Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH TEOLOGI ISLAM

“ALIRAN – ALIRAN TEOLOGI DALAM ISLAM BESERTA TOKOH –


TOKOHNYA”
Dosen:Dr. Hadis Purba, MA

D
I
S
U
S
U
N
Oleh:
 NUR AISYAH (0301192066)
 BAGUS PANGESTU (0301192146)
 AFRIDA ULFA HASIBUN (0301192078)
 RITA ANDRIANI HARAHAP (0301192083)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUMATERA UTARA
T.A 2019/2020

KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb

Puji syukur senantiasa kita ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta karunianya kepada kita semua sehingga kelompok kami
dapat menyelesaikan makalah Teologi Islam ini tepat pada waktu yang telah di
tentukan.

Dengan adanya makalah ini, kami berharap mahasiswa – mahasiswi bisa


mendapatkan pengetahuan/wawasan yang luas. Dan kelompok kami berterima kasih
kepada Bpk. Dr. Hadis purba, MA yang telah membimbing kami sehingga dapat
terbentuknya makalah ini dengan maksimal.

Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini tidak luput dari
kekurangan. Oleh karena itu kami mohon bimbingan yang lebih baik, agar kami dapat
membentuk makalah yang selanjutnya dengan lebih baik pula.sekian terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Medan, 18 November 2019

Penulis

Daftar Isi
Kata Pengantar ................................................................................................................. 1

Daftar Isi ............................................................................................................................ 2

Bab I Pendahuluan .......................................................................................................... 3


A. Latar Belakang Masalah ........................................................................................... 3

B. Rumusan Masalah ...................................................................................................... 4

C. Tujuan penulisan ....................................................................................................... 4

Bab II Pembahasan .......................................................................................................... 5

Aliran Khawarij ................................................................................................................... 5

Aliran Murji'ah ................................................................................................................... 7

Aliran Qodariah dan Jabariah...................................................................................... 10

Aliran Mu'tazilah ............................................................................................................. 11

Aliran Ahlussunnah Wal Jama’ah ............................................................................... 12

Bab III Penutup.....................................................................................................16

Kesimpulan...........................................................................................................16

Saran..................................................................................................................... 16

Daftar Pustaka .................................................................................................................. 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Awal mula tumbuhnya aliran – aliran dalam Islam adalah karena
masalah politik yang terus meningkat menjadi persoalan teologi. Hal ini
sebenarnya sudah terjadi pada saat wafatnya nabi Muhammad saw yaitu
mengenai permasalahan siapakah yang nantinya pantas menjadi pengganti
beliau, dan masalah ini mencapai puncaknya pada masa pemerintahan khalifah
Ali Ibn Thalib tepatnya pada saat perang Shiffin.
Perang Shiffin adalah peperangan antara khalifah Ali dan Mu’awiyah
(gubernur propinsi Syam atau Syria), terjadi pada bulan Shafar tahun
37H/658M. Sebenarnya kemenangan sudah ada pada pihak khalifah Ali, akan
tetapi dengan kelicikkan dan taktik perpolitikkan para tokoh Mu’awiyah
terutama Amr Ibn al - As maka disepakati untuk diadakannya proses arbitrasi
guna menyelesaikan masalah peperangan ini. Sebagai pengantara diangkat dua
orang : Amr Ibn al – As dari pihak Mu’awiyah dan Abu Musa al – Asy’ari dari
pihak Ali. Dalam pertemuan mereka, kelicikkan Amr mengalahkan perasaan
takwa Abu Musa. Sejarah mengatakan antara keduanya terjadi permupakatan
untuk menjatuhkan kedua pemuka yang bertentangan, Ali dan Mu’awiyah.
Tradisi menyebut bahwa Abu Musa al – Asy’ari, sebagai yang tertua, terlebih
dahulu berdiri mengumumkan kepada orang ramai putusan menjatuhkan ke
dua pemuka yang bertentangan itu. Berlainan dengan apa yang telah disetujui,
Amr Ibn al – As, mengumumkan hanya menyetujui penjatuhan Ali yang telah
di umumkan al – Asy’ari, tetapi menolak penjatuhan Mu’awiyah.

