Skripsi 1
Skripsi 1
Pendahuluan
Kabupaten Maluku Barat Daya adalah salah satu kabupaten di Provinsi Maluku,
Indonesia. Ibukota-nya adalah Tiakur, Moa. Kabupaten ini dibentuk berdasarkan Undang-
Undang Nomor 31 Tahun 2008 yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Maluku
Tenggara Barat. Sebagai sebuah kabupaten yang baru dimekarkan, saat ini kabupaten
maka pemerintah dalam hal ini Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
(PUPR), melalui Balai Pembangunan Jalan Nasional Sembilan (BPJN IX) wilayah Maluku
dan Maluku Utara, gencar melakukan proyek-proyek pembangunan jalan dan jembatan
yang bertujuan untuk menghubungkan setiap desa dalam wilayah kabupaten MBD,
diantaranya adalah proyek pelaksanaan jalan pulau Wetar yang membawahi beberapa
jalan dan jembatan di wilayah tersebut, diantaranya adalah ketersediaan material proyek
1
yang secara alami memang tidak disediakan oleh alam dalam wilayah tersebut (kususnya
di pulau Tepa, Moa, Kisar dan Marsela), sehingga untuk mendapatkannya maka harus di
ambil dari luar daerah/pulau, di sisi lain sistim perhitungan kebutuhan material yang tidak
tepat juga turut berpengaruh dalam kelangsungan pekerjaan dan mengakibatkan terjadinya
pelaksanaan pekerjaan, penggunaan material menjadi efisien dan efektif sehingga tidak
terjadi masalah akibat tidak tersedianya material pada saat dibutuhkan. Perencanaan
menentukan bahan-bahan atau komponen-komponen apa yang harus dibuat atau dibeli,
material secara cepat dan tepat dapat lebih efisien. Untuk itu perlu dilakukan perencanaan
kebutuhan material secara menyeluruh yang tepat, sehingga dapat menjamin ketersediaan
Sesuai Standar Bina Marga (Studi Kasus Di Proyek Pelaksanaan Jalan Pulau Wetar
2
1.2 Rumusan Masalah
Adapun beberapa masalah yang dibahas dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Faktor-faktor apa saja yang menjadi variabel bebas dan variabel terikat dalam
material dari sebuah proyek konstruksi jalan dengan standar Bina Marga ?
1. Mengetahui Faktor – faktor apa saja yang menjadi variabel bebas dan variabel terikat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang digunakan sebagai acuan
estimasi pemakaian material di lapangan, dalam proyek konstruksi jalan bagi para
material proyek konstruksi jalan, akan memberikan kontribusi dalam estimasi perhitungan
antara rencana kebutuhan material dengan pemakaian material pada saat pelaksanaan
proyek konstruksi jalan standar Bina Marga kususnya di wilayah kabupaten MBD, dan
konstruksi jalan.
3
1.5 Batasan Masalah
1. Proyek konstruksi jalan yang akan ditinjau adalah yang desainnya berdasarkan standar
yang dikeluarkan oleh Bina Marga (revisi-3) dan contoh kasus berada di wilayah
kabupaten MBD.
2. Proyek konstruksi jalan yang diteliti adalah yang bertipe perkerasan lentur (flexible
3. Tinjauan yang dilakukan akan dibatasi pada material-mateial yang hanya digunakan
4
Bab II
Landasan Teori
bertujuan untuk menghasilkan produk yang unik dan hanya dilakukan dalam periode
sebagai kombinasi kegiatan-kegiatan yang saling berkaitan yang harus dilakukan dalam
menyatakan proyek merupakan bagian dari program kerja suatu organisasi yang sifatnya
Proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali
dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek. Suatu proses yang mengolah sumber
daya proyek (manpower, material, machines, method, money) menjadi suatu fisik
bangunan. Karateristik proyek konstruksi dapat dipandang dalam tiga dimensi, yaitu unik,
membutuhkan sumber daya, dan membutuhkan organisasi (Ervianto, 2005). Suatu proyek
konstruksi selalu menginginkan hasil yang terbaik dalam setiap hasil proyeknya. Baik
dalam segi bangunan, struktur yang mantap, keawetan bangunan dan anggaran dana yang
tidak melebihi anggaran. Proyek konstruksi akan sukses bila terciptanya harapan-harapan
awal mulai dari anggaran, sumber daya yang digunakan dan tepat waktu dalam pengerjaan.
Menurut Ervianto (2005) Proyek konstruksi dapat dibedakan menjadi dua jenis
5
1. Bangunan Gedung meliputi rumah, kantor dan lain-lain. Ciri-ciri dan
b. Pekerjaan dilaksanakan pada lokasi yang relatif sempit dan kondisi pondasi
2. Bangunan Sipil meliputi jalan, jembatan, bendungan, dan infrastruktur lainnya. Ciri-ciri
kepentingan manusia.
b. Pekerjaan dilaksanakan pada lokasi yang luas atau panjang kondisi pondasi sangat
Kedua kelompok bangunan tersebut sebenarnya saling tumpang tindih, tetapi pada
umumnya direncanakan dan dilaksanakan oleh disiplin ilmu perencana dan pelaksana yang
berbeda.
