Anda di halaman 1dari 26

SKENARIO 2

Mayat Perempuan Di Kamar Kos


Mayat seorang perempuan diduga berusia 23 tahun ditemukan meninggal di kamar kos-
kosannya di daerah Salemba. Korban ditemukan setengah telanjang dengan lengan diikat dan
mulut disumpal. Mayat dalam keadaan mulai membusuk, berbau, ditemukan belatung pada
bagian lubang hidungnya, kulit mulai mengelupas dan tampak pembuluh darah mulai melebar
pada bagian dada dan leher. Diperkirakan kejadian sekitar 3 hari yang lalu.

Polisi menduga korban diperkosa sebelum dibunuh. Tim identifikasi mengambil sidik
jari korban dan mengambil swab vagina untuk memastikan adanya sperma pelaku.
Kata Sulit: -
Pertanyaan:

1. Bagaimana cara mengetahui lamanya waktu kematian korban?


2. Mengapa ditemukan pengelupasan kulit pada korban?
3. Bagaimana menentukan korban diperkosa sebelum dibunuh?
4. Apa penyebab kematian korban?
5. Apa saja cara untuk mengidentifikasi kasus perkosaan selain dengan swab vagina?
6. Mengapa pembuluh darah korban melebar pada leher dan dada?
7. Bagaimana cara mengidentifikasi identitas korban?
8. Apa saja tanda kematian yang muncul pada mayat korban?
9. Apa hukuman yang diberikan menurut pandangan Islam dalam kasus tsb?
10. Apa saja faktor yang mempengaruhi pembusukan pada mayat?
11. Mengapa korban dapat diperkirankan telah mati kurang lebih 3 hari lalu?
Jawaban:

1. Apabila pada tubuh mayat terdapat:


-telur lalat : 1-2hari
-belatung : 3 hari
-pupa : 6-10 hari
-lalat dewasa: 12-18 hari
2. Karena kulitnya sudah mati dipengaruhi oleh suhu yang lembab dan terdapat adanya
belatung pada tubuh mayat korban
3. - Terdapat tanda kekerasan
- Terdapat kaku mayat
- Posisi kaku mayat
- Tanda perlawanan
4. Karena obstruksi jalan napas menyebabkan asfiksia kemudian henti jantung
5. - Anal swab
- Visum
- Periksa ulang TKP
- Diambil belatung paling besar
- Robekan hymen
6. Karena korban dicekik sehingga pembuluh darah melebar
7. 1. Pemeriksaan primer
- sidik jari
- gigi
- DNA
2. Pemeriksaan sekunder
- passport, sim, ktp
- tattoo pada korban
- perhiasan
- tanda lahir
8. Kematian pasti:
- menurunnya suhu mayat
- kaku mayat
- pembusukan
Kematian tidak pasti:
- kulit pucat
- otot relaksasi
9. Qisas: disengaja
Diyat: tidak disengaja maupun disengaja
10. - suhu
- tekanan hidrostatik
- gravitasi
- hb
- perlukaan
Hipotesis

Kematian dapat disebabkan oleh adanya obstruksi jalan napas yang


menyebabkan asfiksia kemudian henti jantung. Tanda yang ditemukan pada mayat
dapat berupa penurunan suhu mayat, kaku mayat, pembusukan, pucat dan relaksasi otot.
Pada kasus pemerkosaan dan pembunuhan yang menyebaban kematian dapat dilihat
dari ada atau tidaknya tanda kekerasan, kaku mayat, posisi kaku mayat dan tanda
perlawanan. Pemeriksaan yang dapat dilakukan yaitu anal swab, visum, periksa ulang
TKP, mengambil belatung paling besar dan robekan hymen. Identitas korban dapat
diidentifikasi melalui sidik jari, gigi, DNA, tattoo, perhiasan dan tanda lahir. Dalam
agama Islam pembunuhan dapat diberikan hukuman qisas dan diyat.
Sasaran Belajar

1. Memahami dan Menjelaskan Thanatologi


1.1 Definisi Kematian dan Klasifikasi Mati
1.2 Perubahan Pascamortem dan Perkiraan Waktu Kematian
2. Memahami dan Menjelaskan Investigasi Kasus Pemerkosaan
2.1 Prosedur Investigasi
2.2 Pemeriksaan Kasus Pemerkosaan
2.3 Visum et repertum
3. Memahami dan Menjelaskan Hukuman Pemerkosaan dan Pembunuhan Menurut
Pandangan Islam
1. Memahami dan Menjelaskan Thanatologi

1.1 Definisi Kematian dan Klasifikasi Mati


Definisi Thanatologi: Ilmu yang mempelajari segala sesuatu perubahan yang terjadi sesudah
kematian dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Klasifikasi:
-Mati somatic/ klinis: Terhentinya kegiatan-kegiatan (aktifitas) ketiga system tubuh, yaitu
kardiovaskuler, pernafasan dan susunan saraf pusat yang menetap/ irreversible.
- Mati suri: Terhentinya aktivitas ketiga system tersebut yang reversible.
- Mati serebral: Terhentinya satu system yaitu susunan saraf pusat, sedangkan kedua system
lainnya dipertahankan dengan alat.
- Mati seluler: Terhentinya aktivitas telah mencapai tingkat sel/ jaringan, bukan hanya system
saja. Kecepatan kematian seluler setelah kematian somatic untuk tiap-tiap jaringan tidaklah
sama, yang paling cepat adalah otak (SSP). Pengetahuan tentang kematian seluler berguna bagi
usaha transplantasi.

Kematian dapat dideteksi dari tanda-tanda berhentinya ketiga system tersebut:


 Susunan saraf: arefleks, relaksasi, pendataran gambaran EEC.
 Kardiovaskular: denyut nadi berhenti, detak jantung berhenti, dan pendataran gambaran
ECG.
 Pernafasan: gerak pernafasan tak tapak dan bising nafas tidak terdengar selama lebih dari
30 menit (ingat Cheyne Stokes)

1.2 Perubahan Pascamortem dan Perkiraan Waktu Kematian


Tanda Kematian
Kematian adalah suatu proses yang dapat dikenal secara klinis pada seseorang berupa
tanda kematian yang perubahannya biasa timbul dini pada saat meninggal atau beberapa menit
kemudian. Perubahan tersebut dikenal sebagai tanda kematian yang nantinya akan dibagi lagi
menjadi tanda kematian pasti dan tanda kematian tidak pasti.

A. Tanda kematian tidak pasti


1. Pernapasan berhenti, dinilai selama lebih dari 10 menit.
2. Terhentinya sirkulasi yang dinilai selama 15 menit, nadi karotis tidak teraba.
3. Kulit pucat
4. Tonus otot menghilang dan relaksasi.
5. Pembuluh darah retina mengalami segmentasi beberapa menit setelah kematian.
6. Pengeringan kornea menimbulkan kekeruhan dalam waktu 10 menit yang masih dapat
dihilangkan dengan meneteskan air mata (Budiyanto, 1997).

