Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DOKUMENTASI KEPERAWATAN
Disusun oleh:
KELOMPOK 3/ 2C
A. Latar Belakang
Pada era sekarang ini, tentu saja kita tidak bisa lepas dari informasi.Teknologi
informasi menjadi hal yang memiliki peranan penting dalamkehidupan kita. Semua
bidang seperti politik, militer, ekonomi, sosial, budaya, berupaya memberikan akses
informasi yang mudah bagi masyarakat, termasuk dalam bidang kesehatan.
B. Tujuan
Indonesia Sehat akan tercapai dengan baik apabila didukung oleh tersedianya
data dan informasi yang akurat dan disajikan secara cepat dan tepat waktu. Atau
dengan kata lain, pencapaian Indonesia Sehat memerlukan dukungan informasi yang
dapat diandalkan (reliable). Atas dasar pertimbangan tersebut, maka Visi Sistem
Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS) adalah INFORMASI KESEHATAN
ANDAL 2010 (Reliable Health Information 2010).
Untuk dapat mewujudkan Visi tersebut, maka Misi dari pengembangan Sistem
Informasi Kesehatan Nasional adalah:
1. Mengembangkan pengelolaan data yang meliputi pengumpulan, penyimpanan,
pengolahan, dan analisis data.
2. Mengembangkan pengemasan data dan informasi dalam bentuk BANKDATA,
Profil Kesehatan, dan kemasan-kemasan informasi khusus.
3. Mengembangkan jaringan kerjasama pengelolaan data dan informasi kesehatan.
4. Mengembangkan pendayagunaan data dan informasi kesehatan.
Di jajaran kesehatan terdapat berbagai macam sub sistem informasi yang
selama ini belum terintegrasi dengan baik dalam suatu SIKNAS. Oleh karena itu,
maka strategi pertama yang perlu dilakukan dalam rangka pengembangan SIKNAS
adalah pengintegrasian sistem-sistem informasi tersebut. Pengertian integrasi
hendaknya dicermati oleh sebab di dalamnya tidak terkandung maksud
mematikan/menyatukan semua sistem informasi yang ada. Yang disatukan hanyalah
sistem-sistem informasi yang lebih efisien bila digabung. Terhadap sistem-sistem
informasi lainnya, pengintegrasian lebih berupa pengembangan (1) pembagian tugas,
tanggung jawab dan otoritas-otoritas serta (2) mekanisme saling-hubung. Dengan
integrasi ini diharapkan semua sistem informasi yang ada akan bekerja secara terpadu
dan sinergis membentuk suatu SIKNAS. Pembagian tugas dan tanggung jawab akan
memungkinkan data yang dikumpulkan memiliki kualitas dan validitas yang baik.
Otoritas akan menyebabkan tidak adanya duplikasi dalam pengumpulan data,
sehingga tidak akan terdapat informasi yang berbeda-beda mengenai suatu hal.
(Sumber: SIKNAS dan BANK DATA disajikan SEKJEN di Bidakara)
Terdapat 7 komponen yang saling terhubung dan saling terkait dengan adanya
jaringan SIKNAS, yaitu
1. Sumber data manual
2. Sumber data komputerisasi
3. Sistem informasi dinas kesehatan
4. Sistem informasi pemangku kepentingan
5. Bank data kesehatan nasional
6. Pengguna data oleh Kemetrian Kesehatan
7. Pengguna data
Melihat Sistem Informasi Kesehatan yang ada di Indonesia, maka kita bisa menilai
bahwa penerapannya masih cukup kurang. Khususnya untuk Surveilans yang berfungsi
untuk menggambarkan segala situasi yang ada khususnya perkembangan penyakit
sehingga berpengaruh terhadap derajat kesehatan setiap individu di dalam populasi yang
ada. Perkembangan dan masalah sistem informasi kesehatan antara lain :
1. Upaya kesehatan
Akses pada pelayanan kesehatan secara nasional mengalami peningkatan. Namun
pada daerah terpencil, tertinggal, perbatasan, serta pulau – pulau kecil terdepan dan
terluar masih rendah.
2. Pembiayaan Kesehatan
Pembiayaan kesehatan sudah semakin meningkat dari tahun ke tahun, namun
psersentase terhadap seluruh APBN belum meningkat.
3. Sumber Daya Manusia Kesehatan
Upaya pemenuhan kebutuhan Sumber Daya Manusia ( SDM ) Kesehatan belum
memadai. Baik jumlah, jenis, maupun kualitas tenaga kesehatan yang dibutuhkan. Selain
itu, distribusi tenaga kesehatan masih belum merata. Jumlah dokter Indonesia masih
termasuk rendah.
4. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Makanan
Pasar sediaan farmasi masih di dominasi oleh produksi domestik, sementara itu
bahan baku impor mencapai 85% dari kebutuhan. Di Indonesia terdapat 9.600 jenis
tanaman berpotensi mempunyai efek pengobatan, dan baru 300 jenis tanaman yang telah
digunakan sebagai bahan baku. Penggunaan obat nasional belum dilaksanakan di seluruh
fasilitas pelayanan kesehatan, masih banyak pengobatan yang dilakukan tidak sesuai
dengan formularium.
5. Manajemen dan Informasi Kesehatan
Perencanaan pembangunan kesehatan antara Pusat dan Daerah belum sinkron.
Sistem informasi kesehatan menjadi lemah setelah menerapkan kebijakan desentralisasi.
Data dan informasi kesehatan untuk perencanaan tidak tersedia tepat waktu. Sistem
Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS) yang berbasis fasilitas sudah mencapai tingkat
kabupaten/ kota namun belum dimanfaatkan. Hasil penelitian kesehatan belum banyak
dimanfaatkan sebagai dasar perumusan kebijakan dan perencanaan program. Surveilans
belum dilaksanakan secara menyeluruh.
