Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS, BAYI, BALITA, DAN ANAK PRASEKOLAH


”FRAKTUR KLAVIKULA, FRAKTUR HUMERUS & PERDARAHAN TALI PUSAT”
DOSEN PEMBIMBING : HELTI LESTARI, S.ST.,M.KEB.

NAMA KELOMPOK 5 :
1. SULAILATUR.R
2. TEA EFTI FEBRIANTI
3. WUAB BUTI SUNDARI

DIPLOMA III KEBIDANAN

YAYASAN H . SOEHEILY QORI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MERANGIN

TAHUN AJARAN 2019/2020


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami ucapkan
puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat serta hidayahnya kepada kita
semua. Sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi,
Balita, dan Anak Prasekolah dengan materi “Fraktur Klavikula, Fraktur Humerus, dan
Perdarahan tali pusat” ini tanpa suatu halangan apapun.
Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Helti Lestari.S.SST.,M.Keb. selaku
Dosen Pembimbing yang telah memberikan kami tugas ini, harapan kami semoga makalah ini
sesuai dengan tugas yang diberikan kepada kami dan dapat menambah pengetahuan dan
wawasan bagi pembaca.
Karena keterbatasan pengalaman dan informasi yang kami dapatkan , sekiranya terdapat
kekurangan dalam pembuatan makalah ini kami mohon maaf.

Bangko, 13 November 2019

Penulis
DAFTAR ISI

COVER…………………………………………………………………………….……………... i
KATA PENGANTAR.................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................................................. iii
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................................................. 1
1.1 Latar belakang................................................................................................. 1
1.2 Rumusan masalah............................................................................................. 1
1.3 Tujuan............................................................................................................... 2
BAB 2 PEMBAHASAN................................................................................................................. 3
2.1 Fraktur Klavikula.. …….................................................................................. 3
2.2 Fraktur Humerus…..…………..……………................................................... 5
2.3 Perdarahan Tali Pusat……………………………….…………….………..... 7
BAB 3 PENUTUP.......................................................................................................................... 8
Kesimpulan..................................................................................................................................... 8
Saran….…………………………………………………………………..….……..…………..... 8
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................... 9
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Bayi baru lahir atau neonatus meliputi umur 0-28 hari. Kehidupan pada masa neonatus ini
sangat rawan, karena memerlukan penyesuaian fisologik agar bayi diluar kandungan dapat hidup
sebaik-baiknya. Hal ini dapat dilihat dari tingginya angka kesakitan dan angka kematian
neonatus. Diperkirakan 2/3 kematian bayi dibawah umur satu tahun terjadi pada masa neonatus.
Peralihan dari kehidupan intrauteri ke ekstrauteri memerlukan berbagai perubahan biokimia dan
fungsi.
Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia 2006 AKI Indonesia adalah 307/100.000
kelahiran hidup pada tahun 2002, sedangkan AKB di Indonesia sebesar 35/1000 kelahiran hidup.
Penyebab langsung kematian maternal yang paling umum di Indonesia adalah perdarahan 28%,
eklamsi 24%, dan infeksi 11%. Penyebab kematian bayi yaitu BBLR 38,94%, asfiksia lahir
27,97%. Hal ini menunjukkan bahwa 66,91% kematian perinatal dipengaruhi oleh kondisi ibu
saat melahirkan. (Depkes RI, 2008)
Masalah-masalah yang terjadi pada bayi baru lahir yang diakibatkan oleh tindakan-
tindakan yang dilakukan pada saat persalinan sangatlah beragam. Trauma akibat tindakan, cara
persalinan atau gangguan kelainan fisiologik persalinan yang sering kita sebut sebagai cedera
atau trauma lahir. Partus yang lama akan menyebabkan adanya tekanan tulang pelvis.
Kebanyakan cedera lahir ini akan menghilang sendiri dengan perawatan yang baik dan adekuat.
Bidan sebagai tenaga kesehatan harus memiliki kesiapan untuk merujuk ibu atau bayi ke
fasilitas kesehatan rujukan secara optimal dan tepat waktu jika menghadapi penyulit. Jika bidan
lemah atau lalai dalam melakukannya, maka akan berakibat fatal bagi ibu dan bayi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan fraktur klavikula dan apa penyebabnya?
2. Apa yang dimaksud dengan fraktur humerus dan apa penyebabnya?
3. Apa yang dimaksud dengan perdarahan tali pusat dan apa penyebabnya?
4. Bagaimana tanda/gejala dari fraktur klavikula, fraktur humerus dan perdarahan tali
pusat?
5. Apa komplikasi yang dapat terjadi dari fraktur klavikula, fraktur humerus dan
perdarahan tali pusat?
6. Bagaiama pelaksanaan dan pencegahannya?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan dari penulisan maksalah ini adalah untuk menambah wawasan kita mengenai
asuhan kebidanan pada Bayi Baru Lahir (BBL) dengan kelainan dan bagaimana pelaksanaannya.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Fraktur Klavikula


Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya disebabkan oleh
rudapaksa (Mansjoer, Arif, 2000). Sedangkan menurut Linda Juall C (1999) Fraktur adalah
rusaknya kontinuitas tulang yang disebabkan tekanan eksternal yang dating lebih besar dari yang
dapat diserap oleh tulang.
Fraktur tulang klavikula merupakan trauma lahir pada tulang yang tersering ditemukan
dibandingkan dengan trauma tulang lainnya. Trauma ini ditemukan pada kelahiran letak kepala
yang mengalami kesukaran pada waktu melahirkan bahu, atau sering pula ditemukan pada waktu
melahirkan bahu atau sering juga terjadi pada lahir letak sungsang dengan tangan menjungkit ke
atas dan terdapat kesulitan mengeluarkan bahu pada persalinan. Hal ini dapat timbul pada
kelahiran presentasi puncak kepala dan pada lengan yang telentang pada kelahiran sungsang.
Gejala yang tampak pada keadaan ini adalah kelemahan lengan pada sisi yang terkena, krepitasi,
ketidakteraturan tulang mungkin dapat diraba, perubahan warna kulit pada bagian atas yang
terkena fraktur serta menghilangnya refleks Moro pada sisi tersebut. Diagnosis dapat ditegakkan
dengan palpasi dan foto rontgent. Penyembuhan sempurna terjadi setelah 7-10 hari dengan
imobilisasi dengan posisi abduksi 60 derajat dan fleksi 90 derajat dari siku yang terkena.
Fraktur klavikula pada neonatus biasanya terjadi akibat komplikasi dari distosia bahu.
Karena saat bayi tidak bisa dikeluarkan dengan berbagai cara, maka pematahan tulang klavikula
pun dilakukan agar lebar bahu dapat ditanggulangi dan dapat membebaskan bahu bayi (Leung, et
al., 2011). Fraktur klavikula pada bayi merupakan fraktur tersering yang terjadi, diikuti dengan
fraktur humerus dan fraktur femur. Penyebab utamadari fraktur klavikula pada neonatus adalah
distosia bahu. Distosia bahu tidak dapat kita duga sebelumnya, berbeda dengan makrosomia
dapat kita perkirakan dengan melihat besar kehamilan. Saat distosia bahu banyak hal yang dapat
dilakukan, mulai dari merubah posisi kaki wanita yang sedah partus, menggunakan bantuan
tangan, hingga mematahkan tulang klavikula bayi. Hal ini bertujuan untuk dapat mempersempit
bidang bahu bayi yang tersangkut saat persalinan. Fraktur klavikula juga dapat terjadi saat
persalinan sungsang. Sungsang adalah posisi janin dengan keadaan kepala bayi berada di atas.
Hal ini dapat terjadi akibat berbagai faktor, mulai dari kehamilan kembar sampai kelainan pada
janin (Kanik, et al., 2011). Saat sungsang banyak resiko yang terjadi jika dilakukan persalinan
intravaginal, oleh karena itu saat memasuki usia kehamilan 40 minggu dan keadaan bayi masih
sungsang sebaiknya memilih jalan lahir operasi caesar. Sungsang dapat diketahui dengan
ultrasonography (USG). Selain dari distosia bahu dan kelahiran letak sungsang, fraktur klavikula
juga dipengaruhi oleh faktor resiko makrosomia. Makrosomia merupakan keadaan bayi dengan
berat badan lahir yang besar. Makrosomia didefenisikan kelahiran 15 dengan berat badan lahir
>4000 gram, setelah meninjau etnis dan usia kehamilan ibu. Makrosomia biasanya terjadi pada