Dengan kejadian ini maka tentunya sangat merugikan bagi pihak


khalifah Ali, karena secara tidak langsung terdapat penyerahan jabatan
khalifah dari khalifah Ali kepada Mu’awiyah. Hal ini memicu protes yang
sangat keras dari sebagian barisan Ali sendiri mengenai diadakannya proses
arbitrasi tersebut. Mereka berpendapat bahwa putusan hanya datang dari Allah
dengan kembali pada hukum – hukum yang ada dalam al – Qur’an, La Hukma
Illa Lillah (tidak ada hukum selain hukum Allah). Sehingga mereka
memandang Ali Ibn Thalib telah berbuat salah, oleh karena itu mereka keluar
dari barisannya Ali, dan golongan inilah yang nantinya disebut al – Khawarij
(orang – orang yang keluar atau memisahkan diri) . Pada saat itulah awal mula
terjadinya pertumbuhan aliran – aliran teologi dalam Islam.
B. Rumusan Masalah
Penulis merasa perlu beberapa rumusan masalah untuk memperjelas isi
dari makalah ini, salah satunya adalah adalah :
1. Aliran – aliran apa sajakah yang ada dalam teologi islam ? dan
siapa sajakah tokoh – tokohnya ?

C. Tujuan penulisan
Untuk mempermudah mahasiswa dalam mempelajari aliran – aliran
teologi dalam islam besrta tokohnya .

BAB II
PEMBAHASAN

Aliran – aliran Teologi dalam Islam beserta tokohnya :

1. Aliran Khawarij
a. Asal - usul aliran Khawarij
Khawarij merupakan pecahan dari pengikut Ali bin Abi Thalib
yang mulai timbul dan memisahkan diri setelah terjadi perang Shiffin.
Mereka memilih Abdullah bin Wahab Al Rasidi menjadi imam
mereka. Dalam pertempuran dengan Ali, mereka mengalami
kekalahan, tapi akhirnya seorang dari mereka bernama Abd al Rahman
bin Muljam dapat membunuh Ali.

Banyak nama yang diberikan untuk aliran ini, antara lain :


 Nama khawarij diambil dari kata asal kharaja artinya telah keluar.
Maksudnya ialah orang-orang yang keluar dari barisan Ali bin Abi
Thalib karena tidak setuju terhadap sikapnya yang mau menerima
perdamaian dalam penyelesaian sengketa kekhalifahan dengan
Muawiyah bin Abi Sofyan.
 Dinamakan khawarij, karena mereka keluar dari rumah-rumah
mereka dengan maksud berjihad di jalan Allah.
 Dinamakan Syurah karena mereka menganggap bahwasannya diri
mereka telah mereka jual kepada Allah. Maksudnya menjual diri
mereka untuk menegakkan agama Allah.

 Dinamakan Haruriyah, karena mereka pergi berlindung ke suatu


kota kecil dekat Kufah yang bernama Harura.
 Dinamakan Muhakkimah, karena mereka dalam perjuangannya
menggunakan simbol “Lahukma illa lillah”.

Adapun paham dan pokok ajarannya adalah :


o Khalifah atau imam harus dipilih secara bebas oleh seluruh umat Islam
o Yang berhak menjadi khalifah adalah siapa saja yang sanggup, asal
beragama Islam.
o Khalifah yang terpilih akan terus memegang jabatannya selama ia bersikap
adil dan menjalankan syariat Islam.
o Khalifah Abu Bakar dan Umar diakui sah karena keduanya diangkat dan
tidak menyeleweng dari ajaran Islam.
o Khalifah Utsman bin Affan dianggap menyeleweng mulai dari tahun
ketujuh khilafahnya, sedang Ali bin Abi Thalib dianggap menyeleweng
setelah peristiwa perdamaian dengan Muawiyah. Dan sejak itu Utsman dan
Ali dihukumi kafir, demikian pula Muawiyah serta semua orang yang telah
mereka anggap melanggar ajaran-ajaran Islam.
b. Sekte, Tokoh dan Ajarannya
Khawarij terpecah menjadi beberapa aliran kecil (sekte) dan dipimpin oleh
tokoh yang mereka anut, antara lain:
o Al Azariqah, tokohnya ialah Nafi’ bin Al Azraq (686 M). Sekte ini
merupakan sekte yang ekstrim, karena pandangannya hanya
merekalah yang sebenarnya orang Islam dan daerah kekuasaannya
terletak di perbatasam Irak dengan Iran.

