Anda di halaman 1dari 12

UJIAN AKHIR SEMESTER DRAINASE LINGKUNGAN

PERENCANAAN SISTEM DRAINASE POLDER MUKTIHARJO


KIDUL

DISUSUN OLEH:
Nadya Suci F. A. 21080117140052 Annisa Sila P. 21080117140047
Fika Aisyah 21080117130061 Andira Nothifal D 21080117140048
Ayunda Rahmadhani 21080117140065 Bagas Satrio W. 21080117140050
Hadyan Y. 21080117130060 Febriani Safitri 21080117140061
Rheinhard Rittar H. 21080117130065 Putri Nurmala 21080117140060
Ilham Putra P. 21080117130066 Fika Rachmaniar 21080117130052
Dio Aditya Pratama 21080117140053

DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2019
I. Kondisi Wilayah
Wilayah Muktiharjo Kidul mengalami banjir dan genangan setiap tahunnya.
Penyebabnya adalah elevasi muka air banjir di sungai lebih tinggi dari elevasi tanah di daerah
perumahan. Permasalahan ini diselesaikan dengan merencanakan sistem polder.
Data perencanaan yang digunakan adalah sebagai berikut:
- Luas Catchment Area (A) = 450 Ha
- Panjang Saluran (L) = 6000 m

II. Analisis Intensitas Hujan


Analisis penggunaan pompa dilakukan dengan menghitung intensitas hujan di daerah
Kecamatan Pedurungan kemudian di dapatkan debit banjirnya. Polder Muktiharjo Kidul ini
juga melayani beberapa daerah. Kemudian dari analisis debit banjir dapat diketahui berapa
debit yang masuk ke dalam kolam retensi dan berapa yang tidak mampu di tampung oleh
kolam retensi.
Dalam perencanaan sistem polder ini menggunakan tiga stasiun hujan. Stasiun hujan yang
digunakan untuk perencanaan sistem polder adalah sebagai berikut:
1. Stasiun A
2. Stasiun B
3. Stasiun C
Data curah hujan diperoleh dari data pengamatan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi dan
Geofisika Stasiun Semarang. Pada ketiga stasiun hujan tersebut, pencatatan dilakukan dengan
menggunakan durasi waktu bulanan. Oleh karena itu, data curah hujan maksimum tiap tahun
diperoleh dengan membandingkan nilai curah hujan bulanan terbesar. Nilai dianggap sebagai
curah hujan maksimum pada tahun tersebut.
Berikut Data curah hujan maksimum ketiga stasiun pada tahun 2008 – 2018 DAPAT dilihat
pada tabel di bawah ini:

Tabel 2.1 Data Curah Hujan Kecamatan Pedurungan Tahun 1999 – 2018

Data Hujan (Mm)


No Tahun
St. A St. B St. C
1 1999 248 278 198
2 2000 207 209 230
3 2001 179 139 432
4 2002 186 150 300
5 2003 168 186 230
6 2004 186 230 350
7 2005 170 175 187
8 2006 199 175 177
9 2007 147 150 260
10 2008 223 214 171
11 2009 175 139 190
12 2010 273 219 248
13 2011 106 147 195
14 2012 183 210 171
15 2013 208 174 207
16 2014 194 228 197
17 2015 178 125 156
18 2016 206 227 179
19 2017 165 184 201
20 2018 127 179 112
Jumlah 3728 3736.5 4392
Rata-Rata 186 187 220
stdev 45.162132 36.765705 34.0312
Sumber: BMKG Semarang, 2019

Keterangan :
Stasiun A = Ahmad Yani
Stasiun B = Tlogosari Pedurungan
Stasiun C = Klipang

