Anda di halaman 1dari 18

EVALUASI PROYEK PERIKANAN

“ANALISIS KELAYAKAN PELABUHAN GALESONG KABUPATEN TAKALAR


PROVINSI SULAWESI SELATAN ”

LAPORAN PRAKTIK LAPANG

OLEH:

NAMA : ELIS KUSUMA WARDANI

NIM : L041 17 1505

PRODI : SOSIAL EKONOMI PERIKANAN

KELOMPOK : V (LIMA)

ASISTEN : FEBRIZA

PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PERIKANAN


DEPARTEMEN PERIKANAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
BAB IV. PEMBAHASAN

A. Keadaan Umum Lokasi


1. Letak Geografis
Kabupaten Takalar merupakan salah satu wilayah kabupaten di Provinsi Sulawesi
Selatan yang terletak pada bagian selatan dan dibagian pesisir barat Sulawesi Selatan.
Kabupaten Takalar yang beribukota di Pattallassang secara astronomis berada pada posisi
5⁰3’ – 5⁰38’ Lintang Selatan dan 119⁰22’ – 119⁰39’ Bujur Timur. Luas Wilayah Kabupaten
Takalar tercatat 566,51 km² terdiri dari 9 kecamatan dan 83 wilayah desa/kelurahan. Jarak
ibukota Kabupaten Takalar dengan ibukota Provinsi Sulawesi Selatan mencapai 45 km yang
melalui Kabupaten Gowa (Badan Pusat Statistik Kabupaten Takalar, 2018).
Dengan batas wilayah Kabupaten Takalar sebagai berikut :
a. Sebelah Utara dengan kota Makasar dan Kabupaten Gowa
b. Sebelah Selatan dengan Laut Flores
c. Sebelah Barat dengan Selat Makassar
d. Sebelah Timur dengan Kabupaten Jeneponto dan Kabupaten Gowa

Gambar 1. Peta Pelabuhan Galesong, Desa Boddia, Kecamatan Galesong

Galesong sebagai salah satu kecamatan yang terletak di sebelah selatan dan berjarak
kurang lebih 17 kilometer dari ibukota Kabupaten Takalar. luas wilayah Kecamatan
Galesong sekitar 25,93 Km² atau sebesar 4,57 persen dari total Kabupaten Takalar yang
memiliki 14 Desa. Ibu kota Kecamatan Galesong terletak di Desa Boddia yang sebelah utara
berbatasan dengan Kecamatan Galesong Utara, sebelah timur berbatasan dengan
Kabupaten Gowa, kemudian sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Galesong
Selatan dan di sebelah barat berbatasan dengan Selat Makassar (Riskayanti, 2018).
Pelabuhan Galesong terletak di Desa Boddia, Kecamatan Galesong, Kabupaten
Takalar, Sulawesi Selatan. Dengan letak geografis antara 050 19’ sampai 17,7” Lintang
Selatan dan antara 1190 21’ sampai 13,7’’ Bujur Timur. Dengan Luas keseluruhan sekitar
1,2 Ha dan panjang keseluruhan 230 m2 .
Pelabuhan galesong memiliki Gedung yang dijadikan Kantor dengan Luas 100 m2,
sebuah Dermaga yang berukuran 70 x 8 m2, sebuah Causeway/trestle yaitu jalan/akses dari
dermaga menuju ke darat yang terbuat dari beton dengan ukuran 100 x 6 m 2. Pelabuhan
tersebut dipagari dengan panjang pagar 500 m. Selain itu terdapatt pelayanan air tawar,
fasilitas berupa penerangan jalan dan pelabuhan serta terdapat satu titik SBNP atau Sarana
Bantu Navigasi Pelayaran.
Pelabuhan Galesong dapat dikategorikan sebagai Pelabuhan yang Tidak Diusahakan,
karena dari hasil obseravis di lapangan dengan definisi dari pelabuhan yang tidak
diusahakan, memiliki kemiripan yaitu merupakan tempat singgah kapal/perahu, tanpa
fasilitas bongkar muat, bea-cukai dan sebagainya. Pelabuhan ini umumnya pelabuhan kecil
yang disubsidi oleh pemerintah dan dikelola oleh Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jendral
Perhubungan Laut. Selain termasuk kedalam tipe Pelabuhan yang Tidak Diusahakan,
Pelabuhan Galesong juga termasuk ke dalam tipe Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN)
yaitu pelabuhan perikanan tipe B, melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan,
perikanan dilaut teritorial dan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia, memiliki fasilitas tambat
labuh untuk kapal perikanan, berukuran sekurang–kurangnya 30 GT, panjang dermaga
sekurang–kurangnya 150 meter, kedalaman kolam sekurang–kurangnya minus 3 meter,
mampu menampung sekurang–kurangnya 75 kapal perikanan atau jumlah keseluruhan
sekurang kurangnya 2.250 GT Kapal perikanan sekaligus, terdapat industri perikanan.

