Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

DOKUMENTASI KEPERAWATAN

SISTEM INFORMASI KESEHATAN

Dosen Pengampu: Ari Setyowati, Ns. M.Kep

Disusun oleh:

KELOMPOK 3/ 2C

1. LUSIYANA TRI MULYANI (2018200081)


2. FELLA ITHMA ANNA FAIZUN (2018200)
3. NELI AGUSTIN (2018200)
4. DEDI KURNIAWAN (2018200)
5. SUBAGIYONO (2018200)

UNIVERSITAS SAINS AL-QUR’AN JAWA TENGAH DI WONOSOBO


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
2018/2019
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada era sekarang ini, tentu saja kita tidak bisa lepas dari informasi.Teknologi
informasi menjadi hal yang memiliki peranan penting dalamkehidupan kita. Semua
bidang seperti politik, militer, ekonomi, sosial, budaya, berupaya memberikan akses
informasi yang mudah bagi masyarakat, termasuk dalam bidang kesehatan.

Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua


komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang, agar peningkatan derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud, sebagai investasi bagi
pembangunan sumber daya manusia yang produktif. Untuk meningkatkan
pembangunan kesehatan tersebut diperlukan suatu sistem informasi yang mengelola
secara khusus dalam bidang kesehatan yang efektif digunakan di negara Indonesia.

Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari beberapa provinsi di


bawah koordinasi dari pemerintahan pusat. Dengan banyaknya provinsi tersebut,
maka dalam proses untuk melihat derajat kesehatan dari setiap individu dalam
populasi tersebut perlu sebuah sistem yang mendukung, yaitu SIK ( Sistem Informasi
Kesehatan ). Berdasarkan Permenkes 004/Menkes/SK/I/2003 tentang desentralisasi
pelayanan public dan Permenkes Nomor 932/Menkes/SK/VIII/2002 tentang petunjuk
pelaksanaan pengembangan sistem laporan informasi kesehatan kabupaten atau kota.
Hal tersebut mendukung atas keberadaan sistem informasi kesehatan di Indonesia.

B. Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini antara lain:

1. Mengetahui apa pengertian sistem informasi kesehatan.

2. Mengetahui bagaimana konsep-konsep pengembangan sistem informasi


kesehatan.

3. Mengetahui apa tujuan pengembangan sistem informasi kesehatan.

4. Mengetahui apa itu SIKNAS

5. Mengetahui kondisi Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia

6. Mengetahui hambatan dan tantangan sistem informasi kesehatan di Indonesia


BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sistem Informasi Kesehatan


Dalam peraturan pemerintah RI no.46 tahun 2014 tentang sistem informasi
kesehatan, disebutkan bahwa suatu sistem informasi kesehatan adalah seperangkat
tatanan yang meliputi data, informasi, indikator, prosedur, perangkat, teknologi dan
sumber daya manusia yang saling berkaitan dan dikelola secara terpadu untuk
mengarahkan tindakan atau keputusan yang berguna dalam mendukung pembangunan
kesehatan. Dan untuk mendukung penyelenggaran pembangunan kesehatan tersebut,
diperlukan data, informasi dan indikator kesehatan yang dikelola dalam sistem
informasi kesehatan.

Menurut WHO dalam buku Design and Implementation of Health Information


System, sistem informasi kesehatan tidak dapat berdiri sendiri, melainkan sebagai
bagian dari suatu sistem kesehatan. Suatu sistem informasi kesehatan yang efektif
memberikan dukungan informasi bagi proses pengambilan keputusan di semua
jenjang. Sistem informasi harus dijadikan sebagai alat yang efektif bagi manajemen.
Dalam buku tersebut sistem informasi kesehatan merupakan salah satu dari 6
“building block” atau komponen utama dalam sistem kesehatan di suatu negara.
Keenam komponen ( building block ) sistem kesehatan tersebut adalah:
1. Service delivery ( pelaksanaan pelayanan kesehatan )
2. Medical product, vaccine, and technologies ( produk medis, vaksin,dan teknologi
kesehatan ).
3. Health worksforce ( tenaga medis ).
4. Health system finsncing ( sistem pembiayaan kesehatan ).
5. Health information system ( sistem informasi kesehatan ).
6. Leadership and governance ( kepemimpinan dan pemerintah ).

