Salah satu pelayanan rehabilitasi adalah terapi okupasi. Tujuan utama dari okupasi terapi adalah
untuk memungkinkan seseorang berpartisipasi dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Okupasi
terapis dalam mencapai tujuan bekerjasama dengan orang lain dan masyarakat untuk
meningkatkan kemampuan mereka dalam aktivitas yang diinginkan, dibutuhkan, atau
diharapkan, atau dengan memodifikasi aktivitas maupun lingkungan yang lebih baik untuk
mendukung dalam keikutsertaan okupasional.
Upaya rehabilitasi sosial diselenggarakan dengan kerjasama lintas sektor baik yang
diselenggarakan oleh berbagai lembaga maupun oleh unsur masyarakat. Rehabilitasi difokuskan
pada peningkatan kemampuan mengendalikan gejala dan sosialisasi dengan lingkungan,
meningkatkan kemandirian dan produktivitas serta menurunkan stigma. Terapi vokasional
dan okupasional merupakan jenis rehabilitasi yang paling sering dikembangkan karena
ditujukan untuk mengembangkan keterampilan kerja bagi ODGJ di era dunia kerja yang lebih
terstruktur dan lapangan kerja yang kompetitif. Jenis rehabilitasi ini juga merupakan terapi yang
paling mungkin dilaksanakan di dalam lingkup perawatan di rumah sakit maupun institusi
rehabilitasi sebelum pada akhirnya mereka bekerjadi tempat-tempat kerja di komunitas.
Memiliki keterampilan kerja dan pekerjaan dapat meningkatkan peran sosial di komunitas.
Keterampilan kerja dapat dilatihkan dengan dua metode yaitu a train and place (dilatih
kemudian ditempatkan) dan place and train (ditempatkan dan dilatih). Untuk memungkinkan
hal tersebut, rumah sakit atau institusi rehabilitasi perlu memiliki tempat-tempat kerja di
komunitas yang dapat terwujud melalui kerjasama antara rumah sakit atau institusi rehabilitasi
dengan layanan kesehatan terdekat dari tempat kerja, tempat-tempat kerja, dan organisasi
kemasyarakatan sangat penting (Kemenkes, 2017).
Proses terapi vokasional dan okupasional bervariasi dimulai dari bentuk yang sederhana
hingga yang lebih kompleks, seperti: