Anda di halaman 1dari 22

TUGAS PRAKTIKUM SISTEM PROSES ENERGI 1

Analisa Sistem Proses Energi Menggunakan Aplikasi Hysys


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Perancangan Sistem Proses Energi I di
Semester VII

Disusun Oleh:

Rahmat Hidayat 161734022

Dosen Pembimbing:

Yanti Supriyanti, S.T., M.T

JURUSAN TEKNIK KONVERSI ENERGI


POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2019
KASUS 1
Kompresor dan Cooler
Diketahui:

Gambar 1 Identifikasi PT GAS

PT Gas menjual gas (CH4) dengan kondisi T 200 oC dan P 1,2 bar. PT Amonia
membutuhkan gas dengan kondisi T 80 oC dan P 6,0 bar. PT Gas perlu meningkatkan
tekanan gas agar sesuai dengan kebtuhan PT Amonia.

Ditanyakan:
Diantara ketiga konfigurasi sistem kompresi di atas (A, B, dan C), tentukan
konfigurasi yang paling efisien dari sisi energi yang diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan gas PT Amonia.
Jawab:

Sistem A

Sistem B

Sistem C

Gambar 2 Rangkaian ketiga konfigurasi sistem kompresi


Gambar 3 Worksheet Kompresor Rangkaian 1

Gambar 4 Worksheet Cooler Rangkaian 1

Gambar 5 Worksheet Cooler1 Rangkaian 2


Gambar 6 Worksheet Kompresor Rangkaian 2

Gambar 7 Worksheet Cooler2 Rangkaian 2

Gambar 8 Worksheet Cooler1 Rangkaian 3


Gambar 9 Worksheet Kompresor1 Rangkaian 3

Gambar 10 Worksheet Cooler2 Rangkaian 3

Gambar 11 Worksheet Kompresor2 Rangkaian 3


Gambar 12 Worksheet Cooler3 Rangkaian 3

 Pembahasan
Setelah dilakukan dimulasi didapatkan data sebagai berikut :

1. jumlah energi ter-rendah yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan PT


Amonia yaitu terdapat pada Sistem C.
2. Hal tersebut dapat terjadi karena proses pada Sistem C (untuk mencapai
temperature 80 °C dan tekanan 6 bar) berjalan secara bertahap.
3. Sistem A mengonsumsi energi paling banyak dari ketiga sistem yang ada
karena komponen dari rangkaian nya hanya satu (baik kompresor maupun
cooler)
4. Hal tersebut menyebabkan kerja dari kompresor dan cooler sangat berat
untuk mencapai temperatur 80 °C dan tekanan 6 bar.
KASUS 2
Steam Power Plant
 Diketahui:
Berdasarkan pemahaman Siklus Rankine dan pengetahuan praktis, lengkapi
spesifikasi model awal dengan bantuan informasi berikut :
1. Aliran 1 = saturated condensate.
2. Aliran 3 = superheated steam; misal @ 10 bar.
3. Pompa dan Turbine beroperasi dengan efisiensi 75%.
4. Asumsikan harga P di Boiler dan Condenser = 5 kPa.
5. Kapasitas Turbine (rated) = 10 MW.
 Ditanyakan:
Berapa jumlah steam yang dibutuhkan agar dapat dihasilkan listrik sebesar 20 MW?
 Jawab:

Gambar 13 Rangkaian siklus rankine


Gambar 14 Worksheet pompa

Gambar 15 Efisiensi pompa

Gambar 16 Worksheet boiler


Gambar 17 Delta tekanan boiler

Gambar 18 Worksheet turbin

Gambar 19 Efisiensi dan kapasitas turbin


Gambar 20 Worksheet cooler

Gambar 21 Delta tekanan cooler


 Pembahasan
Setelah dilakukan simulasi didapatkan jumlah steam yang dibutuhkan adalah 5,887
x 106 kg/h. Dengan asumsi temperature condensat masuk pompa 175°C serta tekanan
keluar boiler sebesar 10 bar. Dengan efisiensi pompa dan turbin sebesar 75% serta
perbedaan tekanan boiler dan kondensor diasumsikan sebesar 5 kPa, untuk menghasilkan
listrik sebesar 20 MW. Pada setting ∆P untuk boiler, diberi nilai -5 kPa dikarenakan
tekanan output boiler harus lebih besar 5 kPa dibandingkan dengan inputnya. Apabila ∆P
nya diberi 5 kPa maka akan mengakibatkan tekanan input boilernya lebih besar daripada
tekanan outputnya.
KASUS 3
Flash Distilation
 Diketahui:
Sebanyak 25000 ton/jam campuran metana (20%), etana (15%), propana (35%), n-
butana (20%), dan pentana dipisahkan dalam sebuah flash column. Sebelum memasuki
kolom, aliran tersebut berada dalam kondisi atmosferik pada temperatur 44 oF, dan
dilewatkan terlebih dahulu ke kompresor untuk meningkatkan tekanannya hingga 65 psia,
dan selanjutnya mengalami pendinginan hingga temperaturnya mencapai 25 oF.
 Ditanyakan:
a. Tentukan laju alir dan dan komposisi hasil pemisahan uap dan cairan!
b. Lakukan studi kasus bila terjadi perubahan temperatur input kolom ±30%, dengan
rentang 0,2 oF terhadap laju alir cairan dan laju alir uap, dan terhadap komposisi
uap dan komposisi cairan
 Jawab:

Gambar 22 Rangkaian flash distillation


Gambar 23 Worksheet kompresor

Gambar 24 Worksheet cooler

Gambar 25 Composition sebelum dan sesudah masuk separtor


Gambar 26 Worksheet separator

Gambar 27 Case study


Gambar 28 Laju alir massa fraksi cair dan uap terhadap temperature output cooler
Gambar 29 Laju alir molar fraksi cair dan uap terhadap temperature output cooler

Gambar 30 Comp k value- light liquid Ethane terhadap temperatur output cooler

Gambar 31 Comp k value- light liquid Propane terhadap temperatur output cooler
Gambar 32 Comp k value- light liquid n-Butane terhadap temperatur output cooler

Gambar 33 Comp k value- light liquid Methane terhadap temperatur output cooler

Gambar 34 Comp k value- light liquid n-Pentane terhadap temperatur output cooler
Gambar 35 Comp k value- mix liquid Ethane terhadap temperatur output cooler

Gambar 36 Comp k value- mix liquid Propane terhadap temperatur output cooler

Gambar 37 Comp k value- mix liquid n-Butane terhadap temperatur output cooler
Gambar 38 Comp k value- mix liquid Methane terhadap temperatur output cooler

Gambar 39 Comp k value- mix liquid n-Pentane terhadap temperatur output cooler

Gambar 40 Comp k value- light liquid Ethane terhadap temperatur output cooler
Gambar 41 Comp k value- light liquid Propane terhadap temperatur output cooler

Gambar 42 Comp k value- light liquid n-Butane terhadap temperatur output cooler

Gambar 43 Comp k value- light liquid Methane terhadap temperatur output cooler
Gambar 44 Comp k value- light liquid n-Pentane terhadap temperatur output cooler

Gambar 45 Comp k value- mix liquid Ethane terhadap temperatur output cooler

Gambar 46 Comp k value- mix liquid Propane terhadap temperatur output cooler
Gambar 47 Comp k value- mix liquid n-Butane terhadap temperatur output cooler

