Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN ONKOLOGI :


KANKER OVARIUM

Disusun untuk memenuhi Tugas Stase Keperawatan Maternitas


Program Profesi Ners

Oleh :
IPAH SARIPAH
220112160101

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XXXII


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2016
LAPORAN PENDAHULUAN
CA OVARIUM

A. DEFINISI
Tumor ganas ovarium merupakan kumpulan tumor dengan
histogenesis yang beraneka ragam, dapat berasal dari ketiga dermoblast
(ektodermal, endodermal, dan mesodermal dengan sifat-sifat histologis
maupun bilogis yang beraneka ragam. Oleh sebab itu histiogenesis maupun
klasifikasinya masih sering menjadi perdebatan (Smeltzer & Bare, 2002).
Terdapat pada usia peri menopause kira-kira 60%, dalam masa
reproduksi 30% dan 10% terpadat pada usia yang jauh lebih muda. Tumor
ini dapat jinak(benigna), tidak jelas jinak tapi juga tidak jelas/pasti ganas
(borderlinemalignancy atau carcinoma of low – maligna potensial) dan jelas
ganas (true malignant) (Priyanto, 2007).
Kanker ovarium sebagian besar berbentuk kista berisi cairan
maupun padat. Kanker ovarium disebut sebagai silent killer. Karena
ovarium terletak dibagian dalam sehingga tidak mudah terdeteksi 70-80%
kanker ovarium baru ditemukan pada stadium lanjut dan telah menyebar
(metastasis) kemana-mana (Wiknjosastro, 1999).

B. ETIOLOGI
Penyebab kanker ovarium hingga kini belum jelas, kemungkinan
terbesar disebabkan oleh adanya genetik yang mengganggu regulasi
proliferasi, program kematian sel, dan senescence (sel yang menjadi tua)
(Altchek, Deligdisch, & Kase, 2008). Faktor resiko terjadinya kanker
ovarium yakni riwayat kanker payudara (berkaitan dengan adanya mutasi
BRCA1 dan BRCA2), riwayat keluarga yang memiliki kanker ovarium,
lansia, paritas yang sedikit, dan obesitas.
Dalam Altchek, Deligdisch, & Kase (2008) terdapat teori yang
menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium yakni Hipotesis Incessant
Ovulation, teori menyatakan bahwa ovulasi yang berlebihan dapat merusak
epithel ovarium. Sel epitel ovarium yang mengalami kerusakan akan
melakukan proses inflamasi, dimana pada proses ini terbentuk oxidant yang
dapat merusak DNA dan menimbulkan proses transformasi menjadi sel-sel
tumor.

C. FAKTOR RISIKO
Sedangkan faktor resiko tejadinya kanker ovarium adalah:
• Mengonsumsi obat kesuburan
• Pernah menderita kanker payudara
• Riwayat keluarga yang menderita kanker payudara dan/atau kanker
ovarium
• Riwayat keluarga yang menderita kanker kolon, paru-paru, prostat dan
rahim (menunjukkan adanya sindroma Lynch II).
• Riwayat Reproduksi : Mentruasi dini, tidak pernah melahirkan,
memiliki anak diatas usia 30 tahun dan menopause dibawah umur 50
tahun, kehamilan pertama terjadi pada usia dibawah 25 tahun,
• Sedangkan wanita dengan riwayat penggunaan pil kontrasepsi dan
menyusui akan menurunkan kanker ovarium sebanyak 30 – 60%. Faktor
lingkungan seperti penggunaan talk, konsumsi galaktose dan sterilisasi
ternyata tidak mempunyai dampak terhadap perkembangan penyakit ini
(www.dharmais.co.id).
• Wanita diatas usia 50 – 75 tahun
• Membawa mutasi gen BRCA1 atau BRCA2
• Ras kaucasia > Afrika-Amerika