pelaksanaan, pengendalian dan koordinasi suatu proyek dari awal (gagasan) hingga
berakhirnya proyek untuk menjamin pelaksanaan proyek secara tepat waktu, tepat biaya
dan tepat mutu. Menurut Harold Koontz (1990) manajemen adalah proses merencanakan,
mengorganisir, memimpin dan mengendalikan kegiatan anggota serta sumber daya yang
lain untuk mencapai sasaran organisasi perusahaan yang telah ditentukan. Manajemen
6
proyek sendiri terbagi menjadi bagian-bagian ilmu yaitu manajemen waktu, manajemen
oleh perbandingan jadwal dengan kemajuan di lapangan pada akhir penyelesaian proyek,
adalah proses yang mencoba meletakkan dasar tujuan dan sasaran termasuk menyiapkan
segala sumber daya untuk mencapainya (Soeharto, 1999). Kunci utama keberhasilan
melaksanakan proyek tepat waktu adalah perencanaan dan penjadwalan proyek yang
lengkap dan tepat. Keterlambatan dapat dianggap sebagai akibat tidak dipenuhinya rencana
jadwal yang telah dibuat, karena kondisi kenyataan tidak sama/sesuai dengan kondisi saat
Keterlambatan proyek sering kali menjadi sumber perselisihan dan tuntutan antara
pemilik dan kontraktor, sehingga keterlambatan proyek akan menjadi sangat mahal
nilainya baik ditinjau dari sisi kontraktor maupun pemilik. Kontraktor akan terkena denda
pinalti sesuai dengan kontrak, disamping itu kontraktor juga mengalami tambahan biaya
overhead selama proyek masih berlangsung. Dari sisi pemilik keterlambatan proyek akan
7
Berdasarkan alasan tersebut diatas, maka seorang manajer proyek yang kompeten biasanya
akan mengambil langkah antisipasi yaitu melakukan usaha percepatan aktivitas proyek,
bila disinyalir adanya indikasi keterlambatan proyek, karena keterlambatan pada salah satu
keseluruhan mulai dari kondisi tanah dasar, lalu-lintas,lingkungan, sumber daya alam yang
berkaitan dengan material, sampai dengan pembiayaan dan proses pemeliharaan. EJ. Yoder
dan M.W. Witczak dalam bukunya Principles of Pavement Design (edisi kedua),
8
Dari gambar diatas dijelaskancbahwa proses desain secara garis besar dibagi dalam
empat tahap,yaitu :
c. Tinjau juga faktor lingkungan, yang akan memberikan faktor pengaruh regional.
Variabel input lainnya adalah jenis material yang akan memberikan parameter
rancangan, yaitu: jenis material tanah dasar,lapis pondasi dan lapis permukaan.
2. Memutuskan nilai - nilai desain yang bagaimana yang akan ditempuh, yang akan
memberikan resiko alternatif biaya yang berbeda-beda. Pada tahapan ini kondisi
3. Hasil pilihan struktur pada butir 3,harus dilakukan pemeriksaan lebih rinci yang
mengarah pada proses pemeriksaan kinerja struktur apakah akan cukup baik menerima
4. Disini dilakukan evaluasi dan re-evaluasi pemilihan yang telah dilakukan di langkah1,2
dan 3. Sudah dipertimbangkan pula masa pemeliharaan dan rekonstruksi selama umur
rencana, apakah memang memadai dengan semua asumsi yangada. Bila tidak sesuai
yang sudah diambil, tentunya dengan merubah pula asumsi-asumsi yang diambil pada
kriteria perancangan.
Tahapan - tahapan ini harus terinventarisasi dengan baik dalam suatu pangkalan
Dikemudian hari bilamana terjadi kesalahan, data inidapat dijadikan bahan kajian kembali
9
(review).Secara lebih luas lagi data dapat dijadikan bahan kajian untuk penelitian dan
b. Pengembangan wilayah
keseimbangan tata ruang wilayah yang sudah ada. Konsistensi pengembangan tidak
merubah peruntukan lahan yang sudah ada. Malahan dengan penempatan lokasi jalan yang
Kriteria perancangan jalan dan perkerasan harus mengikuti pola yang ada dan pola-
pola yang akan dikembangkan. Prediksi lalu-lintas dan prediksi perkembangan pola
perancangan konstruksi jalan raya), sasaran dari perancangan peningkatan jalan lama dapat
berupa:
10
a. Struktur perkerasan jalan lama sudah melampaui masa pelayanannya (umur rencana)
b. Struktur perkerasan jalan lama sudah melampaui masa pelayanannya (umur rencana),
namun masih berada dalam kondisi yang hanya memerlukan rehabilitasi dibeberapa
tempat saja.
c. Jalan lama dengan perubahan karakteristik lalu-lintas sehingga struktur perkerasan yang
penyebab lainnya.
Kriteria perancangan dan parameter-nya akan berbeda sesuai dengan sasaran dan
Pada kategori ini adalah perancangan bagi jalan-jalan untuk program peningkatan
jalan, pemeliharaan jalan, rehabilitasi jalan,rekonstruksi jalan dan pelapisan ulang jalan.
1. Jalur lalu-lintas, adalah bagian jalan yang digunakan untuk lalu-lintas kendaraan
2. Jalur adalah bagian jalur-lalu lintas yang memanjang,dibatasi oleh marka lajur jalan,
memiliki lebar yang cukup untuk dilewati suatu kendaraan bermotor sesuai kendaraan
rencana.
3. Bahu Jalan, adalah bagian jalan yang berdampingan ditepi jalur lalu-lintas, dan harus
diperkeras, berfungsi untuk lajur lalu-lintas darurat, ruang bebas samping dan
11
4. Median,adalah bagian jalan yang secara fisik memisahkan dua jalur lalu-lintas yang
menyalurkan air ke saluran tepi. Dapat juga berarti lerengkiri-kanan jalan dari suatu
1. Badan Jalan, adalah bagian jalan yang meliputi seluruh jalur lalu-lintas,trotoar,median
dan bahu jalan,serta talud/lereng badan jalan,yang merupakan satu kesatuan untuk
bangunan konstruksi jalan, terhadap struktur lain untuk tidak masuk kawasan jalan.
3. Perkerasan Jalan, adalah lapisan konstruksi yang dipasang langsung diatas tanah dasar
badan jalan pada jalur lalu lintas yang bertujuan menerima dan menahan beban
4. Perkerasan jalan lentur (flexible pavement), yang mana bahan perkerasan tersebut
5. Perkerasan jalan kaku (rigid pavement), disebut juga sebagai perkerasan beton semen
6. Tanah dasar (sub grade), adalah lapisan tanah asli/tidak asli yang disiapkan/diperbaiki
7. Lapis pondasi bawah (sub-base course), adalah bagian struktur perkerasan jalan, yang
terletak diatas lapis tanah dasar, untuk perkerasan lentur biasa terdiri dari bahan batu
12
pecah, stabilisasi semen, stabilisasi kapur atau bahan lainnya, sedang untuk perkerasan
8. Lapis pondasi atas (base-course) adalah lapisan diatas lapis pondasi bawah,pada
perkerasan lentur berupa aggregat atau campuran aggregat dan aspal, sedangkan pada
9. Lapis permukaan (surface course),adalah lapis paling atas dari perkerasan jalan,pada
pelat beton. Secara alternatif dibawah lapis ini ada binder course juga berupa
10. Lapis resap pengikat (prime coat), adalah berupa leburan aspal sebagai bahan pengikat
11. Lapis peresap (tack coat), adalah berupa leburan aspal sebagai bahan pengikat lapis
1. Marka Jalan, tanda atau cat yang dipasang pada permukaan jalan,untukmenandai garis
2. Patok kilometer danpatok hektometer, adalah patok yang menandakan batas 1 km dan
pengemudi.
