Disusun Oleh:
Dosen Pembimbing:
PT Gas menjual gas (CH4) dengan kondisi T 200 oC dan P 1,2 bar. PT Amonia
membutuhkan gas dengan kondisi T 80 oC dan P 6,0 bar. PT Gas perlu meningkatkan
tekanan gas agar sesuai dengan kebtuhan PT Amonia.
Ditanyakan:
Diantara ketiga konfigurasi sistem kompresi di atas (A, B, dan C), tentukan
konfigurasi yang paling efisien dari sisi energi yang diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan gas PT Amonia.
Jawab:
Sistem A
Sistem B
Sistem C
Pembahasan
Setelah dilakukan dimulasi didapatkan data sebagai berikut :
Gambar 30 Comp k value- light liquid Ethane terhadap temperatur output cooler
Gambar 31 Comp k value- light liquid Propane terhadap temperatur output cooler
Gambar 32 Comp k value- light liquid n-Butane terhadap temperatur output cooler
Gambar 33 Comp k value- light liquid Methane terhadap temperatur output cooler
Gambar 34 Comp k value- light liquid n-Pentane terhadap temperatur output cooler
Gambar 35 Comp k value- mix liquid Ethane terhadap temperatur output cooler
Gambar 36 Comp k value- mix liquid Propane terhadap temperatur output cooler
Gambar 37 Comp k value- mix liquid n-Butane terhadap temperatur output cooler
Gambar 38 Comp k value- mix liquid Methane terhadap temperatur output cooler
Gambar 39 Comp k value- mix liquid n-Pentane terhadap temperatur output cooler
Gambar 40 Comp k value- light liquid Ethane terhadap temperatur output cooler
Gambar 41 Comp k value- light liquid Propane terhadap temperatur output cooler
Gambar 42 Comp k value- light liquid n-Butane terhadap temperatur output cooler
Gambar 43 Comp k value- light liquid Methane terhadap temperatur output cooler
Gambar 44 Comp k value- light liquid n-Pentane terhadap temperatur output cooler
Gambar 45 Comp k value- mix liquid Ethane terhadap temperatur output cooler
Gambar 46 Comp k value- mix liquid Propane terhadap temperatur output cooler
Gambar 47 Comp k value- mix liquid n-Butane terhadap temperatur output cooler
Gambar 48 Comp k value- mix liquid Methane terhadap temperatur output cooler
Pembahasan
Proses sistem destilasi dibuat untuk memisahkan fasa uap dan fasa cair sebuah
campuran dengan komposisi metana 20%, etana 15%, propana 35%, n-butana 20%, dan
pentana 10%. Pemisahan fasa ini dibuat dengan melewati serangkaian alat terlebih dahulu.
25000 ton/jam campuran pada tekanan 101,3 kPa dan T = 6,667oF masuk ke dalam
kompresor guna menaikkan tekanan campuran menjadi 448,2 kPa. Akibat kenaikan
tekanan tersebut mengakibatkan temperatur campuran naik menjadi 74,48oC. Untuk
menaikan tekanan menjadi 448,2 kPa diperlukan kerja sebanyak -5,982x1010 kJ/h. Lalu
campuran tersebut didinginkan menjadi -3,889oC menggunakan cooler. Tidak ada
penurunan tekanan yang terjadi dikarenakan asumsi pressure drop pada cooler adalah 0
kPa atau tidak terjadi penurunan tekanan. Untuk mendinginkan campuran sampai -3,889oF
diperlukan kerja sebanyak 6,865x1010 kJ/h. Keluaran separator akan terbagi menjadi 2
yaitu fasa uap dan fasa cair. Laju alir massa fasa uap adalah sebesar 1,109x107 kg/h
sedangkan laju alir massa fasa cair adalah sebesar 1,391x107 kg/h.
Berdasarkan hasil simulasi didapatkan case study pengaruh uap terhadap mass flow
terhadap temperature adalah berbanding lurus. Semakin tinggi mass flow maka semakin
tinggi pula temperature yang dihasilkan hal ini dikarenakan temperature yang terus
meningkat akan menghasilkan banyaknya uap yang teruapkan
Pada hasil simulasi case study pengaruh cair mass flow terhadap temperatur yang
dihasilkan adalah berbanding terbalik. Semakin tinggi temperature maka semakin sedikit
fasa cair yang dihasilkan hal ini dikarenakan fasa cair habis teruapkan jika temperature
mendekati titik didih.
Berdasarkan hasil simulasi case study pengaruh uap molar flow terhadap
temperature adalah berbanding lurus. semakin tinggi temperature maka molar flow yang
dihasilkan akan semakin tinggi pula hal ini dikarenakan suatu zat yang bereaksi
mempunyai konsentrasi yang berbeda beda. Konsentrasi menyatakan pengaruh kepekatan
atau zat yang berperan dalam proses reaksi. Semakin besar nilai konsentrasi, maka laju
reaksi akan semakin cepat. Hal ini dikarenakan zat konsentrasinya besar mengandung
jumlah partikel yang lebih banyak sehingga partikel partikelnya tersusun lebih rapat
dibanding zat yang konsentrasinya rendah. Partikel yang susunannya lebih rapat, akan
sering bertumbukan dibanding dengan partikel yang susunannya renggang, sehingga
kemungkina terjadinya reaksi makin besar. Temperatur juga mempengaruhi energi
potensial suatu zat. Zat-zat yang energi potensialnya kecil,jika bertumbukan akan sukar
menghasilkan tumbukan efektif. Hal ini karena zat zat tersebut tidak mampu melampui
energi aktivasi
Berdasarkan hasil simulasi case study pengaruh cair molar flow terhadap
temperature adalah berbanding terbalik dikarenakan semakin tinggi temperature yang
masuk pada kolom destilat maka semakin banyak produk yang dihasilkan untuk fasa uap
namun semakin sedikit produk yang dihasilkan untuk fasa cair. Uap output dari komposisi
tiap komponen (ethane, metane, n butane, propane, n pentane) terhadap cooler output
temperatur hubungannya linier dimana saat temperatur cooler output naik maka semakin
banyak aliran output yang berubah fasa menjadi gas sehingga nilai komposisi koefisien
pada fasa uap bertambah karena komposisi uap yang menguap bertambah akibat kenaikan
temperatur.
Seperti pada grafik composition K value ethane, methane, n-butane, propane, dan
n-pentane terhadap temperature cooler out-2 didapatkan bahwa semakin tinggi temperature
yang dihasilkan oleh cooler maka semakin besar komposisi K ethane, methane, n-butane,
propane, dan n-pentane.