B. Tanda kematian pasti


a. Livor mortis
Nama lain livor mortis ini antara lain lebam mayat, post mortem lividity, post mortem
hypostatic, post mortem sugillation, dan vibices. Livor mortis adalah suatu bercak atau
noda besar merah kebiruan atau merah ungu (livide) pada lokasi terendah tubuh mayat
akibat penumpukan eritrosit atau stagnasi darah karena terhentinya kerja pembuluh
darah dan gaya gravitasi bumi, bukan bagian tubuh mayat yang tertekan oleh alas keras.
Bercak tersebut mulai tampak oleh kita kira-kira 20-30 menit pasca kematian klinis.
Makin lama bercak tersebut makin luas dan lengkap, akhirnya menetap kira-kira 8-12
jam pasca kematian klinis (Idries, 1997). Sebelum lebam mayat menetap, masih dapat
hilang bila kita menekannya. Hal ini berlangsung kira-kira kurang dari 6-10 jam pasca
kematian klinis. Juga lebam masih bisa berpindah sesuai perubahan posisi mayat yang
terakhir. Lebam tidak bisa lagi kita hilangkan dengan penekanan jika lama kematian
klinis sudah terjadi kira-kira lebih dari 6-10 jam. Ada 4 penyebab bercak makin lama
semakin meluas dan menetap, yaitu :
1. Ekstravasasi dan hemolisis sehingga hemoglobin keluar.
2. Kapiler sebagai bejana berhubungan.
3. Lemak tubuh mengental saat suhu tubuh menurun.
4. Pembuluh darah oleh otot saat rigor mortis.

Livor mortis dapat kita lihat pada kulit mayat. Juga dapat kita temukan pada organ
dalam tubuh mayat. Masing-masing sesuai dengan posisi mayat. Lebam pada kulit
mayat dengan posisi mayat terlentang, dapat kita lihat pada belakang kepala, daun
telinga, ekstensor lengan, fleksor tungkai, ujung jari dibawah kuku, dan kadang-kadang
di samping leher. Tidak ada lebam yang dapat kita lihat pada daerah skapula, gluteus
dan bekas tempat dasi.

Lebam pada kulit mayat dengan posisi mayat tengkurap, dapat kita lihat pada dahi, pipi,
dagu, bagian ventral tubuh, dan ekstensor tungkai. Lebam pada kulit mayat dengan
posisi tergantung, dapat kita lihat pada ujung ekstremitas dan genitalia eksterna. Lebam
pada organ dalam mayat dengan posisi terlentang dapat kita temukan pada posterior
otak besar, posterior otak kecil, dorsal paru-paru, dorsal hepar, dorsal ginjal, posterior
dinding lambung, dan usus yang dibawah (dalam rongga panggul).

Ada tiga faktor yang mempengaruhi livor mortis yaitu volume darah yang beredar,
lamanya darah dalam keadaan cepat cair dan warna lebam. Volume darah yang beredar
banyak menyebabkan lebam mayat lebih cepat dan lebih luas terjadi. Sebaliknya lebih
lambat dan lebih terbatas penyebarannya pada volume darah yang sedikit, misalnya
pada anemia. Ada lima warna lebam mayat yang dapat kita gunakan untuk
memperkirakan penyebab kematian yaitu (1) warna merah kebiruan merupakan warna
normal lebam, (2) warna merah terang menandakan keracunan CO, keracunan CN, atau
suhu dingin, (3) warna merah gelap menunjukkan asfiksia, (4) warna biru menunjukkan
keracunan nitrit dan (5) warna coklat menandakan keracunan aniline (Spitz, 1997).

Interpretasi livor mortis dapat diartikan sebagai tanda pasti kematian, tanda
memperkirakan saat dan lama kematian, tanda memperkirakan penyebab kematian dan
posisi mayat setelah terjadi lebam bukan pada saat mati. Livor mortis harus dapat kita
bedakan dengan resapan darah akibat trauma (ekstravasasi darah). Warna merah darah
akibat trauma akan menempati ruang tertentu dalam jaringan. Warna tersebut akan
hilang jika irisan jaringan kita siram dengan air (Mason, 1983).
b. Kaku mayat (rigor mortis)
Kaku mayat atau rigor mortis adalah kekakuan yang terjadi pada otot yang kadang-
kadang disertai dengan sedikit pemendekan serabut otot, yang terjadi setelah periode
pelemasan/ relaksasi primer; hal mana disebabkan oleh karena terjadinya perubahan
kimiawi pada protein yang terdapat dalam serabut-serabut otot (Gonzales, 1954).
1. Cadaveric spasme Cadaveric spasme atau instantaneous rigor adalah suatu keadaan
dimana terjadi kekakuan pada sekelompok otot dan kadang-kadang pada seluruh
otot, segera setelah terjadi kematian somatis dan tanpa melalui relaksasi primer
(Idries, 1997).
2. Heat Stiffening Heat Stiffening adalah suatu kekakuan yang terjadi akibat suhu
tinggi, misalnya pada kasus kebakaran (Idries, 1997).
3. Cold Stiffening Cold Stiffening adalah suatu kekakuan yang terjadi akibat suhu
rendah, dapat terjadi bila tubuh korban diletakkan dalam freezer, atau bila suhu
keliling sedemikian rendahnya, sehingga cairan tubuh terutama yang terdapat sendi-
sendi akan membeku (Idries, 1997).

Kaku mayat akan terjadi pada seluruh otot, baik otot lurik maupun otot polos. Dan
bila terjadi pada otot rangka, maka akan didapatkan suatu kekakuan yang mirip atau
menyerupai papan sehingga dibutuhkan cukup tenaga untuk dapat melawan kekakuan
tersebut , bila hal ini terjadi otot dapat putus sehingga daerah tersebut tidak mungkin
lagi terjadi kaku mayat.

Kaku mayat mulai terdapat sekitar 2 jam post mortem dan mencapai puncaknya setelah
10-12 jam pos mortem, keadaan ini akan menetap selama 24 jam dan setelah 24 jam
kaku mayat mulai menghilang sesuai dengan urutan terjadinya, yaitu dimulai dari otot-
otot wajah, leher, lengan, dada, perut, dan tungkai. Adanya kejanggalan dari postur
pada mayat dimana kaku mayat telah terbentuk dengan posisi sewaktu mayat
ditemukan, dapat menjadi petunjuk bahwa pada tubuh korban telah dipindahkan setelah
mati. Ini mungkin dimaksudkan untuk menutupi sebab kematian atau cara kematian
yang sebenarnya.
Faktor-Faktor yang mempengaruhi kaku mayat :

A. Kondisi otot
1. Persediaan glikogen
Cepat lambat kaku mayat tergantung persediaan glikogen otot. Pada kondisi
tubuh sehat sebelum meninggal, kaku mayat akan lambat dan lama, juga pada
orang yang sebelum mati banyak makan karbohidrat, maka kaku mayat akan
lambat.
2. Gizi
Pada mayat dengan kondisi gizi jelek saat mati, kaku mayat akan cepat terjadi.