Tabel 2.2 Data Curah Hujan Harian Maksimum dengan Metode Thiessen
Curah Hujan Harian
Maksimum Hujan
Tahun A1 A2 A3 P1.A1 P2.A2 P3.A3 A1+A2+A3
Stasiun Stasiun Stasiun (mm)
A B C
1999 248 278 198 2758 2667 2746 683984 741426 543708 8171 240.99
2000 207 209 230 2758 2667 2746 570906 557403 631580 8171 215.38
2001 179 139 432 2758 2667 2746 493682 370713 1186272 8171 250.97
2002 186 150 300 2758 2667 2746 512988 400050 823800 8171 212.56
2003 168 186 230 2758 2667 2746 463344 496062 631580 8171 194.71
2004 186 230 350 2758 2667 2746 512988 613410 961100 8171 255.48
2005 170 175 187 2758 2667 2746 468860 466725 513502 8171 177.35
2006 199 175 177 2758 2667 2746 548842 466725 486042 8171 183.77
2007 147 150 260 2758 2667 2746 405426 400050 713960 8171 185.95
2008 223 214 171 2758 2667 2746 615034 569404.5 469337.2 8171 202.40
2009 175 139 190 2758 2667 2746 482650 370268.5 522426.5 8171 168.32
2010 273 219 248 2758 2667 2746 752934 583406.3 680321.5 8171 246.81
2011 106 147 195 2758 2667 2746 292348 392493.5 535241.2 8171 149.32
2012 183 210 171 2758 2667 2746 504714 559625.5 470252.5 8171 187.81
2013 208 174 207 2758 2667 2746 573664 464724.8 568422 8171 196.65
2014 194 228 197 2758 2667 2746 535052 608742.8 542106.2 8171 206.33
2015 178 125 156 2758 2667 2746 490924 332708.3 429062.5 8171 153.31
2016 206 227 179 2758 2667 2746 568148 604520 491762.8 8171 203.70
2017 165 184 201 2758 2667 2746 455070 490505.8 553090.2 8171 183.41
2018 127 179 112 2758 2667 2746 350266 476281.8 306865.5 8171 138.71
Jumlah 3953.92
Rata-Rata 197.70
Sumber: Analisis Penulis, 2019
- Menghitung Intensitas Hujan
2
𝑅24 24 3
I= × ( 𝑡𝑐 )
24

Kala ulang yg digunakan adalah kala ulang 5 tahun jadi pake analisis yg kala ulang 5
tahun (berdasarkan tipologi kota dan luas daerah pengaliran)
Tabel 2.3 Kala Ulang Berdasarkan Tipologi Kota dan Luas Daerah Pengaliran
Catchment (Ha)
Tripologi
<10 10-100 100-500 >500
Kota Metropolitan 2 thn 2 - 5 thn 5 - 10 thn 10 - 25 thn
Kota Besar 2 thn 2 - 5 thn 2 - 5 thn 5 - 20 thn
Kota Sedang/Kecil 2 thn 2 - 5 thn 2 - 5 thn 5 - 10 thn
Karena luas catchment area = 450 Ha (100 – 500 Ha) maka dipakai tripologi kota
metropolitan dengan kala ulang 5 tahun. Dari data hujan rencana dan persamaan
diatas, dilakukan analisis intensitas hujan yang tercantum dalam tabel berikut

Tabel 2.4 Analisis Intensitas Hujan dengan Metode Mononobe

R24
Durasi Durasi
R2 R5 R10 R20
(menit) (jam)
215.34 248.67 270.74 291.63
5 0.08 350.84 411.42 451.52 489.48
10 0.17 221.02 259.18 284.44 308.36
15 0.25 168.67 197.79 217.07 235.32
30 0.50 106.25 124.60 136.74 148.24
45 0.75 81.09 95.09 104.35 113.13
60 1 66.94 78.49 86.14 93.39
120 2 42.17 49.45 54.27 58.83
180 3 32.18 37.74 41.41 44.90
360 4 20.27 23.77 26.09 28.28
720 12 12.77 14.98 16.43 17.82
1440 24 8.04 9.43 10.35 11.22

Sumber: Analisis Penulis, 2019

Dari tabel diatas, kemudian dibuat kurva IDF sebagai berikut :

KURVA IDF
600.00
Intensitas Hujan (mm/menit)

500.00

400.00
I2
300.00
I5
200.00 I10

100.00 I20

0.00
0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600
Waktu (menit)

