Dosen Pengampu :
Diusun Oleh :
2. Siti Kusniawardani
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmatnya maka kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “ Ciri Ragam Ilmiah”. Makalah ini
merupakan salah satu tugas untuk menyelesaiakn tugas mata kuliah “Bahasa Indonesia”. Dalam
makalah ini kmai merasa masih banyak kekurangan baik dalam penyusunan maupun materi yang
Kami sebagai penyusun mengucapkan banyak terimakasih kepada dosen yang bersangkutan,
karena dengan tugas ini kami jadi dapat lebih meemahami tentang ciri-ciri ragam ilmiah.
Penulis
1
DAFTAR ISI
Cover
Bab I Pendahuluan
Bab II Pembahasan
A. Kesimpulan ....................................................................................................... 18
B. Saran ................................................................................................................. 18
2
BAB I
PENDAHULUAN
tertentu dan dalam konteks tertentu. Tujuan dan konteks ini akan menentukan ragam
bahasa Indonesia yang harus digunakan. Seseorang yang menggunakan bahasa Indonesia
untuk orasi politik misalnya, akan menggunakan ragam yang berbeda dari orang lain
yang menggunakan untuk menyampaikan khotbah Jumat atau bahan kuliah. Mahasiswa
disadarkan bahwa dalam dunia akademik atau ilmiah, ragam bahasa Indonesia yang
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
penyusunan karya ilmiah yang benar, baik bagi penulis maupun pembaca.
2. Makalah ini diharapkan akan dapat menambah wawasan , pandangan dan cakrawala
3
BAB II
PEMBAHASAN
Bahasa Indonesia ragam ilmiah merupakan salah satu ragam bahasa Indonesia yang
digunakan dalam pertemuan dan penulisan karya ilmiah. Dimana bahasa ragam ilmiah ini
diperoleh sesuai dengan sifat keilmuannya dan didasari oleh hasil pengamatan, peninjauan,
pendekatan empiris) dengan sistematika penulisan yang bersantun bahasa dan isinya dapat
untuk memaparkan fakta, konsep, prinsip, teori, atau gabungan dari keempatnya, bahasa
Indonesia diharapkan dapat menjadi media yang efektif untuk komunikasi ilmiah, baik
Ditinjau dari media atau sarana yang digunakan untuk menghasilkan bahasa, ragam
Ragam bahasa lisan adalah ragam bahasa yang diungkapkan melalui media lisan, terkait
oleh ruang dan waktu sehingga situasi pengungkapan dapat membantu pemahaman. Bahasa
lisan lebih ekspresif di mana mimik, intonasi, dan gerakan tubuh dapat bercampur menjadi
satu untuk mendukung komunikasi yang dilakukan. Ragam lisan dapat kita temui, misalnya
pada saat orang berpidato atau memberi sambutan, dalam situasi perkuliahan, ceramah, dan
ragam lisan yang non standar, misalnya dalam percakapan antar teman, di pasar, atau dalam
Pembicaraan lisan dalam situasi formal berbeda tuntutan kaidah kebakuannya dengan
pembicaraan lisan dalam situasi tidak formal atau santai. Jika ragam bahasa lisan dituliskan,
ragam bahasa itu tidak dapat disebut sebagai ragam tulis, tetapi tetap disebut sebagai ragam
Oleh karena itu, bahasa yang dilihat dari ciri-cirinya tidak menunjukkan ciri-ciri ragam
tulis, walaupun direalisasikan dalam bentuk tulis, ragam bahasa serupa itu tidak dapat
4
dikatakan sebagai ragam tulis. Kedua ragam itu masing-masing, ragam tulis dan ragam
Tidak harus memperhatikan unsur gramatikal, hanya perlu intonasi dan bahasa tubuh;
Berlangsung cepat;
Dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik wajah serta intonasi.
b. Ragam Tulis
Ragam tulis adalah ragam bahasa yang digunakan melalui media tulis, tidak terkait
ruang dan waktu sehingga diperlukan kelengkapan struktur sampai pada sasaran secara
visual.