B. Data Umum Responden

Data yang didapatkan dilapangan terdiri atas data primer dan data sekunder. Data
sekunder didapatkan dari penjelasan presentasi langsung oleh Pihak pengelola pelabuhan.
Sedangkan data primer didpatkan dari wawancara langsung ke masyarakat sekitar lokasi.
Berdasarkan hasil wawancara dengan responden, data yang didapatkan dilapangan
pada mata kuliah Evaluasi Proyek di Jalan Salodong Sekitaran Pelabuhan Galesong
Kelurahan Untia, Kecamatan Biringkanaya, Kota Makassar, Sulawesi Selatan adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.1 Data Responden
No. Nama Responden Umur (Tahun) Jenis Kelamin Pekerjaan
1. Sahabuddin 39 L Nelayan
2. Dg.Arif 60 L Nelayan
Sumber : Data Primer, 2019.
Dari tabel 4.1 diatas dapat dijelaskan bahwa responden pertama bernama Pak
Sahabuddin (39 tahun) adalah seorang warga Desa Boddia Kecamatan Galesong, ia
memiliki 4 orang tanggungan 3 anak dan 1 istri, pendidikan terakhir bapak Jaya yaitu SMP,
memiliki pekerjaan tetap sebagai nelayan. Dalam kesehariannya, responden bekerja mulai
dari pukul 07.00-16.00. Alat tangkap yang digunakan berupa gill net berfungsi untuk
menangkap rajungan atau ikan-ikan yang tertangkap di alatnya. sesuai dengan musimnya.
Rata-rata hasil yang diperoleh hingga 15 kg dengan harga Rp.45.000/kg. Pada awal
pembangunan pelabuhan, responden mendapatkan bantuan berupa pelampung tapi ia
menolak dengan alasan tidak memerlukan bantuan tersebut.
Responden kedua bernama Dg.Arif (60 tahun) yang merupakan seorang nelayan.
Pendidikan terakhir yang ditempuh adalah SD.Jumlah tanggungannya adalah sebanyak 4
orang anak. Dalam kesehariannya, responden bekerja mulai dari pukul 18.00-05.00. Alat
tangkap yang digunakan berupa jaring berfungsi untuk menangkap ikan-ikan kecil seperti
teri/lure dengan bantuan berupa lampu yang bersamaan digunakan pada alatnya. Lama
waktu penggunaan lampu bisa mencapai 3-4 tahun dengan jumlah lampu yang digunakan
sebanyak 300 buah lampu. Kapal yang digunakan adalah kapal yang dapat menampung
hingga 3 ton dengan tenaga kerja mencapai 3-5 orang. Mesin yang digunakan berupa mesin
20 pk. Hasil yang didapatkan juga bervariasi sesuai dengan musimnya. Rata-rata hasil yang
diperoleh hingga 2 ton dengan harga Rp.500.000/box. Pada awal pembangunan pelabuhan,
responden sama sekali tidak merasakan dampak dari Pelabuhan Boddia/Galesong tersebut
dikarenakan kapal yang digunakan mendarat ke tepi pantai di samping pelabuhan tanpa
melalui pelabuhan itu sendiri, dengan alasan dibutuhkan beberapa proses administrasi yang
menurut responden terlalu rumit.