3. Kegiatan Otot

Pada orang yang melakukan kegiatan otot sebelum meninggal maka kaku mayat
akan terjadi lebih cepat.
B. Usia
1. Pada orang tua dan anak-anak lebih cepat dan tidak berlangsung lama.
2. Pada bayi premature tidak terjadi kaku mayat, kaku mayat terjadi pada bayi
cukup bulan.
C. Keadaan Lingkungan
1. Keadaan kering lebih lambat dari pada panas dan lembab
2. Pada mayat dalam air dingin, kaku mayat akan cepat terjadi dan berlangsung
lama.
3. Pada udara suhu tinggi, kaku mayat terjadi lebih cepat dan singkat, tetapi pada
suhu rendah kaku mayat lebih lambat dan lama.
4. Kaku mayat tidak terjadi pada suhu dibawah 10oC, kekakuan yang terjadi
pembekuan atau cold stiffening.

D. Cara Kematian
1. Pada mayat dengan penyakit kronis dan kurus, kuku mayat lebih cepat terjadi
dan berlangsung tidak lama.
2. Pada mati mendadak, kaku mayat terjadi lebih lambat dan berlangsung lebih
lama.

Waktu terjadinya rigor mortis (kaku mayat)

1. Kurang dari 3 – 4 jam post mortem : belum terjadi rigor mortis


2. Lebih dari 3 – 4 jam post mortem : mulai terjadi rigor mortis
3. Rigor mortis maksimal terjadi 12 jam setelah kematian
4. Rigor mortis dipertahankan selama 12 jam
5. Rigor mortis menghilang 24 – 36 jam post mortem

4. Penurunan suhu tubuh (algor mortis)


Algor mortis adalah penurunan suhu tubuh mayat akibat terhentinya produksi panas
dan terjadinya pengeluaran panas secara terusmenerus. Pengeluaran panas tersebut
disebabkan perbedaan suhu antara mayat dengan lingkungannya. Algor mortis
merupakan salah satu perubahan yang dapat kita temukan pada mayat yang sudah
berada pada fase lanjut post mortem. Pada beberapa jam pertama, penurunan suhu
terjadi sangat lambat dengan bentuk sigmoid. Hal ini disebabkan ada dua faktor, yaitu
masih adanya sisa metabolisme dalam tubuh mayat dan perbedaan koefisien hantar
sehingga butuh waktu mencapai tangga suhu. Ada sembilan faktor yang mempengaruhi
cepat atau lamanya penurunan suhu tubuh mayat, yaitu :
1. Besarnya perbedaan suhu tubuh mayat dengan lingkungannya.
2. Suhu tubuh mayat saat mati. Makin tinggi suhu tubuhnya, makin lama penurunan
suhu tubuhnya.
3. Aliran udara makin mempercepat penurunan suhu tubuh mayat.
4. Kelembaban udara makin mempercepat penurunan suhu tubuh mayat.
5. Konstitusi tubuh pada anak dan orang tua makin mempercepat penurunan suhu
tubuh mayat.
6. Aktivitas sebelum meninggal.
7. Sebab kematian, misalnya asfiksia dan septikemia, mati dengan suhu tubuh tinggi.
8. Pakaian tipis makin mempercepat penurunan suhu tubuh mayat.
9. Posisi tubuh dihubungkan dengan luas permukaan tubuh yang terpapar.

Penilaian algor mortis dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut, antara lain :

1. Lingkungan sangat mempengaruhi ketidakteraturan penurunan suhu tubuh mayat.


2. Tempat pengukuran suhu memegang peranan penting.
3. Dahi dingin setelah 4 jam post mortem.
4. Badan dingin setelah 12 jam post mortem.
5. Suhu organ dalam mulai berubah setelah 5 jam post mortem.
6. Bila korban mati dalam air, penurunan suhu tubuhnya tergantung dari suhu, aliran,
dan keadaan airnya.
7. Rumus untuk memperkirakan berapa jam sejak mati yaitu (98,40 F - suhu rectal 0
F) : 1,50 F (Gonzales, 1954).
5. Pembusukan
Pembusukan mayat nama lainnya dekomposisi dan putrefection. Pembusukan mayat
adalah proses degradasi jaringan terutama protein akibat autolisis dan kerja bakteri
pembusuk terutama Klostridium welchii. Bakteri ini menghasilkan asam lemak dan gas
pembusukan berupa H2S, HCN, dan AA. H2S akan bereaksi dengan hemoglobin (Hb)
menghasilkan HbS yang berwarna hijau kehitaman. Syarat terjadinya degradasi
jaringan yaitu adanya mikroorganisme dan enzim proteolitik. Proses pembusukan telah
terjadi setelah kematian seluler dan baru tampak oleh kita setelah kira-kira 24 jam
kematian. Kita akan melihatnya pertama kali berupa warna kehijauan (HbS) di daerah
perut kanan bagian bawah yaitu dari sekum (caecum). Lalu menyebar ke seluruh perut
dan dada dengan disertai bau busuk.

Ada 17 tanda pembusukan, yaitu wajah dan bibir membengkak, mata menonjol, lidah
terjulur, lubang hidung dan mulut mengeluarkan darah, lubang lainnya keluar isinya
seperti feses (usus), isi lambung, dan partus (gravid), badan gembung, bulla atau kulit
ari terkelupas, aborescent pattern/ marbling yaitu vena superfisialis kulit berwarna
kehijauan, pembuluh darah bawah kulit melebar, dinding perut pecah, skrotum atau
vulva membengkak, kuku terlepas, rambut terlepas, organ dalam membusuk, dan
ditemukannya larva lalat. Organ dalam yang cepat membusuk antara lain otak, lien,
lambung, usus, uterus gravid, uterus post partum, dan darah. Organ yang lambat
membusuk antara lain paru-paru, jantung, ginjal dan diafragma. Organ yang paling
lambat membusuk antara lain kelenjar prostat dan uterus non gravid. Larva lalat dapat
kita temukan pada mayat kira-kira 36-48 jam pasca kematian. Berguna untuk
memperkirakan saat kematian dan penyebab kematian karena keracunan.
Golongan organ berdasarkan kecepatan pembusukannya, yaitu:

1. Early : Organ dalam yang cepat membusuk antara lain jaringan intestinal, medula
adrenal, pankreas, otak, lien, usus, uterus gravid, uterus post partum, dan darah
2. Moderate : Organ dalam yang lambat membusuk antara lain paru-paru, jantung,
ginjal, diafragma, lambung, otot polos dan otot lurik.

3. Late : Uterus non gravid dan prostat merupakan organ yang lebih tahan terhadap
pembusukan karena memiliki struktur yang berbeda dengan jaringan yang lain yaitu
jaringan fibrousa.