Penggunaan sistem informasi kesehatan dilaksanakan untuk memperoleh


manfaat langsung atau tidak langsung sebagai pengetahuan untuk mendukung
pengelolaan, pelaksanaan, dan pengembangan pembangunan kesehatan dan informasi
yang didapat harus bersumber dari informasi yang akurat yang dilaksanakan untuk
penyusunan kebijakan, perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pengawasan,
pengendalian dan evaluasi pembangunan kesehatan.

Selain itu penggunaannya harus menaati ketentuan tentang Kerahasiaan


informasi dan Hak atas kekayaan intelektual yang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Tujuanya untuk mewujudkan penyelenggaraan sistem informasi
kesehatan yang berdaya guna dan berhasil guna memiliki arti yang sama dengan tujuan
mendukung proses kerja pemerintah, pemerintah daerah, dan fasilitas pelayanan
kesehatan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang efektif dan efisien.
Penyelenggaraan sistem informasi kesehatan itu juga merupakan bentuk
pertanggungjawaban instansi terhadap penyelenggaraan pembangunan kesehatan.
B. Konsep – konsep Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan
Sistem informasi kesehatan harus dibangun untuk mengatasi kekurangan maupun
ketidakkompakan antar badan kesehatan.Dalam melakukan pengembangan sistem
informasi secara umum, ada beberapa konsep dasar yang harus dipahami oleh para
pengembang atau pembuat rancang bangun sistem informasi (designer). Konsep-
konsep tersebut antara lain:
1. Sistem informasi tidak identik dengan sistem komputerisasi.
Pada dasarnya sistem informasi tidak bergantung kepada penggunaan
teknologi komputer. Sistem informasi yang memanfaatkan teknologi komputer
dalam implementasinya disebut sebagai Sistem Informasi Berbasis Komputer
( Computer Based Information System ). Pada pembahasan selanjutnya, yang
dimaksudkan dengan sistem informasi adalah sistem informasi yang berbasis
komputer. Isu penting yang mendorong pemanfaatan teknologi komputer atau
teknologi informasi dalam sistem informasi suatu organisasi adalah :
a. Pengambilan keputusan yang tidak dilandasi dengan informasi.
b. Informasi yang tersedia, tidak relevan.
c. Informasi yang ada, tidak dimanfaatkan oleh manajemen.
d. Informasi yang ada, tidak tepat waktu.
e. Terlalu banyak informasi.
f. Informasi yang tersedia, tidak akurat.
g. Adanya duplikasi data (data redundancy).
h. Adanya data yang cara pemanfaatannya tidak fleksibel.
2. Sistem informasi organisasi adalah suatu sistem yang dinamis.
Dinamika sistem informasi dalam suatu organisasi sangat ditentukan oleh
dinamika perkembangan organisasi tersebut.Oleh karena itu perludisadari bahwa
pengembangan sistem informasi tidak pernah berhenti.
Sistem informasi sebagai suatu sistem harus mengikuti siklus hidup sistem.
Sistem informasi memiliki umur layak guna, maksudnya panjang pendeknya umur
layak guna sistem informasi ditentukan oleh :
1. Makin cepat organisasi tersebut berkembang, maka kebutuhan informasi juga
akan berkembang sedemikian rupa sehingga sistem informasi yang sekarang
digunakan sudah tidak lagi memenuhi kebutuhan organisasi tersebut.
2. Perkembangan teknologi informasi yang cepat menyebabkan perangkat keras
maupun perangkat lunak yang digunakan untuk mendukung beroperasinya sistem
informasi tidak bisa berfungsi secara efisien dan efektif.
3. Perkembangan tingkat kemampuan pengguna (user) sistem informasi. Suatu
sistem informasi yang baik, akan dikembangkan berdasarkan tingkat kemampuan
dari para pengguna.
Pengembangan sistem informasi harus dilakukan dengan menggunakan
pendekatan struktur organisasi dan pada umumnya mereka mengalami kegagalan,
karena struktur organisasi sering kali kurang mencerminkan semua fungsi yang ada di
dalam organisasi. Sebagai pengembang, sistem informasi hanya bertanggung jawab
dalam mengintegrasikan fungsi-fungsi dan sistem yang ada di dalam organisasi
tersebut menjadi satu. Pemetaan fungsi-fungsi dan sistem ke dalam unit-unit
struktural yang ada di dalam organisasi adalah wewenang dan tanggung jawab dari
pimpinan organisasi. Adapun penyusunan rancang bangun atau design sistem
informasi harus dilakukan secara menyeluruh, sedangkan dalam pembuatan aplikasi
bisa dilakukan secara sektoral atau segmental menurut prioritas dan ketersediaan
dana.
Pengembangan dan penguatan sistem informasi kesehatan dilakukan dengan
memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut :
1. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi.
2. Keamanan dan kerahasiaan data.
3. Kemudahan akses.
4. Etika, integritas dan kualitas.