D. PATOFISIOLOGI
Secara umum, kanker dimulai ketika sel-sel sehat mengalami mutasi
genetik yang mengubah sel normal menjadi sel abnormal dengan membuat
sintesis DNA error. Sel sehat tumbuh dan berkembang biak pada tingkat
yang ditetapkan, akhirnya mati pada waktu yang ditetapkan. Sel-sel kanker
tumbuh dan berkembang diluar kendali dan mereka tidak mati. Adanya
akumulasi sel abnormal akan membentuk suatu massa (tumor). Sel kanker
kemudian menginvasi jaringan terdekat dan dapat pecah dari tumor awal
untuk menyebar ke tempat lain dalam tubuh (metastasis). Pada kanker
ovarium, epithelial cancer ovaries terbentuk dari pembentukan malignant
dari permukaan epitel ovarium yang bermutasi dan menyebabkan sintesis
DNA error yang selanjutnya berproliferasi. Sel epitel ini mengganggu kerja
folikel, maka akan terbentuk metaplastic transformation setiap kali ovulasi
terjadi.
Pertumbuhan tumor primer diikuti oleh infiltrasi ke jaringan sekitar
yang menyebabkan berbagai keluhan samar-samar seperti perasaan sebah,
makan sedikit terasa cepat menjadi kenyang, sering kembung, nafsu makan
menurun. Kira-kira 60 % terdapat pada usia peri- menopausal, 30 % dalam
masa reproduksi dan 10 % pada usia yang jauh lebih muda. Tumor ini dapat
jinak (benigna) dan ganas (malignant).
Tumor-tumor epitelial ovarium merupakan 40% dari semua tumor
ovarium. Jenis kanker ovarium meliputi:
1. Disebut tumor epitel, kanker ini dimulai pada lapisan tipis jaringan yang
menutupi bagian luar ovarium. Kanker ovarium jenis ini adalah yang
paling banyak ditemui.
2. Kanker yang dimulai dalam sel yang memproduksi telur disebut tumor
sel germinal.
3. Kanker yang dimulai dalam sel-sel memproduksi hormon kanker ini
disebut tumor stroma. Jaringan ovarium ini yang menghasilkan hormon
estrogen, progesteron.
Tumor ganas ovarium menyebar secara limfogen ke kelenjar pada
aorta, mediastinal dan supraklavikular untuk seterusnya menyebar ke alat-
alat yang jauh, terutama paru-paru, hati dan otak. Obstruksi usus dan ureter
merupakan masalah yang sering menyertai penderita tumor ganas ovarium.
Gejala kanker ovarium sering dimanifestasikan sebagai gangguan pada
gastro instestinal.

E. TANDA DAN GEJALA


Kanker ovarium sulit terdeteksi, hanya sekitar 10 % dari kanker ovarium
yang terdeteksi pada stadium awal, gejala yang muncul, antara lain:
• Gejala awalnya berupa rasa tidak enak yang samar-samar di perut
bagian bawah.
Ovarium yang membesar pada wanita pasca menopause bisa merupakan
pertanda awal dari kanker ovarium.
• Di dalam perut terkumpul cairan dan perut membesar akibat ovarium
yang membesar ataupun karena penimbunan cairan, pada saat ini
penderita mungkin akan merasakan nyeri panggul, anemia dan berat
badannya menurun.
• Kadang kanker ovarium melepaskan hormon yang menyebabkan
pertumbuhan berlebih pada lapisan rahim, pembesaran payudara atau
peningkatan pertumbuhan rambut.
Gejala lainnya yang mungkin terjadi:
 Panggul terasa berat
 Perdarahan pervaginam
 Siklus Menstruasi abnormal
 Gejala saluran pencernaan (perut kembung, nafsu makan
berkurang, mual muntah, tidak mampu mencerna makanan
dalam jumlah seperti biasanya, konstipasi
 Sering berkemih
 Nyeri saat beerhubungan seksual
 Penurunan berat badan

F. STADIUM CA OVARIUM
Stadium kanker ovarium primer menurut FIGO (Federation International of
Ginecologies and Obstetricians) 1987, di antaranya:
STADIUM I  Pertumbuhan terbatas pada ovarium
1. Stadium 1a : pertumbuhan terbatas pada suatu ovarium, tidak ada
ascites yang berisi sel ganas, tidak ada tumor di permukaan luar
ovarium, kapsul utuh.
2. Stadium 1b : pertumbuhan terbatas pada kedua ovarium, tidak ascites
yang berisi sel ganas, tidak ada tumor di permukaan luar ovarium,
kapsul intak.
3. Stadium 1c : tumor dengan stadium 1A dan 1B tetapi dengan tumor
dipermukaan luar atau kedua ovarium, atau dengan kapsul pecah, atau
dengan ascites berisi sel ganas atau dengan bilasan peritoneum positif.