Saat kematian dapat kita perkirakan dengan cara mengukur panjang larva lalat.
Penyebab kematian karena racun dapat kita ketahui dengan cara mengidentifikasi racun
dalam larva lalat. Ada sembilan faktor yang mempengaruhi cepat-lambatnya
pembusukan mayat, yaitu:
1. Mikroorganisme. Bakteri pembusuk mempercepat pembusukan.
2. Suhu optimal yaitu 21-370 C mempercepat pembusukan.
3. Kelembaban udara yang tinggi mempercepat pembusukan.
4. Umur. Bayi, anak-anak dan orang tua lebih lambat terjadi pembusukan.
5. Konstitusi tubuh. Tubuh gemuk lebih cepat membusuk daripada tubuh kurus.
6. Sifat medium. Udara : air : tanah (1:2:8).
7. Keadaan saat mati. Oedem mempercepat pembusukan. Dehidrasi memperlambat
pembusukan.
8. Penyebab kematian. Radang, infeksi, dan sepsis mempercepat pembusukan. Arsen,
stibium dan asam karbonat memperlambat pembusukan.
9. Seks. Wanita baru melahirkan (uterus post partum) lebih cepat mengalami
pembusukan. Pada pembusukan mayat kita juga dapat menginterpretasikan suatu
kematian sebagai tanda pasti kematian, untuk menaksir saat kematian, untuk
menaksir lama kematian, serta dapat membedakannya dengan bulla intravital (Al-
Fatih II, 2007).

6. Adipocere (lilin mayat)


Adipocere adalah suatu keadaan dimana tubuh mayat mengalami hidrolisis dan
hidrogenisasi pada jaringan lemaknya, dan hidrolisis ini dimungkinkan oleh karena
terbentuknya lesitinase, suatu enzim yang dihasilkan oleh Klostridium welchii, yang
berpengaruh terhadap jaringan lemak. Untuk dapat terjadi adipocere dibutuhkan waktu
yang lama, sedikitnya beberapa minggu sampai beberapa bulan dan keuntungan adanya
adipocere ini, tubuh korban akan mudah dikenali dan tetap bertahan untuk waktu yang
sangat lama sekali, sampai ratusan tahun (Idries, 1997).

Mummifikasi Mummifikasi dapat terjadi bila keadaan lingkungan menyebabkan pengeringan


dengan cepat sehingga dapat menghentikan proses pembusukan. Jaringan akan menjadi gelap,
keras dan kering. Pengeringan akan mengakibatkan menyusutnya alat-alat dalam tubuh,
sehingga tubuh akan menjadi lebih kecil dan ringan. Untuk dapat terjadi mummifikasi
dibutuhkan waktu yang cukup lama, beberapa minggu sampai beberapa bulan; yang
dipengaruhi oleh keadaan suhu lingkungan dan sifat aliran udara.

2. Memahami dan Menjelaskan Investigasi Kasus Pemerkosaan


2.1 Prosedur Investigasi
1. INVESTIGASI KASUS PERKOSAAN
Definisi
Perkosaan ialah tindakan menyetubuhi wanita yang bukan istrinya dengan kekerasan atau
ancaman kekerasan. Persetubuhan sendiri didefinisikan sebagai penetrasi penis ke dalam
kemaluan wanita (mulai dari labia minor). Pada kasus akut/dini (dalam 7 hari setelah kejadian)
masih dapat dicari adanya sperma sebagai bukti. Sedangkan bila korban diperiksa lebih dari 7
hari setelah kejadian, kemungkinan ditemukannya sperma lebih sulit dan pemeriksaan lebih
ditujukan untuk mengetahui terjadinya kehamilan.

Cara dan Prosedur Pemeriksaan


SERAH TERIMA KORBAN
1. Korban datang diantar petugas
2. Surat permintaan VER ditanda tangani penyidik
3. Dokter pemeriksa mencocokkan nama tersebut dalam surat dengan korban, bila tidak
sesuai harap dilembalikan kepada penyidik
4. Buku ekspedisi milik penyidik ditanda tangan oleh petugas RS atau dokter
5. Petugas pengantar menulis nama, pangkat dan jabatan serta tanda tangan

IJIN UNTUK DIPERIKSA


1. Pernyataan tertulis bahwa korban bersedia diperiksa dokter
2. Bila korban anak-anak pernyataan dibuat oleh orang tua atau wali
3. Bila korban tidak sadar, ijin keluarga atau pembuatan V e R dapat ditunda sampai
perawatan selesai
4. Selama pemeriksaan korban harus didampingi perawat

PEMERIKSAAN KORBAN
1. Dicatat nama dokter pemeriksa dan perawat pembantu
2. Dicatat tanggal dan jam pemeriksaan

Anamnesa
UMUM
1. Identitas korban : nama , umur , pekerjaan
2. Status perkawinan : gadis, sudah menikah, janda
3. Haid terakhir, pola haid
4. Riwayat penyakit, penyakit kelamin, penyakit kandungan
5. Apakah memakai kontrasepsi

KHUSUS
1. Siapa yang melaporkan ke polisi :
 Korban
 Keluarga
 Masyarakat
2. Saat kejadian : tanggal dan jam
3. Tempat kejadian
4. Apakah korban melawan
5. Apakah korban pingsan
6. Apakah korban kenal dengan pelaku
7. Apakah terjadi penetrasi penis dan terjadi ejakulasi
8. Apakah ada deviasi sexual
9. Jumlah pelaku
10. Apakah setelah kejadian korban :
 Mencuci kemaluan
 Mandi
 Ganti pakaian

PEMERIKSAAN BAJU KORBAN


1. Dicatat helai demi helai pakaian luar dan dalam korban
2. Diperiksa apakah ada bercak
 Darah
 Air mani
 Lumpur, kancing putus, robekan, dll
 Bila ada digunting dan dikirim ke Labkrim

Pemeriksaan umum ( badan )


1. Tingkah laku :
 Gelisah
 Depresi
2. Penampilan :
 Rapi
 Kusut/ acak-acakan
3. Tanda-tanda bekas hilang kesadaran atau dibawah pengaruh alkohol, obat tidur/ bius,
needle mark
4. Tanda-tanda bekas kekerasan dari daerah kepala sampai kaki :
 Macam luka : lecet, memar, robek, atau patah tulang
 Love bite atau cupang
5. Ada tidaknya Trace Evidence yang menempel pada tubuh : tanah, rumput, darah dll
Pemeriksaan khusus ( alat genital )
1. Adakah rambut kemaluan yang melekat, bila ada digunting dan kirim ke Labkrim
2. Adakah rambut asing ( dengan cara menyisir rambut pubis ) , bila ada tempel pada
selotipe dikirim ke Labkrim
3. Adakah bercak air mani di sekitar alat kelamin, bila ada dikerok dengan skalpel/
dihapus dengan kapas basah kirim ke Labkrim
4. Pemeriksaan himen
 Bentuk himen
 Ukuran lubang himen
 Ada robekan baru atau lama
 Lokasi robekan
5. Pemeriksaan vagina dan cervix dengan speculum :
Adakah tanda-tanda penyakit kelamin :
 Dinding vagina luka / tidak
 Fornix posterior luka / tidak
 Ostium uteri keluar darah / tidak
6. Pemeriksaan dalam / colok dubur : rahim membesar atau tidak
7. Pengambilan bahan pemeriksaan laboratorium :
 Spermatozoa
 Semen
 Penyakit kelamin