Dalam penggunaan ragam bahasa tulis makna kalimat yang diungkapkannya tidak
ditunjang oleh situasi pemakaian, sedangkan ragam bahasa lisan makna kalimat yang
diungkapkannya ditunjang oleh situasi pemakaian . Oleh karena itu, dalam penggunaan
ragam bahasa tulis diperlukan kecermatan dan ketepatan di dalam pemilihan kata,
penerapan kaidah ejaan, struktur bentuk kata dan struktur kalimat, serta kelengkapan
5
o Tidak memerlukan orang kedua/teman bicara;
o Berlangsung lambat;
o Tidak dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik muka, hanya terbantu dengan tanda
baca.
Accuracy (akurat) yaitu kelogisan segala informasi atau gagasan yang dituliskan.
kata-kata mubazir.
Clarity (jelas) yaitu tulisan mudah dipahami, penalaran jelas, tidak menimbulkan
tafsir ganda.
Berdasarkan cara pandang penutur, ragam bahasa Indonesia terdiri dari ragam dialek,
1. Dialek regional,
yaitu rupa-rupa bahasa yang digunakan di daerah tertentu sehingga ia membedakan bahasa
yang digunakan di suatu daerah dengan bahasa yang digunakan di daerah yang lain meski
mereka berasal dari eka bahasa. Oleh karena itu, dikenallah bahasa Melayu dialek Ambon,
2. Dialek sosial,
Yaitu dialek yang digunakan oleh kelompok masyarakat tertentu atau yang menandai
3. Dialek temporal
4. Idiolek
6
yaitu keseluruhan ciri bahasa seseorang. Sekalipun kita semua berbahasa Indonesia, kita
masing-masing memiliki ciri-ciri khas pribadi dalam pelafalan, tata bahasa, atau pilihan
b. Ragam Pendidikan
Ragam pendidikan terdiri atas ragam bahasa baku dan ragam bahasa tidak baku.
Ragam baku
Ragam baku adalah ragam bahasa yang oleh penuturnya dipandang sebagai ragam yang
baik. Ragam ini biasa dipakai dalam kalangan terdidik, karya ilmiah, suasana resmi, atau
surat resmi.
1. Kemantapan dinamis;
2. Kecendekiaan;
3. Keseragaman kaidah.
5. Keparalelan/kesejajaran .
Ragam tidak baku adalah ragam bahasa yang digunakan pada kehidupan sehari-hari.
Ragam bahasa tidak baku biasanya tidak sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia yang baik
dan benar karena ragam tidak baku tidak digunakan dalam situasi yang formal.
b. Ragam hukum;
c. Ragam bisnis;
d. Ragam agama;
e. Ragam sosial;
7
f. Ragam kedokteran;
g. Ragam sastra.
tulisan-tulisan ilmiah
Ragam Populer: bahasa yang digunakan dalam tulisan sehari-hari dan dalam
pergaulan sehari-hari.
tidaknya pembicara
a) Cendekia
Bahasa ilmiah itu mampu digunakan secara tepat untuk mengungkapkan hasil berpikir
logis. Bahasa yang cendekia mampu membentuk pernyataan yang tepat dan seksama sehingga
gagasan yang disampaikan penulis dapat diterima secara tepat oleh pembaca.
hara fosfor oleh tanaman inang melalui akar terutama tanaman yang tumbuh pada tanah
Contoh B : Infeksi cendawan pembentuk mikoriza (CPM) pada akar tanaman inang akan
meningkatkan serapan hara fosfor melalui hifa eksternalnya. Kalimat pada contoh B secara
jelas mampu menunjukkan hubungan sebab-akibat tetapi tidak terungkap jelas pada
contoh A.
Contoh A: Karena sulit, maka pengambilan data dilakukan secara tidak langsung. Contoh
Kecendekiaan juga berhubungan dengan kecermatan memilih kata. Suatu kata dipilih secara
cermat apabila kata itu tidak mubazir, tidak rancu, dan bersifat idiomatis. Pilihan kata maka
8
Contoh B : Hubungan rumusan masalah dan simpulan tidak cocok.
