Anda di halaman 1dari 17

BAB 1 PENDAHULUAN

CVA (Cerebro Vascular Accident) merupakan istilah medis yang digunakan dalam
mendiagnosa penyakit stroke. Stroke adalah suatu keadaan ketika aliran darah kebagian otak
terhenti baik oleh penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah.

Stroke dan penyakit serebrovaskuler adalah penyebab kematian utama kedua setelah
jantung. Tercatat lebih dari 4,6 juta meninggal di seluruh dunia, dua dari tiga kematian terjadi
di negara sedang berkembang (WHO,2003). Angka kejadian stroke di Indonesia meningkat
dengan tajam. Bahkan, saat ini Indonesia merupakan negara dengan jumlah penderita stroke
terbesar di Asia (Yastroki, 2007).Kasus stroke di RSCM sekitar 1.000 per tahun.Penanganan
di RSCM mampu menekan angka kematian akibat stroke dari 40% menjadi 25%, bahkan di
Unit Pelayanan Khusus Stroke Soepardjo Roestam yang merupakan unit swadana bisa ditekan
menjadi 13% (Siswono, 2003). Unit Stroke RSUP Dr Kariadi yang sejak berdiri pada 7 juni
2000 –19 juli 2001, unit ini telah menangani 658 penderita stroke (Unit Stroke RSUP dr.
Kariadi, 2001). Dari sejumlah klien post stroke, 10% klien dapat kembali bekerja tanpa
kelemahan, 40% penyandang cacat ringan dan 50% penyandang cacat berat Untuk itu klien
post stroke membutuhkan program rehabilitasi.

Berdasarkan penyebabnya, ada dua jenis stroke, yaitu:

 Stroke iskemik. Sekitar 80% stroke adalah jenis stroke iskemik. Stroke iskemik terjadi
ketika pembuluh darah arteri yang membawa darah dan oksigen ke otak mengalami
penyempitan atau terhambat, sehingga menyebabkan aliran darah ke otak sangat
berkurang. Kondisi ini disebut juga dengan iskemia.
 Stroke hemoragik. Stroke hemoragik terjadi ketika pembuluh darah di otak pecah dan
menyebabkan perdarahan. Perdarahan diotak dapat dipicu oleh beberapa kondisinyang
mempengaruhi pembuluh darah. Kondisi tersebut meliputi:
 Hipertensi yang tidak terkendali
 Melemahnya dinding pembuluh darah (aneurisma otak)
 Pengobatan dengan antikoagulan (pengencer darah)

Program rehabilitasi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang terpadu dengan


pendekatan medik, psikososial, educational-vocational yang bertujuan mencapai kemampuan
fungsional semaksimal mungkin dan mencegah serangan berulang. Dalam pelayanan
rehabilitasi ini merupakan pelayanan dengan pendekatan multidisiplin yang terdiri dari dokter
ahli syaraf,dokter rehabilitasi medik, perawat, fisioterapis, terapi occupational, pekerja sosial
medik, psikolog serta klien dan keluarga turut berperan.

1
Prinsip-prinsip rehabilitasi menurut Harsono (1996) adalah:

1) Rehabilitasi dimulai sedini mungkin, bahkan dapat dikatakan bahwa rehabilitasi segera
dimulai sejak dokter melihat penderita untuk pertama kalinya.

2) Tidak ada seorang penderitapun yang boleh berbaring satu hari lebih lama dari waktu
yang diperlukan, karena akan mengakibatkan komplikasi.

3) Rehabilitasi merupakan terapi multidisipliner terhadap seorang penderita dan


rehabilitasi merupakan terapi terhadap seorang penderita seutuhnya.

4) Faktor yang paling penting dalam rehabilitasi adalah kontinuitas perawatan.

5) Perhatian untuk rehabilitasi lebih dikaitkan dengan sisa kemampuan fungsi


neuromuskuler yang masih ada, atau dengan sisa kemampuan yang masih dapat
diperbaiki dengan latihan.