C. Tujuan Sistem Informasi Kesehatan

1. Menjamin ketersediaan, kualitas dan akses terhadap informasi kesehatan yang


bernilai pengetahuan serta dapat dipertanggungjawabkan.

2. Memberdayakan peran serta masyarakat, termasuk organisasi profesi dalam


penyelenggaraan sistem informasi kesehatan.

3. Mewujudkan penyelenggaraan sistem informasi kesehatan dalam ruang lingkup


sistem kesehatan nasional yang berdaya guna dan berhasil guna terutama melalui
penguatan kerja sama, koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi dalam mendukung
penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang berkesinambungan.

D. Sistem Informasi Kesehatan Nasional ( SIKNAS )

Sistem Informasi Kesehatan Nasional ( SIKNAS ) adalah sistem informasi


yang berhubungan dengan sistem-sistem informasi lain baik secara nasional maupun
internasional dalam rangka kerjasama yang saling mneguntungkan. SIKNAS
bukanlah suatu sistem yang berdiri sendiri, melainkan merupakan bagian dari sistem
kesehatan. Oleh karena itu, SIK di tingkat pusat merupakan bagian dari sistem
kesehatan nasional, di tingkat provinsi merupakan bagian dari sistem kesehatan
provinsi, dan di tingkat kabupaten atau kota merupakan bagian dari sistem kesehatan
kabupaten atau kota. SIKNAS di bagun dari himpunan atau jaringan sistem-sistem
informasi kesehtan provinsi dan sistem informasi kesehatan provinsi di bangun dari
himpunan atau jarngan sistem-sistem informasi kesehatan kabupaten atau kota.

Indonesia Sehat akan tercapai dengan baik apabila didukung oleh tersedianya
data dan informasi yang akurat dan disajikan secara cepat dan tepat waktu. Atau
dengan kata lain, pencapaian Indonesia Sehat memerlukan dukungan informasi yang
dapat diandalkan (reliable). Atas dasar pertimbangan tersebut, maka Visi Sistem
Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS) adalah INFORMASI KESEHATAN
ANDAL 2010 (Reliable Health Information 2010).
Untuk dapat mewujudkan Visi tersebut, maka Misi dari pengembangan Sistem
Informasi Kesehatan Nasional adalah:
1. Mengembangkan pengelolaan data yang meliputi pengumpulan, penyimpanan,
pengolahan, dan analisis data.
2. Mengembangkan pengemasan data dan informasi dalam bentuk BANKDATA,
Profil Kesehatan, dan kemasan-kemasan informasi khusus.
3. Mengembangkan jaringan kerjasama pengelolaan data dan informasi kesehatan.
4. Mengembangkan pendayagunaan data dan informasi kesehatan.
Di jajaran kesehatan terdapat berbagai macam sub sistem informasi yang
selama ini belum terintegrasi dengan baik dalam suatu SIKNAS. Oleh karena itu,
maka strategi pertama yang perlu dilakukan dalam rangka pengembangan SIKNAS
adalah pengintegrasian sistem-sistem informasi tersebut. Pengertian integrasi
hendaknya dicermati oleh sebab di dalamnya tidak terkandung maksud
mematikan/menyatukan semua sistem informasi yang ada. Yang disatukan hanyalah
sistem-sistem informasi yang lebih efisien bila digabung. Terhadap sistem-sistem
informasi lainnya, pengintegrasian lebih berupa pengembangan (1) pembagian tugas,
tanggung jawab dan otoritas-otoritas serta (2) mekanisme saling-hubung. Dengan
integrasi ini diharapkan semua sistem informasi yang ada akan bekerja secara terpadu
dan sinergis membentuk suatu SIKNAS. Pembagian tugas dan tanggung jawab akan
memungkinkan data yang dikumpulkan memiliki kualitas dan validitas yang baik.
Otoritas akan menyebabkan tidak adanya duplikasi dalam pengumpulan data,
sehingga tidak akan terdapat informasi yang berbeda-beda mengenai suatu hal.
(Sumber: SIKNAS dan BANK DATA disajikan SEKJEN di Bidakara)

