.


Baik warna maupun kekeruhan sangat mempengaruhi estetika walaupun belum tentu membahayakan
kehidupan di dalam air maupun kesehatan manusia.
11. Organik tracer.

Termasuk dalam kategori tracer adalah phenol yang menyebabkan air berbau dan rasa tidak enak,
khususnya jika badan air digunakan sebagai air baku air minum.

12. Bahan yang mudah menguap ( Volatile Materials ).


Termasuk dalam kategori ini antara lain hidrogen sulfida, dan gas methan yang menyebabkan udara
tercemar (Mackenzei, 1991).
Mengingat sifat -sifat limbah sedemikian kompleksnya maka cara pengolahannya harus disesuaikan
dengan sifat -sifat limbah yang bersangkutan, harus dilakukan survei, analisis contoh limbah dan yang
paling penting adalah dilakukan percobaan dalam skala laboratorium untuk menentukan parameter yang
akan digunakan sebagai kriteria perencanaan.
Proses pengolahan air limbah merupakan proses tiruan dari proses self purification, yaitu proses
pemurnian kembali pada badan air yang terkena buangan limbah tanpa pengolahan/bantuan manusia,
dimana selama prosesnya meliputi tahapan -tahapan perbaikan kualitas air yang terdiri dari empat zone,
yaitu dimulai dari zone degradasi, zone pengurai aktif, zone perbaikan dan zone normal yang waktunya
dipersingkat. Penyingkatan waktu tersebut dapat dilakukan dengan cara melalui pengolahan limbah.

Teknologi Pengolahan Air Buangan secara umum terbagi menjadi 3 metode:

7
1. pengolahan secara fisika
2. pengolahan secara kimia
3. pengolahan secara biologi

Pengolahan fisik sering disebut pengolahan primer dengan maksud untuk mereduksi zat padat
tersusupensi dan tergantung dari waktu tinggal dalam bak pengendapan.

Pengolahan kimia sering disebut pengolahan sekunder yang bertujuan untuk mengendapkan partikel yang
mudah mengendap.
Pengolahan biologi sering pula disebut pengolahan sekunder dengan tujuan untuk mengurangi kandungan
bahan organik dalam limbah cair (BOD).

Pengolahan Fisik

Pada umumnya sebelum dilakukan pengolahan lanjutan terhadap air buangan diinginkan agar bahan -bahan
tersusupensi berukuran besar dan yang mudah mengendap atau bahan -bahan yang terapung disisihkan
terlebih dahulu. Metode -metode pengolahan secara fisik meliputi penyaringan, pengemdapan,
pengapungan, pengadukan dan pengeringan lumpur (Hammer, 1986).

1. Screen (Penyaringan)
Fungsinya adalah untuk menahan benda-benda kasar seperti sampah dan benda-benda terapung lainnya.
2. Equalisasi
Karakteristik air buangan dari industri seringkali tidak konstan, misalnya unsur -unsur pH, warna, BOD
dan sebagainya. Hal ini akan menyulitkan dalam pengoperasian suatu instalasi pengolahan air limbah,
sehingga dibuat suatu sistem equalisasi sebelum air limbah tersebut diolah.
3. Sedimentasi (Pengendapan)
Proses Pengendapan adalah pengambilan partikel -partikel tersuspensi yang terjadi bila air diam atau
mengalir secara lambat melalui bak. Partikel -partikel ini akan terkumpul pada dasar kolam, membentuk
suatu lapisan lumpur. Air yang mencapai outlet tangki akan berada dalam kondisi yang jernih. Proses
pengendapan yang terjadi dalam suatu bak pengendapan merupakan unit utama pada pengolahan fisik.
Ada dua macam bak pengendapan yaitu bak pengendapan dengan arah aliran horizontal dan aliran
vertikal.

4. Mixing dan Stiring (Pencampuran dan pengadukan)


Mixing adalah pencampuran dua zat atau lebih membentuk campuran yang homogen.
Stiring adalah pengadukan campuran homogen hasil mixing sehingga terjadi proses penggumpalan dari
zat -zat yang ingin dipisahkan dari air.

5. Pengeringan lumpur
Penurunan kadar lumpur yang dilakukan dengan pengolahan fisik yang terdiri dari salah satu atau
kombinasi unit -unit berikut :
1. Pengentalan lumpur (Sludge Thickener)
2. Pengeringan lumpur (Sludge Drying Bed)

Pengolahan Kimia

Pengolahan kimia untuk air yang dapat dilakukan pada pengolahan air
buangan industri adalah koagulasi -flokulasi, netralisasi, adsorbsi, dan
desinfeksi. Pengolahan ini menggunakan zat -zat kimia sebagai pembantu
yang bertujuan untuk menghilangkan partikel -partikel yang tidah mudah
mengendap (koloid), logam berat dan zat organik beracun. (Tjokrokusumo,
1995).

Pengolahan Biologi

Pengolahan biologi adalah pengolahan air limbah dengan memanfaatkan aktivitas biologi (aktivitas
mikroorganisme) dengan tujuan menyisihkan bahan pencemar dalam air limbah. Proses pengolahan biologi

8
adalah penurunan bahan organik terlarut dan koloid dalam air limbah menjadi serat -serat sel biologi
(berupa endapan lumpur), kemudian diendapkan pada bak sedimentasi. Proses ini dapat berlangsung
secara aerob (dengan bantuan oksigen) maupun anaerob (tidak dengan bantuan oksigen).

Ada 3 macam pengolahan biologi yang banyak diterapkan saat ini, yaitu:
1. Lumpur aktif.
2. Trickling filter.
3. Kolam oksidasi.