6) Dalam pelaksanaan rehabilitasi termasuk pula upaya pencegahan serangan berulang.

7) Penderita GPDO lebih merupakan subyek rehabilitasi dan bukannya sekedar obyek.
Pihak medis, paramedik, dan pihak lainnya termasuk keluarga berperan untuk
memberikan pengertian, petunjuk, bimbingan dan dorongan agar penderita selalu
mempunyai motivasi yang kuat.

8) Ungkapan Benjamin Franklin berikut ini perlu direnungkan maknanya: a little neglect
may breed mischief.

Mobilisasi merupakan salah satu bentuk rehabilitasi awal dari kondisi penyakit
tertentu,dalam hal ini pada klien yang mengalami serangan stroke sehingga terhindar dari
komplikasi.Upaya yang dilakukan untuk mengurangi tingginya angka gagal jantung salah
satunya adalah meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai penyakit jantung, manifestasi
klinis dan resikonya melalui penyuluhan-penyuluhan.

2
BAB 2 TUJUAN

Adapun target luaran dari kegiatan pendidikan kesehatan ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengertian penyakit Stroke.


2. Untuk mengetahui tanda dan gejala penyakit Stroke.
3. Untuk mengetahui upaya pencegahan dan rehabilitasi penyakit Stroke.

BAB 3 METODE PELAKSANAAN

Metode yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah
sebagai berikut :

1. Analisa kebutuhan masyarakat bahwa ditemukan banyak orang yang tidak mengetahui
tentang penyakit Stroke.
2. Metode pelaksanaan pendidikan kesehatan menggunakan metode ceramah dan Simulasi
dimana penyaji menyampaikan isi dari materi penyuluhan selama + 20 menit. Dalam
pelaksanaan penyuluhan penyaji menggunakan media leaflet dan alat bantu media
bergambar (Flip Chart). Setelah di sampaikan materi penyuluhan + 20 menit, kemudian
penyaji dibantu dengan anggota keluarga mempraktekkan gerakan-gerakan Rehabilitasi
post Stroke, Setelah itu peserta dievaluasi (tanya jawab) dan diberi kesempatan untuk
bertanya perihal materi dan simulasi yang disampaikan selama + 5 menit.

BAB 4 TEMPAT DAN WAKTU KEGIATAN

Tempat pelaksanaan pendidikan kesehatan di Ruang Anggrek RSUD Dr.Soegiri tanggal 18


Maret 2020 pukul 08.00 WIB sampai selesai.

3
BAB 5 BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN

A. Biaya Pelaksanaan
Kegiatan pendidikan kesehatan tentang penyuluhan Stroke di Ruang Anggrek RSUD
Dr.Soegiri ini didanai oleh STIKES Muhammadiyah Lamongan sejumlah delapan ratus rupiah.
Adapun rincian biaya tersebut adalah sebagai berikut :
No. Komponen Jumlah (Rp)

1 Gaji dan upah tim pelaksana 0

2 Transportasi 500,000

3 Laporan 200,000

4 Lain-Lain 100,000

Total Biaya 800.000,-

B. Jadwal Kegiatan
No Kegiatan Hari ke-

1 2 3 4 5 6 7

1 Identifikasi kebutuhan/ masalah X

2 Koordinasi dengan mitra X

3 Persiapan materi dan alat bantu X

4 Pelaksanaan X

5 Penyusunan laporan X

BAB 6 HASIL YANG DICAPAI

1. Peserta mengetahui tentang pengertian penyakit Stroke.


2. Peserta mengetahui tanda dan gejala penyakit Stroke.
3. Peserta dapat mengetahui upaya pencegahan dan rehabilitasi penyakit Stroke.

4
BAB 7 SIMPULAN DAN SARAN

CVA (Cerebro Vascular Accident) merupakan istilah medis yang digunakan dalam
mendiagnosa penyakit stroke. Stroke adalah suatu keadaan ketika aliran darah kebagian otak
terhenti baik oleh penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah.