Sumber: Analisis Penulis, 2019

II.1 Analisa Curah Hujan Harian Maksimum


Dapat bebrapa kemungkinan curah hujan maksimum dari data curah hujan wilayah
harian, yang dipergunakan untuk menentukan debit banjir rencana.
1. Analisa Frekuensi Curah Hujan
Analisa frekuensi curah hujan diperlukan untuk menentukan jenis sebaran (distribusi).
Perhitungan analisa frekuensi curah hujan selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 2.5 Analisa Frekuensi Curah Hujan
No. Tahun Curah Hujan (Xi) X (Xi - X) (Xi - (Xi - X)^3 (Xi - X)^4
(mm) X)^2
1 1999 240.99 185.16 55.83 3116.83 174007.79 9714599.66
2 2000 215.38 185.16 30.22 913.38 27604.51 834270.37
3 2001 250.97 185.16 65.81 4330.80 285005.03 18755847.53
4 2002 212.56 185.16 27.40 750.82 20573.46 563736.80
5 2003 194.71 185.16 9.55 91.23 871.32 8322.12
6 2004 255.48 185.16 70.32 4944.39 347671.50 24446993.34
7 2005 177.35 185.16 -7.81 61.07 -477.29 3729.99
8 2006 183.77 185.16 -1.39 1.92 -2.67 3.70
9 2007 185.95 185.16 0.79 0.63 0.50 0.40
10 2008 202.40 185.16 17.24 297.07 5120.17 88249.49
11 2009 168.32 185.16 -16.84 283.58 -4775.42 80417.06
12 2010 246.81 185.16 61.65 3800.37 234281.83 14442802.39
13 2011 149.32 185.16 -35.84 1284.61 -46042.22 1650219.20
14 2012 187.81 185.16 2.65 7.02 18.60 49.28
15 2013 196.65 185.16 11.49 131.97 1516.08 17416.62
16 2014 206.33 185.16 21.17 448.05 9484.08 200752.28
17 2015 153.31 185.16 -31.85 1014.44 -32310.08 1029083.78
18 2016 203.70 185.16 18.54 343.72 6372.46 118143.45
19 2017 183.41 185.16 -1.75 3.05 -5.33 9.32
20 2018 138.71 185.16 -46.45 2157.45 -100210.22 4654603.20
Jumlah 3953.92 3703.20 250.72 23982.41 928704.10 76609249.98
Rata-Rata 197.70 185.16 12.54 1199.12 46435.21 3830462.50
Standar Deviasi 35.53
(S)
Koef. 1.211
Kemencengan
(Cs)
Koef. Kurtosis 0.040
(Ck)
Koef. Variasi 0.192
(Cv)

III. Analisa Debit Banjir


III.1 Penentuan DAS, Saluran Primer, Sekunder dan Tersier
Polder Muktiharjo Kidul terletak pada Stasiun A yaitu Stasiun Ahmad Yani dengan
Daerah Aliran Sungai (DAS) sebesar 641 Hektare dengan 1 jalur primer, 7 jalur sekunder dan
65 tersier dan terbagi menjadi 3 blok.

Gambar 1.2 Lokasi DAS dan Saluran pada Polder Muktiharjo Kidul
Sumber: Analisis Penulis, 2019
III.2 Metode Rasional
Rumus umum Metode Rasional
Qt = 0,278.C.I.A
Keterangan : Q = Debit banjir (m3/det)
C = Koefisien Pengaliran
I = Intensitas hujan (mm/jam)
A = Luas Daerah Aliran (km2)
III.3 Waktu Konsentrasi
Waktu konsentrasi adalah waktu yang diperlukan untuk mengalirkan air dari titik yang
paling jauh pada daerah aliran ke titik kontrol yang ditentukan di bagian hilir suatu saluran.
Metode Kirpich merupakan metode yang biasa digunakan untuk menghitung waktu.
0,06628 𝑥 𝐿0,77
to =
𝑆 0,385
Keterangan :
to = waktu untuk mengalir di permukaan (jam)
L = panjang saluran dari hulu sampai titik yang diambil debitnya (km)
s = kemiringan saluran/sungai
𝐿
td =
60𝑉

v = 1/n x R2/3 x S1/2


Keterangan :
td = waktu untuk mengalir di saluran (menit)
L = panjang saluran
V = kecepatan aliran dalam saluran (m/s)
n = koefisien manning
R = Radius Hidraulik (m) = A/P
tc = to + td
Keterangan: tc = waktu konsentrasi

III.4 Perhitungan
1. Waktu Perhitungan
Dengan rumus yang diketahui yaitu
0,06628 𝑥 𝐿0,77
to =
𝑆 0,385
III.5 Pembagian Blok
Saluran drainase didalam sistem polder Kota Lama dan Bandarharjo terdiri dari tiga sub
komponen yaitu saluran primer, saluran sekunder dan saluran tersier.
a. Tersier
Saluran tersier adalah saluran drainase yang menerima air dari saluran penangkap dan
menyalurkannya ke saluran sekunder. Letak saluran di bagian tengah jalan
perumahan, dan dimensi saluran disesuaikan dengan kondisi lahan.
 Blok 1
No Luas Cs C I2 Q v A P L H Sekunder
1 13.6 0.9 0.7 68 1.6 1.2 1.4 300.0 1.6 0.8 1
2 13.0 0.9 0.7 68 1.6 1.2 1.3 400.0 1.6 0.8 1
3 17.7 0.9 0.7 68 2.1 1.2 1.8 700.0 1.9 0.9 2
4 15.0 0.9 0.7 68 1.8 1.2 1.5 600.0 1.7 0.9 2
5 18.1 0.9 0.7 68 2.2 1.2 1.8 500.0 1.9 0.9 2
6 14.8 0.9 0.7 68 1.8 1.2 1.5 550.0 1.7 0.9 2