Adapun Peraturan perundang-undangan yang menyebutkan sistem informasi


kesehatan adalah:
1. Kepmenkes Nomor 004/Menkes/SK/I/2003 tentang kebijakan dan strategi
desentralisasi bidang kesehatan. Desentralisasi pelayanan publik merupakan salah
satu langkah strategis yang cukup populer dianut oleh negara-negara di Eropa Timur
dalam rangka mendukung terciptanya good governance. Salah satu motivasi utama
diterapkan kebijaksanaan ini adalah bahwa pemerintahan dengan sistem perencanaan
yang sentralistik seperti yang telah dianut sebelumnya terbukti tidak mampu
mendorong terciptanya suasana yang kondusif bagi partisipasi aktif masyarakat dalam
melakukan pembangunan. Tumbuhnya kesadaran akan berbagai kelemahan dan
hambatan yang dihadapi dalam kaitannya dengan struktur pemerintahan yang
sentralistik telah mendorong dipromosikannya pelaksanaan strategi desentralisasi.
2. Kepmenkes Nomor 932/Menkes/SK/VIII/2002 tentang petunjuk pelaksanaan
pengembangan sistem laporan informasi kesehatan kabupaten/kota. Salah satu yang
menyebabkan kurang berhasilnya Sistem Informasi Kesehatan dalam mendukung
upaya-upaya kesehatan adalah karena SIK tersebut dibangun secara terlepas dari
sistem kesehatan.SIK dikembangkan terutama untuk mendukung manajemen
kesehatan. Pendekatan sentralistis di waktu lampau juga menyebabkan tidak
berkembangnya manajemen kesehatan di unit-unit kesehatan di daerah.

Terdapat 7 komponen yang saling terhubung dan saling terkait dengan adanya
jaringan SIKNAS, yaitu
1. Sumber data manual
2. Sumber data komputerisasi
3. Sistem informasi dinas kesehatan
4. Sistem informasi pemangku kepentingan
5. Bank data kesehatan nasional
6. Pengguna data oleh Kemetrian Kesehatan
7. Pengguna data

Jaringan Sistem Informasi Kesehatan Nasional ( SIKNAS )

Jaringan SIKNAS adalah sebuah koneksi/jaringan virtual sistem informasi kesehatan


elektronik yang dikelola oleh Kementerian Kesehatan dan hanya bisa diakses bila telah
dihubungkan. Jaringan SIKNAS merupakan infrastruktur jaringan komunikasi data
terintegrasi dengan menggunakan Wide Area Network (WAN), jaringan telekomunikasi
mencakup area yang luas serta digunakan untuk mengirim data jarak jauh antara Local
Area Network (LAN) yang berbeda, dan arsitektur jaringan lokal komputer lainnya.
Pengembangan jaringan komputer (SIKNAS) online ditetapkan melalui Keputusan
Mentri Kesehatan (KEPMENKES) No. 837 Tahun 2007.