Program rehabilitasi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang terpadu dengan pendekatan
medik, psikososial, educational-vocational yang bertujuan mencapai kemampuan fungsional
semaksimal mungkin dan mencegah serangan berulang. Dalam pelayanan rehabilitasi ini
merupakan pelayanan dengan pendekatan multidisiplin yang terdiri dari dokter ahli
syaraf,dokter rehabilitasi medik, perawat, fisioterapis, terapi occupational, pekerja sosial
medik, psikolog serta klien dan keluarga turut berperan.

Mobilisasi merupakan salah satu bentuk rehabilitasi awal dari kondisi penyakit
tertentu,dalam hal ini pada klien yang mengalami serangan stroke sehingga terhindar dari
komplikasi.

Berdasarkan simpulan diatas, Faktor pencetus dari stroke sangat banyak diantaranya
hipertensi, Melemahnya dinding pembuluh darah (aneurisma otak) dan Pengobatan dengan
antikoagulan (pengencer darah), tidak hanya dari beberapa faktor diatas peran lingkungan juga
sangat berpengaruh terhadap faktor-faktor yang menimbulkan stroke diantaranya faktor
psikologis klien, adanya stress atau masalah yang sulit untuk dipecahkan sehingga membebani
otak klien, disinilah peran perawat dan keluarga sangat berpengaruh dalam proses kesembuhan
klien, baik itu dengan membantu meringankan beban klien atau dengan membantu mengurus
klien dalam kehidupan sehari-harinya bahkan setelah mengalami stroke pun peran keluarga
dan perawat tidak berhenti, masih ada tahap yang perlu dilakukan agar klien benar-benar
sembuh dan mampu kembali kekehidupanya seperti semula salah satunya adalah Rehabilitisi
Post Stroke.
DAFTAR ISI
Kozier. (1995). Fundamental of Nursing. 5th ed. Addison Wisley
Kandel, E. R. Schwartz, J. H. Jessel, T. M. (1995). Essential of Neural Science and Behavior
dalam An Instruction to Movement. Prentice Hall International Inc
Long, B.C. (1996). Essential of Medical Surgical Nursing: A Nursing Process Approach. Edisi
2. Tim Penerjemah R. Karnaen, dkk. Bandung
Mansjoer, A, dkk. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 2. Penerbit Media
Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
Yastroki, 2007, Angka kejadian stroke meningkat tajam,
http://www.yastroki.or.id/read.php?id=317

5
https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/471/1h.pdf?sequence=1&iasallowe
d=y
https://www.alodokter.com/stroke

6
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Topik : Rehabilitasi
Sub Pokok Bahasan : Rehabilitasi Post Stroke
Sasaran : Pasien dan Keluarga Pasien
Tempat : Ruang Anggrek RSUD Dr.Soegiri
Hari / tanggal : Senin, 18 Maret 2020
Waktu : 09.00-09.30 WIB

I. Tujuan instruksional umum


Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan peserta penyuluhan dapat
mengetahui tentang penyakit jantung.
II. Tujuan instruksional khusus
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan selama 60 menit, diharapkan peserta
penyuluhan dapat menjelaskan kembali :
1. Pengertian tentang Stroke
2. Tanda,gejala dan penyebab Stroke
3. Upaya pencegahan dan rehabilitasi penyakit gagal jantung
III. Sasaran
Pasien dan Keluarga Pasien
IV. Materi (Terlampir)
V. Metode
1. Ceramah
2. Simulasi
3. Tanya Jawab
VI. Strategi Pelaksanaan
Hari dan tanggal Pelaksanaan : Senin, 18 Maret 2020
Waktu : 09.00-09.30 WIB
Tempat : Ruang Anggrek RSUD Dr.Soegiri
Penyaji : Indrawati Wijayanti, Endang Meiyani
Narasumber : Ratih Indah K.,S.ST.,M.Kes
Moderator : Lailatus Sholikha
Observer : Ilham Perdana
Fasilitator : Wahyu Aji S, Surya Prayoga, Zaenal Abidin