Kata-kata yang barsifat idiomatis perlu dipilih secara cermat. Pilihan kata idiomatis yang
Bahasa Indonesia mampu menyampaikan gagasan ilmiah secara jelas dan tepat. Untuk
Contoh A: Mahasiswa sering mendapatkan tugas yang tidak dapat dikatakan ringan
Contoh A : Untuk mengetahui apakah baik dan buruknya pribadi seseorang dari tingkah
Contoh B : Baik buruknya pribadi seseorang dapat dilihat dari tingkah lakunya sehari-hari.
Contoh A tidak mampu mengungkapkan gagasan secara jelas, antara lain karena kalimat
terlalu panjang. Kalimat yang panjang itu manyebabkan kaburnya hubungan antar gagasan
yang disampaikan.
Kalimat fragmentaris adalah kalimat yang belum selesai. Kalimat terjadi antara lain karena
Penonjolan diarahkan pada gagasan atau hal yang diungkapkan dan tidak pada penulis.
Contoh A : Dari uraian tadi penulis dapat menyimpulkan bahwa menumbuhkan dan membina
Contoh B : Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa menumbuhkan dan membina anak
9
Contoh kalimat A beroriantasi pada penulis. Contoh B berorientasi pada gagasan.
Sifat formal dan objektif ditandai dengan kosa kata, bentukan kata, dan kalimat. Kosakata yang
Membuat Bikin
Hanya Cuma
Memberi Kasi
Contoh A : Abstrak artikel harus ditulis dalam sebuah paragraf. Penelitian pasti diawali
adanya masalah.
Contoh B : Abstrak artikel ditulis dalam sebuah paragraph. Penelitian diawali adanya
masalah.
Kata-kata yang menunjukkan sikap ekstrim dapat memberi kesan subjektif dan emosional.
Kata-kata seperti harus, wajib, tidak mungkin tidak, pasti, dan selalu perlu dihindari.
Sifat ringkas dan padat direalisasikan dengan tidak adanya unsur-unsur bahasa yang mubazir. Itu
Contoh A : Nilai etis di atas menjadi pedoman bagi setiap warga negara Indonesia.
Contoh B : Nilai etis sebagaimana tersebut pada paparan di atas menjadi pedoman dan
dasar pegangan hidup dan kehidupan bagi setiap warg/a negara Indonesia.
Contoh A berikut termasuk bahasa ilmiah yang ringkas/padat. Hadirnya kata yang bercetak
g) Konsisten
Unsur bahasa dan ejaan dalam bahasa tulis ilmiah digunakan secara konsisten. Sekali sebuah
unsur bahasa, tanda baca, tanda-tanda lain, dan istilah digunakan sesuai dengan kaidah,
Contoh : kata tugas untuk digunakan untuk mengantarkan tujuan dan kata
10
1. Struktur kalimat jelas dan bermakna lugas.
4. Cermat dalam menggunakan unsur baku (istilah/kata), ejaan, bentuk kata, kalimat,
paragraf, wacana.
deskripsi teori, deskripsi data, analisis data, hasil analisis sampai dengan kesimpulan
dan saran.
6. Menggunakan istilah khusus yang bersifat teknis dalam bidang ilmu tertentu.
7. Objektif dapat diukur kebenarannya secara terbuka oleh umum, menghindarkan bentuk
istilah, sudut pandang, pendahuluan, landasan teori, deskripsi data, analisis data, hasil
Ragam pidato ilmiah terdiri atas beberapa jenis, antara lain: presentasi makalah ilmiah,
presentasi skripsi, presentasi tesis, presentasi disertasi dan pidato pengukuhan guru besar.
Penulisan makalah ilmiah dilanjutkan dengan presentasi, diskusi dan tanya jawab. Adapun
penulisan skripsi, tesis dan disertasi dilanjutkan dengan presentasi, pertanyaan ujian, dan
Untuk mendapat hasil yang optimal, seorang presenter ilmiah harus memperhatikan
penalaran ilmiah,
bersikap obejktif,
ditentukan,
11
mengutip data yang relevan dengan pembuktian,
dapat menjawab pertanyaan pendengar atau penguji atas bahasa materi, konsep,
ilmiahnya,
bersikap santun dalam setiap tutur kata, tidak menunjukkan kemampuan diri
berlebiha,
menghindari subjektivitas dengan menggunakan akau, saya rasa, saya pikir, dan
berpakaian sopan,
menggunakan saran visual seperti, LCD, OHP, peraga, dan data (dokumen),
memvisualkan data pendukung gambar, grafik, atau data lain yang relevan.
Ketika melakukan presentasi ilmiah, presenter juga dituntut untuk berusaha sekiuat
tenaga agar bahasa Indonesia ilmiah sebagaimana yang dikemukakan di atas. Sementara itu,
beberapa fasilitas dalam penggunaan bahasa lisan tetap dapat dimanfaatkan, misalnya
12
Bapak-bapak, ibu-ibu, dan saudara-saudara yang saya hormati,
Skripsi ini berjudul “Pengaruh Penjualan Saham terhadap Laba Usaha pada PT BNI
Cabang Makassar tahun 2007”. Skripsi ini memasahkan bagaimana pengaruh penjualana
saham terhadap laba usaha pada perusahaan tersebut sejak 1 Juli hingga 31 Desember 2007.
Penjualan saham merupakan variabel bebas dan laba usaha merupakan variabel terikat.
Kajian teoritik bersumber pada data sekunder yang diperoleh melalui buku, jurnal,
ensiklopedia, website, dan beberapa laporan penelitian dalam bahasan yang sejalan dengan
topik ini. Kajian ini menggunakan sumber data yang diterbitkan pada tahuan 2006-2007.
kantor PT BNI Cabang Makassar dan di kantor-kantor cabang pembantu lainnya untuk
mendapatkan data prmier. Data ini dikumpulkan sejak tanggal 1 juli sampai dengan 31
Desember 2007. Data ini diperoleh melalui observasi, angket, wawancara, dan melalui
website. Data ini dideskripsikan dalam Bab V Deskripsi Data, Analisis, dan Hasil
Menggunakan bahasa Indonesia ragam ilmiah dalam menulis dan presentasi ilmiah berarti
memanfaatkan potensi bahasa Indonesia untuk memaparkan fakta, konsep, prinsip, teori atau
gabungan dari keempat hal tersebut, serta hasil penelitian secara tertulis dan lisan.
Itu berarti bahwa pada saat menulis tulisan ilmiah, penulis harus berusaha keras agar
bahasa Indonesia yang digunakan benar-benar menunjukkan sifat yang cendekia, lugas dan jelas,
mengindari kalimat yang fragmentasi, bertolak dari gagasan, formal dan objektif, ringkas dan
padat, dan konsisten. Sifat-sifat bahasa Indonesia yang demikian ditampakkan pada pilihan kata,
aspek-aspek lainnya.
Contoh : Berbahasa adalah aktivitas sosial. Seperti halnya aktivitas-aktivitas sosial yang lain,
kegiatan berbahasa baru dapat terwujud apabila manusia terlibat di dalamnya. Di dalam
13
berbicara, pembicara dan lawan bicara sama-sama menyadari bahwa ada kaidah-kaidah
terhadap tindakan lawan bicara. Setiap peserta penutur bertanggung jawab atas tindakan
dan penyimpangan terhadap kaidah kebahasaan yang dilakukan dalam interaksi lingual itu.
a. Kejelasan (Clarity)
Karangan ilmiah harus konkret dan jelas. Kejelasan itu tidak saja berarti mudah dipahami,
mudah dibaca, tetapi juga harus tidak memberi ruang untuk disalahtafsirkan, tidak boleh bersifat
samar-samar, tidak boleh kabur, tidak boleh ada di wilayah abu-abu. (Bahasa Jawa: keduh
gambling wijang-wijang).
1. pemakaian bentuk, kebahasaan yang lebih dikenal daripada bentuk kebahasaan yang masih
2. pemakaian kata-kata yang pendek, ringkas, tajam, lugas, daripada kata-kata yang berbelit,
3. pemakaian kata-kata dalam bahasa sendiri daripada kata-kata dalam bahasa asing.Kata-kata
asing dapat digunakan hanya kalau memang istilah itu sangat teknis sifatnya sehingga tidak
(belum) ada istilah garing kata-kata yang pas dalam bahasa Indonesia. Jadi, jangan sampai
verbalistis.
b. Ketepatan (Accuracy)
Karangan ilmiah menjunjung tinggi keakuratan. Hasil penelitian ilmiah dan cara penyajian
hasil penelitian itu haruslah tepat/akurat. Supaya karangan ilmiah sungguh-sungguh akurat,
penulis/peneliti harus sangat cermat, sangat teliti, tidak boleh sembrono, atau main-main dengan
ilmu.