13
5. Saluran tepi samping, adalah selokan di kiri-kanan yang berfungsi untuk menampung
dan mengalirkan air hujan,limpasan dari permukaan jalan dan daerah sekitarnya lalu
2.3.7 Material
1. Agregat Kelas A.
1. Agregat Kelas B.
Lapisan pada perkerasan lentur berfungsi untuk menerima beban lalu lintas dan
melalui bidang kontak roda kendaraan berupa beban terbagi rata. Beban tersebut diterima
oleh lapisan permukaan dan disebarkan ke tanah dasar. Lapisan konstruksi perkerasan
lentur pada umumnya terdiri dari lapis permukaan, lapis pondasi atas, lapisan pondasi
14
bawah, dan tanah dasar. Tiap lapisan mempunyai fungsi masing – masing dalam menerima
aspal, sehingga menghasilkan lapisan yang kedap air dengan stabilitas yang tinggi dan
daya tahan yang lama. Lapisan ini terletak paling atas, yang berfungsi sebagai berikut:
1. Menahan beban roda, oleh karena itu lapisan perkerasan ini harus mempunyai
2. Lapisan kedap air, sehingga air hujan tidak meresap ke lapisan di bawahnya yang
3. Lapis aus, lapisan yang langsung terkena gesekan akibat rem kendaraan sehingga
4. Lapis yang menyebarkan beban ke lapisan bawahnya, sehingga dapat dipikul oleh
lapisan lain.
15
Jenis lapis permukaan yang banyak digunakan di Indonesia adalah Laston (lapis aspal
beton), yaitu lapis perkerasan yang terdiri dari campuran aspal keras dengan agregat
yang mempunyai gradasi menerus dicampur, dihampar dan dipadatkan pada suhu
Lapisan pondasi atas terletak tepat di bawah lapisan perkerasan, maka lapisan ini
bertugas menerima beban yang berat. Oleh karena itu material yang digunakan harus
berkualitas tinggi dan pelaksanaan di lapangan harus benar. Fungsi dari base course
Jenis lapis pondasi atas yang biasa digunakan di Indonesia adalah agregat
Batu pecah kelas A bergradasi lebih baik dari batu pecah kelas B dan batu pecah kelas
B lebih baik dari batu pecah kelas C. Kriteria dari masing–masing jenis lapisan di atas
16
C. Lapis pondasi bawah (subbase course)
Lapis pondasi bawah adalah lapis perkerasan yang terletak diantara lapis pondasi dan
1. Bagian dari konstruksi perkerasan untuk menyebarkan beban roda ke tanah dasar.
5. Lapisan untuk mencegah pertikel halus dari tanah dasar naik ke lapis pondasi atas.
Jenis pondasi bawah yang biasa digunakan di Indonesia adalah Agregat bergradasi
1. Sirtu/pitrun kelas A.
2. Sirtu/pitrun kelas B.
3. Sirtu/pitrun kelas C.
Lapisan paling bawah adalah lapisan tanah dasar yang dapat berupa permukaan tanah
asli, tanah galian atau tanah timbunan yang menjadi dasar untuk perletakan bagian-
bagian perkerasan lainnya. Perkerasan lain diletakkan di atas tanah dasar, sehingga
secara keseluruhan mutu dan daya tahan seluruh konstruksi perkerasan tidak lepas dari
sifat tanah dasar. Tanah dasar harus dipadatkan hingga mencapai tingkat kepadatan
Berikut adalah gambar struktur perkerasan lentur yang biasa di gunakan dalam
17
Gambar 2.3, struktur perkerasan lentur pada proyek konstruksi jalan
standar Bina Marga di wilayah MBD
2.4 Kuesioner
Kuesioner merupakan daftar pertanyaan yang akan digunakan oleh periset untuk
memperoleh data dari sumbernya secara langsung melalui proses komunikasi atau dengan
mengajukan pertanyaan.
Tingkat struktur dalam kuesioner adalah tingkat standarisasi yang diterapkan pada
18
Apakah anda merasa bahwa Negara kita membutuhkan lebih banyak atau lebih sedikit
Pertanyaan diatas merupakan contoh yang baik tentang pertanyaan terstruktur yang
cara yang langsung. Kedua, pertanyaan diatas menggunakan format yang sangat
terstruktur, para responden dibatasi untuk memilih salah satu diantara empat jawaban.
Kuesioner tak terstruktur yang terbuka dimana tujuan studi adalah jelas tetapi respon
atau jawaban atas pertanyaan yang diajukan bersifat terbuka. Perhatikan pertanyaan
berikut:
“Bagaimana pendapat anda mengenai polusi dan perlunya lebih banyak lagi peraturan
perundang-undangan antipolusi?”
untuk membuat subjek berbicara dengan bebas mengenai sikapnya terhadap polusi.
Hal ini merupakan pertanyaan dengan tujuan terbuka, dan seringkali berakhir dengan
Kuesioner tidak terstruktur yang tersamar berlandaskan pada riset motivasi. Para
19
perasaan mereka dengan cara mengembangkan teknik-teknik yang terlepas dari
masalah kepedulian dan keinginan untuk membuka diri. Teknik tersebut dikenal
dengan metode proyektif. Kekuatan utama dari metode proyektif adalah untuk
yang mengandung stimulus yang memaksa para subjek untuk menggunakan emosi,
Stimulus yang paling sering digunakan adalah asosiasi kata, kelengkapan kalimat, dan
Kuesioner terstruktur yang tersamar merupakan teknik yang paling jarang digunakan
Sebagai contoh, salah satu teori menyatakan bahwa pengetahuan, persepsi, dan
ingatan individu akan suatu subjek disesuaikan oleh sikapnya terhadap subjek
pertanyaan langsung akan menghasilkan jawaban yang bias, teori ini menyarankan
agar kita hanya menanyakan hal-hal yang mereka ketahui, bukan apa pendapat
mereka. Jadi dapat disimpulkan bahwa pengetahuan yang lebih banyak mungkin
mencerminkan kekuatan dan arah dari suatu sikap. Misalnya, para pendukung partai
demokrat mungkin mengetahui lebih banyak tentang calon-calon dari partai demokrat
dan platform partai itu daripada mereka yang akan memilih partai golkar.