7
Pengorganisasian & Uraian Tugas
 Moderator :
Uraian tugas :
a. Menutup dan memulai acara
b. Memperkenalkan diri
c. Mengatur proses bertanya dan lamanya diskusi penyuluhan.
d. Menetapkan tata tertib acara penyuluhan dan Rehabilitasi
e. Menjaga kelancaran acara
f. Memimpin diskusi
 Penyaji:
Uraian tugas :
a. Menjelaskan materi penyuluhan dengan jelas dan dengan bahasa yang mudah
dipahami oleh peserta.
b. Bersama fasilitator menjalin kerjasama dalam acara penyuluhan
 Narasumber : Mereview materi penyuluhan dan laporan
 Fasilitator
Uraian tugas :
a. Memotivasi peserta untuk tetap aktif dan memperhatikan proses penyuluhan.
b. Memotivasi peserta untuk bertanya
c. Membagikan leaflet
 Observer
Uraian tugas :
a. Mempersiapkan alat tulis dan lembar kosong untuk mencatat bagian kejadian
yang penting dalam pelaksanaan penyuluhan.
b. Mengamati jalannya kegiatan
c. Mengevaluasi kegiatan
d. Mencatat perilaku verbal dan non verbal serta kegiatan

8
Setting Tempat

: audience

: Penguji

: penyuluh

VII. Media dan Alat


1) Leaflet
2) Materi SAP
3) Lembar balik bergambar
VIII. Kegiatan Penyuluhan
No. Waktu Kegiatan Respon Media
Pembukaan
1. Salam 1. Menjawab salam
2. Memperkenalkan 2. Mendengarkan dan
1. 5 menit -
diri memperhatikan
3. Menyampaikan 3. Mendengarkan dan
tujuan penyuluhan memperhatikan
Penyampaian materi
1. Menjelaskan 1. Mendengarkan dan
pengertian difteri memperhatikan
2. Menjelaskan tanda 2. Mendengarkan dan
2. 15 menit Leaflet
dan gejala difteri memperhatikan
3. Menjelaskan upaya 3. Mendengarkan dan
pencegahan dengan memperhatikan
imunisasi difteri
Simulasi
1. dengan bantuan dari 1. Mengikuti instruksi
keluarga pasien dari penyaji dan
3 25 menit
memeragakan melakuakan sesuai
gerakan-gerakan dengan instruksi
untuk rehabilitasi dari penyaji.

9
post stroke
Penutup
1. Menyimpulkan 1. Mendengarkan
secara singkat
tentang materi yang
telah disampaikan
2. Melakukan evaluasi 2. Menjawab
4. 10 menit -
tentang materi yang
telah disampaikan
dengan tanya jawab
3. Menutup pertemuan 3. Menjawab salam
dan mengucapkan
salam

IX. Kriteria evaluasi


1. Evaluasi struktur
2. Evaluasi proses
3. Evaluasi hasil

X. Daftar Pertanyaan
Setelah diberikan penyuluhan kesehatan tentang Rehabilitasi post Stroke.
Diharapkan audien mampu menjawab pertanyaan:
1. Apa yang dimaksud dengan Stroke ?
2. Apa tanda dan gejala Stroke ?
3. Bagaimana upaya mencegah dan Rehabilitasi Post Stroke ?

10
LAMPIRAN

MATERI

DEFINISI

Stroke adalah kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke otak terganggu atau berkurang
akibat penyumbatan (stroke iskemik) atau pecahnya pembuluh darah (stroke hemoragik).
Tanpa darah, otak tidak akan mendapaktkan asupan oksigen dan nutrisi, sehingga sel-sel pada
sebagian area otak akan mati. Kondisi ini menyebabkan bagian tubuh yang dikendalikan oleh
area otak yang rusak tidak dapat berfungsi dengan baik.

Stroke adalah keadaan darurat medis karena sel otak dapat mati hanya hitungan menit.
Tindakan penanganan secara cepat dapat meminimalkan tingkat kerusakan otak dan
kemungkinan munculnya komplikasi.

