Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

CIRI RAGAM ILMIAH

(Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia)

Dosen Pengampu :

Shofia Fajrin Hardiyanti, M.Pd.I

Diusun Oleh :

1. Dia Durin Mahmudah

2. Siti Kusniawardani

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MADIUN

TAHUN AJARAN 2019/2020


KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmatnya maka kami dapat

menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “ Ciri Ragam Ilmiah”. Makalah ini

merupakan salah satu tugas untuk menyelesaiakn tugas mata kuliah “Bahasa Indonesia”. Dalam

makalah ini kmai merasa masih banyak kekurangan baik dalam penyusunan maupun materi yang

kami bahas, disebabkan kemampuan dan pengalaman kami masih sedikit.

Kami sebagai penyusun mengucapkan banyak terimakasih kepada dosen yang bersangkutan,

karena dengan tugas ini kami jadi dapat lebih meemahami tentang ciri-ciri ragam ilmiah.

Madiun, 5 November 2019

Penulis

1
DAFTAR ISI

Cover

Latar Belakang ........................................................................................................... 1

Daftar Isi .................................................................................................................... 2

Bab I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang.................................................................................................. 3

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 3

1.3 Tujuan ............................................................................................................... 3

1.4 Manfaat ............................................................................................................. 3

Bab II Pembahasan

A. Pengertian Ragam Bahasa ................................................................................ 4

B. Macam-macam Ragam Bahasa ........................................................................ 4

C. Karakteristik Bahasa Ragam Ilmiah ................................................................. 8

D. Ciri Ragam Bahasa Ilmiah................................................................................ 10

E. Ragam Bahasa Pidato Ilmiah............................................................................ 11

F. Ragam Ilmiah Dalam Menulis Akademik ........................................................ 13

G. Asas-Asas Penyusunan Gagasan Di Dalam Karya Ilmiah ............................... 14

H. Teknik Mengatur Perwajahan Karangan .......................................................... 15

I. Aspek Penalaran dalam Karya Ilmiah .............................................................. 16

Bab III Penutup

A. Kesimpulan ....................................................................................................... 18

B. Saran ................................................................................................................. 18

Daftar Pustaka ............................................................................................................ 19

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa Indonesia, sebagaimana bahasa pada umumnya, digunakan untuk tujuan

tertentu dan dalam konteks tertentu. Tujuan dan konteks ini akan menentukan ragam

bahasa Indonesia yang harus digunakan. Seseorang yang menggunakan bahasa Indonesia

untuk orasi politik misalnya, akan menggunakan ragam yang berbeda dari orang lain

yang menggunakan untuk menyampaikan khotbah Jumat atau bahan kuliah. Mahasiswa

disadarkan bahwa dalam dunia akademik atau ilmiah, ragam bahasa Indonesia yang

digunakan adalah ragam ilmiah.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian bahasa ragam ilmiah ?

2. Bagaimanakah karakteristik bahasa ragam ilmiah ?

3. Bagaimanakah ciri ragam bahasa ilmiah ?

4. Bagaimanakah ragam bahasa pidato ilmiah ?

5. Bagaimanakah penulisan karya ilmiah dengan ragam akademik ?

1.3 Tujuan

1. Memahami pengertian bahasa ragam ilmiah.

2. Memahami karakteristik bahasa ragam ilmiah.

3. Memahami ciri ragam bahasa ilmiah.

4. Memahami ragam bahasa pidato ilmiah.

5. Memahami penulisan karya ilmiah dengan ragam akademik.

1.4 Manfaat

1. Diharapkan dalam pembuatan makalah ini dapat memperkaya bahan-bahan mengenai

penyusunan karya ilmiah yang benar, baik bagi penulis maupun pembaca.

2. Makalah ini diharapkan akan dapat menambah wawasan , pandangan dan cakrawala

mengenai penyusunan karya ilmiah.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Bahasa Ragam Ilmiah

Bahasa Indonesia ragam ilmiah merupakan salah satu ragam bahasa Indonesia yang

digunakan dalam pertemuan dan penulisan karya ilmiah. Dimana bahasa ragam ilmiah ini

diperoleh sesuai dengan sifat keilmuannya dan didasari oleh hasil pengamatan, peninjauan,

penelitian dalam bidang tertentu, disusun menurut metode (pendekatan rasional

pendekatan empiris) dengan sistematika penulisan yang bersantun bahasa dan isinya dapat

dipertanggungjawabkan kebenarannya/ keilmiahannya. Sebagai bahasa yang digunakan

untuk memaparkan fakta, konsep, prinsip, teori, atau gabungan dari keempatnya, bahasa

Indonesia diharapkan dapat menjadi media yang efektif untuk komunikasi ilmiah, baik

secara tertulis maupun secara lisan.

