OLEH:
KELOMPOK : V (LIMA)
ASISTEN : FEBRIZA
Galesong sebagai salah satu kecamatan yang terletak di sebelah selatan dan berjarak
kurang lebih 17 kilometer dari ibukota Kabupaten Takalar. luas wilayah Kecamatan
Galesong sekitar 25,93 Km² atau sebesar 4,57 persen dari total Kabupaten Takalar yang
memiliki 14 Desa. Ibu kota Kecamatan Galesong terletak di Desa Boddia yang sebelah utara
berbatasan dengan Kecamatan Galesong Utara, sebelah timur berbatasan dengan
Kabupaten Gowa, kemudian sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Galesong
Selatan dan di sebelah barat berbatasan dengan Selat Makassar (Riskayanti, 2018).
Pelabuhan Galesong terletak di Desa Boddia, Kecamatan Galesong, Kabupaten
Takalar, Sulawesi Selatan. Dengan letak geografis antara 050 19’ sampai 17,7” Lintang
Selatan dan antara 1190 21’ sampai 13,7’’ Bujur Timur. Dengan Luas keseluruhan sekitar
1,2 Ha dan panjang keseluruhan 230 m2 .
Pelabuhan galesong memiliki Gedung yang dijadikan Kantor dengan Luas 100 m2,
sebuah Dermaga yang berukuran 70 x 8 m2, sebuah Causeway/trestle yaitu jalan/akses dari
dermaga menuju ke darat yang terbuat dari beton dengan ukuran 100 x 6 m 2. Pelabuhan
tersebut dipagari dengan panjang pagar 500 m. Selain itu terdapatt pelayanan air tawar,
fasilitas berupa penerangan jalan dan pelabuhan serta terdapat satu titik SBNP atau Sarana
Bantu Navigasi Pelayaran.
Pelabuhan Galesong dapat dikategorikan sebagai Pelabuhan yang Tidak Diusahakan,
karena dari hasil obseravis di lapangan dengan definisi dari pelabuhan yang tidak
diusahakan, memiliki kemiripan yaitu merupakan tempat singgah kapal/perahu, tanpa
fasilitas bongkar muat, bea-cukai dan sebagainya. Pelabuhan ini umumnya pelabuhan kecil
yang disubsidi oleh pemerintah dan dikelola oleh Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jendral
Perhubungan Laut. Selain termasuk kedalam tipe Pelabuhan yang Tidak Diusahakan,
Pelabuhan Galesong juga termasuk ke dalam tipe Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN)
yaitu pelabuhan perikanan tipe B, melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan,
perikanan dilaut teritorial dan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia, memiliki fasilitas tambat
labuh untuk kapal perikanan, berukuran sekurang–kurangnya 30 GT, panjang dermaga
sekurang–kurangnya 150 meter, kedalaman kolam sekurang–kurangnya minus 3 meter,
mampu menampung sekurang–kurangnya 75 kapal perikanan atau jumlah keseluruhan
sekurang kurangnya 2.250 GT Kapal perikanan sekaligus, terdapat industri perikanan.
Data yang didapatkan dilapangan terdiri atas data primer dan data sekunder. Data
sekunder didapatkan dari penjelasan presentasi langsung oleh Pihak pengelola pelabuhan.
Sedangkan data primer didpatkan dari wawancara langsung ke masyarakat sekitar lokasi.
Berdasarkan hasil wawancara dengan responden, data yang didapatkan dilapangan
pada mata kuliah Evaluasi Proyek di Jalan Salodong Sekitaran Pelabuhan Galesong
Kelurahan Untia, Kecamatan Biringkanaya, Kota Makassar, Sulawesi Selatan adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.1 Data Responden
No. Nama Responden Umur (Tahun) Jenis Kelamin Pekerjaan
1. Sahabuddin 39 L Nelayan
2. Dg.Arif 60 L Nelayan
Sumber : Data Primer, 2019.
Dari tabel 4.1 diatas dapat dijelaskan bahwa responden pertama bernama Pak
Sahabuddin (39 tahun) adalah seorang warga Desa Boddia Kecamatan Galesong, ia
memiliki 4 orang tanggungan 3 anak dan 1 istri, pendidikan terakhir bapak Jaya yaitu SMP,
memiliki pekerjaan tetap sebagai nelayan. Dalam kesehariannya, responden bekerja mulai
dari pukul 07.00-16.00. Alat tangkap yang digunakan berupa gill net berfungsi untuk
menangkap rajungan atau ikan-ikan yang tertangkap di alatnya. sesuai dengan musimnya.