Perkembangan Sistem Informasi Kesehatan Nasional ( SIKNAS )

Pengembangan sistem informasi kesehatan nasional (SIKNAS) merupakan


pengembangan sistem informasi kesehatan yang menyeluruh dan terintegrasi di setiap
tingkat administrasi kesehatan, yang akan menghasilkan data/informasi yang akurat yang
dapat menunjang Indonesia Sehat. Pengembangan sistem informasi kesehatan tersebut
harus sejalan dengan kebijakan desentralisasi sebagaimana diatur dalam UU nomor 22
tahun 1999, yang antara lain kewenangannya dalam sistem informasi kesehatan adalah
dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Pemerintah Kabupaten/Kota melakukan penyelenggaraan sistem informasi kesehatan
kabupaten/kota
2. Pemerintah Propinsi melakukan bimbingan dan pengendalian, dan penyelenggaraan
sistem informasi kesehatan propinsi
3. Pemerintah Pusat membuat kebijakan nasional, bimbingan pengendalian, dan
penyelenggraan sistem informasi kesehatan nasional.
SIKNAS bukanlah suatu sistem yang berdiri sendiri, melainkan merupakan bagian
dari Sistem Kesehatan. Oleh karena itu, Sistem Informasi Kesehatan di tingkat Pusat
merupakan bagian dari Sistem Kesehatan Nasional, di tingkat Provinsi merupakan bagian
dari Sistem Kesehatan Provinsi, dan di tingkat Kabupaten/Kota merupakan bagian dari
Sistem Kesehatan Kabupaten/Kota. SIKNAS dibangun dari himpunan atau jaringan
Sistem-sistem Informasi Kesehatan Provinsi dan Sistem Informasi Kesehatan Provinsi
dibangun dari himpunan atau jaringan Sistem-sistem Informasi Kesehatan
Kabupaten/Kota. Di setiap tingkat, Sistem Informasi Kesehatan juga merupakan jaringan
yang memiliki Pusat Jaringan dan Anggota-anggota Jaringan.

E. Kondisi Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia


Saat ini kebutuhan data informasi yang akurat makin meningkat, namun
sistem informasi masih belum menghasilkan data yang akurat, lengkap, dan tepat
waktu. Masalah yang dihadapi sistem informasi kesehatan saat ini, terutama belum
adanya persepsi yang sama diantara penyelenggara kesehatan terutama penyelenggara
sistem informasi kesehatan terhadap sistem informasi kesehatan. Penyelenggaraan
sistem informasi kesehatan masih belum efisien, terjadi redundant data dan duplikasi
kegiatan, dan kualitas data yang dikumpulkan masih rendah, bahkan ada yang tidak
sesuai dengan kebutuhan, ketepatan waktu juga masih rendah, sistem umpan balik
tidak optimal, pemanfaatan data informasi di tingkat daerah untuk advokasi,
perencanaan program, monitoring dan manajemen masih rendah serta tidak efisiennya
penggunaan sumber daya, juga pengelolaan data informasi belum terintegrasi dan
terkoordinasi dengan baik. Masalah inilah yang sedang dihadapi sistem informasi
kesehatan dan perlu dilakukan upaya penguatan dan perbaikan.

F. Tantangan Sistem Informasi Kesehatan Nasional ( SIKNAS )


Pelaksanaan SIKNAS di era desentralisasi bukan menjadi lebih baik tetapi malah
berantakan. Hal ini dikarenakan belum adanya infrastruktur yang memadai di daerah dan
juga pencatatan dan pelaporan yang ada ( produk sentralisasi ) banyak overlaps sehingga
dirasaka sebagai beban oleh daerah.
Beberapa faktor eksternal yang menjadi ancaman atau tantangan yang mungkin
muncul dalam pengembangan sistem informasi kesehatan antara lain:
a. Tantangan Globalisasi
b. Tantangan Otonomi Daerah
c. Tantangan Ekonomi Global dan Kemampuan Keuangan Pemerintah

Masalah Sistem Informasi Kesehatan Nasional ( SIKNAS )