Pemeriksaan laboratorium
1. Pemeriksaan spermatozoa

2. Pemeriksaan bercak sperma pada pakaian :


 Visual :
- Bercak berbatas jelas
- Lebih gelap dari sekitarnya
 Sinar Ultra Violet menunjukkan fluoresensi putih
 Taktil :
- Kaku
- Permukaan bercak teraba kasar
3. Pemeriksaan kehamilan

Analisis DNA
Sampai akhir 1980 – an, tes serologis pada kasus pemerkosaan menyangkut penelitian
enzim tradisional. Penentuan tipe DNA secara nyata menghilang pada saat tes. ”Sidik jari”
DNA contohnya untuk keperluan forensik, dikembangkan oelh Dr.Alec Jeffreys pada tahun
1985.6-8 Pada setiap untai DNA, ada ratusan rangkaian DNA identik. Panjangnya, konstitusi,
dan jumlah rangkaian berulang yang berbeda pada setiap orang. Identifikasi dan penemuan
rangkaian nukleotida dipunyai oleh sel seseorang adalah dasar dari identifikasi DNA.
Pentingnya sidik jari DNA yaitu bahwa jaringan yang terdiri dari sel berinti dapat
terhubung dengan kuat, biasanya pada penyingkiran statistik pada orang yang lain. DNA dapat
diperoleh dari sperma, sel – sel darah berinti, sel – sel dari jaringan lunak, gigi, tulang, kuku,
saliva, urin dan rambut – dasarnya, setiap jaringan dimana terdapat sel – sel berinti. DNA dapat
diekstraksi dari spesimen ini, secara kimia dibagi dalam fragmen – fragmen, yang membentuk
jejak yang digunakan sebagai identifikasi profil. Jejak ini dapat dibandingkan dengan jejak
DNA yang dibuat dari contoh darah tersangka. Apabila ini cocok, dan uji dilakukan dengan
penyelidikan yang tepat, secara nyata tidak ada keraguan yang diduga sebagai sumber jaringan
untuk menyingkirkan orang lainnya, kecuali dengan identitas yang kembar. Apabila pola tidak
cocok, yang diduga bukanlah pelaku.

Sebagai tambahan identifikasi DNA alami yang mutlak, ada keuntungan yang lain.
DNA jauh lebih stabil daripada enzim dan protein yang biasanya digunakan dalam identifikasi
darah. Tidak adanya positif palsu disebabkan karena degradasi. Apabila DNA berubah, maka
akan gagal membentuk pola. DNA cukup tahan terhadap penghancuran dan analisis dibuat
pada manusia sisa ratusan tahun yang lalu.

Sebagai tambahan pada penerapannya di bagian kriminal, identifikasi DNA dapat


digunakan kecocokan orang tua. Anak mendapatkan setengah dari bentuk DNA-nya dari setiap
orang tuanya. Apabila setengah dari pola DNA anak yang berbeda dari kecocokan pola DNA
ibu yang diduga ayah, kemudian terdapat ketidakraguan bahwa ia adalah ayah biologis.
Dua buah konsep dasar yang harus dimengerti dalam hubungannya dengan analisa DNA :
1. Jika profil DNA dari bukti DNA berbeda dari yang diduga pelaku dalam setiap aspek,
kemudian dugaan dapat disingkirkan dengan mutlak.
2. Jika bukti DNA dan dugaan pencocokan DNA kemudian disana terdapat 3 kemungkinan :
- Bukti DNA datang dari tersangka
- Bukti DNA datang dari orang lain yang memiliki profil DNA. Hal ini mungkin jika
orang kedua adalah kembar monozigot, atau dikarenakan jumlah uji yang tidak
cukup yang dilakukan untuk membedakan tersangka dengan orang lain.
- Kesalahan dalam mengumpulkan atau menganalisa spesimen DNA.

Banyak orang yang tidak mengetahui apa arti dari pencocokan DNA. Kecuali untuk
kembar monozigot, pola DNA adalah unik untuk setiap orang. Membuat profil DNA,
bagaimanapun juga tidak dengan membandingkan seluruh pola DNA pada orang dan bukti
DNA , hanya bagian hanya satu menit. Pencocokan dibuat berdasarkan penyingkiran statistik
pada semua orang. Untuk menentukan ini, frekuensi terjadinya dari alel – alel yang terpilih
pada jumlah populasi yang besar ditentukan, dan tes dilakukan untuk menentukan adanya alel
yang dipilih. Apabila bukti DNA dan DNA tersangka diuji pada alel yang terjadi pada satu dari
sepuluh orang, dan mereka cocok, kemudian 9 dari 10 orang dari populasi disingkirkan sebagai
asal dari DNA. Apabila alel kedua diuji juga terjadi dan cocok, maka 99 dari 100 orang dapat
disingkirkan. Apabila alel – alel cukup cukup untuk dilakukan uji, maka kemungkinan untuk
menyingkirkan dapat mencapai jutaan bahkan milyaran. Akhirnya, pencocokan ini dibuat
secara statistik.
Semua sel – sel yang berinti terdiri atas 23 pasang kromosom kecuali untuk sperma dan
ovum, yang terdiri dari 23 kromosom daripada 23 pasang. Setiap kromosom terdiri atas spiral
ganda dari deoxyriboneucleic acid (DNA) dalam bentuk tangga terpuntir atau rantai ganda. Sisi
daeri tangga terdiri dari gula yang bertukar – tukar (deoxiribosa) dan molekul fosfat;
penghubungnya terdiri atas cincin nitrogen, dimana basa nitrogen yang terikat lemah dengan
hidrogen. DNA terdiri atas unit yang disebut nukleotida, yang terdiri atas gula, grup fosfat,
dahn basa. Jutaan nukleotida ini membentuk satu rantai tunggal. Meskipun terdapat jutaan
nukleotida, hanya 4 basa yang berbeda dipakai. Dua diantaranya adalah purin (Adenin dan
Guanin) dan dua lainnya adalah pirimidin (Timin dan Sitosin) . dalam bentuk anak tangga,
guanin selalu berikatan dengan sitosin dan adenin dengan timin. Disini hanya terdapat 2
kemungkinan penggabungan dan ini disebut pelengkap pasangan basa. Oleh karena jutaan
nukleotida membentuk rantai tunggal dan faktanya disana hanya terdapat 23 pasang kromosom
pada setiap sel, disana kebanyakan terdapat variasi yang tidak terbatas dalam susunan
nukleotida. Perintah atau urutan dari basa molekul DNA membentukkode untuk informasi
genetik sel – sel.

Sebuah gen adalah rangkaian basa – basa ini yang menempati lokasi yang spesifik
(lokus) pada kromosom, menghasilkan produk yang spesifik. Disana biasanya lebih dari satu
bentuk gen dari setiap lokus. Ini disebutalel. Kebanyakan kromosom, tidak diketahui
fungsinya. Area initerdiri dari banyak salinan dari urutan basa yang lengkap, panjangya 50 –
60 pasang basa, tersusun satu dibelakang yang lainnya, berdua – duaan. Pengulangan urutan
dikenal sebagai pengulangan pasangan, dengan area yang dibuat dari pengulangan pasangan
yang diketajui sebagai VNTR (Variable Number of Tandem Repeats). Sama seperti gen, lokus
dari VNTR dapat memiliki banyak alel. Lokus – lokus VNTR merupakan area pertama yang
digunakan dalam menentukan tipe DNA karena alel yang banyak.

Metode asli dari analisa DNA adalah RFLP (Restriction Fragment Length
Polymorphism). Metode ini panjang, metode yang rumit yang memerlukan minimal 6 – 8
minggu untuk menghantarkannya. DNA secara kimia dikeluarkan dari spesimen biologis yang
diajukan dan dimurnikan. Kemudian dipotong dalam fragmen – fragmen melalui enzim
restriksi. Substansi ini memotong molekul DNA pada urutan basa yang spesifik. Jumlah
fragmen DNA dan panjangnya dihasilkan oleh enzim restriksi yang tepat bergantung pada
seberapa sering urutan basa enzimterjadi di spesimen DNA. Karena setiap urutan DNA
seseorang berbeda, fragmen – fragmen di spesimen DNA dari satu orang ke orang lainnya
berbeda dalam jumlah dan panjangnya dari spesimen DNA yang berbeda.

Fragmen – fragmen DNA dibagi menjadi pita – pita oleh elektroforesis. DNA
membawa muatan negatif dan akhirnya menghantarkan ke arah kutub positif di elektroforesis.
Jarak setiap fragmen yang berjalan tergantung pada panjangnya. Semakin panjang suatu
fragmen, semakin lambat perpindahannya. Ini menciptakan sejumlah pita – pita DNA pada gel.
Ini dipindahkan ke membran nilon melalui teknik ynag disebut Southern blotting. Membran
kemudian terpapar pada pemeriksaan DNA yang memiliki label radioaktif. Pemeriksaan dicari
urutan basa yang lengkap. Akhirnya, adenine mencari timin, dan guanin mencari sitosin.
Pemeriksaan kemudian mengikat jejak DNA. Film X – ray ditempatkan disebelah membran
untuk mendeteksi pola radioaktif yang tampak sebagai seri dari pita yang sama dengan kode
batang pada alat di toko penjual makanan. Setiap pita atau garis gelap menunjukkan titik
dimana pemeriksaan DNA terikat pada urutan basa yang lengkap. Pola pita unik untuk setiap
orang (kecuali kembar identik), hanya sebagai sidik jari. Ketika dua orang memiliki pola yang
sama untuk satu atau dua pemeriksaan, jika jumlah yang cukup dari pemeriksaan yang
digunakan, pada beberapa titik, pemeriksaan mulai dengan ketidakcocokan dan orang dapat
disingkirkan. Apabila DNA yang diuji datang dari orang yang diuji melawan, dan jumlah yang
cukup dari pemeriksaan sedang berjalan, kemudian secara statistik, kemungkinan seseorang
merupakan sumber dari DNA mendekati 100 %. Dengan penggunaan pemeriksaan DNA yang
cukup, kemungkinan bahwa identifikasi positif dapat sebesar 30 juta banding satu.8

SERAH TERIMA KORBAN KEMBALI


Dokter menyerahkan kembali korban kepada pengantar

2.2 Pemeriksaan Kasus Pemerkosaan


PEMERIKSAAN BERCAK AIR MANI
A. Pemeriksaan spermatozoa:
1. Preparat tanpa pewarnaan (langsung):
- Usapkan cairan vagina yang dicurigai pada kaca objek
- Tambahkan 1-2 tetes NaCl 0,9%
- Tutup dengan kaca penutup dan lihat pada mikroskop (obyektif 40x)
Interpretasi:
- Biasanya akan terlihat spermatozoa (pada pelaku yang bukan azospermia).
- Gerakan-gerakan spermatozoa menunjukkan ejakulasi, 30-60 menit (psca
senggama).
2. Preparat dengan pewarnaan
1. Malachite – Green
- Usapkan cairan yang dicurigai pada kaca objek dan keringkan
- Warnai sengan larutan malachite – green 1% selama 1 menit, lalu cuci dengan air
- Warnai dengan larutan Eosin Yellowish 1% selama 1 menit, lalu cuci dengan air
- Lihat pada mikroskop dengan pembesaran sedang (obyektif 40x).

Interpretasi:
Bila terdapat spermatozoa, maka kepala spermatozoa berwarna merah ungu dan
lehernya berwarna merah muda.

2. Pewarnaan Baechi (pada bercak-bercak di pakaian/ kain)


- Buat reagen Baechi dengan mencampur Acid fuschin 1% (1 tetes) + Methylene Blue
(1/2 tetes) + Hcl 1% (40 tetes).
-Gunting kain yang dicurigai pada daerah yang bentuknya tebal seluas 5mm x 5mm.
-Dengan pinset, celupkan potongan kain terebut pada reagen selama 2-3 menit.
-Cuci dengan Hcl 1%
-Dehidrasi dengan mencelupkan berturut-turut pada; Alkohol 70%, Alkohol 80% dan
Alkohol absolut.
-Jernihkan dengan mencelupkan pada Xylol dan keringkan dengan kertas saring.
-Letakkan potongan kain tsb, pada kaca objek dan diambil sehelai benang dari potongan
kain tsb dengan jarum.
-Uraikan benang tsb pada kaca objek sampai menjadi serabut-serabut.
- Tetesi serabut-serabut tsb dengan balsam Kanada.
- Tutup dengan kaca penutup dan ditekan, lalu dilihat dibawah mikroskop dengan
pembesaran sedang.

Interpretasi:
Bila bercak tsb adalah semen maka akan terlihat spermatozoa diantara serabut-serabut
benang. Dengan kepala berwarna merah dan ekor berwarna biru muda.

B. Pemeriksaan cairan mani


Dasar: adanya Cholin dalam cairan mani.

1. Reaksi Florence : - Buat reagen dengan mencampur Iodium 1gr + larutan lugol Kj 2 gr +
aquadest 40ml.
-Bercak di ekstrasi pada kaca objek dan keringkan,
-Letakkan ekstrak pada kaca objek dan keringkan.
-Tutup bercak tsb dengan kaca penutup.
-Teteskan reagen dipinggir kaca penutup dan biarkan mengalir bercampur ekstrak tsb.
-Lihat dibawah mikroskop.
Interpretasi : (+) Bila ditemukan Kristal-kristal Choline per Iodida – (berbentuk daun
bamboo dengan warna coklat).
DD : Sekret vagina dapat memberikan reaksi positif.