o An Najaddat, tokohnya ialah Najdah bin Amir. Ajaran sekte ini


antara lain:
1) Orang yang salah setelah melakukan ijtihad dimaafkan
2) Agama itu meliputi dua hal yaitu mengetahui kepada Allah dan
Rasul-Nya.
3) Orang yang berjihad sampai menghalalkan yang haram atau
sebaliknya dimaafkan.
o Al Ibadiyah, tokohnya bernama Abdullah bin Ibad At Tamimy.
Mereka agak moderat dan toleran terhadap golongan lain. Sebagai
contohnya mereka menganggap bahwa orang Islam yang tidak
sepaham dengan mereka boleh diadakan hubungan perkawinan dan
warisan, syahadatnya dapat diterima, serta haram membunuhnya.
o Syufriah, tokohnya bernama Ziyad bin Al Asfar. Paham mereka
tidak berbeda dengan golongan Az Zariqah oleh sebab itu merupakan
golongan yang ekstrim. Pendapat yang menjadi ciri khas mereka :
1) Taqiyah hanya boleh dalam bentuk perkataan dan tidak dalam
bentuk perbuatan.
2) Demi untuk keamanan dirinya perempuan Islam boleh kawin
dengan laki-laki kafir, di daerah bukan Islam.

2. Aliran Murji’ah
a. Asal – usul Aliran Murji’ah
Murji’ah berasal dari kata Al Irjaa’ mempunyai dua arti:
 At Ta’khiir, artinya mengemudiankan, menunda. Pengertian ini
menunjukkan bahwa aliran ini mengemudiankan amal dari niat.
7

 I’thoo’ Al Rajaa’, artinya memberi pengharapan. Pengertian ini


menunjukkan bahwa iman itu tidak rusak karena perbuatan dosa, begitu
pula perbuatan kafir tidak merusak dari ketaatan.
 Pendapat lain nama Murji’ah diambil dari kata Arja’a yang berarti
menangguhkan atau mengakhirkan. Maksudnya mereka menangguhkan
persoalan golongan-golongan umat Islam yang berselisih dan yang telah
banyak mengalirkan darah sampai hari pembalasan nanti dan mereka
tidak menentukan hukumnya bagi setiap yang berselisih.
b. Paham dan pokok ajarannya.

Setelah terjadi perdamaian antara Ali dan Muawiyah, muncul golongan


yang tidak mau campur tangan terhadap persoalan tersebut, merekalah yang
disebut aliran Murji’ah. Dan setelah menjadi aliran politik mulai
membicarakan persoalan-persoalan ketuhanan. Pembahasan yang terpenting
adalah mengenai pembatasan iman, kufur, dan mukmin.

Murji’ah menganggap bahwa iman itu adalah mengenal kepada Allah


dan utusannya, dan siapa yang mengakui bahwa tidak ada Tuhan selain Allah
dan bahwa Muhammad itu rasul Allah maka dia termasuk orang mukmin.
Barang siapa percaya kepada Tuhan dan utsanNya, tetapi ia meninggalkan
kewajiban agama dan menjalankan dosa besar menurut mereka orang
semacam ini tetap mukmin tetapi menurut Khawarij adalah kafir. Murji’ah
tidak mengartikan iman kecuali hanya kepercayaan dalam hati saja terhadap
Allah dan utusanNya, adapun amal lahiriyah tidak termasuk iman. Pandangan
ini sesuai dengan pandangan mereka dalam politik, mereka tidak
mengkafirkan golongan Umawy, Syi’ah ataupun Khawarij sebab iman
menurut mereka dalam hati, dan tidak dapat mengetahuinya kecuali Allah.

c. Sekte, tokoh dan ajarannya.


o Yunusiah, tokohnya adalah Yunus bin Aun Annamiri yang
berpendapat bahwa iman ialah mengetahui Allah, tunduk, patuh, dan
meninggalkan sifat-sifat kesombongan dan cinta dalam hati.
Barangsiapa yang melakukan maksiat tidak merusak iman seseorang.
o As Sahiliyah, tokohnya ialah Abu Hasan As Sahili. Pendapatnya
bahwa iman ialah mengetahui Tuhan dan kufur ialah tidak mengetahui
Tuhan. Yang disebut ibadah hanyalah iman.
o Al Ubaidiyah, tokohnya ialah Ubaid Al Maktaab. Pendapatnya
diantaranya selain syirik diampuni, jika seorang mati dalam iman dosa-
dosa dan perbuatan jahat yang dikerjakan tidak akan merugikan bagi
yang bersangkutan.
o Al Ghasaniyah, tokohnya ialah Ghasan Al Kufi. Ia berpendapat
bahwa amal tidak sepenting iman yang mengakibatkan pada pengertian
bahwa hanya imanlah yang penting dan yang menentukan mukmin dan
tidaknya seseorang.
o Assaubaniyah, tokohnya ialah Abu Syauban Al Murjii.
Pendapatnya bahwa iman adalah mengetahui Allah dan RasulNya yang
masuk akal boleh diperbuat dan yang tidak masuk akal boleh
ditinggalkan karena bukan dari iman. Artinya iman ialah sesuai dengan
akal dan amal tidak campur tangan dengan iman.
o At Tumaniyah, tokohnya ialah Abu Muaz At Tumani. Ia
berpendapat bahwa iman ialah membenarkan dengan hati dan lidah
dan kafir ialah tidak tahu kepada Tuhan.