Melihat Sistem Informasi Kesehatan yang ada di Indonesia, maka kita bisa menilai
bahwa penerapannya masih cukup kurang. Khususnya untuk Surveilans yang berfungsi
untuk menggambarkan segala situasi yang ada khususnya perkembangan penyakit
sehingga berpengaruh terhadap derajat kesehatan setiap individu di dalam populasi yang
ada. Perkembangan dan masalah sistem informasi kesehatan antara lain :
1. Upaya kesehatan
Akses pada pelayanan kesehatan secara nasional mengalami peningkatan. Namun
pada daerah terpencil, tertinggal, perbatasan, serta pulau – pulau kecil terdepan dan
terluar masih rendah.
2. Pembiayaan Kesehatan
Pembiayaan kesehatan sudah semakin meningkat dari tahun ke tahun, namun
psersentase terhadap seluruh APBN belum meningkat.
3. Sumber Daya Manusia Kesehatan
Upaya pemenuhan kebutuhan Sumber Daya Manusia ( SDM ) Kesehatan belum
memadai. Baik jumlah, jenis, maupun kualitas tenaga kesehatan yang dibutuhkan. Selain
itu, distribusi tenaga kesehatan masih belum merata. Jumlah dokter Indonesia masih
termasuk rendah.
4. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Makanan
Pasar sediaan farmasi masih di dominasi oleh produksi domestik, sementara itu
bahan baku impor mencapai 85% dari kebutuhan. Di Indonesia terdapat 9.600 jenis
tanaman berpotensi mempunyai efek pengobatan, dan baru 300 jenis tanaman yang telah
digunakan sebagai bahan baku. Penggunaan obat nasional belum dilaksanakan di seluruh
fasilitas pelayanan kesehatan, masih banyak pengobatan yang dilakukan tidak sesuai
dengan formularium.
5. Manajemen dan Informasi Kesehatan
Perencanaan pembangunan kesehatan antara Pusat dan Daerah belum sinkron.
Sistem informasi kesehatan menjadi lemah setelah menerapkan kebijakan desentralisasi.
Data dan informasi kesehatan untuk perencanaan tidak tersedia tepat waktu. Sistem
Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS) yang berbasis fasilitas sudah mencapai tingkat
kabupaten/ kota namun belum dimanfaatkan. Hasil penelitian kesehatan belum banyak
dimanfaatkan sebagai dasar perumusan kebijakan dan perencanaan program. Surveilans
belum dilaksanakan secara menyeluruh.

Kendala Sistem Informasi Kesehatan Nasional


Sistem Informasi Kesehatan (SIK) di Indonesia belum berjalan secara optimal.
SIK sebagai bagian fungsional dari Sistem kesehatan yang komprehensif belum mampu
berperan dalam memberikan informasi yang diperlukan dalam proses pengambilan
keputusan di berbagai tingkat Sistem Kesehatan, mulai dari Puskesmas di Tingkat
Kecamatan sampai dengan Kementrian Kesehatan di Tingkat Pusat. Hal tersebut
disebabkan karena Informasi kesehatan saat ini masih terfragmentasi, belum dapat
diakses dengan cepat, tepat, setiap saat dan belum teruji keakuratan dan validitasnya.
Padahal informasi tersebut sangat penting dan diperlukan keberadaannya dalam
menentukan arah kebijakan dan strategi perencanaan dan pelaksanaan pembangunan
kesehatan nasional.

Pengambilan keputusan dan penentuan kebijakan masih belum didukung oleh data
yang kuat, Pengelolaan sistem informasi yang baik dapat mendukung tersedianya data
dan informasi kesehatan yang valid yang dapat mendukung dalam penentuan kebijakan
pembangunan kesehatan di berbagai bidang seperti yang tercantum dibawah ini :
1. Peningkatan jumlah, jaringan dan kualitas sarana dan prasarana pelayanan kesehatan
dasar dan rujukan, terutama pada daerah dengan aksesibilitas relatif rendah.
2. Perbaikan dan penanggulangan gizi masyarakat dengan fokus utama pada ibu hamil
dan anak hingga usia 2 tahun.
3. Pengendalian penyakit menular, terutama TB, malaria, HIV/AIDS, DBD dan diare
serta penyakit zoonotik, seperti kusta, frambusia, filariasis, schistosomiasis.
4. Pembiayaan dan efisiensi penggunaan anggaran kesehatan, serta pengembangan
jaminan pelayanan kesehatan.
5. Peningkatan jumlah, jenis, mutu dan penyebaran tenaga kesehatan untuk pemenuhan
kebutuhan nasional serta antisipasi persaingan global yang didukung oleh sistem
perencanaan dan pengembangan SDM kesehatan secara sistematis dan didukung oleh
peraturan perundangan.
6. Peningkatan ketersediaan, keterjangkauan, mutu, dan penggunaan obat.
7. Manajemen kesehatan dan pengembangan di bidang hukum dan administrasi
kesehatan, penelitian dan pengembangan kesehatan, penapisan teknologi kesehatan
dan pengembangan sistem informasi kesehatan.