2. Reaksi Berberio
Dasar: adanya sperma dalam cairan mani.
Cara: mirip dengan reaksi Florence, hanya reagen nya diganti Larutan pikrat jenuh.

C. Pemeriksaan tersangka
1. Tempelkan gland penis pada kaca objek dengan erat dan keringkan secukupnya.
2. Letakkan kaca objek tsb diatas cawan yang berisi larutan lugol Kj dan terkena uap lugol.
3. Periksa dibawah mikroskop dengan pembesaran sedang.
Interpretasi:
 Bila memang telah terjadi persetubuhan, maka akan terlihat epitel vagina (sel yang
besar-besar berwarna coklat).
 Epitel penis akan berwarna kekuning-kuningan.

2.3 Visum et repertum

Pengertian Visum et Repertum


Secara harfiah kata visum et repertum berasal dari kata visual (= melihat) dan repertum
(= melaporkan), sehingga visum et repertum berarti laporan mengenai apa yang dilihat atau
diperiksa.
Definisi visum et repertum yang dikenal di Bagian Ilmu Kedokteran Forensik Indonesia
adalah: “Laporan tertulis yang dibuat oleh dokter atas permintaan tertulis dari pihak yang
berwajib mengenai apa yang dilihat / diperiksanya berdasarkan keilmuan dan berdasarkan
sumpah, untuk kepentingan peradilan.

Dari definisi diatas dapatlah ditarik beberapa unsur penting, yaitu:


1. LAPORAN TERTULIS
Sebaiknya diketik dan pada akhir alinea ditutup dengan garis
2. DIBUAT OLEH DOKTER
Semua jenis ekahlian dokter dapat membuatnya.
3. PERMINTAAN TERTULIS DARI PIHAK YANG BERWAJIB
Permintaan dari pihak-pihak lain tidak dapat dilayani (misalnya permintaan keluarga).
4. APA YANG DILIHAT/ DIPERIKSA BERDASARKAN KEILMUAN
Merupakan bagian yang obyektif.
5. BERDASARKAN SUMPAH
Dicantumkan di bagian penutup.
6. KEPENTINGAN PERADILAN
Berarti bukan untuk kepentingan-kepentingan lain misalnya asuransi.

Landasan hukum
Pasal 133 KUHAP menyebutkan:
1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik
luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana,
ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau
dokter dan atau ahli lainnya.
2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara tertulis,
yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat
dan atau pemeriksaan bedah mayat.
3) Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada rumah sakit harus
diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan terhadap mayat tersebut dan diberi label
yang memuat identitas mayat, dilak dengan diberi cap jabatan yang dilekatkan pada ibu jari
kaki atau bagian lain badan mayat.

Yang berwenang meminta keterangan ahli adalah penyidik dan penyidik pembantu
sebagaimana bunyi pasal 7(1) butir h dan pasal 11 KUHAP :
Penyidik yang dimaksud di sini adalah penyidik sesuai dengan pasal 6(1) butir a, yaitu penyidik
yang pejabat Polisi Negara RI. Penyidik ini adalah penyidik tunggal bagi pidana umum,
termasuk pidana yang berkaitan dengan kesehatan dan jiwa manusia. Oleh karena visum et
repertum adalah keterangan ahli mengenai pidana yang berkaitan dengan kesehatan jiwa
manusia, maka penyidik pegawai negeri sipil tidak berwenang meminta visum et repertum,
karena mereka hanya mempunyai wewenang sesuai dengan undang-undang yang menjadi
dasar hukumnya masing-masing (Pasal 7(2) KUHAP).
Pasal 179 KUHAP
(1) Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau dokter ahli
lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan
(2) Semua ketentuan tersebut diatas untuk saksi berlaku juga bagi mereka yang memberikan
keterangan ahli, dengan ketentuan bahwa mereka mengucapkan sumpah atau janji akan
memberikan keterangan yang sebaiknya dan yang sebenarnya menurut pengetahuan dalam
bidang keahliannya
Sanksi hukum bila siapa saja yang menolak permintaan penyidik, dapat dikenakan sanksi
pidana :
Pasal 216 KUHP :
Barangsiapa dengan sengaja tidak menuruti perintah atau permintaan yang dilakukan menurut
undang-undang oleh pejabat yang tugasnya mengawasi sesuatu, atau oleh pejabat berdasar- kan
tugasnya, demikian pula yang diberi kuasa untuk mengusut atau memeriksa tindak pidana;
demikian pula barangsiapa dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi atau mengga-
galkan tindakan guna menjalankan ketentuan, diancam dengan pidana penjara paling lama
empat bulan dua minggu atau denda paling banyak sembilan ribu rupiah.

Pasal 222 KUHP


Barangsiapa dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi atau menggagalkan pemeriksaan
mayat untuk pengadilan, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau
pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah
Pasal 224 KUHP :
Barangsiapa dipanggil sebagai saksi, ahli atau juru bahasa menurut undang-undang dengan
sengaja tidak memenuhi kewajiban berdasarkan undang-undang yang harus dipenuhinya,
diancam : dalam perkara pidana, dengan penjara paling lama sembilan bulan.
Visum et repertum adalah salah satu alat bukti yang sah sebagaimana tertulis dalam pasal 184
KUHP:
Alat bukti yang sah adalah :
(a) Keterangan saksi,
(b) Keterangan ahli,
(c) Surat,
(d) Petunjuk,
(e) Keterangan terdakwa

Bagian-bagian visum et repertum:


1. PRO JUSTISIA.
Kata ini dicantumkan disudut kiri atas, dan dengan demikian visum et repertum tidak perlu
bermaterai, sesuai dengan pasal 136 KUHAP.
2. PENDAHULUAN.
Bagian ini memuat antara lain :
o Identitas pemohon visum et repertum.
o Identitas dokter yang memeriksa /membuat visum et repertum.
o Tempat dilakukannya pemeriksaan (misalnya rumah sakit X Surabaya).
o Tanggal dan jam dilakukannya
o Identitas korban.
o Keterangan dari penyidik mengenai cara kematian, luka, dimana korban dirawat, waktu
korban meninggal.
o Keteranganmengenai orang yang menyerahkan / mengantar korban pada dokter dan waktu
saat korbanditerima dirumah sakit.
3. PEMBERITAAN.
o Identitas korban menurut pemeriksaan dokter, (umur, jenis kel,TB/BB), serta keadaan umum.
o Hasil pemeriksaan berupa kelainan yang ditemukan pada korban.
o Tindakan-tindakan / operasi yang telah dilakukan.
o Hasil pemeriksaan tambahan
o Syarat-syarat :
- Memakai bahasa Indonesia yg mudah dimengerti orang awam.
- Angka harus ditulis dengan huruf, (4cm ditulis empat sentimeter).
- Tidak dibenarkan menulis diagnosa luka, (luka bacok, luka tembak dll).
- Luka harus dilukiskan dengan kata-kata
- Memuat hasil pemeriksaan yang objektif (sesuai apa yang dilihat dan ditemukan).
4. KESIMPULAN.
o Bagian ini berupa pendapat pribadi dari dokter yang memeriksa, mengenai hasil pemeriksaan
sesuai dgn pengetahuan yang sebaik-baiknya.
o Seseorang melakukan pengamatan dengan kelima panca indera (pengelihatan, pendengaran,
perasa, penciuman dan perabaan).
o Sifatnya subjektif.