Pengambilan keputusan dan penentuan kebijakan masih belum didukung oleh data
yang kuat, Pengelolaan sistem informasi yang baik dapat mendukung tersedianya data
dan informasi kesehatan yang valid yang dapat mendukung dalam penentuan kebijakan
pembangunan kesehatan di berbagai bidang seperti yang tercantum dibawah ini :
1. Peningkatan jumlah, jaringan dan kualitas sarana dan prasarana pelayanan kesehatan
dasar dan rujukan, terutama pada daerah dengan aksesibilitas relatif rendah.
2. Perbaikan dan penanggulangan gizi masyarakat dengan fokus utama pada ibu hamil
dan anak hingga usia 2 tahun.
3. Pengendalian penyakit menular, terutama TB, malaria, HIV/AIDS, DBD dan diare
serta penyakit zoonotik, seperti kusta, frambusia, filariasis, schistosomiasis.
4. Pembiayaan dan efisiensi penggunaan anggaran kesehatan, serta pengembangan
jaminan pelayanan kesehatan.
5. Peningkatan jumlah, jenis, mutu dan penyebaran tenaga kesehatan untuk pemenuhan
kebutuhan nasional serta antisipasi persaingan global yang didukung oleh sistem
perencanaan dan pengembangan SDM kesehatan secara sistematis dan didukung oleh
peraturan perundangan.
6. Peningkatan ketersediaan, keterjangkauan, mutu, dan penggunaan obat.
7. Manajemen kesehatan dan pengembangan di bidang hukum dan administrasi
kesehatan, penelitian dan pengembangan kesehatan, penapisan teknologi kesehatan
dan pengembangan sistem informasi kesehatan.
Melihat berbagai kondisi diatas maka dibutuhkan suatu Sistem Informasi Kesehatan
untuk digunakan di daerah (Puskesmas dan Dinas Kesehatan) yang sesuai dan dapat
memenuhi kebutuhan berbagai pihak, mulai dari tingkat Puskesmas hingga ke
Kementrian Kesehatan dengan standar minimum atau disebut Sistem Informasi
Kesehatan Daerah Generik (SIKDA Generik).
Sistem informasi kesehatan yang mampu menampilkan informasi secara cepat, akurat
dan terkini sesuai dengan kebutuhan berbagai pihak dalam pengambilan keputusan
manajemen.
Melihat Sistem Informasi Kesehatan yang ada di Indonesia, maka kita bisa menilai
bahwa penerapannya masih cukup kurang. Khususnya untuk Surveilans yang berfungsi
untuk menggambarkan segala situasi yang ada khususnya perkembangan penyakit
sehingga berpengaruh terhadap derajat kesehatan setiap individu di dalam populasi yang
ada.
Sebagai contoh misal gambaran Sistem Informasi Pada Dinas Kesehatan Kabupaten
Kutai Timur, Propinsi Kalimantan. Timbul berbagai permasalahan tetrkait penerapan
Sistem Informasi kesehatan, disana digambarkan bahwa masih ditemukannya beberapa
puskesmas yang tidak sesuai dalam proses pencatatan dan pendataan. Terbukti dengan
masih adanya 5 Puskesmas yang tidak menggunakan komputer dari 19 Puskesmas yang
ada.
Tidak hanya masalah tersebut saja, yang menjadi penghambat atas penerapan SIK
(Sistem Informasi Kesehatan) di Dinas Kesehatan Kabupaten Kutai Timur, Propinsi
Kalimantan. Melainkan masih banyak sekali masalah yang timbul, yaitu :
1. Untuk mengakses data sulit karena terpisah antara program.
2. Adanya perbedaan data antar bagian dengan data yang sama, misalnya jumlah bayi.
3. Sulitnya menyatukan data karena format laporan yang berbeda-beda.
4. Adanya pengambilan data yang sama berulang-ulang dengan format yang berbeda-
beda dari masing-masing bagian.
5. Waktu untuk mengumpulkan data lebih lama, sehingga pengolahan dan analisis data
sering terlambat.
6. Pimpinan sulit mengambil keputusan dengan cepat dan akurat karena data berbeda
dan keterlambatan laporan.
Jadi, apabila melihat dari penjabaran di atas maka bisa disimpulkan bahwa faktor-
faktor yang sering menghambat SIK (Sistem Informasi Kesehatan) yang bersifat daerah
(SIKDA) maupun nasional (SIKNAS) berdasarkan gambaran di Dinas Kesehatan
Kabupaten Kutai Timur, Propinsi Kalimantan adalah faktor geografis (tempat dan lokasi),
human resources medical atau tenaga kesehatan, infrastruktur pendukung (komputer,
software, dan lain-lain), dan kebijakan mengenai SIKDA (Sistem Informasi Kesehatan
Daerah) maupun SIKNAS (Sistem Informasi Kesehatan Nasional).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
http://www.pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/lain-lain/PMK-No-97-Th-2015-ttg-Peta-
Jalan-Sistem-Informasi-Kesehatan-Tahun-2015-2019.pdf
https://peraturan.bkpm.go.id/jdih/userfiles/batang/KEPMENKES_468_2001.pdf
https://bidankomunitas.files.wordpress.com/2012/01/pengertian-sik_1.pdf
https://media.neliti.com/media/publications/77956-ID-implementasi-sistem-informasi-administra.pdf
https://realtimehealth.wordpress.com/2014/11/01/sistem-informasi-kesehatan-di-indonesia