C. Aspek – Aspek Dalam Analisis Kelayakan

Terdapat 6 aspek kelayakan pada Pelabuhan Boddia/Galesong, aspek-aspek tersebut


adalah sebagai berikut :
1. Aspek Teknis
Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkaitan dengan proses pembangunan
fisik usaha secara teknis dan pengoperasiannya setelah bangunan fisik selesai dibangun.
Aspek teknis menjadi sebuah keharusan untuk menghindari adanya kegagalan bisnis pada
masa yang akan datang, sebagai akibat karena adanya masalah teknis beberapa hal yang
perlu dipahami dalam kaitannya dengan aspek teknis ialah penentuan lokasi bisnis dan tata
letak (layout) bisnis. Lokasi bisnis adalah lokasi dimana bisnis akan dijalankan, memiliki
pengaruh yang besar terhadap biaya operasional dan investasi dan Tata letak (layout)
merupakan keseluruhan bentuk dan penempatan fasilitas yang diperlukan untuk
melaksanakan kegiatan (Purnomo, dkk, 2017).
Adapun kegiatan yang berkaitan dengan aspek teknis di Pelabuhan Galesong yaitu
meliputi pelayan tambat laut/labuh kapal-kapal perikanan maupun kapal-kapal penumpang
yang singgah dengan ketentuan ukuran kapal minimal adalah 6 GT (Gross Tonnage) dan
ukuran kapal maksimal adalah 30 GT (Gross Tonnage). Adapun tarif yang dikenakan untuk
kapal-kapal yang bersandar di Pelabuhan Galesong mengikuti aturan Penerimaan Negara
Bukan Pajak atau PNBP tahun 2016. Ketentuan tarif tersebut mengikuti ukuran kapal,
lamanya kapal bersandar dan lain sebagainya.
Sedangkan untuk kapal-kapal masyarakat sekitar yang bersandar di Pelabuhan
Galesong mereka melakukan kegiatan berupa bongkar-muat hasil tangkapan dan muat es
yang dilakukan oleh nelayan. Sedangkan aparat dari Pelabuhan Galesong melakukan
pemeriksaan untuk alat-alat keselamatan mereka untuk berlayar menangkap ikan maupun
dokumen-dokumen yang diperlukan dalam kegiatan berlayar.
Untuk menunjang fasilitas dan kegiatan yang dilakukan di Pelabuhan Galesong, maka
aparat dari Pelabuhan Galesong memungut biaya seperti tarif-tarif yang telah ditentukan
untuk kapal yang bersandar dan retribusi pengunjung yang mengunjungi pelabuhan
tersebut. Adapun tipe-tipe pelabuhan perikanan dijelaskan sebagai berikut (Himafarin,
2017):
a. Pelabuhan perikanan samudera (pps)
Dikenal juga sebagai pelabuhan perikanan type a, atau kelas i. Pelabuhan perikanan
ini dirancang terutama untuk melayani kapal perikanan berukuran > 60 gt. Pelabuhan
ini dapat menampung 100 buah kapal atau 6000 gt sekaligus, dapat pula melayani
kapal ikan yang beroperasi di perairan lepas pantai, zee dan perairan internasional.
Jumlah ikan yang didaratkan sekitar 40.000 ton / tahun dan juga memberikan
pelayanan untuk ekspor. Selain itu tersedia juga tanah untuk industri perikanan.
b. Pelabuhan perikanan nusantara (ppn)
Dikenal juga sebagai pelabuhan perikanan tipe b atau kelas ii. Pelabuhan ini dirancang
terutama untuk melayani kapal perikanan berukuran 15 – 16 ton gt sekaligus.
Pelabuhan ini juga melayani kapal ikan yang beroperasi di perairan zee indonesia dan
perairan nasional. Jumlah ikan yang didaratkan sekitar 40 – 50 ton / hari atau sekitar
8.000 – 15.000 ton / tahun.
c. Pelabuhan perikanan pantai (ppp)
Dikenal juga sebagai pelabuhan perikanan type c atau kelas ii.pelabuhan ini dirancang
untuk melayani kapal perikanan berukuran 5 – 15 gt. Pelabuhan ini dapat menampung
50 kapal atau 500 gt sekaligus.pelabuhan ini juga melayani kapal ikan yang beroperasi
di perairan pantai.jumlah ikan yang didaratkan sekitar 15 – 20 ton / hari atau sekitar
4.000 ton / tahun.
d. Pangkalan Pendaratan Ikan
Sebagai salah satu unsur prasarana ekonomi di pelabuhan, dibangun dengan tujuan
untuk menunjang keberhasilan pembangunan perikanan, terutama perikanan skala
kecil kurang dari 4.000 ton/tahun, memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan
berukuran < 5 GT, jumlah ikan yang didaratkan 5 ton/hari, mampu menampung 20 buah
kapal perikanan sekaligus, memiliki lahan minimal 1 Ha.
Selain beberapa tipe diatas terdapat beberapa tipe-tipe pelabuhan berdasarkan dari
segi penyelenggaraan, pengusahaan, fungsinya dalam perdagangan nasional dan
internasional dan penggunaannya, sebagai berikut (Suyaqdhon, 2014):
a. Ditinjau dari Segi Penyelenggaraannya
1) Pelabuhan Umum untuk kepentingan pelayanan masyarakat umum yang dilakukan
oleh pemerintah dan pelaksanaannya dapat dilimpahkan kepada Badan Usaha Milik
Negara yang didirikan untuk maksud tertentu.
2) Pelabuhan Khusus untuk kepentingan sendiri guna menunjang kegiatan tertentu
dan tidak boleh digunakan untuk kepentingan umum, kecuali dalam keadaan
tertentu dan dengan izin pemerintah.
b. Ditinjau dari Segi Pengusahaannya
1) Pelabuhan yang diusahakan merupakan pelabuhan untuk memberikan fasilitas-
fasilitas yang diperlukan oleh kapalyang memasuki pelabuhan untuk melakukan
kegiatan bongkar-muat barang, menaik-turunkan penumpang serta kegiatan
lainnya.
2) Pelabuhan yang tidak diusahakan merupakan tempat singgah kapal/perahu, tanpa
fasilitas bongkar muat, bea-cukai dan sebagainya. Pelabuhan ini umumnya
pelabuhan kecil yang disubsidi oleh pemerintah dan dikelola oleh Unit Pelaksana
Teknis Direktorat Jendral Perhubungan Laut.
c. Ditinjau dari fungsinya dalam perdagangan nasional dan internasional
1) Pelabuhan Laut, merupakan pelabuhan yang bebas dimasuki oleh kapal-kapal
berbendera asing. Pelabuhan ini biasanya merupakan pelabuhan besar dan ramai
dikunjungi oleh kapal-kapal samudra.
2) Pelabuhan Pantai merupakan pelabuhan yang disediakan untuk perdagangan
dalam negeri, oleh karena itu tidak bebas disinggahi oleh kapal asing. Kapal asing
boleh memasuki pelabuhan ini dengan meminta izin terlebih dahulu.
d. Ditinjau dari Segi Penggunaannya
1) Pelabuhan Ikan merupakan pelabuhan yang tidak memerlukan kedalaman air yang
besar, karena kapal-kapal motor yang digunakan untuk menangkap ikan tidak besar.
2) Pelabuhan Minyak merupakan pelabuhan yang tidak memerlukan dermaga atau
pangkalan, karena bongkar muat minyak dilakukan dengan menggunakan pipa-pipa
dan pompa-pompa yang menjorok ke laut.
3) Pelabuhan Barang merupakan pelabuhan yang mempunyai dermaga dengan
dilengkapi fasilitas untuk bongkar muat barang, pelabuhan ini dapat berada di pantai
atau estuari dari sungai yang besar.
4) Pelabuhan Penumpang merupakan pelabuhan yang terdapat terminal penumpang
yang melayani segala kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan orang-orang
yang datang dan berpergian.
5) Pelabuhan Campuran merupakan percampuran antara pelabuhan barang dan
pelabuhan penumpang, sedangkan untuk keperluan minyak dan ikan biasanya
terpisah.
6) Pelabuhan Militer merupakan pelabuhan yang mempunyai daerah perairan cukup
luas untuk memungkinkan gerakan cepat kapal-kapal perang dan letak bangungan
cukup terpisah.