B. Macam-Macam Ragam Bahasa

1. Ragam Bahasa Indonesia berdasarkan media

Ditinjau dari media atau sarana yang digunakan untuk menghasilkan bahasa, ragam

bahasa terdiri dari:

a. Ragam Bahasa Lisan

Ragam bahasa lisan adalah ragam bahasa yang diungkapkan melalui media lisan, terkait

oleh ruang dan waktu sehingga situasi pengungkapan dapat membantu pemahaman. Bahasa

lisan lebih ekspresif di mana mimik, intonasi, dan gerakan tubuh dapat bercampur menjadi

satu untuk mendukung komunikasi yang dilakukan. Ragam lisan dapat kita temui, misalnya

pada saat orang berpidato atau memberi sambutan, dalam situasi perkuliahan, ceramah, dan

ragam lisan yang non standar, misalnya dalam percakapan antar teman, di pasar, atau dalam

kesempatan non formal lainnya.

Pembicaraan lisan dalam situasi formal berbeda tuntutan kaidah kebakuannya dengan

pembicaraan lisan dalam situasi tidak formal atau santai. Jika ragam bahasa lisan dituliskan,

ragam bahasa itu tidak dapat disebut sebagai ragam tulis, tetapi tetap disebut sebagai ragam

lisan, hanya saja diwujudkan dalam bentuk tulis.

Oleh karena itu, bahasa yang dilihat dari ciri-cirinya tidak menunjukkan ciri-ciri ragam

tulis, walaupun direalisasikan dalam bentuk tulis, ragam bahasa serupa itu tidak dapat

4
dikatakan sebagai ragam tulis. Kedua ragam itu masing-masing, ragam tulis dan ragam

lisan memiliki ciri kebakuan yang berbeda.

Ragam lisan antara lain meliputi:

 Ragam bahasa cakapan;

 Ragam bahasa pidato;

 Ragam bahasa kuliah;

 Ragam bahasa panggung.

Ciri-ciri ragam lisan:

 Memerlukan orang kedua/teman bicara;

 Tergantung situasi, kondisi, ruang & waktu;

 Tidak harus memperhatikan unsur gramatikal, hanya perlu intonasi dan bahasa tubuh;

 Berlangsung cepat;

 Sering dapat berlangsung tanpa alat bantu;

 Kesalahan dapat langsung dikoreksi;

 Dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik wajah serta intonasi.

b. Ragam Tulis

Ragam tulis adalah ragam bahasa yang digunakan melalui media tulis, tidak terkait

ruang dan waktu sehingga diperlukan kelengkapan struktur sampai pada sasaran secara

visual.

Dalam penggunaan ragam bahasa tulis makna kalimat yang diungkapkannya tidak

ditunjang oleh situasi pemakaian, sedangkan ragam bahasa lisan makna kalimat yang

diungkapkannya ditunjang oleh situasi pemakaian . Oleh karena itu, dalam penggunaan

ragam bahasa tulis diperlukan kecermatan dan ketepatan di dalam pemilihan kata,

penerapan kaidah ejaan, struktur bentuk kata dan struktur kalimat, serta kelengkapan

unsur-unsur bahasa di dalam struktur kalimat.

Ragam tulis yang antara lain meliputi:

 Ragam bahasa teknis;

 Ragam bahasa undang-undang;

 Ragam bahasa catatan;

 Ragam bahasa surat.

Ciri-ciri ragam tulis :

5
o Tidak memerlukan orang kedua/teman bicara;

o Tidak tergantung kondisi, situasi & ruang serta waktu;

o Harus memperhatikan unsur gramatikal;

o Berlangsung lambat;

o Selalu memakai alat bantu;

o Kesalahan tidak dapat langsung dikoreksi;

o Tidak dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik muka, hanya terbantu dengan tanda

baca.

2. Karakteristik bahasa tulisan menurut Goeller:

 Accuracy (akurat) yaitu kelogisan segala informasi atau gagasan yang dituliskan.

 Bravety (ringkas) yaitu pengungkapan gagasan yang ringkas, tidak menggunakan

kata-kata mubazir.

 Clarity (jelas) yaitu tulisan mudah dipahami, penalaran jelas, tidak menimbulkan

tafsir ganda.

3. Ragam Bahasa Indonesia berdasarkan cara pandang penutur

Berdasarkan cara pandang penutur, ragam bahasa Indonesia terdiri dari ragam dialek,

ragam terpelajar (pendidikan), sikap penutur.

a. Ragam Daerah, dikenal dengan nama logat atau dialek.

Dialek dibedakan menjadi 4 , yaitu sebagai berikut:

1. Dialek regional,

yaitu rupa-rupa bahasa yang digunakan di daerah tertentu sehingga ia membedakan bahasa

yang digunakan di suatu daerah dengan bahasa yang digunakan di daerah yang lain meski

mereka berasal dari eka bahasa. Oleh karena itu, dikenallah bahasa Melayu dialek Ambon,

dialek Jakarta (Betawi), atau bahasa Melayu dialek Medan.

