Tahun : 2009
Dalam mendirikan sebuah bisnis pasti perlu adanya keunggulan kompetitif yang
harus dimiliki oleh pebisnis agar mereka dapat bersaing di dalam suatu pasar
persaingan. Terkadang di dalam pasar persaingan terdapat bisnis kotor yang
menghalalkan segala cara untuk keberhasilan bisnisnya tapi hal tersebut sangatlah
tidak patut di lakukan. Dalam sebuh bisnis terkadang orang menginginkan bisnisnya
berhasil, tentunya hal ini dapat dilakukan dengan berbagai proses tahapan. Tahap
keberhasilan suatu perusahaan dipasar akan dicirikan oleh semangat tempur
menghadapi beragam hambatan atau turbulensi yang tidak ringan, diantaranya:
1. Bagaimana memulai bisnis. Pada tahap ini para pemula bisnis biasanya akan
mengalami kerugian. Apa saja komoditi yang laku untuk dibisniskan, berapa
jumlah dan luasnya, bagaimana metodenya, dimana pasarnya, bagaimana
menghadapi para pesaing, bagaimana apabila gagal, dsb.
Dalam dunia bisnis yang berubah cepat, perusahaan harus memilki kepekaan
dan mampu mengadaptasi ekses setiap perubahan atau resiko dari kegagalan yang
mengkin muncul. Namun yang terjadi, reaksi pertama terhadap perubahan yang
ada biasanya dalam bentuk resistensi. Disisi lain, boleh jadi para individu
mengekspresikan kepeduliannya melalui perubahan kebiasaan, norma, dan cara-
cara mengerjakan sesuatu. Tantangan utama dari pengusaha yang berorientasi
perubahan adalah bagaimana memelihara keunggulan kompetitif. Artinya jangan
bertahan pada status quo. Para pengusaha harus mempercepat langkah perubahan
sejalan dengan kondisi global. Kondisi global ini tentunya akan menjadi suatu
ancaman sehingga perlu menguatkan posisi internal sebab ketika semakin kuat
posisi internal, maka semakin berhasil pengusaha mengarahkan perubahan sejalan
dengan perubahan eksternal karena itulah metodologi EFIC sangat dibutuhkan.
EFIC merupakan sistem pendekatan untuk mengarahkan perubahan berdasarkan
pada terciptanya keunggulan keorganisasian melalui beragam tahapan. Tahapan
untuk mencapai keberhasilan dalam proses perubahan meliputi evaluasi,
persiapan, implementasi, dan konsilidasi. Tahapan tersebut didasarkan pada
frekuensi dan jenis pekerjaan yang dilakukan dan tingkat ketegangan yang dapat
di kurangi. Untuk mencapai keberhasilan suatu program perubahan, maka setiap
orang harus siap merubah perilakunya. Factor-faktor internal yang diduga
mempengaruhi perilaku meliputi pengetahuan, keterampilan,
kepercayaan/keyakinan, lingkungan dan visi perusahaan. Sementara factor-faktor
pendorong seseorang untuk berubah adalah kesempatan untuk memperoleh
keuntungan nyata atau menghindari terjadinya kerugian pribadi.
Dalam buku ini juga di jelaskan mengenai motivasi yang merupakan dorongan
yang membuat karyawan melakukan sesuatu sehingga tujuan perusahaan akan
tercapai. Dengan adanya motivasi ini akan menghilangkan rasa malas, ego,
kecemasan, dll dari para karyawan. Selain itu, dalam menjalankan bisnisnya
perusahaan memerlukan pegawai yang memiliki kemampuan komunikasi yang
baik dan terampil serta di perlukan pemimpin yang akan menegelola karyawan di
suatu perusahaan yang tentunya pemimpin ini akan memilih gaya
kepemimpinanya sehingga keberhasilan bisnis di suatu perusahaan dapat diukur.
Di dalam buku ini juga di sebutkan unsur- unsur yang mempengaruhi kinerja
karyawan terbagi dua, yaitu:
Dalam sebuah bisnis tentunya kinerja karyawan akan di nilai yang pada
akhirnya akan berujung pada keputusan kompensasi yang akan diberikan perusahaan
sebagai tanda balas jasa atas kontribusi karyawan terhadap perusahaan. Dalam suatu
penilaian kinerja karyawan sering terjadi bias, seperti hallo effect, kesalahan
kecenderungan penilaian berlebihan, bias lintas budaya, contrast effect, bias
kemurahan dan ketegasan hati . Apabila terjadi bias ini tidak jarang karyawan merasa
kecewa karena dinilai memilki kinerja yang standard dan biasanya karyawan yang di
nilai mengangap telah terjadi manipulasi data oleh penilai yang pada akhirnya akan
mengurangi tingkat kepercayaan karyawan yang di nilai terhadap tim penilai.
Didalam buku ini juga di jelaskan bahwa perlu adanya manajemen konflik.
Tujuan utama manajemen konflik adalah untuk mencapai kinerja yang optimal
dengan cara memelihara konflik tetap fungsional dan meminimalkan akibat
konflik yang merugikan. Manajemen konflik dapat berdampak positif dan dapat pula
berdampak negatif. Dampak positif dari konflik antara lain: konflik dapat
meningkatkan kualitas keputusan organisasional, konflik dapat membuka masalah dan
menyelesaikan masalah yang sebelumnya diabaikan, konflik juga dapat mendorong
karyawan untuk lebih mengapresiasi karyawan lain sesuai dengan posisi masing-
masing dan konflik dapat mendorong munculnya ide-ide baru untuk melakukan
perubahan. Kemunculan dampak positif ini membutuhkan dukungan dari manajer
untuk secara efektif dalam mengelola konflik yang muncul dalam organisasinya. Bagi
perusahaan, hal ini tentu akan memberikan keuntungan dimana kinerja karyawan akan
mengalami peningkatan sehingga meningkatkan kualitas perusahaan. Adapun
Dampak negatif dari konflik, sebagaimana yang banyak kita lihat bahwa konflik dapat
menghasilkan emosi negatif yang kuat. Reaksi emosional ini merupakan tanda awal
akan munculnya rantai reaksi yang dapat berbahaya dalam organisasi. Selain reaksi
negatif tersebut dapat menimbulkan ketegangan, juga dapat mengalihkan perhatian
karyawan dari tugas yang sedang dikerjakannya. Pada akhirnya, konflik tersebut akan
berdampak negatif pada kinerja individu, kelompok maupun organisasi. Agar konflik
tidak menimbulkan pengaruh yang sifatnya negatif, maka konflik harus segera
diselesaikan agar tetap berada pada batas – batas kewajaran.