ibu hamil yang memiliki riwayat DMG (Diabetes Mellitus Gestational) (Mosavat & Zamani,
2008).
Etiologi dan Faktor Resiko
- Faktor Mekanik :
1) Ekstensi Tangan
Penarikan tangan saat persalinan sungsang (Kanik, et al., 2011). Saat kelahiran sungsang,
dan situasi tidak memungkinkan untuk dilakukan operasi caesar maka pada saat persalinan
intravaginal akan dilakukan penarikan tangan dari bayi untuk mengeluarkan bayi dari rahim ibu.
Hal ini yang dapat menyebabkan fraktur pada klavikula bayi yang dilahirkan saat persalinan
sungsang.
2) Persalinan Intravaginal
Persalinan normal tercatat 74 bayi lahir hidup mengalami fraktur klavikula, diantaranya
73 bayi saat persalinan intravaginal (kelahiran normal) dan 1 bayi saat operasi caesar (Ozdener,
et al., 2013). Kelahiran intravaginal berperan dalam salah satu faktor resiko fraktur klavikula
pada neonatus karena adanya pengaruh dari kepala bayi dengan leher rahim ibu. Kelahiran
intravaginal juga dilakukan penarikan terhadap bayi, sehingga faktor mekanik pada poin 1 dan 2
memiliki korelasi.
- Faktor Klinis :
1) Distosia Bahu
Penyebab mayor dari fraktur klavikula adalah distosia bahu pada persalinan vertex
(Kanik, et al., 2011). Distosia bahu disebabkan karena bahu bayi masih tersangkut, sedangkan
kepala bayi sudah diluar. Selain itu, saat pembebasan bayi dengan makrosomia pematahan tulang
klavikula merupakan alternatif terakhir untuk membebaskan janin.
2) Makrosomia Berat badan lahir bayi >3500 gram hingga sampai >4000 gram,dilaporkan
sebagai faktor independen dari fraktur klavikula pada neonatus (Ozdener, et al., 2013).
Makrosomia terkait dengan distosia bahu pada bayi terutama saat dilakukan persalinan
intravaginal. Makrosomia dapat diperkirakan sebelumnya, namun keadaan distosia bahu tidak
dapat diduga. Oleh karena itu, jika terdapat kejadian makrosomia biasanya jalanlahir yang dipilih
bukanlah intravaginal melainkan operasi caesar. Makrosomia pada neonatus biasanya
dipengaruhi juga oleh riwayat keadaan ibu dengan Diabetes Mellitus Gestational.
Tanda/gejala:
Tanda-tanda Fraktur klavikula dapat diindikasikan oleh kegagalan bayi untuk
menggerakkan lengan pada sisi yang mengalami fraktur , atau rasa nyeri pada saat penanganan
lengan tersebut. Fraktur klavikula pada neonatus, sering tidak dilaporkan adanya abnormalitas
sampai terbentuk benjolan oleh kalus pada usia 2 atau 3 minggu. bayi harus dirawat dengan
lengan pada sisi yang mengalami fraktur harus ditempatkan dalam gendongan, atau dibalut tipis
pada dada bayi, yang bertujuan untuk meminimalkan rasa nyeri saat bergerak (Norman, 1956)
Yang perlu diperhatikan terhadap kemungkinan adanya trauma lahir klavikula jenis
greenstick adalah :
 Gerakan tangan kanan-kiri tidak sama.
 Refleks moro asimetris.
 Bayi menangis pada perabaan tulang klavikula.
 Gerakan pasif tangan yang sakit disertai riwayat persalinan yang sukar.
Jenis fraktur pada trauma lahir ini umumnya jenis fraktur freenstick, walaupun kadang-
kadang dapat juga terjadi suatu fraktur total, fraktur ini ditemukan 1 – 2 minggu kemudian
setelah teraba adanya pembentukan kalus.
Penatalaksanaan:

Adapun penatalaksanaan terhadap bayi yang mengalami fraktur klavikula, yaitu:


1. Bayi jangan banyak digerakkan
2. Immobilisasi lengan dan bahu pada sisi yang akit dan abduksi lengan dalam stanhoera
menopang bahu belakang dengan memasang ransel verband
3. Rawat bayi dengan hati-hati
4. Nutrisi yang adekuat (pemberian asi yang adekuat dengan cara mengajarkan pada ibu
acar pemberian asi dengan posisi tidur, dengan sendok atau pipet)
5. Rujuk bayi kerumah sakit

Umumnya 7-10 hari sakit berkurang, pembentukan kalus bertambah beberapa bulan (6-8
minggu) terbentuk tulang normal.

2.2 Pengertian Fraktur Humerus


Fraktur humerus adalah diskontinuitas atau hilangnya struktur dari tulang humerus
(Mansjoer, Arif, 2000). Sedangkan menurut Sjamsuhidayat (2004) Fraktur humerus adalah
fraktur pada tulang humerus yang disebabkan oleh benturan atau trauma langsung maupun tidak
langsung.
Fraktur humerus adalah Kelainan yang terjadi pada kesalahan teknik dalam melahirkan
lengan pada presentasi puncak kepala atau letak sungsang dengan lengan membumbung ke atas.
Pada keadaan ini biasanya sisi yang terkena tidak dapat digerakkan dan refleks Moro pada sisi
tersebut menghilang.
Fraktur tulang humerus umumnya terjadi pada kelahiran letak sungsang dengan tangan
menjungkit ke atas. Kesukaran melahirkan tangan yang menjungkit merupakan penyebab
terjadinya tulang humerus yang fraktur. Pada kelahiran presentasi kepala dapat pula ditemukan
fraktur ini, jika ditemukan ada tekanan keras dan langsung pada tulang humerus oleh tulang
pelvis. Jenis frakturnya berupa greenstick atau fraktur total.
Klasifikasi fraktur humerus
Fraktur atau patah tulang humerus terbagi atas :
1. Fraktur Suprakondilar humerus
Jenis fraktur ini dapat dibedakan menjadi :
 Jenis ekstensi yang terjadi karena trauma langsung pada humerus distal melalui benturan
pada siku dan lengan bawah pada posisi supinasidan lengan siku dalam posisi ekstensi
dengan tangan terfikasi.
 Jenis fleksi pada anak biasanya terjadi akibat jatuh pada telapak tangan dengan tangan
dan lengan bawah dalam posisi pronasi dan siku dalam posisi sedikit fleksi.
2. Fraktur interkondiler humerus
Fraktur yang sering terjadi pada anak adalah fraktur kondiler lateralis dan fraktur kondiler
medialis humerus.

3. Fraktur batang humerus


Fraktur ini disebabkan oleh trauma langsung yang mengakibatkan fraktur spiral (fraktur
yang arah garis patahnya berbentuk spiral yang disebabkan trauma rotasi).
4. Fraktur kolum humerus
Fraktur ini dapat terjadi pada kolum antomikum (terletak di bawah kaput humeri) dan
kolum sirurgikum (terletak di bawah tuberkulum).
Etimologi :
Fraktur tulang humerus umumnya terjadi pada kelahiran letak sungsang dengan tangan
menjungkit ke atas. Kesukaran melahirkan tangan yang menjungkit merupakan penyebab
terjadinya tulang humerus yang fraktur. Pada kelahiran presentasi kepala dapat pula ditemukan
fraktur ini, jika ditemukan ada tekanan keras dan langsung pada tulang humerus oleh tulang
pelvis. Jenis frakturnya berupa greenstick atau fraktur total. Fraktur menurut Strek,1999 terjadi
paling sering sekunder akibat kesulitan pelahiran (misalnya makrosemia dan disproporsi
sefalopelvik, serta malpresentasi).
Tanda/gejala :
 Berkurangnya gerakan tangan yang sakit
 Refleks moro asimetris
 Terabanya deformitas dan krepotasi di daerah fraktur disertai rasa sakit
 Terjadinya tangisan bayi pada gerakan pasif
Letak fraktur umumnya di daerah diafisi. Diagnosa pasti ditegakkan dengan pemeriksaan
radiologik.
Gejala klinis :
 Diketahui beberapa hari kemudian dengan ditemukan adanya gerakan kaki yang
berkurang dan asimetris.
 Adanya gerakan asimetris serta ditemukannya deformitas dan krepitasi pada tulang
femur.
 Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan radiologik.
Penanganan :
 Imobilisasi lengan pada sisi bayi dengan siku fleksi 90 derajat selama 10 sampai 14 hari
serta control nyeri
 Daya penyembuhan fraktur tulang bagi yang berupa fraktur tulang tumpang tindih ringan
dengan deformitas, umumnya akan baik.
 Dalam masa pertumbuhan dan pembentukkan tulang pada bayi, maka tulang yang fraktur
tersebut akan tumbuh dan akhirnya mempunyai bentuk panjang yang normal
2.3. Pengertian Perdarahan Tali pusat
Perdarahan tali pusat adalah Perdarahan yang terjadi pada tali pusat bisa timbul sebagai
akibat dari trauma pengikatan tali pusat yang kurang baik atau kegagalan proses pembentukkan
trombus normal. Selain itu perdarahan pada tali pusat juga bisa sebagai petunjuk adanya penyakit
pada bayi.
Perdarahan tali pusat pada bbl adalah trauma yang disebabkan ikatan tali pusat yang
longgar, atau kegagalan pembentukan thrombus yang normal. Kemungkinan lain sebab
perdarahan adalah penyakit perdarahan pada neona Ins dan infeksi lokal maupun sisternik. Tali
pusat harus diawasi terus-menerus path hari-hari pertama agar perdarahan yang terjadi dapat
ditanggulangi secepatnya.

