Anda di halaman 1dari 5

Tugas Pembekalan KKN UNDIP

S1 TEKNIK ELEKTRO

Nama: Ibrahim

NIM: 21060116130099

Pemberdayaan Warga untuk Pembuatan Saklar Otomatis Hemat Energi

Konsumsi listrik nasional terus menunjukkan peningkatan seiring


bertambahnya akses listrik atau elektrifikasi serta perubahan gaya hidup
masyarakat. Berdasarkan data Kementerian ESDM, konsumsi listrik Indonesia
2017 mencapai 1.012 Kilowatt per Hour (KWH)/kapita, naik 5,9 persen dari tahun
sebelumya. Untuk tahun ini, pemerintah menargetkan konsumsi listrik
masyarakat akan meningkat menjadi 1.129 kwh/kapita.

Pemakaian listrik rumah tangga tentunya sebagai salah satu yang paling
berpengaruh pada konsumsi energi listrik. Tingginya konsumsi listrik sejalan
dengan naiknya tarif pembelian listrik. Sebegai warga negara Indonesia yang baik
tentunya ingin agar negara ini dapat berkembang berkelanjutan dengan
memperhatikan keselamatan lingkungan. Gerakan hemat energi dapat dimulai
dari hal yang paling kecil dan kelompok yang paling kecil. Apakah itu? Ya, sebuah
keluarga atau kelompok masyarakat kecil seperti rt, rw.

Bagaimana bisa mereka ikut andil dalam penghematan energi? Salah


satunya adalah dengan sadar diri mematikan barang-barang elektronik apabila
tidak digunakan. Namun pada pelaksanaannya masyarakat seringkali lengah
karena sibuknya pekerjaan dan rutinitas setiap hari. Oleh karena itu munculah
sebuah solusi pembuatan saklar lampu otomatis yang akan mati ketika siang hari
dan menyala ketika malam hari. Tidak hanya lampu saklar tersebut juga dapat
dihubungkan ke perangkat elektronik lainnya.
Hal-hal atau langkah langkah yang harus dilakukan:

Langkah pertama yang harus dilakukan adalah survei lokasi desa atau
dusun yang akan dioptimalkan penggunaan energi listriknya. Termasuk jenis
apakah desa tersebut:

Desa tradisional yaitu desa dimana hidup masyarakatnya masih


tergantung dengan alam. Desa ini biasanya terdapat di tempat-tempat terpencil
yang sarana dan prasarana baik itu transportasi maupun komunikasinya sangat
sulit dijangkau sehingga desa ini seperti hidup terisolir dengan daerah lain. Hal ini
menyebabkan penduduknya cenderung tertutup terutama bagi orang dari daerah
lain.

Desa swadaya hampir mirip dengan desa tradisional dimana hidupnya


terisolir dari dunia luar, masyarakatnya cenderung tertutup dan kemajuan
desanya lambat. Namun desa swadaya sudah mampu memenuhi kebutuhannya
sendiri. Penduduknya sudah mampu mengolah potensi yang ada di desanya
secara tradisional. Untuk itu, penduduk desa ini sangat tergantung dengan alam
dan kondisi geografis.

Desa swakarya lebih maju daripada desa swadaya karena bukan hanya
bisa memanfaatkan potensi yang ada di desanya saja melainkan sudah bisa
mengembangkannya sehingga hasil produksinya bisa lebih banyak, lebih variatif
sehingga bisa dijual ke daerah lain yang membutuhkannya. Pada desa swakarya
sudah terdapat aparatur desa, lembaga desa serta masyarakatnya telah
mengenal tentang pentingnya pendidikan. Desa swakarya juga sudah mampu
menjalin interaksi dengan daerah lain meski masih sedikit.

Desa swasembada merupakan desa yang mampu mengoptimalkan


potensi yang terdapat di desanya jadi desa ini lebih maju daripada desa
swakarya. Masyarakat pada desa ini telah mengenal pendidikan dan mampu
menyerap teknologi dari daerah luar yang lebih maju. Adapun sarana transportasi
dan komunikasinya juga sudah lancar.

Langkah kedua adalah melakukan pendekatan kepada masyarakat


manfaat apa saja yang dapat diperoleh dengan menjadi bagian dari pelopor
#greentechnology. Pada pendekatan ini dapat memanfaatkan media komunikasi
yang menarik, seperti video, pamflet atau foto-foto yang berkaitan dengan desa
hemat energi. Apabila respon dari masyarakat antusias maka dapat dilanjutkan ke
langkah berikutnya. Bila belum responsive maka dapat diperbaiki kesalahan-
kesalahan sebelumnya.

Langkah ketiga adalah merancang prototype alat tersebut untuk


memastikan alat tersebut dapat bekerja pada lokasi desa yang diinginkan. Berikut
merupakan alat dan komponen yang dibutuhkan serta penerapannya.