3. Aliran Qadariah dan Jabariah

Disebabkan karena Tuhan bersifat Maha Kuasa dan mempunyai


kehendak yang mutlak maka timbullah pertanyaan sampai dimanakah manusia
sebagai ciptaan Tuhan, bergantung kepada kehendak dan kekuasaan mutlak
Tuhan dalam menentukan perjalanan hidupnya? Diberi Tuhankah manusia
kemerdekaan dalam mengatur hidupnya? Ataukah manusia terikat seluruhnya
pada kehendak dan kekuasaan mutlak Tuhan?

Maka terdapat dua perbedaan pendapat. Yang pertama, kaum Qadariah


berpendapat bahwa manusia mempunyai kebebasan dan kemerdekaan dalam
menentukan perjalanan hidupnya dengan demikian nama Qadariah berasal dari
pengertian bahwa manusia mempunyai qudrah atau kekuatan untuk
melaksanakan kehendaknya, dan bukan berasal dari pengertian bahwa
manusia terpaksa tunduk pada qadar Tuhan. Yang kedua, kaum Jabariah
berpendapat bahwa manusia tidak mempunyai kemerdekaan dalam
menentukan kehendak dan perbuatannya. Manusia dalam paham ini terikat
pada kehendak mutlak Tuhan. Jadi, nama Jabariah berasal dari kata jabara
yang berarti memaksa. Memang dalam aliran ini terdapat paham bahwa
manusia mengerjakan perbuatannya dalam keadaan terpaksa.

Paham Qadariah pertama kali dipelopori oleh Ma’bad al Juhani


dan Ghailan al Dimasyqi. Menurut Ghailan, manusia berkuasa atas
perbuatannya, manusia sendirilah yang melakukan perbuatan baik maupun
jahat atas kemauan dan dayanya sendiri.

Paham Jabariah dipelopori oleh Al Ja’d Ibn Dirham, tetapi yang


menyiarkannya adalah Jahm Ibn Safwan. Menurut Jahm, manusia tidak
mempunyai kekuasaan untuk berbuat apa-apa, tidak mempunyai daya, tidak
mempunya kehendak sendiri dan tidak mempunyai pilihan, manusia dalam
melakukan perbuatannya hanya dipaksa. Tuhanlah yang menciptakan
perbuatan dalam diri mamanusia.

10

Tokoh Jabariah yang lain yaitu Al Husain Ibn Muhammad Al


Najjar yang bersifat lebih moderat. Menurutnya, Tuhanlah yang menciptakan
perbuatan manusia, tetapi manusia mempunyai bagian dalam perwujudan
perbuatan itu. Tenaga yang diciptakan dalam diri manusia mempunyai efek
untuk mewujudkan perbuatannya. Paham yang sama diberikan oleh Dirar Ibn
‘Amr.
4. Aliran Mu’tazilah
a. Asal-usul Mu’tazilah
 Dinamakan Mu’tazilah sebab Wasil dan Amru memisahkan diri dari
halaqah Hasan Basri, karena adanya perbedaan pendapat antara Wasil dan
Amru dengan Hasan Basri tentang hukum orang Islam yang berbuat dosa
besar. Menurut Wasil dan Amru, orang Islam yang berbuat dosa besar itu
bukan mukmin bukan pula kafir, tetapi dia berada diantara keduanya, yaitu
fasiq.
 Dinamakan Mu’tazilah sebab mereka melepaskan diri dari pendapat
ulama’ atau aliran terdahulu yaitu mengenai hukum orang Islam yang
berbuat dosa besar.
 Dinamakan Mu’tazilah sebab menurut anggapan mereka, orang Islam yang
berbuat dosa besar itu menjauhkan diri (I’tizal) dari golongan mukmin dan
kafir.
b. Paham dan pokok ajarannya

Mu’tazilah menganut paham lima pokok ajaran dasar yang harus


dipegang yaitu:

 Tauhid (keesaan), yaitu ajaran monotheisme yang murni dan mutlak


adalah dasar Islam yang pertama dan utama.
 Adil (keadilan Allah), yaitu dasar keadilan yang dipegang aliran
Mu’tazilah ialah meletakkan pertanggungan jawab manusia atas segala
perbuatannya. Aliran ini telah mengemukakan teorinya tentang assilah
wa aslah (baik dan terbaik) dan teorinya tentang hasan dan qobih (baik
dan buruk).