2. Dialek sosial,

Yaitu dialek yang digunakan oleh kelompok masyarakat tertentu atau yang menandai

tingkat masyarakat tertentu. Contohnya dialek wanita dan dialek remaja.

3. Dialek temporal

yaitu dialek yang digunakan pada kurun waktu tertentu.

4. Idiolek

6
yaitu keseluruhan ciri bahasa seseorang. Sekalipun kita semua berbahasa Indonesia, kita

masing-masing memiliki ciri-ciri khas pribadi dalam pelafalan, tata bahasa, atau pilihan

dan kekayaan kata.

b. Ragam Pendidikan

Ragam pendidikan terdiri atas ragam bahasa baku dan ragam bahasa tidak baku.

 Ragam baku

Ragam baku adalah ragam bahasa yang oleh penuturnya dipandang sebagai ragam yang

baik. Ragam ini biasa dipakai dalam kalangan terdidik, karya ilmiah, suasana resmi, atau

surat resmi.

Ciri Ragam Bahasa Baku :

1. Kemantapan dinamis;

2. Kecendekiaan;

3. Keseragaman kaidah.

Ciri Struktur bahasa Indonesia Baku :

1. Lengkap secara morfologis;

2. Lengkap secara struktur;

3. Penggunaan jenis kata/diksi yang tepat;

4. Penggunaan kalimat yang efektif;

5. Keparalelan/kesejajaran .

 Ragam tidak baku

Ragam tidak baku adalah ragam bahasa yang digunakan pada kehidupan sehari-hari.

Ragam bahasa tidak baku biasanya tidak sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia yang baik

dan benar karena ragam tidak baku tidak digunakan dalam situasi yang formal.

c. Sikap penutur, dikenal dengan langgam atau gaya.

4. Ragam Bahasa Indonesia berdasarkan topik pembicaraan

Berdasarkan topik pembicaraan, ragam bahasa terdiri dari :

a. Ragam bahasa ilmiah;

b. Ragam hukum;

c. Ragam bisnis;

d. Ragam agama;

e. Ragam sosial;

7
f. Ragam kedokteran;

g. Ragam sastra.

5. Ragam Bahasa Berdasarkan Wacana :

 Ragam Ilmiah: bahasa yang digunakan dalam kegiatan ilmiah, ceramah,

tulisan-tulisan ilmiah

 Ragam Populer: bahasa yang digunakan dalam tulisan sehari-hari dan dalam

pergaulan sehari-hari.

6. Ragam bahasa menurut hubungan antarpembicara, dibedakan menurut akrab

tidaknya pembicara

 Ragam bahasa resmi;

 Ragam bahasa akrab;

 Ragam bahasa agak resmi;

 Ragam bahasa santai.

C. Karakteristik Bahasa Ragam Ilmiah

a) Cendekia

Bahasa ilmiah itu mampu digunakan secara tepat untuk mengungkapkan hasil berpikir

logis. Bahasa yang cendekia mampu membentuk pernyataan yang tepat dan seksama sehingga

gagasan yang disampaikan penulis dapat diterima secara tepat oleh pembaca.

 Contoh A : Infeksi cendawan pembentuk mikoriza (CPM) akan mempengaruhi serapan

hara fosfor oleh tanaman inang melalui akar terutama tanaman yang tumbuh pada tanah

yang kekurangan fosfor yang dimungkinkan oleh adanya hifa eksternal.

 Contoh B : Infeksi cendawan pembentuk mikoriza (CPM) pada akar tanaman inang akan

meningkatkan serapan hara fosfor melalui hifa eksternalnya. Kalimat pada contoh B secara

jelas mampu menunjukkan hubungan sebab-akibat tetapi tidak terungkap jelas pada

contoh A.

 Contoh A: Karena sulit, maka pengambilan data dilakukan secara tidak langsung. Contoh

B : Karena sulit, pengambilan data dilakukan secara tidak langsung.

 Kecendekiaan juga berhubungan dengan kecermatan memilih kata. Suatu kata dipilih secara

cermat apabila kata itu tidak mubazir, tidak rancu, dan bersifat idiomatis. Pilihan kata maka

dan bahwa pada contoh A termasuk mubazir.

Contoh A : Hubungan rumusan masalah dengan simpulan tidak cocok.

8
Contoh B : Hubungan rumusan masalah dan simpulan tidak cocok.

Kata-kata yang barsifat idiomatis perlu dipilih secara cermat. Pilihan kata idiomatis yang

tidak cermat tampak pada contoh A.

b) Lugas dan Jelas

Bahasa Indonesia mampu menyampaikan gagasan ilmiah secara jelas dan tepat. Untuk

itu, setiap gagasan diungkapkan secara langsung sehingga akan menghindari

kesalah-pahaman dan kesalahan menafsirkan isi kalimat.

 Contoh A: Mahasiswa sering mendapatkan tugas yang tidak dapat dikatakan ringan

sehingga kemampuan berfikirnya menjadi berada di awing-awang.