20
2.4.2 Merancang kuesioner
9. Lakukan Uji Awal Atas Kuesioner Dan Lakukan Perubahan Jika Perlu.
Model adalah representasi suatu realitas dari seorang pemodel. Dengan kata lain,
model adalah jembatan antara dunia nyata (real world) dengan dunia berpikir (thinking)
untuk memecahkan suatu masalah (Akhmad Fauzi, 2006). Proses penjabaran atau
proses berpikir melalui tahapan yang logis. Secara skematis proses pemodelan dapat
21
Gambar 2.4. Intersepsi Dunia Model dengan Dunia Nyata (Akhmad Fauzi, 2006)
Dari Gambar 2.3. terlihat bahwa model dibangun atas proses berpikir (melalui indra
fisik), tentang dunia nyata yang kemudian diinterpretasikan melalui proses berpikir,
sehingga menghasilkan pengertian dan pemahaman tentang realitas (dunia nyata) tersebut.
Pemahaman ini tidak bisa sepenuhnya menggambarkan keadaan dunia nyata / realitas
(daerah irisan antara dunia nyata dengan dunia model), sehingga dalam pemodelan dikenal
istilah ”there is such thing as one to onemaping” (tidak ada peta yang satu banding satu).
Selain itu, model yang dirancang bukan untuk memecahkan masalah sekali untuk
selamanya (once and for all) atau memecahkan semua masalah karena segala sesuatu
berubah, mengalir dan tidak ada yang tetap.
Pemodelan merupakan proses menerima, memformulasikan, memproses, dan
menampilkan kembali persepsi tentang dunia luar. Di dalam proses interpretasi dunia nyata
tersebut ke dalam dunia model, berbagai proses transformasi atau bentuk model bisa
dilakukan. Ada model yang lebih mengembangkan interpretasi verbal (seperti bahasa), ada
menghasilkan model yang kuantitatif. Untuk menjembatani dunia nyata yang dalam
persepsi manusia bersifat kualitatif menjadi model yang bersifat kuantitatif diperlukan
proses transformasi berupa alat pengukuran dan proses pengambilan keputusan. Tanpa
pengukuran yang jelas, tidak mungkin dibangun model kuantitatif yang kokoh. Jadi,
dengan kata lain pengukuran dalam membangun model sangat penting, sebab dapat
menentukan seberapa jauh model yang dibangun dapat dikendalikan dan dikelola.
22
Gambar 2.5. Transformasi Kualitatif – Kuantitatif (Akhmad Fauzi, 2006)
Pada Gambar 2.5, boks di sebelah kiri dan sebelah kanan merupakan ”esensi seni”
dari pemodelan, sementara boks di tengah merupakan esensi pemecahan dari model. Oleh
karena itu, dalam pemodelan dikenal istilah ”modelling is an art,solving is a science”
(pemodelan adalah seni, sementara memecahkan model adalah sains).
Beberapa definisi model yang diberikan oleh praktisi pemodelan, yaitu :
penyimpulan dari sistim nyata yang dapat disusun dalam berbagai bentuk dan
merupakan representasi yang memadai dari suatu sistim. Memadai jika telah sesuai
dengan tujuan dalam pikiran analis. Beliau menambahkan bahwa membangun model
dapat dipandang sebagai suatu proses pemilihan representasi yang tepat dan memadai
dunia nyata yang menyatakan berbagai hubungan fungsional yang langsung maupun
tidak langsung, interaksi dan keterkaitan antara satu unsur dengan unsure lainnya
c. Wilson (1984), model adalah representasi dari sistim baik secara kuantitatif dan
kualitatif yang mewakili suatu proses atau kejadian dimana dapat menggambarkan
secara jelas hubungan interaksi antara berbagai faktor penting yang diamati.
23
d. Simatupang (1995), model dilahirkan atas dasar teori dan kenyataan. Model yang baik
akan dipergunakan sebagai alat yang baik untuk menyusun pola dasar sistim yang
dihadapi, sehingga akan diperoleh strategi yang tepat dalam rangka pelaksanaan atau
tindakan yang diperlukan. Pemodelan sendiri adalah proses membangun sebuah model
Berdasarkan definisi dari para konseptor model diatas dapat disimpulkan bahwa
model adalah suatu representase atau formalisasi dalam bahasa tertentu dari suatu sistim
nyata. Dengan demikian maka pemodelan adalah proses membangun atau membentuk
Suatu model yang baik harus memenuhi kriteria berikut (Krisnamurti, 1993) :
a. Kesesuaian, yaitu harus mampu mencakup unsur-unsur yang sangat pokok dari
Semakin tinggi tingkat generalisasi suatu model, maka model tersebut akan semakin
b. Mekanisme transparansi
Sebuah model dikatakan baik jika kita dapat memahami mekanisme model tersebut
(merekonstruksi) tanpa ada yang disembunyikan. Jadi kalau ada suatu formula maka
24
c. Potensial untuk dikembangkan
Suatu model yang berhasil biasanya mampu membangkitkan minat dari peneliti lain
menjadi model yang lebih kompleks dan berdaya guna untuk menjawab sistem nyata.
Hal ini menunjukan bahwa proses pemodelan tidak pernah berakhir (selesai) dan
Secara umum model dapat dikategorikan menurut skala waktu dan tingkat
kompleksitas yang dicerminkan dari aspek ketidak pastian. Jika model tidak
mempertimbangkan aspek waktu, model tersebut disebut model statis. Jika aspek waktu
dipertimbangkan, maka model tersebut dinamakan model dinamik. Jika model yang
realitas dunia nyata maka model tersebut disebut model deterministic. Sebaliknya jika
ketidak pastian dimasukan ke dalam model, maka disebut model stochastic. Interaksi
antara skala waktu dan ketidak pastian akan menghasilkan model yang lebih kompleks,
seperti model dinamik stokastik. Jenisjenis model tersebut terlihat pada Gambar 2.3. Pada
gambar tersebut arah panah dari kiri ke kanan menggambarkan derajat kompleksitas
model. Dengan kata lain, semakin jauh panah bergerak ke kanan, semakin rumit model
yang dibangun.