2. Aspek Manajerial dan Administrasi


Aspek manajerial merupakan aspek yang membahas mengenai manajemen dalam
rangka melaksanakan proyek tertentu. Aspek ini merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari beberapa aspek kajian dalam sebuah studi kelayakan bisnis. Keberhasilan
suatu proyek/usaha yang telah dinyatakan feasible untuk dikembangkan, sangat
dipengaruhi oleh peranan manajemen dalam pencapaian tujuan usaha/proyek. Aspek
manajerial dalam studi kelayakan bisnis juga menyangkut fungsi-fungsi manajemen secara
umum, yang meliputi fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengawasan. Ketersedian tenaga kerja menjadi poin terpenting dalam aspek ini (Zakita,
2018).
Pada Pelabuhan Boddia/Galesong membagi pola kerja untuk memudahkan
melaksanakan aktivitas kedalam dua bagian besar yaitu Sub Unit Operasional dan Sub Unit
Administrasi. Pada sub unit operasional ini langsung berhubungan dengan segala
mekanisme kerja pelabuhan yang dimaksud adalah segala aktivitas diluar administrasi
termasuk kontrol terhadap nelayan, Pelayanan Tambat/Labuh Kapal Perikanan, Pelayanan
Bongkar/Muat ikan, Pelayanan Distribusi hasil perikanan, Pelayanan perbekalan Kapal (Air
dan Es). Terdapat 80 Kapal berlabuh yang menjadi tanggung jawab dari Sub Unit
Operasional tercatat pada Oktober 2019. Kapal tersebut adalah nelayan yang telah terdaftar
sebagai bagian operasional kerja dari Pelabuhan Boddia/Galesong.
Secara umum, perekrutan tenaga kerja hanya berlaku untuk pegawai yang menajadi
tanggung jawab Sub Unit Administrasi. Untuk perekrutan tenaga kerja di Pelabuhan
Galesong, dilakukan melalui seleksi CPNS atau Calon Pegawai Negeri Sipil. Selanjutnya
tenaga kerja yang lolos seleksi tersebut dan telah resmi menjadi ASN (Aparatur Sipil
Negara) dibawah naungan Kementrian Perhubungan selanjutnya diberikan SK atau Surat
Keputusan untuk ditempatkan di Pelabuhan Galesong, sesuai dengan syarat-syarat
tertentu. Adapun untuk perekrutan petugas keamaanan, diambil oleh warga sekitar
pelabuhan.