Diantara sistem pengolahan limbah secara biologi tesebut tricling filter dapat menurunkan nilai BOD
80 -90 %. Pada proses pengolahan biologi dengan menggunakan jenis trickling filter dengan cara
melewatkan air limbah ke dalam media filter yang terdiri dari materi yang kasar dan keras. Zat organik
yang terdapat di dalam air limbah diuraikan oleh bakteri dan mikroorganisme baru, sehingga populasi
mikroorganisme pada permukaan media filter semakin banyak dan membentuk lapisan seperti lendir
(slyme) (Metlaf, et .al, 1981).

Tabel 2. Efisiensi Pengolahan Limbah Cair

Proses Efisiensi Removal (%)


BOD TSS Sulfida
Screening
Sedimentasi
Koagulasi
Lagoon
Trickling Filter
Lumpur aktif
-
25 -62
41 -70
70
80 -90
85 -95
5 -10
69 -96
70 -97
80
70 -90
80 -95
-
5 -20
14 -50
-
70 -100
75 -100

(Sumber : Hammer, 1986)

9
Baku Mutu Limbah Cair

Sungai Bedog termasuk dalam pengendalian satuan air limbah


golongan II yang dinyatakan dalam Keputusan Gubernur Kepala Daerah
Istimewa Yogyakarta. Baku mutu limbah cair (Effluen) yang digunakan dalam
penelitian ini ditetapkan dalam Surat Keputusan Gubernur DIY Nomer
214/KPTS/1991, seperti yang akan disajikan pada tabel berikut :

Tabel 3. Baku Mutu Air Limbah Golongan II

No. Parameter Satuan Kadar Air Limbah Maksimum


(Effluen)
1. BOD mg/l 50
2. COD mg/l 100
3. Suspended Solid (SS) mg/l 200
4. pH -6 -9
5. Suhu oC 38

(Sumber : Surat Keputusan Gubernur DIY Nomer 214/KPTS/1991)

III. HASIL PENGAMATAN DI IPAL SEWON BANTUL


1. Letak IPAL Sewon Bantul
Instalasi pengolahan air limbah (IPAL) dibangun pada lahan seluas
6,7 Ha terletak di Dusun Diro dan Cepit, Desa Pendowoharjo, Kecamatan
Sewon, Kabupaten Bantul diperuntukkan bagi kota Yogyakarta dan
sebagian daerah kabupaten Sleman dan kabupaten Bantul. Pembangunan
IPAL dimulai tahun 1994 -Desember 1995 dan mulai beroperasi pada
tanggal 1 Januari 1996.

2. Pengolahan Air Limbah di IPAL Sewon Bantul


a. Klasifikasi pengolahan air limbah
Pengolahan air limbah domestik di IPAL Sewon Bantul menggunakan
proses pengolahan secara fisika biologi dan tidak menggunakan proses

10
12
secara kimia, maka pengolahan air limbah di IPAL Sewon Bantul dapat
dikelompokkan sebagai berikut :
1. Pengolahan pendahuluan (pre treatment)
Pengolahan pendahuluan yang digunakan meliputi saringan jeriji,
saringan kasar, bak equalisasi dan pengandap pasir (grift chamber).
2. Pengolahan pertama (primary treatment)
Pengolahan pertama adalah pengolahan yang bertujuan untuk
menghilangkan zat padat tercampur di dalam air limbah melalui
pengendapan atau pengapungan.
3. Pengolahan kedua (secondary treatment)
Pengolahan kedua yang digunakan dalam pengolahan air limbah
domestik di IPAL Sewon Bantul adalah aerasi dan pertumbuhan
bakteri.
4. Pengolahan lanjut (Ultimate disposal)
Pengolahan lanjut yang digunakan dalam pengolahan air limbah
domestik di IPAL Sewon Bantul adalah pengolahan lumpur agar
dapat dimanfaatkan kembali.
b. Unit pengolahan air limbah
Unit pengolahan air limbah yang digunakan dalam IPAL Sewon Bantul
meliputi:
1. Saluran pembawa
Air limbah yang dialirkan sebelum masuk IPAL melewati saluran
pembawa. Saluran pembawa berbentuk lingkaran terbuat dari beton
dengan diameter 100 - 130 cm.
2. Rumah pompa
Rumah pompa terdiri atas :
a. Bak equalisasi (equalition pond)
Tujuan bak equalisasi dalam IPAL :
. Untuk menjaga sistem pengolahan biologis dari pembebanan
bahan organik yang berfluktuasi.
. Untuk mengawasi derajat pH.

11
· Untuk meredam aliran yang masuk bagi sistem pengolahan
fisik.

· Untuk memberikan aliran yang kontinyu pada sistem


pengolahan biologis saat IPAL sedang tidak dioperasikan.

· Untuk memberikan kontrol kapasitas aliran air limbah yang lebih


merata.

· Mencegah masuknya konsentrasi zat beracun yang tinggi dalam

sistem pengolahan biologis.

Bak equalisasi di dalam IPAL dirancang secara khusus sebagai

bagian dari rumah pompa, sehingga dari luar fungsinya tidak

terlihat begitu jelas.

b. Saringan jeriji
Saringan jeriji terletak sebelum pompa angkat. Berfungsi untuk
memisahkan kotoran-kotoran seperti tas-tas plastik dan bahan
terapung lainnya dalam aliran masuk. Kotoran-kotoran tersebut
dipisahkan secara manual dengan penggaruk aluminium dari
ayakan jeriji dan dibuang minimal sehari sekali.
c. Water indicator level
Water indicator level berfungsi menunjukkan ketinggian air limbah
yang akan diolah dan jenis pengoperasian pompa. Ada dua jenis
pengoperasian pompa berdasarkan ketinggian air :
· Operasi pompa otomatis
· Operasi pompa manual
Jika ada peningkatan air limbah yang terjadi pada saat hujan
deras maka air limbah secara langsung dibuang ke sungai
menggunakan by pass, karena kualitas air limbah telah memenuhi
effluen standar yang dapat diterima oleh badan air penerima.
d. Pompa angkat
Pompa angkat jenis ulir (screw) berjumlah tiga buah dengan
kapasitas 10,7 m3/menit. Dimana dua unit operasional dan satu
unit sebagai cadangan. Keuntungan menggunakan pompa ulir :