11

 Wa’ad dan Wa’id (janji dan ancaman), yaitu aliran Mu’tazilah


meyakini bahwa janji Allah akan memberi pahala dan ancaman siksa
kepada mereka yang melakukan perbuatan pasti dilaksanakanNya.
 Manzilatu Bainal Manzilatain (diantara dua tempat), yaitu orang Islam
yang berbuat dosa besar selain syirik itu bukan mukmin bukan pula
kafir, tetapi dia berada diantara keduanya, yaitu fasiq.
 Amar Ma’ruf Nahi Munkar (memerintahkan kebaikan dan melarang
keburukan).
c. Tokoh-tokoh Mu’tazilah
o Abu Huzaifah Wasil bin Ata’ Al Ghazali (669-748 M)
o Abu Huzail Al Allaf (753-840 M)
o Ibrahim bin Sayyar An Nazzan (845 M)
o Abu Ali Muhammad bin Abdul Wahab Al Jubba’i (849-917 M)
5. Aliran Ahlussunnah Wal Jama’ah

Banyak kalangan yang menentang aliran Mu’tazilah, terutama di


kalangan rakyat biasa yang tidak dapat menyelami ajaran-ajaran Mu’tazilah
yang bersifat rasional itu. Rakyat biasa, dengan pemikiran yang sederhana,
ingin ajaran yang sederhana pula. Kaum Mu’tazilah dalam sejarah memang
merupakan golongan minoritas, dan dikenal sebagai golongan yang tidak kuat
berpegang pada hadits.

Mungkin inilah yang menimbulkan term ahli sunnah dan jama’ah, yaitu
golongan yang berpegang teguh pada sunnah dan merupakan golongan
mayoritas. Yang dimaksud dengan ahli sunnah wal jama’ah dalam ilmu kalam
adalah aliran Asy’ariah dan Maturidiah yang menentang ajaran-ajaran
Mu’tazilah.

12

1) Aliran Asy’ariah
a. Al Asy’ari dan karyanya

Al Asy’ari (873-935 M) pernah menjadi pengikut setia


aliran Mu’tazilah selama 40 tahun, tetapi akhirnya ia keluar
disebabkan karena perbedaan pendapat dengan gurunya, Al
Jubbai. Kemudian Al Asy’ari mendirikan aliran baru yang
disebut aliran Asy’ariah yang dalam perluasannya diidentikkan
dengan sebutan aliran ahlussunnah wal jama’ah. Di antara
karya-karyanya:
o Maqaalat al Islaamiyyin
o Al Ibanah ‘an Ushul al Diniyah
o Al Luma’ fi al rad ala ahla ziagh wa al bid’a
b. Ajaran-ajaran Al Asy’ariah
o Tentang wahyu Tuhan yang disebut Kalam Allah.
Kalam Allah yaitu lafal-lafal yang diturunkan Tuhan
melalui malaikat Jibril kemudian disampaikan kepada
Nabi Muhammad, adalah dalalah dari kalam yang
sifatnya azali. Dalalah yang disebutkan itu adalah
makhluk (diciptakan), yang madlul bersifat qadim dan
azali.
o Pengakuan adanya sifat-sifat Tuhan. Menurut Al
Asy’ari sifat-sifat Tuhan itu tidak sama dengan Zat
Tuhan, keduanya qadim. Jadi, Tuhan mempunyai Zat,
sifat dan perbuatan.
o Melihat Tuhan di akhirat. Manusia dapat melihat Tuhan
di akhirat karena Tuhan itu maujud, setiap yang maujud
memungkinkan untuk padat dilihat.