 Contoh B : Mahasiswa sering mendapatkan tugas yang berat sehingga kemampuan

berfikirnya menjadi menurun.

 Contoh A : Untuk mengetahui apakah baik dan buruknya pribadi seseorang dari tingkah

dan lakunya dalam sehari-hari.

 Contoh B : Baik buruknya pribadi seseorang dapat dilihat dari tingkah lakunya sehari-hari.

 Contoh A tidak mampu mengungkapkan gagasan secara jelas, antara lain karena kalimat

terlalu panjang. Kalimat yang panjang itu manyebabkan kaburnya hubungan antar gagasan

yang disampaikan.

c) Menghindari Kalimat Fragmentasi

Kalimat fragmentaris adalah kalimat yang belum selesai. Kalimat terjadi antara lain karena

adannya keinginan penulis menggunakan gagasan dalam beberapa kalimat tanpa

menyadari kesatuan gagasan yang diungkapkan.

 Contoh A : Harap dilaksanakan sebaik-baiknya (Kalimat Fragmentaris)

 Contoh B : Tugas tersebut harap dilaksanakan sebaik-baiknya (Kalimat Lengkap)

d) Bertolak dari Gagasan

Penonjolan diarahkan pada gagasan atau hal yang diungkapkan dan tidak pada penulis.

Implikasinya, kalimat-kalimat yang digunakan didominasi oleh kalimat pasif sehingga

kalimat aktif dengan penulis sebagai pelaku perlu dihindari.

 Contoh A : Dari uraian tadi penulis dapat menyimpulkan bahwa menumbuhkan dan membina

anak berbakat sangat penting.

 Contoh B : Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa menumbuhkan dan membina anak

berbakat sangat penting.

9
 Contoh kalimat A beroriantasi pada penulis. Contoh B berorientasi pada gagasan.

e) Formal dan Objektif

Sifat formal dan objektif ditandai dengan kosa kata, bentukan kata, dan kalimat. Kosakata yang

digunakan bernada fornal da kalimat-kalimatnya mengandung unsur yang lengkap.

 Contoh : Kata Formal Kata Informal

 Membuat Bikin

 Hanya Cuma

 Memberi Kasi

 Contoh A : Abstrak artikel harus ditulis dalam sebuah paragraf. Penelitian pasti diawali

adanya masalah.

 Contoh B : Abstrak artikel ditulis dalam sebuah paragraph. Penelitian diawali adanya

masalah.

Kata-kata yang menunjukkan sikap ekstrim dapat memberi kesan subjektif dan emosional.

Kata-kata seperti harus, wajib, tidak mungkin tidak, pasti, dan selalu perlu dihindari.

Penulisan kalimat A berikut perlu dihindari karena barsifat subjektif/emosional.

f) Ringkas dan Padat

Sifat ringkas dan padat direalisasikan dengan tidak adanya unsur-unsur bahasa yang mubazir. Itu

berarti menuntut adanya penggunaan bahasa yang hemat.

 Contoh A : Nilai etis di atas menjadi pedoman bagi setiap warga negara Indonesia.

 Contoh B : Nilai etis sebagaimana tersebut pada paparan di atas menjadi pedoman dan

dasar pegangan hidup dan kehidupan bagi setiap warg/a negara Indonesia.

 Contoh A berikut termasuk bahasa ilmiah yang ringkas/padat. Hadirnya kata yang bercetak

miring pada kalimat B tidak memberi tambahan makna yang

berarti. Dengan demikian, hadirnya kata-kata tersebut mubazir.

g) Konsisten

Unsur bahasa dan ejaan dalam bahasa tulis ilmiah digunakan secara konsisten. Sekali sebuah

unsur bahasa, tanda baca, tanda-tanda lain, dan istilah digunakan sesuai dengan kaidah,

itu semua selanjutnya digunakan secara konsisten.

 Contoh : kata tugas untuk digunakan untuk mengantarkan tujuan dan kata

tugas bagimengantarkan objek.

D. Ciri Ragam Bahasa Ilmiah

10
1. Struktur kalimat jelas dan bermakna lugas.

2. Struktur wacana bersifat formal, mengacu pada standar konvensi naskah.

3. Singkat, berisi analisis dan pembuktian, menyajikan konsep secara lengkap.

4. Cermat dalam menggunakan unsur baku (istilah/kata), ejaan, bentuk kata, kalimat,

paragraf, wacana.

5. Cermat dan konsisten menggunakan penalaran dari penentuan topik, pendahuluan,

deskripsi teori, deskripsi data, analisis data, hasil analisis sampai dengan kesimpulan

dan saran.

6. Menggunakan istilah khusus yang bersifat teknis dalam bidang ilmu tertentu.

7. Objektif dapat diukur kebenarannya secara terbuka oleh umum, menghindarkan bentuk

persona dan ungkapan subjektif.