12
14
. Saluran air limbah lanjutan tidak tersumbat oleh kotoran-kotoran
tas-tas plastik dan bahan-bahan terapung lainnya.
. Mampu menurunkan beban BOD air limbah sampai dengan
30%.
. Menghilangkan buih-buih tidak masuk ke dalam kolam fakultatif.
3. Bak penangkap pasir (Grift Chamber)
Grift Chamber digunakan untuk menyaring pasir, batu atau kerikil dan
material kecil lainnya dari limbah cair. Partikel yang diendapkan pada
Grift Chamber mempunyai berat jenis yang besar dan terdiri dari
partikel-partikel anorganik dan organik. Pada umumnya partikel yang
diendapkan pada Grift Chamber adalah pasir.
Grift Chamber di IPAL Sewon Bantul berjumlah satu buah dua jalur
dan dilengkapi dengan :
a. Pompa pasir
Pompa pasir yang digunakan berjenis pompa celup (submersible
pump) dengan spesifikasi alat berdiameter alat 100 x 1 m3/menit x
15 m x 5,5 kw.
b. Siklon pemisah
Siklon pemisah yang digunakan memiliki spesifikasi alat diameter
100 x 1 m3/menit dan berjumlah dua buah. Siklon pemisah ini
dihubungkan langsung dengan pipa keluaran dari pompa pasir.
Tanah dan pasir yang dikumpulkan pada dasar grift chamber
dihisap bersama kotoran oleh pompa pasir yang dipisahkan
menjadi padatan dan cairan di dalam siklon pemisah, lalu tanah
dan pasir yang sudah dipisah ditimbun pada ruang dasar siklon.
c. Saringan kasar
Saringan kasar yang digunakan berjumlah dua buah dengan
spesifikasi alat W 2000 x 40 mm (ukuran mesh). Berfungsi untuk
menghilangkan kotoran-kotoran plastik dan kotoran mengapung
lainnya yang lolos dari saringan jeriji. Kotoran tersebut dihilangkan
dari saringan kasar dengan cara manual dengan penggaruk
aluminium satu atau dua kali dalam sehari.

13
15
4. Laguna aerasi fakultatif
Laguna aerasi fakultatif merupakan salah satu jenis pengolahan air
limbah secara biologis dengan memanfaatkan tiga jenis bakteri, yaitu
bakteri aerob, anaerob dan fakultatif (aerob-anaerob) untuk
mendegradasi kandungan bahan pencemar yang terdapat dalam air
limbah.
Laguna aerasi fakultatif dirangkai dalam dua kolam pararel dan tiap
kolam terdiri dari dua buah kolam atau laguna, dengan demikian
semuanya berjumlah empat kolam atau laguna. Dengan demikian
semuanya berjumlah empat kolam. Tiap kolam dilengkapi dengan
aerator berjenis surface aeration dan waktu tinggal air limbah di
laguna aerasi fakultatif . 5,5 hari.
Laguna aerasi fakultatif juga dilengkapi dengan :
a. Aerator
Aerator yang digunakan berjumlah empat buah, type surface
aeration dengan spesifikasi alat diameter 2000 x 48 rpm x 30 kw.
Aerator dioperasikan berdasarkan laju alir masukan kotoran, untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel :
Tabel 4. Standar operasi aerator untuk setiap laju aliran masukan kotoran
Laju aliran masukan dari
kotoran (m3/hari)
3.874 7.750 11.625 15.500
Laju alir masukan dari kotoran
(%)
25 50 50 100
Jumlah aerator yang beroperasi 2 2 4 4
Aerator yang dioperasikan No 1-1
No 2-1
No 1-1
No 1-1
No 1-1/1-2
No 2-1/2-2
No 1-1/1-2
No 2-1/2-2
(Sumber : Luqman Hakim, 2000)

14
No 1-1 No 1-2 No 1
Laguna Aerasi Laguna Aerasi Kolam
Fakultatif Fakultatif pertumbuhan
Aliran
Masuk Aliran
keluar
No 2-1 No 2-2 No 2
Laguna Aerasi Laguna Aerasi Kolam
Fakultatif Fakultatif pertumbuhan
Gambar 2. Diagram alir proses pengolahan

Meskipun laju alir masukan dari kotoran lebih kecil dari laju alir
rancangan, kotoran harus tetap diumpan ke saluran laguna. Jika
laju alir masukan dari kotoran 80% lebih kecil dari harga
rancangan, maka dapat dioperasikan hanya satu kolam saja (No.
1-1/1-2 atau No. 2-1/2-2). Pada kasus ini aerator No. 1-1/1-2 atau
No. 2-1/2-2 harus dioperasikan.

b. Kapal utama unit pembuangan lumpur


Kapal utama unit pembuangan lumpur satu buah dengan
spesifikasi alat W 2300 x L 6000 X H 1000 bertenaga mesin.
Berdasarkan harga rancangan 3300 m3 (110.000 orang dalam
daerah layanan dan menghasilkan lumpur 30 lt/orang.th : (110.000
orang x 30 lt/org.th x 1000 = 3300 m3/th) lumpur per tahun akan
terkumpul dalam laguna aerasi fakultatif.
Alat pembuang lumpur yang digunakan terdiri dari atas sebuah
unit penghisap dengan kapasitas 20 m3/jam (kandungan 20 %
padatan dan 80 % cairan) pada sebuah kapal utama.
c. Indikator ikan
Ikan digunakan sebagai bioindikator terhadap tingkat pemulihan
kualitas air melalui proses pengolahan. Jika ikan yang dijadikan
indikator mati, maka hal itu menunjukkan bahwa kualitas air limbah
masih jelek.