3. Sturktur Organisasi
Adapun struktur organisasi dari Pelabuhan Galesong yang dinaungi oleh Kementrian
Perhubungan Direktorat Jendral Perhubungan Laut sebagai berikut:
Kepala
Kantor

Tata Usaha

Petugas Fasilitas
Petugas Petugas
Pelabuhan dan
Kesyahbandaran Pelayanan Jasa
Ketertiban

Gambar 2. Struktur organisasi Pelabuhan Galesong, Desa Boddia, kecamatan Galesong

Kepala Kantor adalah Pemimpin Pelabuhan, merupakan seorang yang memegang


kekuasaan tertinggi di pelabuhan. Kepala Kantor mengetahui segalanya tentang pelabuhan
dan kepala Kantorlah yang langsung menandatangani persetujuan akan suatu hal terkait
dengan mekanisme Pelabuhan. Kepala Kantor hanya 1 orang yang bertugas memimpin dan
memperlancar jalannya mekanisme pelabuhan. Selanjutnya bagian tata usaha yang
menjalankan segala kegiatan keuangan, kepegawaian dan umum, hukum dan hubungan
masyarakat serta pelaporan di lingkungan Kantor Penyelenggara Pelabuhan.
Petugas Kesyahbandaran bertugas untuk melakukan pengawasan keluar masuk kapal
di pelabuhan, melakukan pemeriksaan dan penyimpanan surat, dokumen kapal dan warta
kapal, melakukan pemeriksaan kedatangan dan keberangkatan kapal di pelabuhan,
melaksanakan kegiatan pencarian dan penyelamatan, menyiapkan dokumen kapal untuk
penerbitan Surat Persetujuan Berlayar, membuat laporan pencatatan dan pelaporan
pemakaian blanko surat persejuan berlayar, membuat berita acara kerusakan pengetikan
surat persetujuan berlayar dan melaksanakan registrasi kapal.
Petugas pelayanan jasa bertugas untuk melakukan kegiatan penyediaan dan
pemeliharaan penahan gelombang, kolam pelabuhan, alur pelayaran, dan sarana bantu
navigasi pelayaran, melakukan pengawasan kelancaran lalu lintas dan angkutan laut
dengan trayek tetap (linear) dan trayek tidak tetap (tramper), mengawasi keagenan
perwakilan kapal asing serta keagenan penunjang angkutan laut, melakukan pemantauan
pelaksanaan tarif dan memberikan pelayanan jasa kepelabuhanan.
Petugas Fasilitas Pelabuhan dan Ketertiban bertugas untuk melakukan penyiapan
bahan penyusunan rencana induk pelabuhan serta Daerah Lingkungan Kerja (DLKr) dan
Daerah Lingkungan Kepentingan (DLKp) pelabuhan, m enyediakan fasilitas pelabuhan dan
jasa pemanduan dan penundaan dan m enjamin keamanan dan ketertiban di
pelabuhan serta memelihara kelestarian lingkungan di pelabuhan.

4. Aspek Komersial
Aspek Komersial yaitu hal yang menyangkut dengan rencana pemasaran output yang
dihasilkan proyek maupun rencana penyediaan input yang dibutuhkan untuk kelangsungan
dan pelaksanaan proyek (Novianti, 2014).
Pelabuhan UPP adalah merupakan pelabuhan-pelabuhan yang tergolong dalam
pelabuhan belum diusahakan secara komersial (pelabuhan non komersial) yang dikelola
langsung oleh pemerintah melalui Unit Pelaksana Teknis (UPT) dipelabuhan setempat.
Sebagaimana dalam Undang-Undang No 17/2008 tentang Pelayaran pada pasal 81 ayat
(3) secara tidak langsung disebutkan bahwa penyelenggaraan pelabuhan yang belum
diusahakan secara komersial dilakukan oleh Unit Penyelenggara Pelabuhan (UPP). Oleh
karena itu, maka pelabuhan-pelabuhan UPP dalam hal ini pelabuhan UPP yang belum
diusahakan secara komersial dapat dilakukan pengembangan secara bertahap dengan dan
diupayakan menjadi pelabuhan yang diusahakan secara komersial salah satu pelabuhan
non komersil ialah pelabuhan Galesong.
Pada hakekatnya pelabuhan Galesong merupakan salah satu terminal bagi intra dan
antar moda transportasi yang perlu dikembangkan sehingga seluruh wilayah di indonesia
ini maju dan berkembang akan tetapi tidak mungkin bagi pemerintah untuk membangun
diseluruh pulau di indonesia dalam waktu yang bersamaan,butuh waktu dan kriteria-kriteria
sebuah pelabuhan yang akan dibangun serta letak strategisnya yang terjangkau bagi dunia
internasional, namun upaya pengembangan pelabuhan terus dikembangkan bagi daerah-
daerah terpencil secara bertahap dan yang lebih penting lagi usaha-usaha orang-orang
yang ada didalam pelabuhan itu sendiri untuk maju sangat dibutuhkan.Pelabuhan menjadi
salah satu unsur penentu terhadap aktivitas perdagangan oleh karena itu Pelabuhan yang
di kelola secara baik dan efisien akan mendorong kemajuan perdagangan, bahkan industri
di daerah akan maju dengan sendirinya.