STADIUM II  Pertumbuhan pada satu atau dua ovarium dengan perluasan


ke pelvis
1. Stadium 2a : perluasan atau metastasis ke uterus dan atau tuba
2. Stadium 2b : perluasan jaringan pelvis lainnya
3. Stadium 2c : tumor stadium 2a dan 2b tetapi dengan tumor pada
permukaan satu atau kedua ovarium, kapsul pecah atau dengan ascites
yang mengandung sel ganas dengan bilasan peritoneum positif.
STADIUM III  Kanker meluas mengenai organ pelvis dan
intraperitoneal (selaput perut, permukaan usus, dan kelenjar getah
bening)
1. Stadium 3a : Tumor terbatas pada satu atau dua ovarium, secara
makroskopis mengenai intraperitoneal
2. Stadium 3b : Tumor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implant
dipermukaan peritoneum dan terbukti secara mikroskopis, diameter < 2
cm, dan kelenjar getah bening (-)
3. Stadium 3c : Meluas di abdoment dengan diameter > 2 cm, dan atau
kelenjar getah bening retroperitoneal atau inguinal positif.
STADIUM IV  Pertumbuhan mengenai satu atau kedua ovarium
dengan metastasis jauh. Bila efusi pleura dan hasil sitologinya positif
dalam stadium 4, begitu juga metastasis ke permukaan liver.

G. JENIS CA OVARIUM
1. Tumor epitelial
Tumor epitelial ovarium berkembang dari permukaan luar ovarium,
pada umumnya jenis tumor yang berasal dari epitelial adalah jinak,
karsinoma adalah tumor ganas dari epitelial ovarium (EOC’s : Epitelial
ovarium carcinomas) merupakan jenis tumor yang paling sering ( 85 –
90% ) dan penyebab kematian terbesar dari jenis kanker ovarium.
Gambaran tumor epitelial yang secara mikroskopis tidak jelas
teridentifikasi sebagai kanker dinamakan sebagai tumor bordeline atau
tumor yang berpotensi ganas (LMP tumor : Low Malignat Potential).
Beberapa gambaran EOC dari pemeriksaan mikroskopis berupa serous,
mucous, endometrioid dan sel jernih.
2. Tumor germinal
Tumor sel germinal berasal dari sel yang menghasilkan ovum atau telur,
umumnya tumor germinal adalah jinak meskipun beberapa menjadi
ganas, bentuk keganasan sel germinal terutama adalah teratoma,
dysgerminoma dan tumor sinus endodermal. Insiden keganasan tumor
germinal terjadi pada usia muda kadang dibawah usia 20 tahun, sebelum
era kombinasi kemoterapi harapan hidup satu tahun kanker ovarium
germinal stadium dini hanya mencapai 10 - 19% sekarang ini 90 %
pasien kanker ovarium germinal dapat disembuhkan dengan fertilitas
dapat dipertahankan.
3. Tumor stromal
Tumor ovarium stromal berasal dari jaringan penyokong ovarium yang
memproduksi hormon estrogen dan progesteron, jenis tumor ini jarang
ditemukan, bentuk yang didapat berupa tumor theca dan tumor sel
sartoli-leydig termasuk kanker dengan derajat keganasan yang rendah.