Peningkatan promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat. Pengembangan


sistem informasi kesehatan daerah merupakan tanggung jawab pemerintah daerah.
Namun dikarenakan kebijakan dan standar pelayanan bidang kesehatan masing-masing
pemerintah daerah berbeda-beda, maka sistem informasi kesehatan yang dibangun pun
berbeda pula. Perbedaan tersebut menimbulkan berbagai permasalahan dalam
pengelolaan Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS) secara umum,
diantaranya :
1. Akurasi data tidak terjamin
2. Kontrol dan verifikasi data tidak terlaksana dengan baik.
3. Ketidakseragaman data dan informasi yang diperoleh.
4. Adanya keterlambatan dalam proses pengiriman laporan kegiatan puskesmas/rumah
sakit/pelaksana kesehatan lainnya, baik itu ke Dinas Kesehatan maupun ke
Kementrian Kesehatan sehingga informasi yang diterima sudah tidak up to date lagi.
5. Proses integrasi data dari berbagai puskesmas/rumah sakit/pelaksana kesehatan
lainnya sulit dilakukan karena perbedaaan tipe data dan format pelaporan.
6. Informasi yang diperoleh tidak lengkap dan tidak sesuai dengan kebutuhan
manajemen di tingkat Kabupaten/Kota, Propinsi maupun di tingkat Kementrian
Kesehatan.
7. file data tersimpan secara terpisah,
8. proses data dilakukan secara manual dan komputer sehingga menyebabkan tidak
mudah dalam akses, informasi yang dihasilkan lambat dan tidak lengkap.

Selain itu Puskesmas sebagai pelaksana kesehatan terendah, mengalami kesulitan


dalam melakukan pelaporan, dengan banyaknya laporan yang harus dibuat berdasarkan
permintaan dari berbagai program di Kementrian Kesehatan, dimana data antara satu
laporan dari satu program dengan laporan lain dari program lainnya memiliki dataset
yang hampir sama, sedangkan aplikasi untuk membuat berbagai laporan tersebut berbeda-
beda. Sehingga menimbulkan tumpang tindih dalam pengerjaannya, yang menghabiskan
banyak sumberdaya dan waktu dari petugas puskesmas.

Melihat berbagai kondisi diatas maka dibutuhkan suatu Sistem Informasi Kesehatan
untuk digunakan di daerah (Puskesmas dan Dinas Kesehatan) yang sesuai dan dapat
memenuhi kebutuhan berbagai pihak, mulai dari tingkat Puskesmas hingga ke
Kementrian Kesehatan dengan standar minimum atau disebut Sistem Informasi
Kesehatan Daerah Generik (SIKDA Generik).
Sistem informasi kesehatan yang mampu menampilkan informasi secara cepat, akurat
dan terkini sesuai dengan kebutuhan berbagai pihak dalam pengambilan keputusan
manajemen.

Hambatan – hambatan dalam Penerapan Sistem Informasi Kesehatan Nasional


( SIKNAS )

Melihat Sistem Informasi Kesehatan yang ada di Indonesia, maka kita bisa menilai
bahwa penerapannya masih cukup kurang. Khususnya untuk Surveilans yang berfungsi
untuk menggambarkan segala situasi yang ada khususnya perkembangan penyakit
sehingga berpengaruh terhadap derajat kesehatan setiap individu di dalam populasi yang
ada.
Sebagai contoh misal gambaran Sistem Informasi Pada Dinas Kesehatan Kabupaten
Kutai Timur, Propinsi Kalimantan. Timbul berbagai permasalahan tetrkait penerapan
Sistem Informasi kesehatan, disana digambarkan bahwa masih ditemukannya beberapa
puskesmas yang tidak sesuai dalam proses pencatatan dan pendataan. Terbukti dengan
masih adanya 5 Puskesmas yang tidak menggunakan komputer dari 19 Puskesmas yang
ada.
Tidak hanya masalah tersebut saja, yang menjadi penghambat atas penerapan SIK
(Sistem Informasi Kesehatan) di Dinas Kesehatan Kabupaten Kutai Timur, Propinsi
Kalimantan. Melainkan masih banyak sekali masalah yang timbul, yaitu :
1. Untuk mengakses data sulit karena terpisah antara program.
2. Adanya perbedaan data antar bagian dengan data yang sama, misalnya jumlah bayi.
3. Sulitnya menyatukan data karena format laporan yang berbeda-beda.
4. Adanya pengambilan data yang sama berulang-ulang dengan format yang berbeda-
beda dari masing-masing bagian.
5. Waktu untuk mengumpulkan data lebih lama, sehingga pengolahan dan analisis data
sering terlambat.
6. Pimpinan sulit mengambil keputusan dengan cepat dan akurat karena data berbeda
dan keterlambatan laporan.