5. Analisis Aspek Finansial


Aspek ini dilakukan untuk menilai biaya-biaya apa saja yang akan dihitung dan
seberapa besar biaya-biaya yang akan dikeluarkan. Kemudian juga meneliti seberapa besar
pendapatan yang akan diterima jika proyek/usaha akan dilaksanakan. Keuntungan ataupun
kerugian yang akan dialami pelaku usaha harus menjadi perhatian serius dalam aspek ini
(Zakita, 2018).
a. NPV
𝑛
𝑏𝑡 − 𝑐𝑡
𝑁𝑃𝑉 = ෍ − 𝑘𝑜
(1 + 𝑖)𝑡
𝑡=1

NPV merupakan selisih antara benefit dan cost yang telah diperhitungkan nilainya saat
ini pada tingkat bunga tertentu. Rumus untuk menghitung NPV adalah:
Keterangan:
NPV = Net Present Value
Bt = Benefit/penerimaan tahun t (Rp)
Ct = Cost/biaya pada tahun t (Rp)
I = Tingkat bunga (%)
n = Umur ekonomis proyek (Tahun)
b. IRR
IRR merupakan suatu tingkat bunga yang menunjukkan jumlah nilai sekarang netto
(NPV) sama dengan jumlah seluruh ongkos investasi proyek. Analisis IRR akan mencari
pada tingkat bunga tertentu dengan hasil NPV sama dengan nol. Berdasarkan hasil
percobaan, nilai IRR berada antara nilai NPV positif dan negatif, yaitu pada saat NPV sama
dengan nol. Secara matematik IRR dirumuskan sebagai berikut:

+
𝑁𝑃𝑉 +
𝐼𝑅𝑅 = 𝑖 + ቈ ቉ (𝑖 + − 𝑖 − )
𝑁𝑃𝑉 + − 𝑁𝑃𝑉 −
Keterangan:
IRR = Internal Rate Of Return
NPV+ = NPV positif (Rp)
NPV- = NPV negatif (Rp)
i+ = Tingkat bunga pada NPV positif (%)
i- = Tingkat bunga pada NPV negatif (%)
c. Net B/C Ratio
Net B/C Ratio merupakan perbandingan jumlah present value penerimaan dengan
jumlah present value biaya. Net B/C Ratio merupakan perbandingan jumlah nilai bersih
sekarang positif dengan jumlah nilai bersih sekarang negatif. Angka ini menunjukkan tingkat
besarnya tambahan manfaat pada setiap tambahan biaya sebesar satu satuan. Jika
diperoleh nilai net B/C > 1, maka proyek layak dilaksanakan, tetapi jika nilai B/C < 1, maka
proyek tidak layak untuk dilaksanakan. Rumus yang digunakan sebagai berikut:
𝑏𝑡 − 𝑐𝑡
σ𝑛𝑡=1
(1 + 𝑖)𝑡
𝑁𝑒𝑡 𝐵/𝐶𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜 =
𝑏𝑡 − 𝑐𝑡
σ𝑛𝑡=1
(1 + 𝑖)𝑡

Keterangan:
Bt = Penerimaan (benefit) tahun ke-t (Rp)
Ct = Biaya (cost) pada tahun ke- t (Rp)
I = discount factor (%)
N = umur proyek (tahun)
d. PBP
PBP merupakan rasio keuntungan dan biaya dengan nilai sekarang. Jika nilai
perbandingan keuntungan dengan biaya lebih besar atau sama dengan 1, proyek tersebut
dapat dijalanka. PBP merupakan suatu metode yang diperlukan untuk menutup kembali
pengeluaran investasi dengan menggunakan aliran kas, dihitung dengan persamaan:

𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖
𝑃𝐵𝑃 = 𝑋 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
𝐾𝑎𝑠 𝑀𝑎𝑠𝑢𝑘 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ

Adapun tabel analisis aspek finansial Tabel NPV sebagai berikut:


Tabel 1. Analisis Aspek Finasial Tabel NPV

BULAN PENGELUARAN PENERIMAAN PENDAPATAN DF1 PV1 DF1 PV2

Agustus 258,064,200,000.00 4,355,250.00 (258,059,844,750.00) 0.67 (172,900,095,982.50) 0.9 (232,253,860,275.00)

September 217,250,000,000.00 3,967,423.00 (217,246,032,577.00) 0.44 (95,588,254,333.88) 0.83 (180,314,207,038.91)

Oktober 417,008,110,000.00 3,296,916.00 (417,004,813,084.00) 0.29 (120,931,395,794.36) 0.73 (304,413,513,551.32)

Total PV Kas Bersih (389,419,746,110.74) (716,981,580,865.23)

Total PV Investasi 1,000,000,000,000.00 1,000,000,000,000.00

NPV NPV 1 (1,389,419,746,110.74) NPV 2 (1,716,981,580,865.23)

Sumber: Data Sekunder, 2019

1. Net Present Value (NPV)


Net Present Value (NPV) ialah selisih antara present value kas bersih dengan
present value investasi selama umur investasi. Apabila hasil perhitungan nilai NPV
kurang dari nol (NPV<0), maka usulan proyek tidak diterima atau ditolak, dan apabila
hasil perhitungan nilai NPV sama dengan nol (NPV=0), maka perusahaan dalam
keadaan BEP (Break Even Point). Dalam metode ini discount rate faktor yang
digunakan adalah sebesar 5%. Rata-rata nilai NPV Produksi PPN Untia adalah sebesar
Rp. -389,419,746,110.74,- NPV pada Pelabuhan Galesong, Desa Boddia bernilai negatif,
sehingga membuktikan bahwa usaha produksi ini tidak layak untuk diteruskan.