H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Setiap pembesaran ovarium harus di selidiki. Pemeriksaan pelvis
tidak akan mendeteksi dini kanker ovarium dan teknik pencitraan pelvis
tidak selalu defintif. Sekitar 75 % dari kanker ovarium telah bermetastasis
ketika di diagnosis, sekitar 60 % telah menyebar di luar pelvis. Dari banyak
tipe sel kanker ovarium yang berbeda, tumor epitel menempati 90 % dari
semua jenis. Tumor sel germinal dan tumor stromal menempati 10 % dari
kondisi ini.
Melihat topografi ovarium hampir tak memungkinkan kita
melakukan deteksi dini tumor ganas ovarium karena letaknya sangat
tersembunyi. Pemeriksaan ginekologik dan palpasi abdominal akan
mendapatkan tumor atau masa, di dalam panggul dengan bermacam-macam
konsistensi mulai dan yang kistik sampai yang solid (padat).
Selain itu bisa dilakukan tumor marker CA 125 untuk wanita yang suspek
kanker ovarium. Serum CA 125 normalnya < 35 U/ml, namun pada wanita
yang positif terkena kanker ovarium maka akan terjadi peningkatan > 65
U/ml.
Kondisi yang sebenarnya dari tumor jarang dapat ditegakkan hanya
dengan pemeriksaan klinik. USG (Ultra Sono Graphy) transvaginal dan
CTscan (Computerised Axial Tomography scanning) dapat memberi
informasi yang berharga mengenai ukuran tumor dan perluasanya sebelum
pembedahan. Laparotomi eksploratif disertai biopsy potong beku (frozen
section) masih tetap merupakan prosedur diagnostik paling berguna untuk
mendapat gambaran sebenarnya mengenai tumor dan perluasannya serta
menentukan strategi penanganan selanjutnya.

I. PENATALAKSANAAN
Pada umumnya, pengobatan kanker ovarium dilakukan dengan tindakan
operasi lalu dilanjutkan dengan pengobatan tambahan seperti kemoterapi,
radioterapi dan imunoterapi.
a. Operasi
Pada umumnya dilakukan:
Histerektomi total yaitu mengangkat rahim dengan organ
disekitarnya
Salpingo ooprekmitomi yaitu mengangkat kedua ovarium dan kedua
saluran tuba falopii
Omentektomi yaitu mengangkat lipatan selaput pembungkus perut
yang memanjang dari lambung kea lat-alat perut
b. Radioterapi
Teleterapi pelvis dan abdomen dan penetesan isotop radioaktif pada
rongga peritoneal digunakan pada wanita dengan kanker ovarium
tahap awal (stadium I dan II).
c. Kemoterapi
Merupakan bentuk pengobatan kanker dengan menggunakan obat
sitostatika yaitu suatu zat-zat yang dapat menghambat proliferasi
sel-sel kanker. Secara keseluruhan, kombinasi terapi sistematik
dengan takson, sisplatin, siklofosfamid meningkatkan respon terapi,
angka kesembuhan atau kemungkinan hidup.
Berdasarkan jenis sel kanker:
a. Kanker ovarium epithelial
Stadium I : Pada derajat diferensiasi baik sampai
sedang pilihan operasi salpingo-oofrektomi atau disertai
histerektomi abdominal total (pengangkatan uterus) dan
sebagian jaringan abdominal, harapan hidup selama 5 tahun
mencapai 90%. Sedangkan diferensiasi buruk maka pilihan
terapi berupa radioterapi, kemoterapi sistemik, histerektomi
total abdominal.
Stadium II : Terapi utama operasi disertai
kemoterapi atau radioterapi, harapan hidup selama 5 tahun
mendekati 80%.
Stadium III dan IV : Sedapat mungkin massa tumor dan
daerah disekitarnya diangkat (sitoreduktif) berupa
pengeluaran ascites, omentektomi, jika masih
memungkinkan salpingo-oofrektomi bilateral dilanjutkan
terapi ajuvan kemoterapi dan atau radioterapi.
b. Kanker ovarium germinal
Pengakatan ovarium dan tuba falopii dimana kanker ditemukan
dilanjutkan radioterapi atau kemoterapi.
c. Kanker ovarium stromal
Operasi yang dilanjutkan dengan kemoterapi.