Gambar 48 Comp k value- mix liquid Methane terhadap temperatur output cooler

 Pembahasan
Proses sistem destilasi dibuat untuk memisahkan fasa uap dan fasa cair sebuah
campuran dengan komposisi metana 20%, etana 15%, propana 35%, n-butana 20%, dan
pentana 10%. Pemisahan fasa ini dibuat dengan melewati serangkaian alat terlebih dahulu.
25000 ton/jam campuran pada tekanan 101,3 kPa dan T = 6,667oF masuk ke dalam
kompresor guna menaikkan tekanan campuran menjadi 448,2 kPa. Akibat kenaikan
tekanan tersebut mengakibatkan temperatur campuran naik menjadi 74,48oC. Untuk
menaikan tekanan menjadi 448,2 kPa diperlukan kerja sebanyak -5,982x1010 kJ/h. Lalu
campuran tersebut didinginkan menjadi -3,889oC menggunakan cooler. Tidak ada
penurunan tekanan yang terjadi dikarenakan asumsi pressure drop pada cooler adalah 0
kPa atau tidak terjadi penurunan tekanan. Untuk mendinginkan campuran sampai -3,889oF
diperlukan kerja sebanyak 6,865x1010 kJ/h. Keluaran separator akan terbagi menjadi 2
yaitu fasa uap dan fasa cair. Laju alir massa fasa uap adalah sebesar 1,109x107 kg/h
sedangkan laju alir massa fasa cair adalah sebesar 1,391x107 kg/h.
Berdasarkan hasil simulasi didapatkan case study pengaruh uap terhadap mass flow
terhadap temperature adalah berbanding lurus. Semakin tinggi mass flow maka semakin
tinggi pula temperature yang dihasilkan hal ini dikarenakan temperature yang terus
meningkat akan menghasilkan banyaknya uap yang teruapkan
Pada hasil simulasi case study pengaruh cair mass flow terhadap temperatur yang
dihasilkan adalah berbanding terbalik. Semakin tinggi temperature maka semakin sedikit
fasa cair yang dihasilkan hal ini dikarenakan fasa cair habis teruapkan jika temperature
mendekati titik didih.
Berdasarkan hasil simulasi case study pengaruh uap molar flow terhadap
temperature adalah berbanding lurus. semakin tinggi temperature maka molar flow yang
dihasilkan akan semakin tinggi pula hal ini dikarenakan suatu zat yang bereaksi
mempunyai konsentrasi yang berbeda beda. Konsentrasi menyatakan pengaruh kepekatan
atau zat yang berperan dalam proses reaksi. Semakin besar nilai konsentrasi, maka laju
reaksi akan semakin cepat. Hal ini dikarenakan zat konsentrasinya besar mengandung
jumlah partikel yang lebih banyak sehingga partikel partikelnya tersusun lebih rapat
dibanding zat yang konsentrasinya rendah. Partikel yang susunannya lebih rapat, akan
sering bertumbukan dibanding dengan partikel yang susunannya renggang, sehingga
kemungkina terjadinya reaksi makin besar. Temperatur juga mempengaruhi energi
potensial suatu zat. Zat-zat yang energi potensialnya kecil,jika bertumbukan akan sukar
menghasilkan tumbukan efektif. Hal ini karena zat zat tersebut tidak mampu melampui
energi aktivasi
Berdasarkan hasil simulasi case study pengaruh cair molar flow terhadap
temperature adalah berbanding terbalik dikarenakan semakin tinggi temperature yang
masuk pada kolom destilat maka semakin banyak produk yang dihasilkan untuk fasa uap
namun semakin sedikit produk yang dihasilkan untuk fasa cair. Uap output dari komposisi
tiap komponen (ethane, metane, n butane, propane, n pentane) terhadap cooler output
temperatur hubungannya linier dimana saat temperatur cooler output naik maka semakin
banyak aliran output yang berubah fasa menjadi gas sehingga nilai komposisi koefisien
pada fasa uap bertambah karena komposisi uap yang menguap bertambah akibat kenaikan
temperatur.
Seperti pada grafik composition K value ethane, methane, n-butane, propane, dan
n-pentane terhadap temperature cooler out-2 didapatkan bahwa semakin tinggi temperature
yang dihasilkan oleh cooler maka semakin besar komposisi K ethane, methane, n-butane,
propane, dan n-pentane.

Anda mungkin juga menyukai