Tanda dan gejala :


1. Ikatan tali pusat lepas atau klem pada tali pusat lepas tapi masih menempel pada tali pusat.
2. Kulit di sekitar tali pusat memerah dan lecet.
3. Ada cairan yang keluar dari tali pusat. Cairan tersebut bisa berwarna kuning, hijau, atau darah.
4. Timbul sisik di sekitar atau pada tali pusat.
Etiologi :
1. Robekan umbilikus normal, biasanya terjadi karena :
a. Partus precipitates.
Pada partus presipitatus selain perdarahan dari umbilikus mungkin ditemukan gejala
perdarahan intrakranial akibat tidak tertangkapnya bayi saat melahirkan dan kemudian
jatuh ke lantai.
b. Adanya trauma atau lilitan tali pusat atau pendeknya tali pusat pada partus normal.
c. Umbilikus pendek, sehingga menyebabkan terjadinya tarikan yang berlebihan pada
saat persalinan.
d. Kelalaian penolong persalinan yang dapat menyebabkan tersayatnya dinding umbilikus
atau placenta sewaktu sectio secarea.
2. Robekan umbilikus abnormal, biasanya terjadi karena:
a. Adanya hematoma pada umbilikus yang kemudian hematom tersebut pecah, namun
perdarahan yang terjadi masuk kembali ke dalam placenta. Hal ini sangat berbahaya bagi
bayi dan dapat menimbulkan kematian pada bayi.
b. Varises juga dapat menyebabkan perdarahan apabila varises tersebut pecah.
c. Aneurisma pembuluh darah pada umbilikus dimana terjadi pelebaran pembuluh darah
setempat saja karena salah dalam proses perkembangan atau terjadi kemunduran dinding
pembuluh darah. Pada aneurisme pembuluh darah menyebabkan pembuluh darah rapuh
dan mudah pecah

3. Robekan pembuluh darah abnormal


Pada kasus dengan robekan pembuluh darah umbilikus tanpa adanya trauma, hendaknya
dipikirkan kemungkinan adanya kelainan anatomik pembuluh darah seperti:
a. Pembuluh darah aberan yang mudah pecah karena dindingnya tipis dan tidak ada
perlindungan jely Wharton.
b. Insersi velamentosa tali pusat, dimana pecahnya pembuluh darah terjadi pada tempat
percabangan tali pusat sampai ke membran tempat masuknya dalam placenta tidak ada
proteksi. Umbilikus dengan kelainan insersi ini sering terdapat pada kehamilan ganda
atau multipel.
c. Placenta multilobularis, perdarahan terjadi pembuluh darah yang menghubungkan
masing-masing lobus dengan jaringan placenta karena bagian tersebut sangat rapuh dan
mudah pecah.