J. KOMPLIKASI
1. Penyebaran kanker ke organ lain
2. Ascites (cairan di perut)
Kanker ovarium bermetastasis dnegan invasi langsung ke struktur-
struktur yang berdekatan pada abdomen dan panggul dan melalui cairan
peritoneal ke rongga abdomen dan rongga panggul
3. Efusi Pleura
Dari abdomen, cairan yang mengandung sel-sel ganas melalui saluran
limfe menuju pleura.
Komplikasi yang dapat disebabkan oleh pengobatan yakni:
1. Infertilitas akibat pembedahan
2. Mual, muntah dan supresi sumsum tulang akibat kemoterapi

K. PENCEGAHAN DINI
Beberapa faktor muncul untuk mengurangi risiko kanker indung telur,
termasuk:
a. Kontrasepsi oral (pil KB). Dibandingkan dengan wanita yang tidak
pernah menggunakan mereka, para wanita yang menggunakan
kontrasepsi oral selama lima tahun atau lebih mengurangi risiko kanker
ovarium sekitar 50 persen.
b. Kehamilan dan menyusui. Memiliki paling tidak satu anak menurunkan
risiko Anda mengalami kanker ovarium. Menyusui anak-anak juga
dapat mengurangi risiko kanker ovarium.
c. Laktasi
Secara teori, laktasi dapat menghambat LH oleh karena itu dapat
menghambat ovulasi.
Ketiga hal ini dapat menurunkan life time ovulatory cycles dimana
menurut teori setiap ovulasi terjadi maka dapat menyebabkan
terbentuknya metaplastic transformation.
d. Tubal Ligation dan Histerektomi
Setelah tuba diikat atau memiliki histerektomi dapat mengurangi risiko
kanker ovarium karena beberapa alasan berikut:
Mengganggu suplai darah ke ovarium
Mengganggu level etradiol dan progesterone yang menekan ovulasi
Mencegah masuknya retrograde toxin menuju vagina
ASUHAN KEPERAWATAN
CA OVARIUM

A. PENGKAJIAN
Yaitu suatu kegiatan mengumpulkan dan mengorganisasikan data yang
dikumpulkan dari berbagai sumber dan merupakan dasar untuk tindakan
dan keputusan yang diambil pada tahap-tahap selanjutnya. Adapun
pengkajiannya meliputi :
a. Biodata
Meliputi identitas pasien, identitas penanggung jawab dan identitas
masuk.
b. Riwayat kesehatan, meliputi keluhan utama, riwayat kesehatan
sekarang, riwayat kesehatan dahulu, riwayat kesehatan keluarga dan
riwayat sosial ekonomi.
c. Status Obstetrikus, meliputi :
1). Menstruasi : menarche, lama, siklus, jumlah, warna dan bau
2). Riwayat perkawinan : berapa kali menikah, usia perkawinan
3). Riwayat persalinan
4). Riwayat KB
d. Pemeriksaan Fisik
1). Kaji tingkat kesadaran
2). Ukur tanda-tanda vital
3). Auskultasi bunyi nafas
4). Kaji turgor kulit
5). Pengkajian abdomen
Inspeksi ukuran dan kontur abdomen
Auskultasi bising usus
Palpasi terhadap nyeri tekan dan massa
Tanyakan tentang perubahan pola defekasi dan bak
Kaji status balutan
6). Kaji terhadap nyeri atau mual
7). Kaji status alat intrusif
8). Palpasi nadi pedalis secara bilateral
9). Evaluasi kembalinya reflek gag
10). Kaji status psikologis pasien
e. Data penunjang
1). pemeriksaan laboratorium : pemeriksaan darah lengkap (NB,
HT, SDP)
2). terapi yang diberikan

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan nyaman nyeri b.d proses inflamasi dari metastase sel
kanker
2. Resiko tinggi kekurngan volume cairan tubuh b.d. perdarahan
pervaginam berlebihan.
3. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
anoreksia
4. Resiko tinggi terhadap disfungsi seksual b.d perubahan struktur
atau fungsi tubuh, perubahan kadar hormon
5. Kecemasan b.d krisis situasi, ancaman kematian, ancaman atau
perubahan pada status kesehatan / sosioekonomi, fungsi peran,
pola interaksi, kuranganya informasi mengenai penyakitnya dan
prosedur pemeriksaan
6. Perubahan citra tubuh dan harga diri b.d perubahan dalam
penampilan fungsi dan peran
7. Gangguan eliminasi bak b.d inkontinensia urin
8. Resti infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan
tubuh sekunder dan sistem imun (efek kemotherapi/radiasi),
malnutrisi, prosedur invasif.

C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


NO Diagnosa Tujuan Intervensi Rasionalisasi
1 Nyeri akut b.d agen Tujuan : Klien merasa reda 1. Kaji karakteristik nyeri : lokasi, 1. Untuk mendapatkan data
cidera biologi dari nyeri dan kualitas, frekuensi yang akurat
ketidaknyamanan yang 2. Kaji faktor lain yang menunjang 2. Untuk mendapatkan
ditimbulkan nyeri, keletihan, marah pasien penyebab nyeri sehingga bisa
Kriteria Hasil: diintervensi
- Klien menyatakan nyeri 3. Kolaborasi dengan tim medis 3. Analgetic bisa memblok rasa
berkurang (skala 3-5) dalam memberi obat analgesic nyeri
- Klien tampak tenang, 4. Jelaskan kegunaan analgesic 4. Untuk menimbulkan
ekspresi wajah rileks. dan cara-cara untuk mengurangi kepatuhan minum obat dan
- Tanda vital dalam batas efek samping mengurangi efek samping
normal : dari obat
Suhu : 36-37 0C 5. Ajarkan klien strategi baru 5. Untuk mengalihkan rasa nyeri
N : 80-100 x/m untuk meredakan nyeri dan
RR : 16-24x/m ketidaknyamanan: imajinasi,
TD : Sistole : 100-130 relaksasi, stimulasi kutan
mmHg
Diastole : 70-80 mmHg
2 Perubahan citra tubuh Tujuan : Klien dapat 1. Kaji perasaan klien tentang citra 1. Untuk menentukkan
dan harga diri b.d memperbaiki persepsi citra tubuh dan tingkat harga diri intervensi yang tepat
perubahan dalam tubuh dan harga dirinya.
penampilan fungsi dan 2. Berikan dorongan untuk 2. Agar klien merasa dihargai
peran keikutsertaan kontinyu dalam
aktifitas dan pembuatan
keputusan
3. Berikan dorongan pada klien 3. Agar klien merasa didukung
dan pasangannya untuk saling dan tidak merasa sendiri
berbagi kekhawatiran tentang dalam menghadapi
perubahan fungsi seksual dan penyakitnya
menggali alternatif untuk
ekspresi seksual yang lazim
3 Ancietas berhubungan Tujuan 1. Motivasi pasien pasien untuk 1. Pengungkapan perasaan akan
dengan krisis situasi, Pasien mampu mengungkapkan perasaan mengurangi cemasnya
ancaman kematian, menunjukkan hilangnya / cemasnya
ancaman atau perubahan berkurangnya kecemasan 2. Beri penjelasan kepada pasien 2. Pengetahuan yang cukup
pada status kesehatan / Kriteria hasil tentang penyakitnya dan cara dapat mengurangi kecemasan
sosioekonomi, fungsi - Pasien mengatakan rasa mengatasinya akibat kurang informasi
peran, pola interaksi, cemas hilang atau berkurang 3. Ciptakan suasana lingkungan 3. Lingkungan yang nyaman
kuranganya informasi - Ekspesi wajah tenang yang aman, nyaman dan tenang mengurangi kecemasan
mengenai penyakitnya - Tanda-tanda vital dalam
dan prosedur
pemeriksaan batas normal 4. Anjurkan keluarga untuk terus 4. Peran keluarga sangat
mendampingi dan memberi mendukung secara psikologis
motivasi pada pasien untuk mengurangi kecemasan
5. Ciptakan hubungan saling 5. Hubungan terapeutik
percaya antara perawat dan membantu pasien
pasien mengungkapkan perasaan
cemasnya
4 Gangguan eliminasi bak Tujuan :klien bisa 1. Menjaga kebersihan kulit, kulit 1. Mencegah iritasi kulit
b.d inkontinensia urin mengontrol pola bak nya tetap dalam keadaan kering,