15
5. Kolam pematangan
Air limbah yang telah diolah di kolam fakultatif dialirkan ke kolam
pematangan dengan maksud untuk menstabilkan air limbah sebelum
dibuang ke badan air. Kolam pematangan terdiri dari dua sistem yang
dirangkai secara pararel dengan kolam fakultatif. Setelah
penghilangan kotoran organik dan bakteri collon bacilli, limbah
olahan selanjutnya di alirkan ke dalam Sungai Bedog melalui pipa
beton dan saluran terbuka.
6. Tempat pengeringan lumpur (sludge drying bed)
Lumpur yang terkumpul dai dalam laguna aerasi fakultatif di buang
ke tempat pengeringan dengan menggunakan unti pembuangan
lumpur setahun sekali. Tempat pengeringan lumpur keseluruhannya
terdiri dari 25 kolam, dibagi menjadi tiga bagian. Bagian No. 1 terdiri
dari 9 kolam dan bagian No.2/No.3 masing-masing terdiri dari 8
kolam. Kapasitas efektif dari satu kolam sekitar 240 m3. Jika
konsentrasi lumpur 20 % maka kapsitas unit pembuangan lumpur
adalah 20 m3/jam. Sehingga satu kolam pengering akan penuh dalam
dua hari jika waktu operasi 6 jam/hari. Lumpur yang berada pada
tempat pengeringan lumpur terbagi menjadi lapisan atas yang jernih
dan lumpur yang kental pada bagian bawah. Batang penutup
dipindahkan untuk mengeluarkan lapisan atas yang jernih dari tempat
pengeringan. Operasi seperti ini diulangi untuk mengentalkan lumpur
hingga cairan tidak dapat dipisahkan lagi. Setelah lumpur
dikeringkan dengan panas matahari sampai bisa dikeluarkan dengan
pengeruk/sekop. Setelah dikeringkan di terik matahari 2-3 bulan,
lumpur kering dibawa dengan sebuah lori dan dibuang di tempat
pembuangan lumpur.
c. Proses pengolahan air buangan
Air limbah domestik yang berasal dari kota Yogyakarta dan
sebagian Kabupaten Sleman serta Kabupaten Bantul dialirkan melalui
jaringan pipa yang telah ada pada jaman Belanda. Sistem jaringan pipa
yang menuju ke IPAL juga dilengkapi dengan pipa penggelontor.

16
Fungsi dari pipa penggelontor adalah untuk melarutkan
sampah-sampah yang ada dalam pipa-pipa yang tidak disingkirkan
akan menghambat laju aliran air limbah ke IPAL. Air penggelontor
diambil dari empat inlet, yaitu Dam Bendolele, Dam Pogung, Dam
Prawirodirjan dan Selokan Mataram.

IPAL sebagai tujuan akhir merupakan titik terendah


dibandingkan dengan jaringan pipa keseluruhan, sehingga jaringan pipa
air limbah ini memanfaatkan sistem pengaliran secara gravitasi dalam
pengaliran air limbahnya.

Limbah kota (kotoran) dipompakan ke dalam grift chamber


dengan menggunakan pompa angkat. Sebelum pompa angkat tersebut
dipasangi jeriji untuk melindungi pompa dari kerusakan akibat bendabenda besar seperti sampah.
Pompa angkat tersebut jenis ulir (screw).
Pompa tersebut menghisap limbah secara kontinu tanpa tersumbat oleh
kotoran-kotoran yang terbawa aliran limbah. Pada IPAL ini dipasang
tiga buah pompa, dimana satu buah sebagai cadangan. Pompa jenis
screw dapat dikendalikan secara otomatis berdasarkan kuantitas air
limbah yang mengalir.

Dengan pompa angkat limbah kotor dituangkan ke dalam grift


chamber dimana kotoran-kotoran kasar dan berat seperti tanah dan
pasir akan mengendap. Keluaran dari grift chamber dialirkan ke
saringan kasar untuk menangkap kotoran-kotoran seperti kantung
plastik, ranting kayu dan kotoran lainnya akan mengendap dan
berkumpul di dasar grift chamber. Kotoran tersebut kemudian dialirkan
dengan menggunakan pompa celup (submersible pump) dan akan
dipisahkan dari limbah cair dan padatan dengan menggunakan siklon
pemisah. Kemudian padatan ditampung dalam hooper yang berada di
bawah siklon dan dibuang secara berkala, sedangkan limbah cair
dikembalikan ke dalam grift chamber. Limbah kotor yang telah diolah
secara fisik tersebut diumpankan melalui tangki distribusi ke laguna
aerasi fakultatif. Laguna aerasi fakultatif sibagi dalam dua jalur dan tiap
jalur terdiri dari dua kolam yang dirangkai secara seri. Di dalam laguna
aerasi fakultatif, kotoran-kotoran organik yang terkandung dalam limbah

17
kotor akan diuraikan dan dihilangkan secara biokimiawi dengan
bantuan bakteri aerobik dan anaerobik.

Pada permukaan laguna aerasi fakultatif, aerator mekanis


dipasang untuk memasok oksigen, kemudian kotoran organik diuraikan
oleh bakteri aerobik secara bersamaan pada bagian dasar atau bawah
laguna yang tidak mengandung oksigen terjadi penguraian kotoran
organik oleh bakteri anaerobik. Setelah penghilangan kotoran organik di
laguna aerasi, limbah olahan tersebut dialirkan ke kolam pertumbuhan
seperti halnya laguna aerasi fakultatif, kolam pertumbuhan juga terdiri
dari dua sistem yang dirangkai secara pararel. Setelah penghilangan
kotoran selanjutnya dialirkan ke dalam Sungai Bedog melalui pipa beton
dan saluran terbuka.