8. Konsisten dalam pembahasan topik, pengendalian variabel, tujuan, penalaran,

istilah, sudut pandang, pendahuluan, landasan teori, deskripsi data, analisis data, hasil

analisis, sampaidengan kesimpulan dan saran.

E. Ragam Bahasa Pidato Ilmiah (Presentasi Ilmiah)

Ragam pidato ilmiah terdiri atas beberapa jenis, antara lain: presentasi makalah ilmiah,

presentasi skripsi, presentasi tesis, presentasi disertasi dan pidato pengukuhan guru besar.

Penulisan makalah ilmiah dilanjutkan dengan presentasi, diskusi dan tanya jawab. Adapun

penulisan skripsi, tesis dan disertasi dilanjutkan dengan presentasi, pertanyaan ujian, dan

diakhiri dengan penentuan kelulusan.

Untuk mendapat hasil yang optimal, seorang presenter ilmiah harus memperhatikan

beberapa hal, yaitu:

a. Etika ilmiah, makdsunya bahwa seseorang presenter ilmiah

 harus menggunakan ragam bahasa ilmiah,

 penalaran ilmiah,

 bersikap obejktif,

 menggunakan kalimat yang terukur kebenarannya,

 mematuhi aturan formal presentasi,

 mempresentasikan seluruh materi (secara singkat) sesuai dengan waktu yang

ditentukan,

 mengutip konsep, data, dan pendapat dengan menyebutkan sumbernya,

11
 mengutip data yang relevan dengan pembuktian,

 tidak mempresentasikan masteri di luar bahasa karya ilmiah,

 dapat menjawab pertanyaan pendengar atau penguji atas bahasa materi, konsep,

data, kata, istilah, penalaran, pembuktian, konsekuensi logis dari karya

ilmiahnya,

 mencermati setiap respon pendengar (penguji).

b. Ketentuan lembaga (universitas), yaitu

 mengikuti format penulisan sesuai dengan ketentuan lembaga atau universitas,

 mengikuti produser (aturan) yang berlaku pada lembaga atau universitas,

 mengikuti sistem yang berlaku pada lembaga atau universitas.

c. Kemampuan personal, yakni,

 bersikap simpatik, sopan dan hormat kepada pendengar (penguji),

 bersikap santun dalam setiap tutur kata, tidak menunjukkan kemampuan diri

berlebiha,

 menghindari subjektivitas dengan menggunakan akau, saya rasa, saya pikir, dan

lain-lain. Sebaiknya seseorang presenter menggunakan kata pengalaman

membuktikan ..., uji coba menunjukkan, dan lain-lain,

 berpakaian sopan,

 menunjukkan sikap positif, serius, cermat, dan percaya diri.

d. Kemampuan teknis, yakni

 menganalisis data primer dan sekundewr, baik kualitatif maupaun kuantitatif,

 mengaplikasikan penggunaan pustaka,

 melengkapi pembuktian (sumber) teori,

 menggunakan saran visual seperti, LCD, OHP, peraga, dan data (dokumen),

 memvisualkan data pendukung gambar, grafik, atau data lain yang relevan.

Ketika melakukan presentasi ilmiah, presenter juga dituntut untuk berusaha sekiuat

tenaga agar bahasa Indonesia ilmiah sebagaimana yang dikemukakan di atas. Sementara itu,

beberapa fasilitas dalam penggunaan bahasa lisan tetap dapat dimanfaatkan, misalnya

adanya kesempatan untuk mengulang-ulang, menekankan dengan menggunakan intonasi,

jeda, dan unsur intonasi lainnya.

Contoh pidato presentasi skipsi:

12
Bapak-bapak, ibu-ibu, dan saudara-saudara yang saya hormati,

Perkenanakan saya memaparkan skripsi saya secara ringkas!

Skripsi ini berjudul “Pengaruh Penjualan Saham terhadap Laba Usaha pada PT BNI

Cabang Makassar tahun 2007”. Skripsi ini memasahkan bagaimana pengaruh penjualana

saham terhadap laba usaha pada perusahaan tersebut sejak 1 Juli hingga 31 Desember 2007.

Penjualan saham merupakan variabel bebas dan laba usaha merupakan variabel terikat.

Kajian teoritik bersumber pada data sekunder yang diperoleh melalui buku, jurnal,

ensiklopedia, website, dan beberapa laporan penelitian dalam bahasan yang sejalan dengan

topik ini. Kajian ini menggunakan sumber data yang diterbitkan pada tahuan 2006-2007.

Kajian ini dideskripsikan dalam Bab II Deskripsi Teori.

Berdasarkan kajian teoritik tersebut dilakukan pengumpulan data di lapangan, yaitu

kantor PT BNI Cabang Makassar dan di kantor-kantor cabang pembantu lainnya untuk

mendapatkan data prmier. Data ini dikumpulkan sejak tanggal 1 juli sampai dengan 31

Desember 2007. Data ini diperoleh melalui observasi, angket, wawancara, dan melalui

website. Data ini dideskripsikan dalam Bab V Deskripsi Data, Analisis, dan Hasil

Analisis Data. Selanjutnya, data ini dianalisis secara deskriptif.