2. Benefit Cost Ratio (B/C)


Benefit Cost Ratio (B/C) diperoleh dari hasil perhitungan antara jumlah sekarang
dari pendapatan dan nilai sekarang dari biaya, sepanjang usaha tersebut berjalan.
Apabila didapat nilai B/C Ratio lebih besar daripada satu maka usaha tersebut layak
untuk diteruskan, dan jika lebih kecil daripada satu maka usaha tersebut tidak layak
diteruskan.
𝑁𝑃𝑉 +
NET B/C =
𝑁𝑃𝑉 −
−1,389,419,746,110.74
NET B/C =
−1,716,981,580,865.23

NET B/C = 0.80

Nilai B/C ratio rata-rata pada Pelabuhan Galesong Desa Boddia adalah 0.80.
Berdasarkan nilai B/C ratio Pelabuhan Galesong, maka Pelabuhan Galesong tersebut
ini tidak layak untuk diusahakan karena nilai B/C lebih kecil dari satu.

3. Internal Rate of Return (IRR)


IRR ialah tingkat penghasilan atau biasa disebut dengan investment rate (yield
rate) yang menggambarkan tingkat keuntungan dari proyek atau investasi dalam
persen (%) pada angka NPV sama dengan nol (0). Intinya, IRR merupakan suatu
tingkat discount rate yang menghasilkan NPV sama dengan nol. Kriteria investasi IRR
ini memberikan pedoman bahwa usaha akan dipilih apabila IRR > discount rate. Begitu
pula sebaliknya, jika di peroleh IRR < discount rate, maka usaha sebaiknya tidak
dijalankan.
𝑁𝑃𝑉1
IRR = 𝑖1 + (i2 − i1)
(𝑁𝑃𝑉1 − 𝑁𝑃𝑉 2)

−1,389,419,746,110.74
IRR = 5 + (5 − 10)
(−1,389,419,746,110.74 − (−1,716,981,580,865.23)
IRR = 10 + 3,23
IRR = −3.79 %
Rata-rata nilai IRR Pelabuhan Galesong, Desa Boddia adalah sebesar -
3.79%. Nilai Internal Rate of Return (IRR) tersebut lebih kecil dari discount factor yaitu
5% jadi dapat dikatakan bahwa usaha perikanan ini tidak layak untuk diteruskan.

4. Payback Period (PP)


Payback Period dalam studi kelayakan usaha berfungsi untuk mengetahui berapa
lama usaha yang akan dilakukan dapat mengembalikan investasi. “Metode Payback
Period merupakan teknik penilaian terhadap jangka waktu (periode) pemngembalian
investasi suatu proyek atau usaha”. Payback Period merupakan jangka waktu yang
digunakan untuk mengukur berapa lama investasi suatu usaha akan kembali, dalam
satuan waktu tahun atau bulan.
Tingkat pengembalian modal suatu usaha dikategorikan cepat jika nilai PP < 8
tahun, tingkat pengembalian modal dikategorikan sedang jika nilai PP sebesar 8 tahun
< PP < 10 tahun, dan dikatakan dalam kategori tingkat pengembalian lambat jika nilai
PP > 10 tahun.
Berdasarkan perhitungan PP pada Pelabuhan Perikanan Nusantara menunjukkan
bahwa waktu pengembalian investasi rata-rata yaitu 30 Bulan sebab rata-rata
pendapatan adalah - 892,310,690,411.00 Miliar per bulannya sedangkan total investasi
secara keseluruhan adalah 1,000,000,000,000.00 ( Trilliun) sehingga dapat diketahui
bahwa tingkat pengembalian modal termasuk dalam kategori cepat karena nilai PP
sebesar < 10.