13
o Dosa besar. Orang Islam yang melakukan dosa besar, ia
tetap mukmin ‘ashi atau fasiq, apabila ia meninggal
dunia sebelum bertaubat maka ia terserah kepada Tuhan
atas pelanggarannya itu, apakah Tuhan akan menyiksa
atau mengampuninya. Walaupun ia masuk neraka,
tetapi akhirnya dimasukkan ke dalam surga juga.
o Imamah atau kepala pemerintahan ditetapkan
berdasarkan musyawarah untuk mendapatkan mufakat
dan dengan pemilihan.
c. Tokoh-tokoh aliran Asy’ariah
o Al Baqillani
o Al Juwaini
o Al Ghazali
o As Sanusi
2) Aliran Maturidiyah
a. Al Maturidi dan karyanya

Al Maturidi (944 M) adalah pengikut Abu Hanifah.


Sistem pemikiran theologinya masuk dalam golongan theologi
ahlussunah waljama’ah dan dikenal dengan nama Al
Maturidiyah. Diantara karyanya adalah sebagai berikut:

o Kitab Ta’wilat Al Qur’an atau Ta’wilat As Sunah


o Kitab Al Jadal
o Kitab Maqalat
o Kitab At Tauhid
o Kitab Ushul

14

b. Ajaran-ajaran Al Maturidiyah

Perlu diketahui bahwa aliran Maturidiah terbagi


menjadi dua golongan yaitu golongan Samarkand yang

merupakan pengikut Al Maturidi sendiri dan golongan Bukhara


yang merupakan pengikut Al Bazdawi (murid Al Maturidi).
Ajaran-ajaran Al Maturidi:

o Peranan akal dan wahyu, menurutnya meskipun


kewajiban mengetahui Tuhan dapat diketahui
dengan akal, tetapi kewajiban itu sendiri datangnya
dari Tuhan.
o Sifat-sifat Allah, Aliran Maturidiyah berpendapat
bahwa Tuhan mempunyai sifat-sifat.
o Al Qur’an, menurut Al Maturidi bahwa Al Qur’an
itu sifat Tuhan, ia tidak diciptakan, tetapi bersifat
qadim.
o Anthropomorphisme, Al maturidi tidak menyetujui
paham tashbih dan tajsim bagi Tuhan. Adapun kata-
kata tangan, wajah, mata, yang diidhofahkan pada
Tuhan dalam Al Qur’an harus dita’wilkan.
o Melihat Tuhan di akhirat, Al Maturidi sependapat
dengan paham Al Asy’ari bahwa Tuhan akan dapat
dilihat oleh manusia di akhirat.
c. Tokoh aliran Maturidiyah

Salah satu tokoh yang penting yaitu Al Bazdawi


(421-493 H). Ia berhasil mengarang beberapa kitab penting
yaitu Ushul Al Din, Al Waaqi’aat dan Al Mabsuth.

15

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari sini dapat disimpulkan bahwa perpecahan umat islam
menjadi beberapa aliran secara umum dapat disebabkan oleh :
 Masalah perpolitikan mengenai pengangkatan
khalifah.
 Masalah pengkafiran seseorang yang telah
berbuat dosa besar

Aliran – aliran teologi tersebut adalah sebagai berikut :

 Aliran Khawarij
 Aliran Murji’ah
 Aliran Qadariah dan Jabariah
 Aliran Mu’tazilah
 Aliran Ahlussunnah Wal Jama’ah (Asy'ariyah
dan Maturidiyah)
B. Saran
Dengan keterbatasan waktu dan kemampuan penulis dari

pembahasan di bab-bab sebelumnya, untuk itu saran sebagai perbaikan

makalah ini sangat diharapkan.

16

DAFTAR PUSTAKA

http://rachman081092.blogspot.com/2011/03/aliran-aliran-teologi-dalam-islam-tokoh.html .
Diakses pada tanggal 08 Oktober 2012 .
Hasan, Muhammad Tholhah, Ahlussunnnah Wal Jama’ah dalam Persepsi dan Tradisi NU,
Jakarta : Lan Tabora Press, 2005.
Muhaimin, HM., IlmuKalam-Sejarah dan Aliran-aliran, Yogyakarta: Pusaka Pelajar,1999.
Nasution, Harun, Teologi Islam Aliran – aliran Sejarah Analisa Perbandingan, Jakarta : UI –
Press, 1986.
Sou’yb, Joesoef, Sejarah Daulat Khulafaur Rasyidin, Jakarta: Bulan Bintang, 1979.
Syalabi, A., Sejarah dan Kebudayaan Islam, Jilid 1, Jakarta: Pustaka al-Husna, 1987.
17

Anda mungkin juga menyukai