4. Perdarahan akibat placenta previa dan abrotio placenta


Perdarahan akibat placenta previa dan abrutio placenta dapat membahayakan bayi. Pada
kasus placenta previa cenderung menyebabkan anemia, sedangkan pada kasus abrutio placenta
lebih sering mengakibatkan kematian intra uterin karena dapat terjadi anoreksia. Pengamatan
pada placenta dengan teliti untuk menentukan adanya perdarahan pada bayi baru lahir, pada bayi
baru lahir dengan kelainan placenta atau dengan sectio secarea apabila diperlukan dapat
dilakukan pemeriksaan hemoglobin secara berkala.

Penatalaksanaan :
1. Penanganan disesuaikan dengan penyebab dari perdarahan tali pusat yang terjadi
2. Untuk penanganan awal, harus dilakukan tindakan pencegahan infeksi pada tali pusat
3. Segera lakukan inform consent dan inform choise pada keluarga pasien untuk dilakukan
rujukan.
4. Jaga agar tali pusat tetap kering setiap saat.
5. Kenakan popok di bawah tali pusat.
6. Biarkan tali pusat terbuka, tidak tertutup pakaian bayi sesering mungkin.
7. Bersihkan area di sekitar tali pusat. Lakukan setiap kali Anda mengganti popok. Gunakan
kapas atau cotton bud dan cairan alkohol 70% yang dapat dibeli di apotek.
8. Angkat tali pusat dan bersihkan tepat pada area bertemunya pangkal tali pusat dan tubuh.
Tidak perlu takut hal ini akan menyakiti bayi Anda. Alkohol yang digunakan tidak menyengat.
Bayi akan menangis karena alkohol terasa dingin. Membersihkan tali pusat dengan alkohol dapat
membantu mencegah terjadinya infeksi. Hal ini juga akan mempercepat pengeringan dan
pelepasan tali pusat.
9. Jangan basahi tali pusat sampai tidak terjadi pendarahan lagi. Tali pusat akan terlepas, dimana
seharusnya tali pusat aka terlepas dalam waktu 1-2 minggu. Tapi, yang perlu diingat adalah
jangan menarik tali pusat, walaupun sudah terlepas setengah bagian.
10. Hindari penggunaan bedak atau losion di sekitar atau pada tali pusat.
11. Segera hubungi dokter jika :
a. Tali pusat belum terlepas dalam waktu 3 minggu
b. Klem pada pangkal tali pusat terlepas.
c. Timbul garis merah pada kulit di sekitar tali pusat.
d. Bayi menderita demam.
e. Adanya pembengkakan atau kemerah-merahan di sekitar tali pusat.
f. Timbul bau yang tidak enak di sekitar tali pusat.
g. Timbulnya bintil-bintil atau kulit melepuh di sekitar tali pusat.
h. Terjadi pendarahan yang berlebihan pada tali pusat. Pendarahan melebihi ukuran
luasan uang logam.
i. Pendarahan pada tali pusat tidak berhenti walaupun sudah di tekan.

Pencegahan Perdarahan Tali Pusat :


 Pada perdarahan umbilikus akibat ikatan yang longgar, dapat di kencangkan kembali
pengikat tali pusat. Perdarahan juga dapat disebabkan oleh jepitan atau tarifan dari kiem.
Jika perdarahan tidak berhenti setelah 15-20 menit maka tall pusatnya harus segera
dilakukan beberapa jahitan pada luka bekas pernotongan tersebut.
 Perdarahan umbilikus akibat robekan umbilikus harus segera dijahit. Kemudian segera
lakukan rujukan untuk mengetahui apakah ada kelainan lain seperti kelainan anatomik
pembuluh darah sehingga dapat segera dilakukan tindakan oleh dokter atau rumah sakit.
 Perdarahan pada abrupsio plasenta, plasenta previa dan kelainan lainnya, bidan hams
segera merujuk. Bahkan rujukan lebih baik segera dilakukan jika kelainan tersebut sudah
diketahui sebelum bayi lahir sehingga dapat dilakukan tindakan sesegera mungkin untuk
rnembuat peluang bayi lahir hidup lebih besar.
 Perawatan Tali Pusat
Hal yang paling terpenting dalam membersihkan tali pusat adalah :
a. Pastikan tali pusat dan area sekelilingnya selalu bersih dan kering.
b. Selalu cuci tangan dengan menggunakan air bersih dan sabun sebelum membersihkan tali
pusat.
c. Selama belum tali pusatnya puput, sebaiknya bayi tidak dimandikan dengan cara
dicelupkan ke dalam air.
d. Tali pusat juga tidak boleh ditutup rapat dengan apapun, karena akan membuatnya menjadi
lembab.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan :
Bayi baru lahir atau neonatus meliputi umur 0-28 hari. Kehidupan pada masa neonatus ini
sangat rawan, karena memerlukan penyesuaian fisologik agar bayi diluar kandungan dapat hidup
sebaik-baiknya. Hal ini dapat dilihat dari tingginya angka kesakitan dan angka kematian
neonatus. Diperkirakan 2/3 kematian bayi dibawah umur satu tahun terjadi pada masa neonatus.
Peralihan dari kehidupan intrauteri ke ekstrauteri memerlukan berbagai perubahan biokimia dan
fungsi.