25
Gambar 2.6, Jenis – Jenis Model (Akhmad Fauzi, 2006)
Selain kategori di atas, model juga dapat bersifat analitik dan empirik. Model
analitik dibangun tanpa harus mengandalkan data riil. Model ini lebih dibangun dari proses
berpikir, membangun teori, maupun membangun building block yang dapat dijadikan
sebagai model dasar dari analisa yang lain. Sedangkan model empiric dibangun dari
pengamatan empiris data riil. Dengan demikian, model ini sering bersifat kasuistik (case
studies) dan belum tentu dapat diterapkan pada kasus yang berbeda. Pakar sistim dinamik
Jay W. Foresster (1961) mengklasifikasikan model ke dalam beberapa kelompok yang
dijelaskan sebagai berikut :
a. Model fisik dan abstrak
Model fisik adalah miniatur obyek yang diamati sedanghkan model abstrak adalah
merupakan model yang berhubungan dengan mental, bahasa serta model matematik
Model statik adalah model yang mewakili situasi yang tidak berubah terhadap waktu
sedangkan model dinamik adalah model yang berinteraksi dengan perubahan waktu.
26
c. Model linear dan non linear
Model linear adalah model dimana pengaruh dari luar pada sistim adalah murni
penjumlahan dan berlakunya prinsip superposisi. Pada model non linear pengaruh dari
Model stabil adalah model yang selalu kembali ke keadaan awal setelah mengalami
perubahan sedangkan model tidak stabil adalah model yang tidak bisa kembali ke
Model yang berulang terhadap waktu dan pola perilaku pada suatu periode sama
sifatnya dengan periode lainnya disebut model kondisi tunak sedangkan model
transien adalah model dimana fenomena yang terjadi dalam model tidak dapat
berulang.
model suatu model yang baik. Secara umum tahapan tahapan tersebut dapat dilihat pada
identifikasi masalah yang dibangun dari berbagai pertanyaan merupakaan tahapan yang
27
Identifikasi
Membangun Asumsi
KonstruksiModel
Analisa
Interpretasi
Validasi
Implementasi
secara analitis. Tahap berikutnya yang cukup krusial dalam membangun model adalah
menentukan analisa yang tepat. Inti tahap ini adalah mencari solusi yang sesuai untuk
menjawab pertanyaan yang dibangun pada tahap identifikasi. Di dalam pemodelan, analisa
ini biasanya dilakukan dengan dua cara. Pertama, dengan melakukan optimisasi dan kedua
dengan melakukan simulasi. Optimasi dirancang untuk mencari solusi ”what should
happen” (apa yang seharusnya terjadi),sementara simulasi dirancang untuk mencari solusi
28
”what would happen” (apa yangakan terjadi). Masing-masing analisa tersebut di atas
memiliki kelebihan dan kekurangan, sehingga keduanya dapat digunakan sesuai dengan
hasil yang dicapai dalam tahap analisa. Interpretasi ini penting dilakukan untuk mengetahui
keinginan si pemodel dengan hasil analisa yang dilakukan oleh komputer ataupun alat
pemecah model lainnya (solver). Tahapan ini diperkuat tahapan berikutnya, yaitu validasi
model, yang tidak hanya menginterpretasikan model, tapi juga melakukan verifikasi atas
Pengembangan suatu model yang baik, berguna dan menghemat biaya perlu
Apakah dipergunakan untuk mensimulasi sistim atau untuk mengevaluasi atau untuk
Tentukan tipe aktual dari model yang akan digunakan dan tidak memaksakan problem
agar cocok dengan suatu jenis model, tetapi memilih model yang paling tepat dengan
banyaknya hubungan dan saling keterkaitan. Semakin detil suatu model tidak berarti
semakin baik model itu. Cara yang paling tepat untuk menentukan level dari model
29
adalah memulai dari model yang sederhana. Kemudian dievalusi dan menambahakan
hal-hal baru jika mutlak diperlukan untuk perbaikan model dan hasilnya.
d. Definisikan sistim, batasannya, input dan output serta komponen atau sub sistim.
Hal ini dimaksudkan untuk membantu dalam membuat flow chart atau network untuk
mempresentasikan sistim.
Dalam pemodelan terdapat kontrol yang dijadikan umpan balik untuk peningkatan
kualitas model. Karena itu, proses pemodelan pada dasarnya bukan merupakan proses satu
arah, melainkan iteratif dan bila perlu selalu diperbaharui sesuai perubahan - perubahan
Analisis korelasi adalah alat yang membahas tentang derajat hubungan antara satu
Dua variabel dikatakan berkolerasi apabila perubahan dalam satu variabel diikuti oleh
perubahan variabel lain, baik yang searah maupun tidak. Hubungan antara variabel dapat
1. Korelasi Positif
Terjadinya korelasi positif apabila perubahan antara variabel yang satu diikuti oleh
variabel lainnya dengan arah yang sama (berbanding lurus). Artinya apabila variabel
2. Korelasi Negatif
Terjadinya korelasi negatif apabila perubahan antara variabel yang satu diikuti oleh
variabel lainnya dengan arah yang berlawanan (berbanding terbalik). Artinya apabila
variabel yang satu meningkat, maka akan diikuti penurunan variabel lainnya.
30
3. Korelasi Nihil
Terjadinya korelasi nihil apabila perubahan antara variabel yang satu diikuti oleh
variabel lainnya dengan arah yang tidak teratur (acak). Artinya apabila variabel yang
satu meningkat, maka akan diikuti penurunan variabel. Artinya apabila variabel yang
satu meningkat, kadang diikuti dengan peningkatan pada variabel lain dan kadang
Berdasarkan hubungan antar variabel yang satu dengan variabel lainnya dinyatakan
berkisar antara -1 ≤ r ≤ +1
Nilai koefisien korelasi adalah -1 ≤ r ≤ +1. Jika dua variabel berkorelasi negatif
maka nilai koefisien korelasinya akan mendekati -1 ; jika dua variabel tidak berkolerasi
maka nilai koefisien korelasinya akan mendekati 0 ; sedangkan jika dua variabel
Untuk lebih mengetahui seberapa jauh derajat antara variabel – variabel tersebut,
korelasi dapat dicari dengan menggunakan bantuan software excel, yaitu dengan
property.