Rata-rata hasil yang diperoleh hingga 15 kg dengan harga Rp.45.000/kg. Pada awal
pembangunan pelabuhan, responden mendapatkan bantuan berupa pelampung tapi ia
menolak dengan alasan tidak memerlukan bantuan tersebut.
Responden kedua bernama Dg.Arif (60 tahun) yang merupakan seorang nelayan.
Pendidikan terakhir yang ditempuh adalah SD.Jumlah tanggungannya adalah sebanyak 4
orang anak. Dalam kesehariannya, responden bekerja mulai dari pukul 18.00-05.00. Alat
tangkap yang digunakan berupa jaring berfungsi untuk menangkap ikan-ikan kecil seperti
teri/lure dengan bantuan berupa lampu yang bersamaan digunakan pada alatnya. Lama
waktu penggunaan lampu bisa mencapai 3-4 tahun dengan jumlah lampu yang digunakan
sebanyak 300 buah lampu. Kapal yang digunakan adalah kapal yang dapat menampung
hingga 3 ton dengan tenaga kerja mencapai 3-5 orang. Mesin yang digunakan berupa mesin
20 pk. Hasil yang didapatkan juga bervariasi sesuai dengan musimnya. Rata-rata hasil yang
diperoleh hingga 2 ton dengan harga Rp.500.000/box. Pada awal pembangunan pelabuhan,
responden sama sekali tidak merasakan dampak dari Pelabuhan Boddia/Galesong tersebut
dikarenakan kapal yang digunakan mendarat ke tepi pantai di samping pelabuhan tanpa
melalui pelabuhan itu sendiri, dengan alasan dibutuhkan beberapa proses administrasi yang
menurut responden terlalu rumit.
3. Sturktur Organisasi
Adapun struktur organisasi dari Pelabuhan Galesong yang dinaungi oleh Kementrian
Perhubungan Direktorat Jendral Perhubungan Laut sebagai berikut:
Kepala
Kantor
Tata Usaha
Petugas Fasilitas
Petugas Petugas
Pelabuhan dan
Kesyahbandaran Pelayanan Jasa
Ketertiban
4. Aspek Komersial
Aspek Komersial yaitu hal yang menyangkut dengan rencana pemasaran output yang
dihasilkan proyek maupun rencana penyediaan input yang dibutuhkan untuk kelangsungan
dan pelaksanaan proyek (Novianti, 2014).
Pelabuhan UPP adalah merupakan pelabuhan-pelabuhan yang tergolong dalam
pelabuhan belum diusahakan secara komersial (pelabuhan non komersial) yang dikelola
langsung oleh pemerintah melalui Unit Pelaksana Teknis (UPT) dipelabuhan setempat.
Sebagaimana dalam Undang-Undang No 17/2008 tentang Pelayaran pada pasal 81 ayat
(3) secara tidak langsung disebutkan bahwa penyelenggaraan pelabuhan yang belum
diusahakan secara komersial dilakukan oleh Unit Penyelenggara Pelabuhan (UPP). Oleh
karena itu, maka pelabuhan-pelabuhan UPP dalam hal ini pelabuhan UPP yang belum
diusahakan secara komersial dapat dilakukan pengembangan secara bertahap dengan dan
diupayakan menjadi pelabuhan yang diusahakan secara komersial salah satu pelabuhan
non komersil ialah pelabuhan Galesong.
Pada hakekatnya pelabuhan Galesong merupakan salah satu terminal bagi intra dan
antar moda transportasi yang perlu dikembangkan sehingga seluruh wilayah di indonesia
ini maju dan berkembang akan tetapi tidak mungkin bagi pemerintah untuk membangun
diseluruh pulau di indonesia dalam waktu yang bersamaan,butuh waktu dan kriteria-kriteria
sebuah pelabuhan yang akan dibangun serta letak strategisnya yang terjangkau bagi dunia
internasional, namun upaya pengembangan pelabuhan terus dikembangkan bagi daerah-
daerah terpencil secara bertahap dan yang lebih penting lagi usaha-usaha orang-orang
yang ada didalam pelabuhan itu sendiri untuk maju sangat dibutuhkan.Pelabuhan menjadi
salah satu unsur penentu terhadap aktivitas perdagangan oleh karena itu Pelabuhan yang
di kelola secara baik dan efisien akan mendorong kemajuan perdagangan, bahkan industri
di daerah akan maju dengan sendirinya.