Light Dependent resistor (LDR) merupakan sebuah resistor yang nilai


resistansinya berubah seiring perubahan initensitas cahaya yang mengenainya.
Dalam kondisi gelap, resistansi LDR sekitar 10MΩ, tapi dalam kondisi terang
resistansi LDR menurun hingga 1KΩ atau bahkan lebih kecil lagi.

LDR terbuat dari sebuah cakram semikonduktor seperti kadmium sulfida


dengan dua buah elektroda pada permukaannya. Pada saat intensitas cahaya
yang mengenai LDR sedikit, bahan dari cakram LDR tersebut menghasilkan
elektron bebas dengan jumlah yang relatif kecil. Sehingga hanya ada sedikit
elektron untuk mengangkut muatan elektrik. Artinya saat intensitas cahaya yang
mengenai LDR sedikit maka LDR akan memiliki resistansi yang besar.

Sedangkan pada saat kondisi terang, maka intensitas yang mengenai LDR
banyak. Maka energi cahaya yang diserap akan membuat elektron bergerak cepat
sehingga lepas dari atom bahan semikonduktor tersebut. Dengan banyaknya
elektron bebas, maka muatan listrik lebih mudah untuk dialirkan. Artinya saat
intensitas cahaya yang mengenai LDR banyak maka LDR akan memiliki resistansi
yang kecil dan menjadi konduktor yang baik.

Skema LDR / Rangkaian LDR untuk Lampu Otomatis

Untuk membuat lampu otomatis, setidaknya kita butuh 5 komponen


sebagai berikut:

 LDR, berfungsi untuk mendeteksi cahaya. Rencananya : jika siang maka


lampu mati, jika malam lampu menyala.
 Potensiometer, berfungsi untuk kalibrasi intensitas cahaya untuk
menyalakan atau mematikan lampu.
 Transistor jenis NPN, berfungsi sebagai sakelar elektrik untuk
menghidupkan relay.
 Resistor, sebagai pengaman arus yang masuk ke transistor.
 Relay, berfungsi sebagai sakelar untuk menghidupkan lampu.

Setidaknya, kita hanya butuh 5 komponen untuk membuat sakelar cahaya


untuk menghidupkan lampu. Kelima komponen tersebut belum termasuk kabel
dan peralatan tambahan seperti tang untuk memotong, selotip (jika perlu), serta
solder dan timahnya. Dalam percobaan kali ini, kami akan men-simulasikan
rangkaian sakelar cahaya atau sensor cahaya untuk menghidupkan led dengan
sumber daya dari baterai. Berikut skema lengkap dari sensor cahaya tersebut.

Cara kerja skema sakelar cahaya di atas yaitu : ketika cahaya terang, maka
resistansi pada LDR akan berkurang sehingga tegangan antara basis dan emitor
yang diwakili oleh resistor 330, sebagian resistansi VR, dan resistansi LDR lebih
kecil daripada resistansi pada VR sebelah atas (antara basis ke positif). Sehingga
transistor dalam keadaan tidak bekerja dan relay dalam kondisi terbuka.
Tapi ketika cahaya berkurang, maka resistansi meningkat dan sekaligus
meningkat pula tegangan antara basis dan emitor. Kondisi ini membuat transistor
aktif dan mengalirkan arus dari kolektor ke emitor. Karena arus yang mengalir
melalui kolektor di seri dengan relay, maka relay akan ikut aktif. Aktifnya relay
bisa kita manfaatkan untuk menghidupkan lampu dari PLN.

Langkah ketiga yang dapat dilakukan setelah uji coba prototype adalah
dengan mengajak warga masyarkat untuk membuat bersama alat tersebut. Pada
langkah ini diperlukan media komunikasi yang baik dan penjelasan yang mudah
dipahami. Mengingat warga masyarakat berasal dari berbagai macam latar
belakang dan karakter yang bermacam-macam maka akan lebih mudah apabila
kita ikut membuat ulang alat tersebut. Penjelasan dapat dimulai dengan konsep
perancangannya, kemudian cara kerjanya, baru kemudian pembuatan alat. Pada
saat pembuatan alat ada baiknya dilakukan pelatihan cara mensolder terlebih
dahulu kepada masyarakat karena semakin banyak ilmu yang kita bagikan maka
akan semakin banyak manfaat yang kita dapatkan. Kemudian damping
masyarakat sampai alat tersebut bekerja dengan baik.

Langkah keempat adalah berterimakasih kepada warga masyarakat yang


telah berperan dalam gerakan hemat energi dan telah memberikan waktunya
untuk berbagi informasi dengan kita. Tidak lupa juga kita memohon maaf apabila
melakukan kesalahan ketika melaksanakan pengabdian.

Anda mungkin juga menyukai