Kriteria Hasil: ganti sprei atau pakaian bila
-klien bisa mengikuti latihan basah.
bladder 2. Anjurkan klien untuk latihan 2. Menguatkan otot-otot yang
-tidak terjadi iritasi kulit bladder training mengontrol bak
karena keasaman urin 3. Anjurkan klien untuk latihan 3. Untuk membantu
perineal atau kegels exercise menguatkan kontrol muskuler
Latihan ini dapat dengan berbaring, (jika diindikasikan)
duduk atau berdiri
a. Kontraksikan otot perineal untuk
menghentikan pengeluaran urine
b. Kontraksi dipertahankan selama 5-10
detik dan kemudian mengendorkan
atau lepaskan
c. Ualngi sampai 10 kali, 3-4 x / hari
1. Cek obat-obat yang diminum ( 1. Obat-obatan bisa
narkotik, sedative, diuretik, mempengaruhi banyaknya
antihistamin dan anti hipertensi urin
), mungkin berkaitan dengan
inkontinensia. 2. Keadaan psikologi bisa
2. Cek psikologis klien. menyebabkan ingin bak
5 Resiko terhadap Tujuan 1. Pantau masukan makanan setiap 1. Mengidentifikasi kekuatan /
perubahan nutrisi kurang Asupan nutrisi terpenuhi hari defisiensi nutrisi
dari kebutuhan tubuh secara adekuat 2. Motivasi pasien untuk makan 2. Kebutuhan jaringan
berhubungan dengan Kriteri Hasil : diet tinggi kalori kaya nutrien metabolic ditingkatkan serta
anorexia, penurunan - Berat badan stabil dengan masukan cairan adekuat cairan ( menghilangkan
masukan sekunder - Nafsu makan meningkat produksi sisa )
terhadap pembedahan, - Porsi maknan yang 3. Hidangkan makanan yang 3. Untuk menambah nafsu
terapi radiasi ,penurunan dihidangkan meningkat sesuai selera pasien makan pasien
pemasukan oral, mual
muntah dan ketidak 4. Hindari makanan dengan 4. Dapat menstimulus respon
nyamanan mulut bumbu merangsang dan mual muntah
berlemak
5. Kolaborasi dengan dokter dalam 5. Obat antiemetik menurunkan
pemberian obat antiemetik reaksi mual muntah
6 Resiko tinggi kekurngan Tujuan : Setelah 1. Kaji tanda-tanda kekurangan cairan. 1. Agar bisa diinterrvensi lebih dini
volume cairan tubuh b.d. dilakukan tindakan 2. Pantau masukan dan haluaran/ 2. Untuk mendeteksi kekuatan
perdarahan pervaginam keperawatan selama 2 x monitor balance cairan tiap 24 jam. asupan cairan
berlebihan. 24 jam tidak terjadi 3. Monitor tanda-tanda vital. Evaluasi 3. Mendeteksi adanya kekurangan
kekurangan volume nadi perifer. cairan
cairan tubuh. 4. Observasi pendarahan 4. Mengetahui jumlah darah yang
Kriteria Hasil : keluar
- Tidak ditemukan tanda- 5. Anjurkan klien untuk minum + 5. Mencegah kekurangan cairan
tanda kekurangan cairan. 1500-2000 ,l/hari
Seperti turgor kulit
kurang, membran 6. Kolaborasi untuk pemberian cairan 6. Mengganti volume cairan yang
mukosa kering, demam. parenteral dan kalau perlu transfusi hilang dan menambah asupan
- Pendarahan berhenti, sesuai indikasi, pemeriksaan cairan yang kurang lewat oral
keluaran urine 1 cc/kg laboratorium. Hb, leko, trombo,
BB/jam. ureum, kreatinin.
- Tanda-tanda vital dalam
batas normal : Suhu : 36-
370C, Nadi : 80 –100 x/m,
RR :16-24 x/m, TD :
Sistole : 100-130 mmHg,
Diastole : 70-80 mmHg