Hasil analisis menunjukkan bahawa penjualan saham terhadap laba usaha

memenngaruhi secara signifikan. Sebagai kesimpulan bahwa penjualan saham berpengaruh

secara positif terhadap laba usaha.

F. Ragam Ilmiah dalam Menulis Akademik

Menggunakan bahasa Indonesia ragam ilmiah dalam menulis dan presentasi ilmiah berarti

memanfaatkan potensi bahasa Indonesia untuk memaparkan fakta, konsep, prinsip, teori atau

gabungan dari keempat hal tersebut, serta hasil penelitian secara tertulis dan lisan.

Itu berarti bahwa pada saat menulis tulisan ilmiah, penulis harus berusaha keras agar

bahasa Indonesia yang digunakan benar-benar menunjukkan sifat yang cendekia, lugas dan jelas,

mengindari kalimat yang fragmentasi, bertolak dari gagasan, formal dan objektif, ringkas dan

padat, dan konsisten. Sifat-sifat bahasa Indonesia yang demikian ditampakkan pada pilihan kata,

pengembangan kalimat, pengembangan paragraf, kecermatan dalam menggunakan ejaan, dan

aspek-aspek lainnya.

Contoh : Berbahasa adalah aktivitas sosial. Seperti halnya aktivitas-aktivitas sosial yang lain,

kegiatan berbahasa baru dapat terwujud apabila manusia terlibat di dalamnya. Di dalam

13
berbicara, pembicara dan lawan bicara sama-sama menyadari bahwa ada kaidah-kaidah

yang mengatur tindakannya, penggunaan bahasanya, inpterpretasi-interpretasi lainnya

terhadap tindakan lawan bicara. Setiap peserta penutur bertanggung jawab atas tindakan

dan penyimpangan terhadap kaidah kebahasaan yang dilakukan dalam interaksi lingual itu.

G. Asas-Asas Penyusunan Gagasan Di Dalam Karya Ilmiah

a. Kejelasan (Clarity)

Karangan ilmiah harus konkret dan jelas. Kejelasan itu tidak saja berarti mudah dipahami,

mudah dibaca, tetapi juga harus tidak memberi ruang untuk disalahtafsirkan, tidak boleh bersifat

samar-samar, tidak boleh kabur, tidak boleh ada di wilayah abu-abu. (Bahasa Jawa: keduh

gambling wijang-wijang).

Kejelasan di dalam karangan ilmiah itu ditopang oleh hal-hal berikut:

1. pemakaian bentuk, kebahasaan yang lebih dikenal daripada bentuk kebahasaan yang masih

harus dicari-cari dulu maknannya, bahkan oleh penulisnya.

2. pemakaian kata-kata yang pendek, ringkas, tajam, lugas, daripada kata-kata yang berbelit,

yang panjang, yang rancu, dan boros.

3. pemakaian kata-kata dalam bahasa sendiri daripada kata-kata dalam bahasa asing.Kata-kata

asing dapat digunakan hanya kalau memang istilah itu sangat teknis sifatnya sehingga tidak

(belum) ada istilah garing kata-kata yang pas dalam bahasa Indonesia. Jadi, jangan sampai

verbalistis.

b. Ketepatan (Accuracy)

Karangan ilmiah menjunjung tinggi keakuratan. Hasil penelitian ilmiah dan cara penyajian

hasil penelitian itu haruslah tepat/akurat. Supaya karangan ilmiah sungguh-sungguh akurat,

penulis/peneliti harus sangat cermat, sangat teliti, tidak boleh sembrono, atau main-main dengan

ilmu.

Dalam cara penyampaiannya, di dalam karangan ilmiah itu harus terwadahi butir-butir

gagasan dengan kecocokan sepenuhnya seperti yang dimaksud oleh peneliti/penulisnya.

Kualifikasi demikian itulah yang dimaksud dengan istilah efektif-sangkil.

c. Keringkasan (Brevity)

Karangan ilmiah haruslah ringkas. Ringkas tidak sama dengan pendek. Karangan yang

tebalnya 500 halaman dapat dikatakan ringkas sejauh di dalamnya tidak terdapat bentuk-bentuk

kebahasaan yang bertele-tele, kalimat-kalimat yang bertumpukan (running-on sentences), dan

14
sarat dengan kemubaziran dan kerancuan. Jadi, karangan ilmiah itu tidak boleh menghamburkan

kata-kata, tidak boleh mengulang-ulang ide yang telah diungkapkan, dan tidak berpura-pura

dalam mengungkapkan maksud atau gagasan. Karangan ilmiah harus dibangun dari ide yang

kaya dengan bahasa yang hemat dan sederhana. Jadi bukan sebaliknya, ide yang miskin namun

dengan bahasa yang berbunga-bunga.