Menurut riset kesahatan dasar yang diselanggarakan oleh kementrian kesehatan RI pada tahun
2003, di Indonesia terdapat lebih dari 2 jua penduduk, atau 12 dari 1000 penduduk, menderita
stroke dengan presentase terbesar berasal dari provinsi Sulawesi Selatan. Selain itu, stroke juga
merupakan pembunuh nomor 1 di Indonesia, lebih dari 15% kematian di Indonesia disebabkan
oleh stroke. Stroke iskemik memiliki kejadian yang lebih sering dibandingkan dengan stroke
hemoragik, namun stroke hemoragik membunuh lebih sering dibandingkan dengan stroke
iskemik. Hipertensi yang diikuti dengan diabetes dan kolesterol tinggi merupakan kondisi yang
paling sering meningkatkan risiko terjadinya stroke di Indonesia.

GEJALA

Setiap bagian tubuh dikendalikan oleh bagian otak yang berbeda-beda, sehingga gejala stroke
tergantung pada bagian otak yang erserang dan tingkat kerusakannya. Gejala atau tanda stroke
bervariasi pada setiap orang, namun umumnya muncul secara tiba-tiba. Ada 3 gejala utama
stroke yang mudah untuk diingat, yaitu :

 Face (wajah). Wajah akan terlihat menurun pada suatu sisi dan tidak mampu tersenyum
karena mulut atau mata terkulai.
 Arms (lengan). Orang dngan gejala stroke tidak mampu mengangkat salah satu
lengannya karena terasa lemas atau mati rasa. Tidak hanya lengan, tungkai yang satu
sisi dengan lengan tersebut juga mengalami kelemahan.

11
 Speech (cara bicara). Ucapan tidak jelas, kacau, atau bahkan tidak mampu berbicara
sama sekali meskipun penderita terlihat sadar.

Selain itu, ada beberapa gejala dan tanda stroke lain yang mungkin muncul, antara lain:

 Mual dan muntah


 Sakit kepala hebat yang datang secara tiba-tiba, disertai kaku pada leher dan pusing
berputar (vertigo)
 Penurunan kesadaran
 Sulit menelan (disfagia), sehingga mengakibatkan tersedak
 Gangguan pada keseimbangan dan koordinasi
 Hilangnya penglihatan secara tiba-tiba atau penglihatan ganda

PENYEBAB

Berdasarkan penyebabnya, ada dua jenis stroke, yaitu:

 Stroke iskemik. Sekitar 80% stroke adalah jenis stroke iskemik. Stroke iskemik terjadi
ketika pembuluh darah arteri yang membawa darah dan oksigen ke otak mengalami
penyempitan atau terhambat, sehingga menyebabkan aliran darah ke otak sangat
berkurang. Kondisi ini disebut juga dengan iskemia.
 Stroke hemoragik. Stroke hemoragik terjadi ketika pembuluh darah di otak pecah dan
menyebabkan perdarahan. Perdarahan diotak dapat dipicu oleh beberapa kondisinyang
mempengaruhi pembuluh darah. Kondisi tersebut meliputi:
 Hipertensi yang tidak terkendali
 Melemahnya dinding pembuluh darah (aneurisma otak)
 Pengobatan dengan aantikoagulan (pengencerdarah)

PENCEGAHAN STROKE

Langkah utama untuk mencegah stroke adalah menerapkan gaya hidup sehat. Selain itu, kenli
dan hindari faktor risiko yang ada, serta ikuti ajuran dokter. Beberapa cara yang dapat
dilakukan untuk mencegah stroke, antara lain:

 Menjaga pola makan


 Olahraga secara teratur
 Berhenti merokok

12
 Hindari konsumsi minuman beralkohol
 Hindari penggunaan NAPZA

Tahap Rehabilitasi.