7 Resiko tinggi infeksi Tujuan :infeksi tidak 1. Cuci tangan sebelum 1. Mencegah terjadinya infeksi
berhubungan dengan terjadi. melakukan tindakan. silang.
tidak adekuatnya kriteria hasil: Pengunjung juga dianjurkan
pertahanan tubuh 1. Klien mampu melakukan hal yang sama.
sekunder dan sistem mengidentifikasi dan 2. Jaga personal hygine klien 2. Menurunkan/mengurangi
imun (efek berpartisipasi dalam dengan baik. adanya organisme hidup.
kemotherapi/radiasi), tindakan pecegahan 3. Monitor temperatur. 3. Peningkatan suhu merupakan
malnutrisi, prosedur infeksi Kaji semua sistem untuk tanda terjadinya infeksi.
invasif. 2. Tidak menunjukkan melihat tanda-tanda infeksi.
tanda-tanda infeksi. 4. Hindarkan/batasi prosedur 4. Mencegah/mengurangi
. invasif dan jaga aseptik terjadinya resiko infeksi.
prosedur.
5. Kolaboratif 5. Mencegah terjadinya infeksi.
Monitor CBC, WBC,
granulosit, platelets.
6. Berikan antibiotik bila 6. Segera dapat diketahui
diindikasikan apabila terjadi infeksi.
Adanya indikasi yang jelas
sehingga antibiotik yang
diberikan dapat mengatasi
organisme penyebab infeksi.
8 Resiko tinggi terhadap Tujuan : Mengidentifikasi 1. Mendengarkan pernyataan klien 1. Untuk mengeksplorasi
disfungsi seksual b.d kepuasan/ praktik seksual dan pasangan perasaan klien dan pasangan
perubahan struktur atau yang diterima dan beberapa yang sesungguhnya
fungsi tubuh, perubahan alternatif cara 2. Diskusikan sensasi atau 2. Untuk menentukkan
kadar hormon mengekspresikan keinginan ketidaknyamanan fisik, intervensi yang tepat
seksual. perubahan pada respons
Kriteria hasil: klien dan individu
pasangan bisa memaklumi 3. Kaji informasi klien dan 3. Untuk mengetahui sejauh
kondisi kesehatan klien. pasangan tentang anatomi/ mana pengetahuan klien
fungsi seksual dan pengaruh tentang organ reproduksinya
prosedur pembedaha
sehingga bisa menentukkan
intervensi lebih lanjut
4. Identifikasi faktor budaya/nilai 4. Factor budaya bisa
budaya mempengaruhi pola seksual
klien
5. Bantu klien untuk menyadari 5. Agar klien tidak merasa
atau menerima tahap berduka sendiri
6. Dorong klien untuk berbagi 6. Untuk mencari dukungan dari
pikiran/masalah dengan orang orang lain
terdekatnya
7. Berikan solusi masalah terhadap 7. Membantu klien dalam
masalah potensial. ex : menunda memecahkan masalah
koitus seksual saat kelelahan
DAFTAR PUSTAKA

Altchek, A., Deligdisch, L., & Kase, N. 2008. Diagnosis and Management of
Ovarian
Disorder. USA: Elsevier Science.
Bobak, M. I. 2005. Buku ajar keperawatan maternitas, edisi 4. Jakarta:
EGC.

Carpenito, L. J. 2001. Diagnosa keperawatan edisi 8. Jakarta: EGC.


Chan, P. D., & Johnson, S. M. 2008. Gynecology and Obstetrics New Treatment
Guidelines.
USA: CCS Publishing.
Doenges, M.E. 2001. Rencana keperawatan maternal/bayi: pedoman
untuk perencanaan dan dokumentasi perawatan klien edisi 2.
Jakarta: EGC.

Henderson & Jones. 2006. Buku ajar konsep kebidanan. Jakarta: EGC.

Syaifuddin, A.B. 2002. Buku panduan praktek pelayanan kesehatan


maternal dan neonatal edisi I. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo

Anda mungkin juga menyukai