Karangan ilmiah harus ditulis dengan hati dan diteliti kembali, dibenahi kembali, diedit

kembali dengan pikiran. Jadi, peganglah prinsip ‘writing with heart, editing with brain’ di dalam

praktik penulis karya ilmiah.

H. Teknik Mengatur Perwajahan Karangan

Yang dimaksud dengan perwajahan adalah tata letak (lay out) unsur-unsur skripsi serta

aturan penulisan unsur-unsur tersebut, yang berkaitan dengan segi keindahan dan estetika naskah.

Tata letak dan penulisan unsur-unsur skripsi, tesis, atau disertasi harus diusahakan

sabaik-baiknya agar skripsi, tesis, atau disertasi tersebut tampak rapi dan menarik. Dalam

pembicaraan tentang perwajahan, dikemukakan secara ringkas mengenai masalah kertas pola

ukuran dan penomoran.

1. Kertas Pola Ukuran

Supaya tiap halaman ketikan rapi, sebaiknya digunakan kertas pola ukuran. Kertas pola

ukuran tersebut dipasang setiap kali mengganti halaman dan kertas pola ukuran itu harus ditaati

agar hasil ketikan tampak rapi. Jika menggunakan komputer, program-program tertentu harus

dikuasai terlebih dahulu agar format yang dikehendaki terwujud.

Pada umumnya garis pembatas pada kertas pola ukuran tersebut diatur dengan ukuran

sebagai berikut:

a) Pias (margin) atas 4 cm,

b) Pias bawah 3 cm,

c) Pias kiri 4 cm, dan

d) Pias kanan 3 cm.

2. Penomoran

a) Angka yang digunakan

Angka untuk nomor yang lazim digunakan dalam skripsi, tesis, disertasi, atau karangan

ilmiah umumnya adalah angka Romawi kecil, angka Romawi besar, dan angka Arab. Angka

Romawi kecil (i, ii, iii, iv, v) dipakai untuk menomori halaman judul, halaman yang bertajuk

15
prakata, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, daftar lampiran, dan daftar lain (jika ada).

Angka Romawi besar (I, II, III, IV, V) digunakan untuk menomori tajuk bab pendahuluan,

tajuk bab analisis, tajuk bab simpulan, misalnya BAB I PENDAHULUAN. Angka Arab (1,

2, 3, 4, dan seterusnya) digunakan untuk menomori halaman-halaman naskah mulai bab

pendahuluan sampai dengan halaman terakhir dan untuk menomori nama-nama tabel, grafik,

histogram, bagan, dan skema.

b) Letak Penomoran

Halaman judul, daftar isi, daftar tabel, daftar grafik, daftar lampiran, menggunakan

angka Romawi kecil yang diletakkan pada bagian bawah, tepat di tengah-tengah (simetris).

Halaman yang bertajuk bab pendahuluan, bab analisis, bab simpulan, daftar pustaka/rujukan,

indeks, dan lampiran, menggunakan angka Arab yang diletakkan pada bagian bawah, tepat

di tengah-tengah (simetris). Halaman-halaman naskah lanjutan menggunakan angka Arab

yang diletakkan pada bagian kanan atas.

c) Penomoran Subbab

Subbab dan subsubbab dinomori dengan angka Arab sistem digital. Angka terakhir

dalam digital ini tidak diberi titik (seperti 1.1, 1.2, 2.1, 1.1.2, 2.2.3, 3.2.1, dan seterusnya).

Dalam hubungan ini, angka digital tidak lebih dari tiga angka (maksimal, misalnya 1.1.1,

1.4.3, 1.1.2, 3.2.2, 3.3.3, 4.4.1), sedangkan penomoran selanjutnya menggunakan a, b, c,

kemudian 1), 2), 3), selanjutnya a), b), c), dan seterusnya.

Artikel berbentuk feature dapat lebih dinikmati, kalau artikel tersebut diberi ilustrasi.

Lebih-lebih bila isinya mengenai sesuatu keilmuan atau petunjuk teknis. Informasi akan

menjenuhkan bila diungkapkan dengan kata, karena bertele-tele, lebih baik disajikan berupa

gambar ilustrasi.

Ilustrasi memang gambar, tetapi tidak hanya gambar tangan yang dibuat dengan

pensil, ballpen atau tinta Cina saja, melainkan dapat juga berupa foto jepretan lensa, gambar

pandangan pancungan, peta, denah, bagan dan diagram.

I. Aspek Penalaran dalam Karya Ilmiah

Suatu karangan sesederhana apapun akan mencerminkan kualitas penalaran seseorang.

Penalaran itu akan tampak dalam pola pikir penyusuan karangan itu sendiri. Penalaran dalam

suatu karangan ilmiah mencakup 5 aspek. Kelima aspek tersebut adalah:

1. Aspek Keterkaitan

16
Aspek keterkaitan adalah hubungan antar bagian yang satu dengan yang lain dalam suatu

karangan. Artinya, bagian-bagian dalam karangan ilmiah harus berkaitan satu sama lain. Pada

pendahuluan misalnya, antara latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat

harus berkaitan. Rumusan masalah juga harus berkaitan dengan bagian landasan teori,

pembahasan, dan harus berkaitan juga dengan kesimpulan.