Saran :
Bidan sebagai tenaga kesehatan harus memiliki kesiapan untuk merujuk ibu atau bayi ke
fasilitas kesehatan rujukan secara optimal dan tepat waktu jika menghadapi penyulit. Jika bidan
lemah atau lalai dalam melakukannya, maka akan berakibat fatal bagi ibu dan bayi.
DAFTAR PUSTAKA
.
Prawirohardjo,sarwono.2005.Ilmu Kandungan. jakarta:yayasan bina pustaka sarwono
prawirohardjo.
Nur muslihatun,wafi.2010. Asuhan Neonatus Bayi Dan Balita.yogyakarta:Fitramaya
Rahardjo Kukuh, Marmi.2015. Asuhan Neonatus Bayi, Balita dan Anak
prasekolah.Yogyakarta:Pustaka Pelajar
Pertanyaan dan jawaban saat diskusi :
1. Piska Yulanda (kelompok 1)
Bagaimana cara bidan untuk memberikan asuhan pada ibu saat membedong BBL
yang mengalami fraktur klavikula, fraktur humerus?
Jawaban:
 Bayi jangan banyak digerakkan, tetapi saat dibedong tangan yang
mengalami cidera tidak ikut dibedong. Bayi juga tidak wajib untuk
dibedong apalagi saat sedang cidera.
 Rawat bayi dengan hati-hati
 Nutrisi yang adekuat (pemberian asi yang adekuat dengan cara
mengajarkan pada ibu acar pemberian asi dengan posisi tidur, dengan
sendok atau pipet).
2. Kurnia Jami’ah (kelompok 2)
Apakah bisa diperbaiki bayi yang mengalami fraktur dan apakah kembali
normal?
Jawaban:
 Umumnya dalam waktu 7-10 hari rasa sakit akan berkurang dan
pembentukan pun telah terjadi. Sehingga BBL yang mengalami fraktur
pun bisa kembali normal.
 Dalam masa pertumbuhan dan pembentukan tulang pada bayi, maka
tulang yang fraktur tersebut akan tumbuh dan akhirnya mempunyai
bentuk dan panjang yang normal.
3. Ika Yuliani (kelompok 3)
Bagaimana cara bidan untuk menangani kasus fraktur berdasarkan penyebabnya
dan apakah di merangin ada kasus tersebut?
Jawaban:
 Bidan dapat memasangkan elastis verban pada daerah klavikula bayi yang
sakit dengan posisi 600 dan siku 900 dengan posisi flexi.
 Mengimobilisasi lengan dan bahu pada sisi yang sakit untuk
meminimalkan pergerakan pada daerah bahu yang sakit sehingga proses
penyembuhannya lebih cepat.
 Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital
 Memberikan penyuluhan dan penjelasan kepada ibu tentang bayi dan
bagaimana perawatannya sehari-hari, yaitu :
a. Mempertahankan posisi yang benar dan hangat bagi bayi dengan
menyelimuti bayi
b. Mengatur posisi yang nyaman untuk bayi yaitu tidur telentang dan
lengan kanan disangga bantal
c. Mengganti popok setelah bayi Bak dan BAB dengan hati-hati dan
memperhatikan frakturnya agar tidak bergeser.
d. Menganjurkan pada ibu jangan sering mengangkat bayi agar bayi tidak
menangis karena nyeri fraktur
 Menjelaskan pada ibu mengenai pentingnya ASI eksklusif.
a. Menganjurkan pada ibu agar memberikan ASI eksklusif yaitu dengan
tidak memberikan makanan lain selain ASI dan ASI penting untuk
pembentukan sistem imun dan pertumbuhan bayi.
b. Menganjurkan pada ibu untuk mengonsumsi sayur-sayuran hijau, daun