Contoh perhitungan:
Tersier 1:
Luas wilayah pelayanan=13,6 Ha
Cs=0,9
C=0,7
I2= 68 mm/jam
P (Panjang saluran)=300 m
Q=0,278xCsxCxI2x(A/100)
=0,278x0,9x0,7x68x(13,6/100)
=1,6 m3/s
𝑄
A= 𝑣
1,6 m3/s
= 1,2 𝑚/𝑠
=1,4 m2
𝐴
L (lebar saluran)=√ 2
1,4
=√ 2
=0,8 m
Saluran tersier menuju ke saluran sekunder 1
 BLOK 2
No Luas (Ha) Cs C I2(m/jam) Q (m3/s) v (m/s) A (m2) P (m) L (m) H (m) Sekunder
1 8.86 0.9 0.7 68.0 1.1 1.2 0.9 278 1.3 0.7 1
2 6.3 0.9 0.7 68.0 0.8 1.2 0.6 300 1.1 0.6 1
3 8.4 0.9 0.7 68.0 1.0 1.2 0.8 243 1.3 0.6 1
4 4.2 0.9 0.7 68.0 0.5 1.2 0.4 289 0.9 0.5 1
5 11.3 0.9 0.7 68.0 1.3 1.2 1.1 278 1.5 0.7 1
6 9.4 0.9 0.7 68.0 1.1 1.2 0.9 222 1.4 0.7 1
7 10.2 0.9 0.7 68.0 1.2 1.2 1.0 303 1.4 0.7 2
8 5.6 0.9 0.7 68.0 0.7 1.2 0.6 307 1.1 0.5 2
9 9.6 0.9 0.7 68.0 1.1 1.2 1.0 298 1.4 0.7 2
10 6.7 0.9 0.7 68.0 0.8 1.2 0.7 309 1.2 0.6 2
11 7.2 0.9 0.7 68.0 0.9 1.2 0.7 278 1.2 0.6 2
12 3.5 0.9 0.7 68.0 0.4 1.2 0.3 290 0.8 0.4 2

 Blok 3
No Luas (Ha) Cs C I2(m/jam) Q (m3/s) v (m/s) A (m2) P (m) L (m) H (m) Sekunder
1 22.7 0.9 0.7 68.0 2.7 1.2 2.3 276.0 2.1 1.1 1
2 11.6 0.9 0.7 68.0 1.4 1.2 1.2 329.0 1.5 0.8 1
3 19.3 0.9 0.7 68.0 2.3 1.2 1.9 312.0 2.0 1.0 1
4 10.2 0.9 0.7 68.0 1.2 1.2 1.0 267.0 1.4 0.7 1
5 19.2 0.9 0.7 68.0 2.3 1.2 1.9 343.0 2.0 1.0 1
6 11.3 0.9 0.7 68.0 1.3 1.2 1.1 312.0 1.5 0.7 1
7 18.2 0.9 0.7 68.0 2.2 1.2 1.8 342.0 1.9 1.0 2
8 11.3 0.9 0.7 68.0 1.3 1.2 1.1 240.0 1.5 0.7 2
9 18.9 0.9 0.7 68.0 2.3 1.2 1.9 214.0 1.9 1.0 2
10 10.3 0.9 0.7 68.0 1.2 1.2 1.0 244.0 1.4 0.7 2
11 18.9 0.9 0.7 68.0 2.3 1.2 1.9 312.0 1.9 1.0 2
12 9.9 0.9 0.7 68.0 1.2 1.2 1.0 311.0 1.4 0.7 2

 Blok 4
No Luas (Ha) Cs C I2(m/jam) Q (m3/s) v (m/s) A (m2) P (m) L (m) H (m) Sekunder
1 13.3 0.9 0.7 68.0 1.6 1.2 1.3 345 1.6 0.8 1
2 9.7 0.9 0.7 68.0 1.2 1.2 1.0 224 1.4 0.7 1
3 8.9 0.9 0.7 68.0 1.1 1.2 0.9 306 1.3 0.7 1
4 8.8 0.9 0.7 68.0 1.0 1.2 0.9 315 1.3 0.7 1
5 12.3 0.9 0.7 68.0 1.5 1.2 1.2 289 1.6 0.8 2
6 9.6 0.9 0.7 68.0 1.1 1.2 1.0 217 1.4 0.7 2
7 13.2 0.9 0.7 68.0 1.6 1.2 1.3 311 1.6 0.8 2
8 8.3 0.9 0.7 68.0 1.0 1.2 0.8 297 1.3 0.6 2
9 12.4 0.9 0.7 68.0 1.5 1.2 1.2 96.2 1.6 0.8 2
10 7.9 0.9 0.7 68.0 0.9 1.2 0.8 43.6 1.3 0.6 2
11 13.5 0.9 0.7 68.0 1.6 1.2 1.3 210 1.6 0.8 3
12 7.7 0.9 0.7 68.0 0.9 1.2 0.8 301 1.2 0.6 3
13 10.2 0.9 0.7 68.0 1.2 1.2 1.0 227 1.4 0.7 3
14 7.8 0.9 0.7 68.0 0.9 1.2 0.8 289 1.2 0.6 3