6. Aspek Ekonomi
Ditinjau dari aspek ekonomi salah satu kelayakan usaha atau dapat dilihat dari
kemampuan investasi tersebut dalam meningkatkan pendapatan nasional atau daerah
melalui peningkatan PDB (product domestic bruto) dan PAD (pendapatan asli daerah).
Dengan adanya investasi akan berpengaruh terhadap pendapatan secara nasional dan
pendapatan daerah dimana investasi tersebut dilakukan (Mansyur, 2016).
Sumber daya ekonomi yang tersedia dalam pengelolaan Pelabuhan Boddia/Galesong
sudah lebih dari cukup, namun untuk mengoptimalkan sumberdaya ekonomi dimaksud
seperti sarana dan prasarana memiliki keterkaitan antara satu dengan lainnya, sehingga
masih diperlukan sumberdaya ekonomi pendukung untuk pengoperasian Pelabuhan
Boddia/Galesong. Kondisi perekonomian eksternal berbicara mengenai kebergunaan
keberadaan Pelabuhan Boddia/Galesong, keberadaan tersebut dilihat belum mampu
memberi kontribusi positif terhadap kemajuan prekonomian di sekitar pelabuhan termasuk
peningkatan ekonomi masyarakat. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden bahwa
pelabuhan tersebut belum memberikan dampak yang besar kepada masyarakat, karena
sebagian masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan lebih memilih untuk berhenti di
pinggir pantai disamping pelabuhan dibanding ke pelabuhan itu sendiri. Hal ini disebabkan
karena menurut responden pengurusan administrasi dinilai cukup rumit untuk nelayan-
nelayan kecil seperti mereka.
Selanjutnya ialah bantuan yang diberikan pelabuhan kepada masyarakat untuk
menjalin hubungan perekonomian eksternal pada nelayan berupa pelampung atau mesin
kapal. Namun hanya beberapa nelayan diberi bantuan seperti itu. Dan beberapa nelayan
menolak bantuan pelampung dari pelabuhan karena dinilai penggunaan pelampung dalam
kegiatan penangkapan tidak terlalu penting. Dapat dikatakan bahwa pada Pelabuhan
Boddia/Galesong ini masih kurang sosialisasi terhadap masyarakat luar tentang pentingnya
Pelabuhan Boddia/Galesong sebenarnya, terlebih mereka tidak merasakan manfaatnya
secara langsung, namun berdasarkan pengamatan terjadi perubahan pola hidup didaerah
tersebut sebelum dan setelah Pelabuhan Boddia/Galesong dibangun hal tersebut
dinyatakan oleh pegawai pelabuhan bahwa kondisi disekitar ini dulunya sangat kumuh,
setelah adanya pembangunan beberapa fasilitas, akhirnya kampung tersebut menjadi desa
dengan banyak pengunjung yang berdatangan. Selain itu menurut pegawai pelabuhan
mengatakan bahwa banyak tenaga kerja yang dipekerjakan untuk mempercepat proses
pembangunan Pelabuhan Boddia/Galesong tersebut berasal dari masyarakat sekitar, jadi
pelabuhan ini sangat menguntungkan sebenarnya terlebih ketika adanya pembukaan lapak-
lapak toko (kantin) yang juga penjualnya berasal dari masyarakat sekitar karena
menurutnya dalam pengontrakan dan pencarian tenaga kerja beliau mengutamakan warga
sekitar.
BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari praktik lapang yang dilakukan di Pelabuhan Galesong


adalah sebagai berikut :
1. Aspek – aspek kelayakan usaha yang di Pelabuhan Galesong mulai dari aspek teknis,
organisasi, manajerial dan administrasi, ekonomi, finansial, dan komersial dapat
dikatakan tidak layak. Karena pada aspek finansial yang dimana pengeluaran lebih
banyak ketimbang pendapatan hal ini menyebabkan kerugian.

2. Berdasarkan analisis finansial dapat dikatakan bahwa usaha tersebut tidak layak karena
memiliki NPV sebesar – Rp. 389,419,746,110.74 yang lebih kecil dari 0, B/C Net sebesar
0,80 yang nilainya lebih kecil dari 1, dan nilai IRR -3,79 yang lebih kecil dari nilai suku
bunga yang berlaku ( 5%).

B. Saran

Adapun saran praktik lapang evaluasi proyek kedepannya adalah


mempertimbangkan lokasi proyek yang sesuai bidang profesi dan mendapatkan data
yang jelas dari narasumber
DAFTAR PUSTAKA

Himafarin. 2017. 4 Jenis Tipe Pelabuhan di Indonesia. Diakses pada 14 November 2019,
dari http://himafarin.lk.ipb.ac.id/4-jenis-tipe-pelabuhan-di-indonesia/

Novianti, Tanti. 2014. Modul 1: Pengantar Evaluasi Proyek. Repository. Universitas


Terbuka. Jakarta.

Purnomo, A. R. dkk. 2017. Studi Kelayakan Bisnis. Unmuh Ponorogo Press: Ponorogo.

Suyaqdhon, Farih. 2014. Perancangan Terminal Penumpang Pelabuhan di Paciran


Lamongan. Tugas Akhir. Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim Malang. Malang.
Zakita, Tia Aprilia. 2018. Analisis Kelayakan Usaha Pada Industri Tempe Di Desa
Purwodadi Dalam Kecamatan Tanjung Sari Kabupaten Lampung Selatan.
Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Lampiran 1. Foto Responden

Anda mungkin juga menyukai