Lumpur yang mengendap di dasar laguna aerasi fakultatif,


diurai oleh bakteri anaerobik dan lumpur tersebut harus dikuras atau
dihisap setiap satu sampai dua tahun sekali secara vakum dengan
menggunakan ejector udara. Lumpur yang terkumpul dihisap dan
kemudian ditampung di dalam bak-bak pengeringan lumpur. Kemudian
lumpur dikeringkan secara alamiah, selanjutnya lumpur kering tersebut
dimusnahkan di tempat pengolahan limbah padat yang berada di luar
lahan pengolahan limbah kota ini.

3. Standar Rancangan
Sebagai salah satu unit pengolahan air limbah terpadu, maka IPAL
Sewon Bantul dibangun berdasarkan Master plant yang disebut proyek
pembangunan kota Yogyakarta (Yogyakarta Urban Development
Project/YUDP) agar tujuan dari dibangunnya IPAL ini dapat terpenuhi
dengan baik.

a. Kuantitas limbah kota/kualitas air.


IPAL Sewon Bantul dibangun berdasarkan Master plant yang dibuat
oleh proyek pembangunan kota Yogyakarta diperuntukkan untuk
mengolah air limbah domestik.

18
20
Berdasarkan data analisa kuantitas air limbah domestik kota Yogyakarta
maka diketahui :
. Kuantitas limbah kota rata-rata : 15.500 me/hari (179,4 lt/det)
. Kuantitas maksimum per jam 1282 m3/jam (356 lt/det)
. Beban BOD influen : 5103 kg/hari (46 g/orang/hari)
. Konsentrasi BOD aliran masuk : 332 mg/l
. Konsentrasi BOD aliran keluar : 30 - 40 mg/l
. Pengurangan BOD : 90%.
4. Diagram Alir proses pengolahan
Dari penjelasan kuantitas dan kualitas air limbah domestik yang akan
diolah maka di design alat-alat pengolahan yang dimaksudkan agar air
limbah domestik tersebut memenuhi baku mutu yang ditetapkan. Pengolahan
tesebut pada dasarnya terdiri dari satuan operasi dan satuan proses yang
keduanya saling terkait dan menetukan daya guna atau efisiensi bangunanbangunan
pengolahan, yang kemudian menghasilkan effluent yang
memenuhi baku mutu yang ditetapkan. Prosedur lengkap pengolahan air
limbah domestik digambarkan dalam diagram alir proses sebagai berikut :
Aliran Saringan Grift Saringan Laguna Aerasi
Masuk jeriji Chamber kasar Fakultatif
Kolam pertumbuhan Aliran keluar Pengering
lumpur
Gambar 3. Diagram Alir Proses Pengolahan IPAL Sewon Bantul
5. Data Teknis
Berdasarkan diagram alir proses pengolahan, maka didapatkan data
teknis rancangan instalasi pengolahan air limbah sebagai berikut seperti
ditunjukkan pada tabel

19
Tabel 5. Data Teknis IPAL Sewon Bantul

Kapasitas instalasi 15.500 m3/hari(179,4 l/det)


4 kolam fakultatif
2 kolam pematanganRumah pompa 10,7 m3/menit x 3 unit 2 unit operasioanlI unit cadanganKolam
Fakultatif 77 m x 70 m x 4 m x 4 bak 5,5 hari (waktupenyimpanan)
Bak pengendapan pasir 2 m x 9 m x 1,2 m x 2 bak 60 detik (waktupenyimpanan)
Kolam pematangan 77 m x 70 m x 2m x 2
kolam
5,5 hari (waktupenyimpanan)
Bak pengering lumpur 34 m x 232 m x 0,5 m 1,3 hari (waktupenyimpanan) 4.000 m3
Fasilitas gedung 390 m2 Laboratorium dan lain-lain

(Sumber : Dinas Pekerjaan Umum DIY, 2002)

6. Utilitas
Dalam pengoperasian IPAL dilengkapi dengan beberapa sarana dan
prasarana pendukung yang akan memperlancar proses operasi, beberapa
sarana tersebut antara lain :

1. Pengadaan air
Sumber air untuk berbagai keperluan, seperti mandi, kloset, kran untuk
menyiram dan air proses disediakan dari PAM Kabupaten Bantul dan air
tanah. Air dari PAM ditampung terlebih dahulu, kemudian dialirkan ke
alat-alat plumbing.
2. Pengadaan listrik.
Sumber listrik terdiri dari dua sumber, yaitu dari PLN, dan genset milik
IPAL yang berfungsi sebagai cadangan apabila listrik mati, maka genset
akan menyala secara otomatis. Listri dimanfaatkan untuk
pengoperasian beberapa alat antara lain :
a. Aerator
Jumlah aerator di IPAL ada empat buah yang dipasang pada tempat
laguna sebesar 30 kva yang dapat menyediakan oksigen 183
kgO2/jam/unit.
b. Lift pump
Dalam rumah pompa terdapat tiga lift pump dengan daya sebesar 15
kva/unit yang mampu mengangkat air sebanyak 10,7 m3/menit unit
dimana satu pompa untuk cadangan.

20
c. Hidran
Terdapat delapan buah hidran yang tersebar di sekitar lokasi IPAL.
d. Pompa lumpur
Berfungsi untuk menyedot lumpur kemudian disalurkan ke hopper
dan cairannya dikembalikan ke grift chamber.
e. Derek
Terdapat di grift chamber untuk mengangkat pasir dan di laguna
aerasi fakultatif untuk mengangkat perahu atau boat.
f. Peralatan listrik lainnya
Macam-macam alat listri lainnya untuk mendukung operasi IPAL,
diantaranya terdiri atas : lampu penerangan di dalam dan di luar
gedung, AC, kipas angin, inkubator, heater, destilised dan lain-lain.
Keseluruhannya menggunakan listrik dan memerlukan daya sebesar
315.000 watt.
g. Transportasi
Dalam menunjang kelancaran operasional, maka IPAL dilengkapi
dengan truk untuk mengangkut sampah yang berasal dari bar screen,
mengangkat lumpur dan juga untuk keperluan lainnya. Tiga buah
sepeda motor dan satu mobil sebagai sarana para karyawan untuk
kelancaran tugas sehari-hari.
7. Tarif Retribusi
Tarif retribusi air limbah di Kotamadya Yogyakarta yang masuk ke
saluran air kotor kemudian diolah di IPAL Sewon Bantul diatur berdasarkan
PERDA No. 9 tahun 1991. Tarif tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :

1.