31
Contoh: hubungan di antara lokasi temperatur rata-rata dan penggunaan AC. Cara
Korelasi dan regresi keduanya mempunyai hubungan yang sangat erat. Setiap
regresi pasti ada korelasinya, tetapi korelasi belum tentu dilanjutkan dengan regresi.
Korelasi yang tidak dilanjutkan dengan regresi, adalah korelasi antara dua variabel yang
menetapkan kedua variabel mempunyai hubungan kusal atau tidak, maka harus didasarkan
pada teori atau konsep-konsep tentang dua variabel tersebut (Sugiyono 2010). Hubungan
antara panas dengan tingkat muai panjang, dapat dikatakan sebagai hubungan yang kausal,
hubungan antara kepemimpinan dengan kepuasan kerja pegawai dapat dikatakan hubungan
yang fungsional, hubungan antara kupu-kupu yang datang dengan banyaknya tamu di
rumah bukan merupakan hubungan kausal maupun fungsional. Kita gunakan analisis
apakah naik dan menurunnya variabel dependen dapat dilakukan melalui menaikan dan
32
dependen/terikat dapat dilakukan dengan meningkatkan variabel independen/bebas dan
sebaliknya.
Regresi sederhana didasarkan pada hubungan fungsional ataupun kausal antara satu
variabel independen dengan satu variabel dependen. Persamaan umum regresi linier
sederhana adalah :
Dimana :
b = Angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukkan angka peningkatan ataupun
penurunan variabel dependen yang didasarkan pada variabel independen. Bila b (+)
memasukkan lebih dari satu variabel prediktor hingga p-variabel predictor dimana
banyaknya p kurang dari jumlah observasi (n). Sehingga model regresi dapat ditunjukkan
sebagai berikut :
Y = 0 1 X 1 2 X 2 P X P
. . . 2.2Rumus Regresi Linear Berganda
karena model diduga dari sampel, maka secara umum ditunjukkan sebagai berikut :
33
Y b0 b1 x1 b2 x2 ...... bP P . . . 2.3 Rumus Regresi Linear Berganda
secara umum
Salah satu prosedur pendugaan model untuk regresi linier berganda adalah dengan
prosedur Least Square (kuadrat terkecil). Konsep dari metode least square adalah menduga
b X X
I
X Y . . . 2.4 Rumus dugaan bagi β
Dimana :
Y = Variabel respon yang dibentuk dalam vektor kolom dengan n buah observasi;
Meski model telah diperoleh, model masih perlu diuji untuk memenuhi kriteria
membuat diagram pencarnya. Dari sini dapat dilihat apakah titik-titik data tersebut
2. Normalitas :Salah satu cara mengecek kenormalitasan adalah dengan plot Probabilitas
Normal. Dengan plot ini, masing-masing nilai pengamatan dipasangkan dengan nilai
harapan pada distribusi normal. Normalitas terpenuhi apabila titik-titik (data) terkumpul di
sekitar garis lurus. Untuk uji keberangkatan (asal) data dari normalitas digunakan uji
sampel Kolmogorov-Smirnov, sebab metode ini dirancang untuk menguji keselarasan pada
34
2.8 Defenisi dan jenis variabel
menjadi focus penelitian untuk diamati. Dan variabel penelitian adalah atribut atau sifat
atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan
Sugiyono (2008:390) juga menyatakan bahwa variabel terbagi menjadi dua macam,
yaitu variabel independen (variabel bebas) dan variabel dependen (variabel terikat)
A. Variabel independen sering juga disebut sebagai variabel stimulus, predictor dan
B. Variabel dependen sering juga disebut sebagai variabel output, kriteria dan konsekuen.
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat
2.9 Validasi
Validitas sebuah tes menyangkut apa yang diukur tes dan seberapa baik tes itu bisa
mengukur. Validitas sebuah tes memberitahu kita tentang apa yang bisa kita simpulkan
dari skor-skor tes. Menilai validitas adalah penting bagi peneliti karena sebagian besar
instrumen yang digunakan dalam penyelidikan pendidikan dan psikologis dirancang untuk
mengukur konstruksi hipotetis (Sugiyono, 2010). Pada dasarnya, semua prosedur untuk
menentukan validitas tes berkaitan dengan hubungan antara kinerja pada tes dan fakta-
fakta lain yang dapat diamati secara independent tentang ciri-ciri prilaku.
Bukti hubungan antara tes dan kriteria yang relevan berfokus pada pertanyaan
“Bagaimana kriteria kinerja secara akurat dapat diperkirakan dari nilai pada tes?” Kriteria
35
adalah beberapa hasil penting untuk pengujian. Kriteria harus juga mewakili atribut yang
diukur atau yang lain yang akan digunakan. Yang dimaksudkan dengan koefisien validitas
adalah korelasi antara skor tes dan pengukuran kriteria. Karena memberikan indeks
numerik tunggal validitas tes, koefisien validitas umumnya digunakan dalam pegangan-
pegangan tes untuk melaporkan validitas sebuah tes menurut tiap kriteria dari data yang
tersedia.
sebagai validasi diskriminan. Korelasi sebuah tes penalaran kuantitatif dengan nilai-nilai
selanjutnya dalam mata pelajaran matematika akan menjadi contoh validasi konvergen.
Untuk tes yang sama, validitas diskriminan akan dibuktikan oleh korelasi rendah dan tidak
signifikan.
Kriteria validitas dapat Anda tentukan dengan melihat nilai pearson correlation
dan Sig. (2-tailed). Jika Nilai pearson correlation > nilai pembanding berupa r-tabel, maka
item tersebut valid. Atau jika nilai Sig. (2-tailed) < 0,05 berarti item tersebut valid dan
berlaku sebaliknya. r-kritis bisa menggunakan tabel r atau dengan uji -t.