Dalam cara penyampaiannya, di dalam karangan ilmiah itu harus terwadahi butir-butir
c. Keringkasan (Brevity)
Karangan ilmiah haruslah ringkas. Ringkas tidak sama dengan pendek. Karangan yang
tebalnya 500 halaman dapat dikatakan ringkas sejauh di dalamnya tidak terdapat bentuk-bentuk
14
sarat dengan kemubaziran dan kerancuan. Jadi, karangan ilmiah itu tidak boleh menghamburkan
kata-kata, tidak boleh mengulang-ulang ide yang telah diungkapkan, dan tidak berpura-pura
dalam mengungkapkan maksud atau gagasan. Karangan ilmiah harus dibangun dari ide yang
kaya dengan bahasa yang hemat dan sederhana. Jadi bukan sebaliknya, ide yang miskin namun
Karangan ilmiah harus ditulis dengan hati dan diteliti kembali, dibenahi kembali, diedit
kembali dengan pikiran. Jadi, peganglah prinsip ‘writing with heart, editing with brain’ di dalam
Yang dimaksud dengan perwajahan adalah tata letak (lay out) unsur-unsur skripsi serta
aturan penulisan unsur-unsur tersebut, yang berkaitan dengan segi keindahan dan estetika naskah.
Tata letak dan penulisan unsur-unsur skripsi, tesis, atau disertasi harus diusahakan
sabaik-baiknya agar skripsi, tesis, atau disertasi tersebut tampak rapi dan menarik. Dalam
pembicaraan tentang perwajahan, dikemukakan secara ringkas mengenai masalah kertas pola
Supaya tiap halaman ketikan rapi, sebaiknya digunakan kertas pola ukuran. Kertas pola
ukuran tersebut dipasang setiap kali mengganti halaman dan kertas pola ukuran itu harus ditaati
agar hasil ketikan tampak rapi. Jika menggunakan komputer, program-program tertentu harus
Pada umumnya garis pembatas pada kertas pola ukuran tersebut diatur dengan ukuran
sebagai berikut:
2. Penomoran
Angka untuk nomor yang lazim digunakan dalam skripsi, tesis, disertasi, atau karangan
ilmiah umumnya adalah angka Romawi kecil, angka Romawi besar, dan angka Arab. Angka
Romawi kecil (i, ii, iii, iv, v) dipakai untuk menomori halaman judul, halaman yang bertajuk
15
prakata, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, daftar lampiran, dan daftar lain (jika ada).
Angka Romawi besar (I, II, III, IV, V) digunakan untuk menomori tajuk bab pendahuluan,
tajuk bab analisis, tajuk bab simpulan, misalnya BAB I PENDAHULUAN. Angka Arab (1,
pendahuluan sampai dengan halaman terakhir dan untuk menomori nama-nama tabel, grafik,
b) Letak Penomoran
Halaman judul, daftar isi, daftar tabel, daftar grafik, daftar lampiran, menggunakan
angka Romawi kecil yang diletakkan pada bagian bawah, tepat di tengah-tengah (simetris).
Halaman yang bertajuk bab pendahuluan, bab analisis, bab simpulan, daftar pustaka/rujukan,
indeks, dan lampiran, menggunakan angka Arab yang diletakkan pada bagian bawah, tepat
c) Penomoran Subbab
Subbab dan subsubbab dinomori dengan angka Arab sistem digital. Angka terakhir
dalam digital ini tidak diberi titik (seperti 1.1, 1.2, 2.1, 1.1.2, 2.2.3, 3.2.1, dan seterusnya).
Dalam hubungan ini, angka digital tidak lebih dari tiga angka (maksimal, misalnya 1.1.1,
kemudian 1), 2), 3), selanjutnya a), b), c), dan seterusnya.
Artikel berbentuk feature dapat lebih dinikmati, kalau artikel tersebut diberi ilustrasi.