b. Sekunder
Saluran tersier adalah saluran drainase yang menerima air dari saluran penangkap dan
menyalurkannya ke saluran Primer.
 Blok 1
No Qsekunder (m3/s) v (m/s) A (m2) P (m) L (m) H (m)
1 3.2 1.3 2.4 534.0 1.56 1.56
2 7.8 1.3 6.0 589.0 2.46 2.46
Contoh perhitungan:
Sekunder 1:
Q=∑ 𝑄𝑡𝑒𝑟𝑠𝑖𝑒𝑟𝑘𝑒𝑠𝑒𝑘𝑢𝑛𝑑𝑒𝑟1
=1,6 m/s+1,6 m/s= 3,2 m/s
A=Q/V
=3,2/1,3
=2,4 m2
H=L
A=HxL
A=H2
H=√𝐴
=1,56 m
L (lebar saluran)=1,56 m
Saluran sekunder 1 menuju saluran primer 1
 Blok 2
No Qsekunder (m3/s) v (m/s) A (m2) P (m) L (m) H (m)
1 5.8 1.3 4.4 565 2.11 2.11
2 5.1 1.3 3.9 726 1.98 1.98
 Blok 3
No Qsekunder (m3/s) v (m/s) A (m2) P (m) L (m) H (m)
1 11.2 1.3 8.6 671.0 2.94 2.94
2 8.7 1.3 6.7 607.0 2.58 2.58
 Blok 4
No Qsekunder (m3/s) v (m/s) A (m2) P (m) L (m) H (m)
1 4.8 1.3 3.7 912 1.93 1.93
2 7.6 1.3 5.8 792 2.42 2.42
3 4.7 1.3 3.6 612 1.90 1.90

c. Primer
Saluran primer adalah saluran drainase yang menerima air dari seluruh saluran penangkap
sekunder maupun tersier.
 Blok 1
No Qprimer (m3/s) v (m/s) A (m2) P (m) L (m) H (m)
1 11.0 1.3 8.47144 1430 2.91 2.91
Contoh perhitungan:
Primer 1
Panjang saluran= 1430 m
Q=∑ 𝑄𝑆𝑒𝑘𝑢𝑛𝑑𝑒𝑟𝑘𝑒𝑃𝑟𝑖𝑚𝑒𝑟1
=3,2 m3/s +7,8 m3/s
= 11 m3/s
A=Q/V
=11/1,3
=8,47 m2
H=L
A=HxL
A=H2
H=√𝐴
=2,91 m
L (lebar saluran)=2,91 m
 Blok 2
No Qprimer (m3/s) v (m/s) A (m2) P (m) L (m) H (m)
1 10.9 1.4 7.8 1430 3.94 1.97

 Blok 3
No Qprimer (m3/s) v (m/s) A (m2) P (m) L (m) H (m)
1 19.9 1.3 15.319 1430 3.91395 3.91

 Blok 4
No Qprimer (m3/s) v (m/s) A (m2) P (m) L (m) H (m)
1 17.1 1.4 12.2 1430 4.94 2.47
Debit total=∑ 𝑸𝒑𝒓𝒊𝒎𝒆𝒓
=11 m3/s +10,9 m3/s +19,9 m3/s +17,1 m3/s =58,9 m3/s=58900 LPS
Qpompa=1,5
qtotal (m3/s) t (s) volume (m3)
58.9 3600 212033.7874
58.9 7200 424080
58.9 10800 636120
Contoh perhitungan:
V=Qtotal x t=58,9 m3/s x 3600 s=212033 m3
qpompa volume
(m3/s) t(s) (m3)
1.5 3600 5400
1.5 7200 10800
1.5 10800 16200
V=Qpompa x t=1,5 m3/s x 3600 s =5400 m3
Volume kolam retensi=Volumetotal-Volumepompa
=212033 m3 - 5400 m3
= 206633.7874 m3

Anda mungkin juga menyukai