2.10 Minitab 17
Dalam penelitian ini, penulis memilih untuk melakukan eksekusi analisis regresi
Paket program Minitab merupakan salah satu software yang sangat besar
kontribusinya sebagai media pengolahan data statistik. Software ini menyediakan berbagai
jenis perintah yang memungkinkan proses pemasukan data, manipulasi data, pembuatan
36
Minitab mempunyai dua layar primer, yaitu Worksheet (lembar kerja) untuk
melihat dan mengedit lembar kerja, serta sesi Command yang merupakan layar untuk
menampilkan hasil. Perintah-perintah Minitab dapat diakses melalui menu, kotak dialog
maupun perintah interaktif.Untuk memulai Minitab for windows dapat dilakukan melalui
langkah-langkah berikut:
» Klik STAR
layar Minitab, yaitu layar sesi command , layar worksheet dan baris menu. Tampilan
A. Menu File
37
Open Project : Membuka file project.
b. Menu Edit
c. Menu Data
38
d. Menu Calc
e. Menu Stat
39
Bab III
Metodelogi Penelitian
Hasil yang diharapkan dari penelian ini, yaitu mendapatkan suatu hasil dalam hal
ini adahal “model” yang optimal sesuai dengan kondisi sesungguhnya yang terjadi di
lapangan. Bertolak dari harapan diatas maka penentuan metodologi penelitian dalam upaya
pencapaian tujuan adalah merupakan langkah awal yang sangat penting. Sehingga
Untuk mendapatkan data yang berhubungan dengan penulisan ini, maka penulis
melakukan tinjauan secara langsung ke instansi terkait, yaitu Balai Pembangunan Jalan
Nasional IX (Maluku dan Maluku Utara) dan kantor kontraktor yang terkait, Waktu
penelitian yang penulis butuhkan dalam melakukan penilitian yaitu ± 2 (dua) bulan.
Untuk pengumpulan data dan informasi digunakan metote Diskriptif, yaitu metode
pengadaan data, fakta dan informasi terkait dengan permasalahan sesuai objek dan subjek
yang diteliti dengan menggunakan teknik pengadaan data. Dalam penelitian ini ada 2 jenis
1. Data primer
Data primer diperoleh melalui wawancara tertulis (kuisioner) dengan pihak manajemen
40
2. Data sekunder
Dokumen kontrak dari PPK Balai Pembangunan Jalan Nasional IX (Maluku dan
terkait dengan pemodelan kebutuhan material proyek konstruksi jalan, adalah sebagai
berikut:
1. Analisis penetapan variabel, pada tahap ini akan dicari setiap variabel - variabel yang
2. Analisis korelasi, adalah untuk mengetahui kekuatan hubungan antara satu variabel
3. Analisis regresi, dalam analisis ini akan diregresikan beberapa variabel yang memiliki
diharapkan dapat digunakan dalam perhitungan material pada suatu item pekerjaan
4. Analisis validasi, pada tahap ini setiap model yang telah dihasilkan akan di uji
41
5. Simulasi model, pada tahap ini model yang sudah valid akan di simulasikan guna
Urutan tahapan penelitan ini, dapat digambarkan pada diagram alur dibawah ini:
42
Bab IV
sebagai berikut:
1. Jawaban responden untuk pertanyan poin 1, yang berbunyi: “Apakah sering terjadi
2. Jawaban responden untuk pertanyaan poin 2, yang berbunyi: “Apakah kendala utama
43
Tabel.4.3, Jawaban responden untuk pertanyaan kuesioner
poin tiga.
4. Jawaban responden untuk pertanyaan poin 3, yang berbunyi: “Apakah sering terjadi
Darim data-data diatas terlihat 75% responden mengakui bahwa memang pernah
terjadi keterlambatan dalam proses pekerjaan pada proyek konstruksi jalan di kawasan
responden mengakui bahwa lokasi pengambilan material dari luar pulau, dan 83.33%
material yang dipakai pada proyek konstruksi jalan (perkeresan lentur) standar Bina Marga
44
2. Lapis pondasi agregat kelas-A, untuk perkerasan badan jalan, (Item pekerjaan
perkerasan berbutir).
3. Lapis pondasi agregat kelas-B, untuk perkerasan badan jalan, (Item pekerjaan
perkerasan berbutir).
240 Hari Kalender. Panjang penanganan 7 KM, lebar penanganan badan jalan 7M,
Tabel 4.5, kondisi riil pemakain material pada proyek pembangunan jalan Ilwaki – Lurang.
45
2. Rekonstruksi peningkatan jalan Pelabuhan - Wonreli - Lapter.
240 Hari Kalender. Panjang penanganan 10.850 KM, lebar penanganan badan jalan
bervariasi 0.2M - 2.1M, lebar penanganan bahu jalan bervariasi (L/R) 2.5M - 4M.
Tabel 4.6, kondisi riil pemakain material pada proyek rekonstruksi peningkatan jalan
Pelabuhan - Wonreli – Lapter.
240 Hari Kalender. Panjang penanganan 13 KM, lebar penanganan badan jalan untuk
perkerasan berbutir 5,6M (Kaewatu - Weat) dan 1.3M (Kaewatu - Tiakur), sedangkan
Tabel 4.7, kondisi riil pemakain material pada proyek pembangunan jalan Tiakur - Weat.
46
4. Pembangunan jalan lingkar Pulau Marsela
240 Hari Kalende. Panjang penanganan 8 KM, lebar penanganan badan jalan 6M.
Tabel 4.8, kondisi riil pemakain material pada proyek pembangunan jalan lingkar Pulau
Marsela.
240 Hari Kalender. Panjang penanganan 12 KM, lebar penanganan badan jalan 7M,
Tabel 4.9, kondisi riil pemakain material pada proyek Pembangunan jalan Tepa - Masbuar
- Letwurung.
47
6. Rekonstruksi/peningkatan struktur Lurang-Ilwaki
210 Hari Kalender. Panjang penanganan 7.7 KM, panjang perkerasan berbutir dan
pekerjaan aspal 1 KM, lebar penanganan badan jalan 4.50M, lebar penanganan bahu
Tabel 4.10, kondisi riil pemakain material pada proyek Rekonstruksi/peningkatan struktur
Lurang-Ilwaki.