Lebih-lebih bila isinya mengenai sesuatu keilmuan atau petunjuk teknis. Informasi akan
menjenuhkan bila diungkapkan dengan kata, karena bertele-tele, lebih baik disajikan berupa
gambar ilustrasi.
Ilustrasi memang gambar, tetapi tidak hanya gambar tangan yang dibuat dengan
pensil, ballpen atau tinta Cina saja, melainkan dapat juga berupa foto jepretan lensa, gambar
Penalaran itu akan tampak dalam pola pikir penyusuan karangan itu sendiri. Penalaran dalam
1. Aspek Keterkaitan
16
Aspek keterkaitan adalah hubungan antar bagian yang satu dengan yang lain dalam suatu
karangan. Artinya, bagian-bagian dalam karangan ilmiah harus berkaitan satu sama lain. Pada
pendahuluan misalnya, antara latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat
harus berkaitan. Rumusan masalah juga harus berkaitan dengan bagian landasan teori,
2. Aspek Urutan
Aspek urutan adalah pola urutan tentang suatu yang harus didahulukan atau ditampilkan
kemudian (dari hal yang paling mendasar ke hal yang bersifat pengembangan). Suatu karangan
ilmiah harus mengikuti urutan pola pikir tertentu. Pada bagian Pendahuluan, dipaparkan
dasar-dasar berpikir secara umum. Landasan teori merupakan paparan kerangka analisis yang
akan dipakai untuk membahas. Baru setelah itu persoalan dibahas secara detail dan lengkap. Di
akhir pembahasan disajikan kesimpulan atas pembahasan sekaligus sebagai penutup karangan
ilmiah.
3. Aspek Argumentasi
Yaitu bagaimana hubungan bagian yang menyatakan fakta, analisis terhadap fakta,
pembuktian suatu pernyataan, dan kesimpulan dari hal yang telah dibuktikan. Hampir sebagian
besar isi karangan ilmiah menyajikan argumen-argumen mengapa masalah tersebut perlu dibahas
Yaitu bagaimana pola penyusunan yang dipakai, apakah digunakan secara konsisten.
Karangan ilmiah harus disusun dengan pola penyusunan tertentu, dan teknik ini bersifat baku dan
universal. Untuk itu pemahaman terhadap teknik penyusunan karangan ilmiah merupakan syarat
multak yang harus dipenuhi jika orang akan menyusun karangan ilmiah.
5. Aspek Bahasa
Yaitu bagaimana penggunaan bahasa dalam karangan tersebut? baik dan benar? Baku?
Karangan ilmiah disusun dengan bahasa yang baik, benar dan ilmiah. Penggunaan bahasa yang
tidak tepat justru akan mengurangi kadar keilmiahan suatu karya sastra lebih-lebih untuk
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bahasa Indonesia ragam ilmiah merupakan salah satu ragam bahasa Indonesia yang
Bahasa ragam ilmiah memiliki ciri khas yakni cendekia, lugas dan jelas, menghindari
kalimat fragmentaris, bertolak dari gagasan, formal dan objektif, ringkas dan padat, dan
konsisten.
Untuk mendapatkan hasil yang optimal, seorang presenter ilmiah harus memperhatikan
beberapa hal, yaitu : etika ilmiah, ketentuan lembaga (universitas), kemampuan personal,
Menggunaan bahasa Indonesia ragam ilmiah dalam menulis dan presentasi ilmiah
berarti memanfaatkan potensi bahasa Indonesia untuk memaparkan fakta, konsep, prinsip,
teori atau gabungan dari keempat hal tersebut, serta hasil penelitian secara tertulis dan lisan.
B. Saran
2. Dalam menulis diharapkan penulis dapat mengkaji berbagai fenomena dan permasalahan
yang terjadi dalam masyarakat saat ini sehingga karya tulis dapat menjadi menarik dan
18
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pengajar Bahasa Indonesia Universitas Hasanuddin. 2008. Himpunan Materi Kuliah Bahasa
https://gudangmakalah.blogspot.co.id/2013/01/makalah-bahasa-indonesia-penulisan.html
http://evaindra.blogspot.co.id/2013/02/menyelaraskan-karya-ilmiah-di-kalangan.html
http://kumpulanmakalah94.blogspot.co.id/
19