DAMPAK PENCEMARAN AIR:

I. Nilai pH, keasaman dan alkalinitas


Nilai pH normal adalah sekitar netral, antara pH 6 sampai 8 (ph 7).
pH < 7 bersifat asam dan pH > 7 bersifat basa (alkali).
Perubahan pH air ke arah asam maupun ke arah alkali akan mengganggu kehidupan ikan dan biota
air lainnya. Selain itu air yang bersifat asam sangat korosif terhadap besi dan baja yang dapat
menyebabkan pengkaratan pada pipa-pipa besi penyaluran air.

II. Suhu
Dalam proses industri air sering digunakan sebagai medium pendingin. Proses ini menyebabkan
kenaikan suhu pada medium air tersebut. Hal ini meyebabkan badan air penampung buangan air
limbah tersebut menerima sejumlah panas sehingga suhu air naik.
Kenaikan suhu air akan menurunkan konsentrasi oksigen terlarut, akibatnya ikan dan hewan air
lainnya akan mati karena kekurangan oksigen.

III. Warna, bau dan rasa


 Warna air yang tidak normal biasanya menunjukkan adanya polusi. Kelarutan bahan anorganik
dan bahan organik di dalam air akan memberikan warna yang spesifik. Contoh air buangan yang
mengandung besi/tanin dalam jumlah tinggi akan berwarna merah kecoklatan.
 Bau (odor) dapat berasal langsung dari air buangan/air limbah atau dapat pula berasal dari
degradasi (penguraian) bahan buangan oleh mikroba yang hidup di dalam air.
 Air yang mempunyai bau tidak normal juga dianggap mempunyai rasa yang tidak normal.

IV. Jumlah padatan


Berdasarkan ukuran partikelnya dan sifat kelarutannya, padatan dapat dibagi menjadi:
1. Padatan terendap (sedimen);
2. Padatan tersuspensi;
3. Padatan terlarut.

21
 Sedimen adalah padatan yang dapat langsung terendap bila air didiamkan beberapa saat.
Terdiri dari partikel-partikel padatan berukuran relatif besar dan berat sehingga dapat
mengendap dengan sendirinya contoh pasir dan lumpur.
 Padatan tersuspensi terdiri dari partikel-partikel yang ukuran maupun beratnya lebih kecil
dari sedimen, misalnya tanah liat, bahan-bahan organik tertentu, sel-sel mikrtoorganisme, dsb.
Air buangan dari industri-industri makanan, terutama industri fermentasi, dan industri tekstil
sering mengandung padatan tersuspensi dalam jumlah relatif tinggi.
 Padatan terlarut adalah padatan-padatan yang mempunyai ukuran lebih kecil dari padatan
tersuspensi. Terdiri dari senyawa anorganik dan organik yang larut air, mineral dan garam-
garamnya. Contoh air buangan industri kimia sering mengandung mineral seperti merkuri (Hg),
timbal (Pb), cadmium (Cd), khromium (Cr), nikel (Ni), chlor (Cl), serta garam-garam calsium
(Ca) dan magnesium (Mg) yang mempengaruhi kesadahan air. Selain itu air buangan rumah
tangga dan industri pencucian sering mengandung sabun, deterjen dan surfaktan.
Adanya sedimen dalam badan air sangat merugikan karena hal-hal berikut:
 Sedimen yang mengendap di dasar sungai dapat mengurangi populasi ikan dan hewan-
hewan air lainnya karena telur-telur ikan dan sumber-sumber makanan mungkin terendam di
dalam sedimen.
 Sedimen mengurangi penetrasi sinar sehingga mengurangi kecepatan fotosintesis oleh
tanaman air. Hal ini menyebabkan konsentrasi oksigen terlarut ( dissolved oxygen=DO)
menurun sehingga menggangu kehidupan ikan dan biota air lainnya.