Jadi, apabila melihat dari penjabaran di atas maka bisa disimpulkan bahwa faktor-
faktor yang sering menghambat SIK (Sistem Informasi Kesehatan) yang bersifat daerah
(SIKDA) maupun nasional (SIKNAS) berdasarkan gambaran di Dinas Kesehatan
Kabupaten Kutai Timur, Propinsi Kalimantan adalah faktor geografis (tempat dan lokasi),
human resources medical atau tenaga kesehatan, infrastruktur pendukung (komputer,
software, dan lain-lain), dan kebijakan mengenai SIKDA (Sistem Informasi Kesehatan
Daerah) maupun SIKNAS (Sistem Informasi Kesehatan Nasional).

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada hakekatnya pembangunan kesehatan merupakan upaya yang dilaksanakan


oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang, agar peningkatan derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud, sebagai investasi bagi
pembangunan sumber daya manusia yang produktif.

Sistem Informasi Kesehatan di tingkat Pusat merupakan bagian dari Sistem


Kesehatan Nasional, di tingkat Provinsi merupakan bagian dari Sistem Kesehatan
Provinsi, dan di tingkat Kabupaten/Kota merupakan bagian dari Sistem Kesehatan
Kabupaten/Kota. SIKNAS dibangun dari himpunan atau jaringan Sistem-sistem
Informasi Kesehatan Provinsi dan Sistem Informasi Kesehatan Provinsi dibangun dari
himpunan atau jaringan Sistem-sistem Informasi Kesehatan Kabupaten/Kota. Di setiap
tingkat, Sistem Informasi Kesehatan juga merupakan jaringan yang memiliki Pusat
Jaringan dan Anggota-anggota Jaringan. Pengembangan jaringan komputer Sistem
Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS) online ini telah ditetapkan melalui Keputusan
Menteri Kesehatan (KEPMENKES) No. 837 Tahun 2007.

B. Saran

Sudah selayaknya dimanfaatkan dengan maksimal apa yang dilakukan oleh


Depkes dengan menyediakan jaringan beserta kelengakapannya kepada Dinas
Kesehatan Provinsi dan Kab/Kota di seluruh Indonesia. Banyak manfaat yang bisa
diraih dengan adanya fasilitas tersebut. Komunikasi dan informasi yang makin intensif
dan lancar tentunya antara Depkes Pusat dengan Dinas Kesehatan Provinsi maupun
Kab/kota, juga antar Dinas Kesehatan di seluruh Indonesia. Mari manfaatkan semua
fasilitas itu dengan harapan akan dapat meningkatkan jaringan dan komunikasi data
terintegrasi di bidang kesehatan sehingga bisa meningkatkan kesehatan masyarakat
Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/lain-lain/PMK-No-97-Th-2015-ttg-Peta-
Jalan-Sistem-Informasi-Kesehatan-Tahun-2015-2019.pdf

https://peraturan.bkpm.go.id/jdih/userfiles/batang/KEPMENKES_468_2001.pdf

Raden Sanjoyo ‘SISTEM INFORMASI KESEHATAN’ (http://www.yoyoke.web.ugm.ac.id)

https://bidankomunitas.files.wordpress.com/2012/01/pengertian-sik_1.pdf

https://media.neliti.com/media/publications/77956-ID-implementasi-sistem-informasi-administra.pdf

https://realtimehealth.wordpress.com/2014/11/01/sistem-informasi-kesehatan-di-indonesia

Anda mungkin juga menyukai