210 Hari Kalender. Panjang penanganan 8.8 KM, lebar penanganan badan jalan 4.5M,
Tabel 4.11, kondisi riil pemakain material pada proyek Rekonstruksi struktur Ilwaki-
Lurang.
48
4.3 Penetapan Variabel, Analisis Korelasi dan Pemodelan Material Proyek
Dengan menggunakan data-data yang ada pada ketujuh proyek konstruksi tersebut,
selanjutnya akan ditetapkan variabel “X” dan ”Y” untuk selanjutnya dilakukan analisis
korelasi (menggunakan software excel) dan pemodelan dengan metode regresi yang
dieksekusi melalui software MiniTab-17, berikut adalah sistem pengkodean yang dipakai
2. Angka “2” dipakai untuk melambangkan sampel kedua, yaitu proyek “Rekonstruksi
3. Angka “3” dipakai untuk melambangkan sampel ketiga, yaitu proyek “Pembangunan
5. Angka “5” dipakai untuk melambangkan sampel kelima, yaitu proyek “Pembangunan
7. Angka “7” dipakai untuk melambangkan sampel ketujuh, yaitu proyek “Rekonstruksi
struktur Ilwaki-Lurang”.
berdasarkan kontrak”.
49
9. “Y” dipakai untuk melambangkan variabel terikat, yaitu “pemakaian material secara
riil di lapangan”.
Dari data diatas terlihat bahwa pada Proyek ke 3 dan 4 tidak digunakan agregat kelas-
S, dengan demikian maka pada poin ini hanya akan digunakan 5 sampel dalam
50
Pada poin ini terlihat bahwa pada semua proyek digunakan agregat kelas-A, maka
total sampel yang digunakan dalam analisis korelasi dan pemodelan adalah sebanyak 7
proyek.
Dari data diatas terlihat bahwa pada proyek ke 2 dan 5 tidak digunakan agregat kelas-
B, dengan demikian maka pada poin ini hanya akan digunakan 5 sampel dalam
Pada poin ini terlihat bahwa pada semua proyek digunakan lapis resap pengikat-aspal
cair, maka total sampel yang digunakan dalam analisis korelasi dan pemodelan adalah
sebanyak 7 proyek.
51
5. Lapis Perekat-Aspal Cair
Pada poin ini terlihat bahwa pada semua proyek digunakan lapis perekat-aspal cair,
maka total sampel yang digunakan dalam analisis korelasi dan pemodelan adalah
sebanyak 7 proyek.
Pada poin ini terlihat bahwa pada semua proyek digunakan lataston lapis aus (HRS-
WC), maka total sampel yang digunakan dalam analisis korelasi dan pemodelan
52
7. Lapis Pondasi (HRS-Base)
Pada poin ini terlihat bahwa pada semua proyek digunakan lapis pondasi (HRS-Base),
maka total sampel yang digunakan dalam analisis korelasi dan pemodelan adalah
sebanyak 7 proyek.
Pada poin ini terlihat bahwa pada semua proyek digunakan bahan anti pengelupasan,
maka total sampel yang digunakan dalam analisis korelasi dan pemodelan adalah
sebanyak 7 proyek.
53
4.3.2 Analisis Korelasi
mengacu pada standar di bawah ini, maka didapatkan hasil korelasi sebagai beikut:
Dari hasil diatas, terlihat bahwa semua hasil korelasi memiliki nilai yang sangat
hubungan yang sangat kuat) sehingga dapat diinput untuk proses regresi/pemodedan.
54
1. Pemodelan Kebutuhan Lapis Pondasi Agregat Kelas-S
55
3. Pemodelan Kebutuhan Lapis Pondasi Agregat Kelas-B
56
5. Pemodelan Kebutuhan Lapis Perekat-Aspal Cair
57
7. Pemodelan Kebutuhan Lapis Pondasi (HRS-Base)
Dimana pada uji validasi ini akan diketahui apakah model tersebut “valid” atau dapat
digunakan untuk menghitung besarnya kebutuhan riil material pada proyek konstruksi
jalan (perkerasan lentur) standar Binamarga. Dengan berlandaskan teori pada point 2.9,
Pada poin ini akan dilakukan simulasi perhitungan kebutuhan material proyek.
Contoh; suatu ketika dilakukan pekerjaan konstruksi jalan (tipe perkerasan lentur) di pulau
Moa (Kab.MBD) dengan volume perkerasan agregat kelas-A sebagai berikut, lebar 7
Penyelesaian:
59
BAB V
5.1 Kesimpulan
secara riil berbanding kuantitas material sesuai kontrak) dalam proses pekerjaan
konstruksi jalan di lingkup pekerjaan PPK-Pulau Wetar (lihat poin 4.2, table 4.5
sampai 4.11).
2. Terdapat hubungan/korelasi yang sangat kuat secara positif antara variabel bebas “X”
material pada pekerjaan konstruksi jalan (tipe perkerasan lentur) standar Bina Marga
sebagai berikut:
60
5.2 Saran
Bagi pihak-pihak terkait, sangat disarankan untuk mengadakan studi yang lebih
mendalam tentang kebutuhan pemakaian material secara riil di lapanagn, dengan tujuan
untuk terciptanya efisien biaya, waktu, dan tepat mutu dalam proyek konstruksi, terutama
untuk proyek konstruksi jalan standar Binamarga.
61
Daftar Pustaka
Direktorat Jenderal Bina Marga, Materials for Asphalt Pavements, Post Graduate Program
on Highway Engineeting, ITB-Bandung, 1976.
Fatima, Ima, dan Soemardi, Biemo, W, Studi Pemodelan Matematis Karakteristik Kurva
Kemajuan Pekerjaan Konstruksi, Penelitian Departemen Teknik Sipil, ITB, 2005.
Hermiaty, Dessy, Pemodelan dan Analisis Proporsi Upah Tenaga Kerja pada Proyek
Konstruksi, Tesis Magister Manajemen Konstruksi, UII, 2007
Hamirhan Saodang, Konstruksi Jalan Raya (Buku 2, perencanaan perkerasan jaln raya),
Bandung, 2005.
Saapang Salmon, Analisis Komposisi Sumber Daya Pada Pelaksanaan Proyek Konstruksi
Jembatan Di Seram Utara, Tesis Magister Teknik Sipil, UKI-Paulus, 2012.
62
Lampiran
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74