V. Nilai BOD/COD
Air dikategorikan sebagai air terpolusi jika konsentrasi oksigen terlarut di bawah batas minimal
(DO = 6 ppm) untuk kehidupan biota.
Oksigen terlarut di dalam air dapat berasal dari:
1. reaksi fotosintesis oleh tumbuhan air dengan bantuan sinar matahari
2. difusi lambat oksigen atmosfer ke dalam air.
Penyebab utama berkurannya oksigen terlarut di dalam air adalah adanya penguraian bahan-bahan
buangan (bahan-bahan organik) yang memerlukan oksigen, dimana mikroorganisme (bakteri) akan
mengkonsumsi oksigen yang ada untuk menguraikan atau mengoksidasi bahan-bahan buangan
tersebut.
Mikroorganisme yang berperan dalam penguraian bahan-bahan organik adalah bakteri aerobik
yang memerlukan oksigen. Mikroorganisme yang tidak memerlukan oksigen disebut bakteri
anaerobik.
Jika konsentrasi oksigen terlarut sudah terlalu rendah, maka bakteri aerobik tidak dapat hidup
dan berkembang biak, sehingga kondisi aerobik (adanya oksigen) akan berubah menjadi kondisi
anaerobik (tanpa oksigen) dimana bakteri anaerobik akan aktif menguraikan bahan-bahan organik
tersebut.
Penguraian secara anaerobik sering menghasilkan senyawa-senyawa seperti amin dan H2S yang
berbau anyir dan busuk, sehingga perubahan kondisi aerobik ke kondisi anaerobik tidak
dikehendaki.
Uji terhadap bahan-bahan buangan tersebut dilakukan dengan menggunanakn uji BOD
(Biochemical Oxygen Demand) dan uji COD (Chemical Oxygen Demand).
Nilai BOD menunjukkan jumlah oksigen terlarut (DO) yang dibutuhkan oleh mikroorganisme
untuk memecah (mendegradasi) atau mengoksidasi bahan-bahan organik di dalam air.
Uji BOD dilakukan pada suhu 20 oC selama 5 hari. Hal ini merupakan standar uji BOD yang dikenal
dengan nama BOD5.
Efisiensi uji BOD ini hanya mencapai 68% terhadap bahan organik yang terdioksidasi. Untuk
mencapai 100% bahan organik yang teroksidasi diperlukan waktu 20 hari bahkan lebih sehingga
dianggap tidak efisien.
Air buangan domestik mempunyai BOD kira-kira 200 ppm sedangkan limbah pengolahan pangan
lebih tinggi kira-kira 1000 ppm bahkan lebih.
Nilai COD menunjukkan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bahan oksidan (K2Cr2O7 / kalium
dikhromat) untuk mengoksidasi bahan-bahan organik di dalam air.

22
Uji COD lebih cepat dibanding uji BOD, dimana 90% hasil uji COD yang dilakukan selam 10 menit
kira-kira setara dengan uji BOD selama 5 hari.
Prosedur uji COD antara 5 menit sampai 2 jam.
Nilai COD selalu lebih tinggi dari nilai BOD karena ada bahan-bahan yang tidak dapat diurai pada
uji BOD yang stabil terhadap reaksi biologi dan mikroorganisme, dalam uji COD dapat ikut
teroksidasi, contoh lignin dan selulosa.

VI. Kandungan minyak


Minyak dan lemak yang mencemari air sering dimasukkan ke dalam kelompok padatan, yaitu
padatan yang mengapung di atas permukaan air. Minyak yang terdapat di dalam air dapat berasal
dari berbagai sumber, seperti: pembersihan dan pencucian kapal-kapal di laut, pengeboran minyak
lepas pantai, kebocoran kapal pengangkut minyak dan sumber lainnya misalnya dari buangan
pabrik.
Pencemaran air oleh minyak sangat merugikan karena dapat menimbulkan hal-hal berikut:
1. Adanya minyak menyebabkan penetrasi sinar ke dalam air berkurang.
2. Lapisan minyak menghambat difusi oksigen ke dalam air, sehingga konsentrasi
oksigen terlarut menurun.
3. Bulu-bulu burung yang berenang akan ditutupi minyak dan lengket, sehingga
kemampuan terbangnya akan menurun.
4. Penetrasi sinar dan oksigen yang menurun dengan adanya minyak dapat
mengganggu kehidupan biota air.
Disamping itu, beberapa komponen yang menyusun minyak juga bersifat racun terhadap berbagai
hewan maupun manusia, bahkan dapat menyebabkan kematian.

VII. Pencemaran mikroorganisme patogen


Mikroorganisme yang terdapat dalam air berasal dari berbagai sumber seperti udara, tanah,
sampah, lumpur, tanaman hidup atau mati, bangkai hewan, kotoran manusia, bahan organik lainnya,
dan sebagainya.
Mikroorganisme sangat berperan dalam degradasi bahan-bahan organik. Kalau bahan buangan yang
akan didegradasi cukup banyak, berarti mikroorganisme akan ikut berkembang biak. Pada
perkembangbiakkan mikroorganisme ini tidak menutup kemungkinan mikroorganisme patogen juga
ikut berkembang pula.
Mikroorganisme patogen adalah mikroorganisme/mikroba yang berbahaya bagi kesehatan manusia.
Mikroba patogen yang sering ditemukan dalam air terutama adalah bakteri-bakteri penyebab
infeksi saluran pencernaan seperti Vibrio cholerae (penyebab penyakit kolera), Shigella
dysenteriae (disentri basiler), Salmonella typhosa (tifus), virus polio dan hepatitis, dan
Entamoeba histolytica (disentri amuba). Untuk mencegah penyebaran penyakit melalui air perlu
dilakukan kontrol terhadap polusi air.
Keberadaan mikroorganisme dipengaruhi oleh faktor-faktor fisik seperti: suhu, pH, tekanan
osmotik, tekanan hidrostatik, aerasi, dan penetrasi sinar matahari.
Di dalam air buangan selain dipengaruhi oleh faktor-faktor fisik juga dipengaruhi oleh jenis
polutan air, misalnya air yang terpolusi oleh kotoran manusia dan hewan mengandung bakteri-
bakteri seperti: Escherichia coli, Streptococus fecal, atau Clostridium perfringens.

Bakteri Indikator Polusi


Bakteri indikator polusi adalah bakteri yang dapat digunakan sebagai petunjuk adanya polusi
kotoran (feses) manusia atau hewan.
Bakteri ini merupakan organisme umum yang terdapat di dalam saluran pencernaan manusia
maupun hewan.
Bakteri Escherichia coli (E.coli) merupakan organisme yang umum diuji sebagai Indikator Polusi
dan dikenal dengan nama Uji Koliform Fekal. Hal ini dikarenakan Uji laboratorium terhadap E.coli
dianggap lebih mudah dibanding uji bakteri lainnya karena sifatnya yang menguntungkan.
Jika ternyata uji koliform fekal menunjukkan hasil positif, bararti contoh air yang diuji diduga
juga mengandung bakteri-bakteri patogen lainnya yang sering ditemukan di dalam saluran
pencernaan.