2. Aspek Urutan

Aspek urutan adalah pola urutan tentang suatu yang harus didahulukan atau ditampilkan

kemudian (dari hal yang paling mendasar ke hal yang bersifat pengembangan). Suatu karangan

ilmiah harus mengikuti urutan pola pikir tertentu. Pada bagian Pendahuluan, dipaparkan

dasar-dasar berpikir secara umum. Landasan teori merupakan paparan kerangka analisis yang

akan dipakai untuk membahas. Baru setelah itu persoalan dibahas secara detail dan lengkap. Di

akhir pembahasan disajikan kesimpulan atas pembahasan sekaligus sebagai penutup karangan

ilmiah.

3. Aspek Argumentasi

Yaitu bagaimana hubungan bagian yang menyatakan fakta, analisis terhadap fakta,

pembuktian suatu pernyataan, dan kesimpulan dari hal yang telah dibuktikan. Hampir sebagian

besar isi karangan ilmiah menyajikan argumen-argumen mengapa masalah tersebut perlu dibahas

(pendahuluan), pendapat-pendapat atau temuan-temuan dalam analisis harus memuat

argumen-argumen yang lengkap dan mendalam.

4. Aspek Teknik Penyusunan

Yaitu bagaimana pola penyusunan yang dipakai, apakah digunakan secara konsisten.

Karangan ilmiah harus disusun dengan pola penyusunan tertentu, dan teknik ini bersifat baku dan

universal. Untuk itu pemahaman terhadap teknik penyusunan karangan ilmiah merupakan syarat

multak yang harus dipenuhi jika orang akan menyusun karangan ilmiah.

5. Aspek Bahasa

Yaitu bagaimana penggunaan bahasa dalam karangan tersebut? baik dan benar? Baku?

Karangan ilmiah disusun dengan bahasa yang baik, benar dan ilmiah. Penggunaan bahasa yang

tidak tepat justru akan mengurangi kadar keilmiahan suatu karya sastra lebih-lebih untuk

karangan ilmiah akademis.

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bahasa Indonesia ragam ilmiah merupakan salah satu ragam bahasa Indonesia yang

digunakan dalam pertemuan dan penulisan karya ilmiah.

Bahasa ragam ilmiah memiliki ciri khas yakni cendekia, lugas dan jelas, menghindari

kalimat fragmentaris, bertolak dari gagasan, formal dan objektif, ringkas dan padat, dan

konsisten.

Untuk mendapatkan hasil yang optimal, seorang presenter ilmiah harus memperhatikan

beberapa hal, yaitu : etika ilmiah, ketentuan lembaga (universitas), kemampuan personal,

dan kemampuan teknis.

Menggunaan bahasa Indonesia ragam ilmiah dalam menulis dan presentasi ilmiah

berarti memanfaatkan potensi bahasa Indonesia untuk memaparkan fakta, konsep, prinsip,

teori atau gabungan dari keempat hal tersebut, serta hasil penelitian secara tertulis dan lisan.

B. Saran

1. Dalam menulis karya ilmiah diharapkan memperhatikan sistematika penulisan sehingga

karya ilmiah tersebut dapat diterima oleh berbagai kalangan.

2. Dalam menulis diharapkan penulis dapat mengkaji berbagai fenomena dan permasalahan

yang terjadi dalam masyarakat saat ini sehingga karya tulis dapat menjadi menarik dan

bermanfaat bagi para pembaca.

3. Kami mengharapkan para pembaca dapat meningkatkan kekreatifannya dan kekritisannya

dalam berfikir saat membuat karya ilmiah.

18
DAFTAR PUSTAKA

Dendiirfansyah.blogspot. 2013. Analisa Ragam Bahasa. Internet

Justsangtae.blogspot.2012. Bahasa Ragam Ilmiah. Internet

Rasydinsjatry.blogspot.2013. Bahasa Indonesia Ragam Ilmiah 162. Internet

Ruslananwar06.blogspot.2013. Contoh Karakteristik Bahasa Indonesia. Internet

Tim Pengajar Bahasa Indonesia Universitas Hasanuddin. 2008. Himpunan Materi Kuliah Bahasa

Indonesia. UPT MKU Universitas Hasanuddin : Makassar

Webcache. 2013. Bahasa Ragam Ilmiah Pertemuan ke-3. Internet

https://gudangmakalah.blogspot.co.id/2013/01/makalah-bahasa-indonesia-penulisan.html

http://evaindra.blogspot.co.id/2013/02/menyelaraskan-karya-ilmiah-di-kalangan.html

http://kumpulanmakalah94.blogspot.co.id/

19

Anda mungkin juga menyukai