1) Rehabilitasi stadium akut Sejak awal tim rehabilitasi medik suidah diikutkan, terutama
untuk mobilisasi. Programnya dijalankan oleh tim, biasanya latihan aktif dimulai
sesudah prosesnya stabil, 24-72 jam sesudah serangan, kecuali perdarahan. Sejak awal
Speech terapi diikutsertakan untuk melatih otot-otot menelan yang biasanya terganggu
pada stadium akut. Psikolog dan Pekerja Sosial Medik untuk mengevaluasi status psikis
dan membantu kesulitan keluarga.

2) Rehabilitasi stadium subakut, Pada stadium ini kesadaran membaik, penderita mulai
menunjukan tanda-tanda depresi, fungsi bahasa mulai dapat terperinci. Pada post
GPDO pola kelemahan ototnya menimbulkan hemiplegic posture. Kita berusaha
mencegahnya dengan cara pengaturan posisi, stimulasi sesuai kondisi klien.

3) Rehabilitasi stadium kronik, Pada saat ini terapi kelompok telah ditekankan, dimana
terapi ini biasanya sudah dapat dimulai pada akhir stadium subakut. Keluarga penderita
lebih banyak dilibatkan, pekerja medik sosial, dan psikolog harus lebih aktif.

Mobilisasi adalah hal yang menyebabkan bergeraknya sesuatu (Ramali, Pamoentjak,1996).


Tujuan mobilisasi pada klin stroke menurut Hoeman (1996) adalah:

1) Mempertahankan range of motion.

2) Memperbaiki fungsi pernafasan dan sirkulasi.

3) Menggerakkan seseorang secara dini pada fungsi aktifitas meliputi gerakan di tempat
tidur, duduk, berdiri dan berjalan.

4) Mencegah masalah komplikasi.

5) Meningkatkan kesadaran diri dari bagian hemiplegi

6) Meningkatkan kontrol dan keseimbangan duduk dan berdiri.

7) Memaksimalkan aktivitas perawatan diri.

Program mobilisasi segera dijalankan oleh tim, biasanya aktif dimulai sesudah prosesnya
stabil, 24-72 jam sesudah serangan kecuali pada perdarahan. Tindakan mobilisasi pada
perdarahan subarachnoid dimulai 2-3 minggu sesudah serangan (Harsono, 1996)

Lamanya pasien harus diam di tempat tidur tergantung keadaan tipe CVA dan prakiraan
dokter tentang mobilisasi dini. (Long, 1996).

13
Mobilisasi Dini

a) Pelaksanaan mobilisasi dini posisi tidur.

Berbaring terlentang:

Posisi kepala, leher, dan punggung harus lurus. Letakkan bantal dibawah lengan yang lumpuh
secara hati-hati, sehingga bahu terangkat ke atas dengan lengan agak ditinggikan dan memutar
ke arah luar, siku dan pergelangan tangan agak ditinggikan. Letakkan pula bantal dibawah paha
yang lumpuh dengan posisi agak memutar ke arah dalam, lutut agak ditekuk.

Miring ke sisi yang sehat:

Bahu yang lumpuh harus menghadap ke depan, lengan yang lumpuh memeluk bantal dengan
siku di luruskan. Kaki yang lumpuh diletakkan di depan, di bawah paha dan tungkai diganjal
bantal, lutut ditekuk.

Miring ke sisi yang lumpuh:

Lengan yang lumpuh menghadap ke depan, pastikan bahwa bahu penderita tidak memutar
secara berlebihan. Tungkai agak ditekuk, tungkai yang sehat menyilang di atas tungkai yang
lumpuh dengan diganjal bantal.

b) Latihan gerak sendi (range of motion)

Latihan gerak sendi aktif adalah klien menggunakan ototnya untuk melakukan gerakan
(Hoeman, 1996) dan intinya tidak ada ketidaknyamanan. Menggambarkan gerakan sistematik,
dengan rangkaian urutan selama atau setiap tahap. Menampilkan setiap latihan 3x dan
rangkaian latihan 2x sehari (Kozier, 1995).