23
Air yang memenuhi syarat sebagai air minum tidak boleh mengandung bakteri golongan koli dalam
100 ml contoh air yang dianalisa.

VIII. Kandungan logam berat


Air sering tercemari oleh komponen anorganik, di antaranya berbagai jenis logam berat yang
berbahaya. Beberapa logam berat banyak digunakan dalam berbagai keperluan sehingga
diproduksi secara kontinyu dalam skala industri. Oleh karena itu, industri-industri logam berat
harus mendapat pengawasan yang tepat sehingga tidak membahayakan bagi pekerja dan
lingkungan sekitarnya.
Logam berat yang berbahaya dan sering mencemari lingkungan, yang terutama adalah Merkuri
(Hg), Timbal (Pb), Arsenik (As), Kadmium (Cd), Kromium (Cr), dan Nikel (Ni). Logam-logam berat
tersebut diketahui dapat mengumpal di dalam tubuh suatu organisme dan tetap tinggal dalam
tubuh dalam jangka yang lama sebagai racun yang terakumulasi. Dua macam logam berat yang
sering mengkontaminasi air adalah Merkuri dan Timbal.

IX. Kandungan bahan radioaktif


Aktivitas yang berpotensial menghasilkan polusi dari bahan radioaktif antara lain:
1. Peleburan dan pengolahan logam untuk memproduksi komponen radioaktif
(Logam uranium).
2. Penggunaan bahan radioaktif untuk senjata nuklir.
3. Penggunaan Bahan radioaktif untuk pembangkit tenaga nuklir.
4. Penggunaan bahan radioaktif untuk pengobatan, industri, dan penelitian.
Bahan radioaktif yang sering mencemari air, yaitu Strontium-90 (96Sr) dan Radium-226 (226Ra).

Penanganan

I. Mengurangi Volume Sampah


Pengurangan Volume Sampah dengan pendekatan Sistem 3R (Reuse, Reduce, dan Recycle)

Reuse : Memanfaatkan kembali sampah yang masih bernilai ekonomis


Reduce : Mengurangi pemakaian produk yang berkontribusi besar menghasilkan
sampah
Recycle : Mengolah kembali sampah menjadi produk yang bernilai ekonomi, contoh kompos

II. Remediasi
Remediasi adalah kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah yang tercemar.

Ada dua jenis remediasi tanah, yaitu in-situ (atau on-site) dan ex-situ (atau off-site).
Pembersihan on-site adalah pembersihan di lokasi. Pembersihan ini lebih murah dan lebih mudah,
terdiri dari pembersihan, venting (injeksi), dan bioremediasi.
Pembersihan off-site meliputi penggalian tanah yang tercemar dan kemudian dibawa ke daerah
yang aman. Setelah itu di daerah aman, tanah tersebut dibersihkan dari zat pencemar. Caranya
yaitu, tanah tersebut disimpan di bak/tanki yang kedap, kemudian zat pembersih dipompakan ke
bak/tangki tersebut. Selanjutnya zat pencemar dipompakan keluar dari bak yang kemudian
diolah dengan instalasi pengolah air limbah. Pembersihan off-site ini jauh lebih mahal dan rumit.

24
III. Bioremediasi
Bioremediasi adalah proses pembersihan pencemaran tanah dengan menggunakan mikroorganisme
(jamur, bakteri). Bioremediasi bertujuan untuk memecah atau mendegradasi zat pencemar
menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak beracun (karbon dioksida dan air).

Jenis-jenis bioremediasi adalah sebagai berikut:


 Biostimulasi

Nutrien dan oksigen, dalam bentuk cair atau gas, ditambahkan ke dalam air atau tanah
yang tercemar untuk memperkuat pertumbuhan dan aktivitas bakteri remediasi yang telah
ada di dalam air atau tanah tersebut.
 Bioaugmentasi

Mikroorganisme yang dapat membantu membersihkan kontaminan tertentu ditambahkan ke


dalam air atau tanah yang tercemar. Cara ini yang paling sering digunakan dalam
menghilangkan kontaminasi di suatu tempat. Namun ada beberapa hambatan yang ditemui
ketika cara ini digunakan. Sangat sulit untuk mengontrol kondisi situs yang tercemar agar
mikroorganisme dapat berkembang dengan optimal. Para ilmuwan belum sepenuhnya
mengerti seluruh mekanisme yang terkait dalam bioremediasi, dan mikroorganisme yang
dilepaskan ke lingkungan yang asing kemungkinan sulit untuk beradaptasi.
 Bioremediasi Intrinsik

Bioremediasi jenis ini terjadi secara alami di dalam air atau tanah yang tercemar.

Pengolahan Limbah Industri


Limbah diolah dengan tujuan untuk mengambil bahan-bahan berbahaya di dalamnya
dan/atau mengurangi/menghilangkan senyawa-senyawa kimia maupun non-kimia yang berbahaya
dan beracun. Jadi, limbah harus diolah terlebih dahulu sebelum dibuang jika mengandung bahan
pencemar yang mengakibatkan rusaknya lingkungan, atau paling tidak berpotensi menciptakan
pencemaran. Meskipun kebanyakan limbah perlu diolah sebelum dibuang, namun tidak selamanya
limbah harus diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke lingkungan. Mekanisme pengolahan dapat
dilihat pada gambar berikut.

25
BAHAN BAKU
Sumber Daya Lingkungan

Industri

Produk

Limbah Beracun & Berbahaya


Konsumen

Pengolahan

Daur-Ulang Pembuangan Limbah

Produk
Pengolahan

Konsumen Limbah

Pembuangan
Memenuhi syarat

Pengolahan Limbah Cair

26
MATA KULIAH
PENANGANAN LIMBAH

Disusun Oleh :
Ir. Victor Meyer Sandy

FAKULTAS

27

Anda mungkin juga menyukai