NPV merupakan selisih antara benefit dan cost yang telah diperhitungkan nilainya saat
ini pada tingkat bunga tertentu. Rumus untuk menghitung NPV adalah:
Keterangan:
NPV = Net Present Value
Bt = Benefit/penerimaan tahun t (Rp)
Ct = Cost/biaya pada tahun t (Rp)
I = Tingkat bunga (%)
n = Umur ekonomis proyek (Tahun)
b. IRR
IRR merupakan suatu tingkat bunga yang menunjukkan jumlah nilai sekarang netto
(NPV) sama dengan jumlah seluruh ongkos investasi proyek. Analisis IRR akan mencari
pada tingkat bunga tertentu dengan hasil NPV sama dengan nol. Berdasarkan hasil
percobaan, nilai IRR berada antara nilai NPV positif dan negatif, yaitu pada saat NPV sama
dengan nol. Secara matematik IRR dirumuskan sebagai berikut:
+
𝑁𝑃𝑉 +
𝐼𝑅𝑅 = 𝑖 + ቈ (𝑖 + − 𝑖 − )
𝑁𝑃𝑉 + − 𝑁𝑃𝑉 −
Keterangan:
IRR = Internal Rate Of Return
NPV+ = NPV positif (Rp)
NPV- = NPV negatif (Rp)
i+ = Tingkat bunga pada NPV positif (%)
i- = Tingkat bunga pada NPV negatif (%)
c. Net B/C Ratio
Net B/C Ratio merupakan perbandingan jumlah present value penerimaan dengan
jumlah present value biaya. Net B/C Ratio merupakan perbandingan jumlah nilai bersih
sekarang positif dengan jumlah nilai bersih sekarang negatif. Angka ini menunjukkan tingkat
besarnya tambahan manfaat pada setiap tambahan biaya sebesar satu satuan. Jika
diperoleh nilai net B/C > 1, maka proyek layak dilaksanakan, tetapi jika nilai B/C < 1, maka
proyek tidak layak untuk dilaksanakan. Rumus yang digunakan sebagai berikut:
𝑏𝑡 − 𝑐𝑡
σ𝑛𝑡=1
(1 + 𝑖)𝑡
𝑁𝑒𝑡 𝐵/𝐶𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜 =
𝑏𝑡 − 𝑐𝑡
σ𝑛𝑡=1
(1 + 𝑖)𝑡
Keterangan:
Bt = Penerimaan (benefit) tahun ke-t (Rp)
Ct = Biaya (cost) pada tahun ke- t (Rp)
I = discount factor (%)
N = umur proyek (tahun)
d. PBP
PBP merupakan rasio keuntungan dan biaya dengan nilai sekarang. Jika nilai
perbandingan keuntungan dengan biaya lebih besar atau sama dengan 1, proyek tersebut
dapat dijalanka. PBP merupakan suatu metode yang diperlukan untuk menutup kembali
pengeluaran investasi dengan menggunakan aliran kas, dihitung dengan persamaan:
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖
𝑃𝐵𝑃 = 𝑋 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
𝐾𝑎𝑠 𝑀𝑎𝑠𝑢𝑘 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
Nilai B/C ratio rata-rata pada Pelabuhan Galesong Desa Boddia adalah 0.80.
Berdasarkan nilai B/C ratio Pelabuhan Galesong, maka Pelabuhan Galesong tersebut
ini tidak layak untuk diusahakan karena nilai B/C lebih kecil dari satu.
−1,389,419,746,110.74
IRR = 5 + (5 − 10)
(−1,389,419,746,110.74 − (−1,716,981,580,865.23)
IRR = 10 + 3,23
IRR = −3.79 %
Rata-rata nilai IRR Pelabuhan Galesong, Desa Boddia adalah sebesar -
3.79%. Nilai Internal Rate of Return (IRR) tersebut lebih kecil dari discount factor yaitu
5% jadi dapat dikatakan bahwa usaha perikanan ini tidak layak untuk diteruskan.
6. Aspek Ekonomi
Ditinjau dari aspek ekonomi salah satu kelayakan usaha atau dapat dilihat dari
kemampuan investasi tersebut dalam meningkatkan pendapatan nasional atau daerah
melalui peningkatan PDB (product domestic bruto) dan PAD (pendapatan asli daerah).
Dengan adanya investasi akan berpengaruh terhadap pendapatan secara nasional dan
pendapatan daerah dimana investasi tersebut dilakukan (Mansyur, 2016).
Sumber daya ekonomi yang tersedia dalam pengelolaan Pelabuhan Boddia/Galesong
sudah lebih dari cukup, namun untuk mengoptimalkan sumberdaya ekonomi dimaksud
seperti sarana dan prasarana memiliki keterkaitan antara satu dengan lainnya, sehingga
masih diperlukan sumberdaya ekonomi pendukung untuk pengoperasian Pelabuhan
Boddia/Galesong. Kondisi perekonomian eksternal berbicara mengenai kebergunaan
keberadaan Pelabuhan Boddia/Galesong, keberadaan tersebut dilihat belum mampu
memberi kontribusi positif terhadap kemajuan prekonomian di sekitar pelabuhan termasuk
peningkatan ekonomi masyarakat. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden bahwa
pelabuhan tersebut belum memberikan dampak yang besar kepada masyarakat, karena
sebagian masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan lebih memilih untuk berhenti di
pinggir pantai disamping pelabuhan dibanding ke pelabuhan itu sendiri. Hal ini disebabkan
karena menurut responden pengurusan administrasi dinilai cukup rumit untuk nelayan-
nelayan kecil seperti mereka.
Selanjutnya ialah bantuan yang diberikan pelabuhan kepada masyarakat untuk
menjalin hubungan perekonomian eksternal pada nelayan berupa pelampung atau mesin
kapal. Namun hanya beberapa nelayan diberi bantuan seperti itu. Dan beberapa nelayan
menolak bantuan pelampung dari pelabuhan karena dinilai penggunaan pelampung dalam
kegiatan penangkapan tidak terlalu penting. Dapat dikatakan bahwa pada Pelabuhan
Boddia/Galesong ini masih kurang sosialisasi terhadap masyarakat luar tentang pentingnya
Pelabuhan Boddia/Galesong sebenarnya, terlebih mereka tidak merasakan manfaatnya
secara langsung, namun berdasarkan pengamatan terjadi perubahan pola hidup didaerah
tersebut sebelum dan setelah Pelabuhan Boddia/Galesong dibangun hal tersebut
dinyatakan oleh pegawai pelabuhan bahwa kondisi disekitar ini dulunya sangat kumuh,
setelah adanya pembangunan beberapa fasilitas, akhirnya kampung tersebut menjadi desa
dengan banyak pengunjung yang berdatangan. Selain itu menurut pegawai pelabuhan
mengatakan bahwa banyak tenaga kerja yang dipekerjakan untuk mempercepat proses
pembangunan Pelabuhan Boddia/Galesong tersebut berasal dari masyarakat sekitar, jadi
pelabuhan ini sangat menguntungkan sebenarnya terlebih ketika adanya pembukaan lapak-
lapak toko (kantin) yang juga penjualnya berasal dari masyarakat sekitar karena
menurutnya dalam pengontrakan dan pencarian tenaga kerja beliau mengutamakan warga
sekitar.
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan
2. Berdasarkan analisis finansial dapat dikatakan bahwa usaha tersebut tidak layak karena
memiliki NPV sebesar – Rp. 389,419,746,110.74 yang lebih kecil dari 0, B/C Net sebesar
0,80 yang nilainya lebih kecil dari 1, dan nilai IRR -3,79 yang lebih kecil dari nilai suku
bunga yang berlaku ( 5%).
B. Saran
Himafarin. 2017. 4 Jenis Tipe Pelabuhan di Indonesia. Diakses pada 14 November 2019,
dari http://himafarin.lk.ipb.ac.id/4-jenis-tipe-pelabuhan-di-indonesia/
Purnomo, A. R. dkk. 2017. Studi Kelayakan Bisnis. Unmuh Ponorogo Press: Ponorogo.