katuk, bayam, sawi, dan lain-lain agar ASI lancar.
 Menjelaskan kepada ibu perban boleh dibuka setelah 3-6 minggu dan
masa pembentukan tulangnya 6-12 bulan.
Dimerangin ada, umumnya kasus ini terjadi lebih banyak diakibatkan
karena faktor penolong.
4. Resi Dwi Jayanti (kelompok 4)
Bagaimana penanganan bidan dalam perdarahan tali pusat dan apakah dampak
perdarahan tali pusat akan mempengaruhi tumbuh kembang bayi?
Jawaban:
1. Penanganan disesuaikan dengan penyebab dari perdarahan tali pusat
yang terjadi
2. Untuk penanganan awal, harus dilakukan tindakan pencegahan infeksi
pada tali pusat
3. Segera lakukan inform consent dan inform choise pada keluarga pasien
untuk dilakukan rujukan.
4. Jaga agar tali pusat tetap kering setiap saat.
5. Kenakan popok di bawah tali pusat.
6. Biarkan tali pusat terbuka, tidak tertutup pakaian bayi sesering
mungkin.
7. Bersihkan area di sekitar tali pusat. Lakukan setiap kali Anda
mengganti popok. Gunakan kapas atau cotton bud dan cairan alkohol
70% yang dapat dibeli di apotek.
8. Angkat tali pusat dan bersihkan tepat pada area bertemunya pangkal
tali pusat dan tubuh. Tidak perlu takut hal ini akan menyakiti bayi Anda.
Alkohol yang digunakan tidak menyengat. Bayi akan menangis karena
alkohol terasa dingin. Membersihkan tali pusat dengan alkohol dapat
membantu mencegah terjadinya infeksi. Hal ini juga akan mempercepat
pengeringan dan pelepasan tali pusat.
9. Jangan basahi tali pusat sampai tidak terjadi pendarahan lagi. Tali pusat
akan terlepas, dimana seharusnya tali pusat aka terlepas dalam waktu 1-2
minggu. Tapi, yang perlu diingat adalah jangan menarik tali pusat,
walaupun sudah terlepas setengah bagian.
10. Hindari penggunaan bedak atau losion di sekitar atau pada tali pusat.
11. Segera hubungi dokter jika :
a. Tali pusat belum terlepas dalam waktu 3 minggu
b. Klem pada pangkal tali pusat terlepas.
c. Timbul garis merah pada kulit di sekitar tali pusat.
d. Bayi menderita demam.
e. Adanya pembengkakan atau kemerah-merahan di sekitar tali pusat.
f. Timbul bau yang tidak enak di sekitar tali pusat.
g. Timbulnya bintil-bintil atau kulit melepuh di sekitar tali pusat.
h. Terjadi pendarahan yang berlebihan pada tali pusat. Pendarahan
melebihi ukuran luasan uang logam.
i. Pendarahan pada tali pusat tidak berhenti walaupun sudah di tekan.
Perdarahan tali pusat ini umunya tidak mempengaruhi tumbuh kembang
bayi, tapi kemungkinan dapat menyebabkan bayi mengalami anemia.
5. Wisa Andriani (kelompok 6)
Bagaimana cara bidan untuk menangani kasus perdarahan tali pusat berdasarkan
penyebabnya dan apakah efek samping perdarahan tali pusat. Apakah bayi bisa
meninggal dari kasus tersebut?
Jawaban:
Untuk penanganan sama dengan pertanyaan diatas, tetapi untuk efek sampingnya
kemungkinan bayi dapat mengalami anemia, dan kemungkinan bisa meninggal.

Anda mungkin juga menyukai