Latihan gerak sendi pasif adalah perawat menggerakkan anggota gerak dan memerintahkan
keikutsertaan klien agar terjadi gerakan penuh (Hoeman, 1996).

 Latihan gerak sendi pada anggota gerak atas menurut Hoeman (1996) adalah :

 Fleksi/ekstensi

Dukung lengan dengan pergelangan tangan dan siku, angkat lengan lurus melewati kepala
klien, istirahatkan lengan terlentang diatas kepala di tempat tidur

 Abduksi/adduksi

Dukung lengan di pergelangan dengan telapak tangan dan siku dari tubuhnya klien, geser
lengan menjauh menyamping dari badan, biarkan lengan berputar dan berbalik sehingga
mencapai sudut 90o dari bahu,

14
 Siku fleksi/ekstensi

Dukung siku dan pergelangan tangan, tekuk lengan klien sehingga lengan menyentuh ke
bahu, luruskan lengan ke depan

 Pergelangan tangan

Dukung pergelangan tangan dan tangan klien dan jari-jari dengan jari yang lain; tekuk
pergelangan tangan ke depan dan menggenggam, tekuk pergelangan tangan ke belakang dan
tegakkan jari-jari, gerakkan pergelangan tangan ke lateral.

 Jari fleksi/ekstensi

Dukung tangan klien dengan memegang telapak tangan, tekuk semua jari sekali, luruskan
semua jari sekali

 Latihan gerak sendi pada anggota gerak bawah menurut Hoeman (1996) adalah:

 Pinggul fleksi

Dukung dari bawah lutut dan tumit klien, angkat lutut mengarah ke dada, tekuk pinggul
sedapat mungkin, biarkan lutut menekuk sedikit atau dengan toleransi klien

 Pinggul fleksi/kekuatan

Dukung dari bawah lutut dan tumit klien, mengangkat kaki klien diluruskan setinggi

mungkin, pegang sampai hitungan kelima

 Lutut fleksi/ekstensi

Dukung kaki bila perlu tumit dan belakang lutut, tekuk setinggi 90 derajat dan luruskan lutut.

 Jari kaki fleksi/ekstensi

Dukung telapak kaki klien, tekuk semua jari menurun dan dorong semua jari ke belakang

 Tumit inverse/eversi

Dukung kaki klien di tempat tidur dengan satu tangan dan pegang telapak kaki dengan tangan
yang lain, putar telapak kaki keluar, putar telapakkaki ke dalam

c) Latihan duduk

Latihan di mulai dengan meninggikan letak kepala secara bertahap untuk kemudian dicapai
posisi setengah duduk dan pada akhirnya posisi duduk. Latihan duduk secara aktif sering kali
memerlukan alat bantu, misalnya trapeze untuk pegangan penderita(Harsono, 1996).

15
Bangun duduk dilakukan dengan bantuan perawat yang memegang kuat siku sisi yang
lumpuh pada tempat tidur, dengan tangan yang lain berjabatan tangan dengan tangan penderita
yang sehat. Siku penderita yang sakit harus berada langsung di bawah bahu, bukan di belakang
bahu. Latihan ini diulang-ulang sampai penderita merasakan gerakannya. Penyanggaan berat
di siku yang menyebar ke atas sendi bahu sisi yang mampu merupakan bagian yang penting
dalam Berita Ilmu Keperawatan ISSN 1979-2697, Vol. 1 No.1, Maret 2008 :43-46 46
rehabilitas penderita stroke menuju penyembuhan total (Kandel, dkk, 1995).

16
DAFTAR HADIR PESERTA PENYULUHAN DAN REHABILITASI
DI Ruang Anggrek RSUD Dr.Soegiri
KABUPATEN LAMONGAN
2018
No. Nama Peserta Tanda tangan

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

Mengetahui
Lamongan, 18 Maret 2020
Pembimbing Ruangan

Hj. Nanik, S.ST., M.Kes


NIP. 19731004 199302 2 001

17

Anda mungkin juga menyukai