5. PENUTUP.
o Memuat kata “Demikianlah visum et repertum ini dibuat dengan mengingat sumpah pada
waktu menerima jabatan”.
o Diakhiri dengan tanda tangan, nama lengkap/NIP dokter.

3. Memahami dan Menjelaskan Hukuman Pemerkosaan dan Pembunuhan Menurut


Pandangan Islam
KLASIFIKASI JINAYAT PEMBUNUHAN
Jinayat (tindak pidana) terhadap badan terbagi dalam dua jenis:

1. Jinayat terhadap jiwa (jinayat an-nafsi) = jinayat yang mengakibatkan hilangnya nyawa
(pembunuhan). Pembunuhan jenis ini terbagi tiga:
a. Pembunuhan dengan sengaja (al-‘amd) =

 Perbuatan yang dapat menghilangkan jiwa”,


 Pembunuhan dengan sengaja oleh seorang mukallaf secara sengaja (dan terencana)
terhadap jiwa yang terlindungi darahnya, dengan cara dan alat yang biasanya dapat
membunuh.
b. Pembunuhan yang mirip dengan sengaja (syibhu al-’amdi) = Membunuh dengan cara dan
alat yang biasanya tidak membunuh.
Sangsi Hukuman:
Diyat = 100 unta, di antaranya 40 ekor yang sedang hamil

c.Pembunuhan karena keliru (al-khatha’) atau pembunuhan tidak sengaja, kesalahan


semata tanpa direncanakan, dan tidak ada maksud membunuh sama sekali.

Misalnya = memanah binatang buruan atau sejenisnya, namun ternyata anak panahnya nyasar
mengenai orang hingga meninggal dunia.
Sangsi Hukuman:
Diyat berupa 100 ekor unta secara berangsur-angsur selama tiga tahun.

Dan tidaklah layak bagi seorang mukmin untuk membunuh seorang mukmin (yang lain),
kecuali karena tersalah (tidak sengaja). Dan barangsiapa membunuh seorang mukmin karena
tersalah, (hendaklah) ia memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta membayar
diyat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh itu), kecuali jika mereka (keluarga
terbunuh) bersedekah. Jika ia (si terbunuh) dari kaum yang memusuhimu, padahal ia mukmin,
maka (hendaklah si pembunuh) memerdekakan hamba sahaya yang mukmin. Dan jika ia (si
terbunuh) dari kaum (kafir) yang ada perjanjian (damai) antara mereka dengan kamu, maka
(hendaklah si pembunuh) membayar diyat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh)
serta memerdekakan hamba sahaya yang mukmin. Barangsiapa yang tidak memperolehnya,
maka hendaklah ia (si pembunuh) berpuasa dua bulan berturut-turut sebagai cara tobat
kepada Allah. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana.(Qs. An-Nisa`: 92)

Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka balasannnya ialah
Jahannam.Ia kekal di dalamnya. Allah pun murka kepadanya, mengutuknya, serta
menyediakan azab yang besar baginya.” (Qs. An-Nisa`: 93)
2. Jinayat kepada badan selain jiwa = Penganiayaan yang tidak sampai menghilangkan
nyawa:

1. Luka-luka ‫ش َجا ُج َو ْال َج َرا ُح‬


ُ ‫ال‬
2. Lenyapnya fungsi anggota tubuh ِ‫ف ْال َمنَافِع‬ ُ َ‫ِإتْال‬
3. Hilangnya anggota tubuh ‫اء‬ ِ ‫ض‬ َ ُ َ‫ِإتْال‬
َ ‫ف األ ْع‬
CARA MELAKSANAKAN QISAS
Kejahatan terhadap jiwa atau anggota badan yg diancam hukuman serupa
(qishash) atau diyat (ganti rugi dari si pelaku kepada si korban atau walinya).Pembunuhan
dengan sengaja, semi sengaja, menyebabkan kematian karena kealpaan, penganiayaan dengan
sengaja, atau menyebabkan kelukaan tanpa sengaja.Memberikan hukuman kepada pelaku
perbuatan persis seperti apa yg dilakukan terhadap korban

 Dengan pedang atau senjata


 Dengan alat dan cara yg digunakan oleh pembunuh.

Hukuman-hukuman JARIMAH QISHASH dan DIYAT


1. Pembunuhan sengaja,
2. Pembunuhan menyerupai sengaja,
3. Pembunuhan karena kesalahan, (tidak sengaja).
4. Penganiayaan sengaja,
5. Penganiayaan karena kesalahan (tidak sengaja).

Larangan membunuh
Islam melarang umatnya membunuh seseorang manusia atau seekor binatang
sekalipun, kalau itu tidak berdasarkan kebenaran hukumnya. Dalam Islam orang-orang yang
halal darah atau boleh dibunuh karena perintah hukum dengan prosedurnya adalah orang-orang
murtad, yaitu orang-orang Islam yang berpindah agama dari Islam ke agama lainnya, sesuai
dengan hadis

Rasulullah saw: Man baddala diynuhu faqtuluwhu (barangsiapa yang menukar


agamanya maka bunuhlah dia). Ketentuan ini dilakukan setelah orang murtad itu diajak
kembali ke agama Islam selama batas waktu tiga hari, kalau selama itu dia tidak juga sadar
baru dihadapkan ke pengadilan.

Yang halal darah juga adalah pembunuh, bagi dia berlaku hukum qishash yakni
diberlakukan hukuman balik oleh yang berhak atau negara melalui petugasnya. Penzina
muhshan (yang sudah kawin) adalah satu pihak yang halal darah juga dalam Islam melalui
eksekusi rajam, mengingat jelek dan bahayanya perbuatan dia yang sudah kawin tetapi masih
berzina juga. Semua pihak yang halal darah tersebut harus dieksekusi mengikut prosedur yang
telah ada dan tidak boleh dilakukan oleh seseorang yang tidak punya otaritas baginya.

Selain dari tiga pihak tersebut dengan ketentuan dan prosedurnya masing-masing tidak
boleh dibunuh, sebagaimana firman Allah swt: “...wala taqtulun nafsal latiy harramallahu illa
bilhaq...” (...jangan membunuh nyawa yang diharamkan Allah kecuali dengan kebenaran...)
(QS. al-An’am: 151). Larangan ini berlaku umum untuk semua nyawa baik manusia maupun
hewan, kecuali yang dihalalkan Allah sebagaimana terhadap tiga model manusia di atas tadi
atau hewan nakal yang mengganggu manusia dan hewan yang disembelih dengan nama Allah.

Allah memberi perumpamaan terhadap seorang pembunuh adalah: “...barangsiapa yang


membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan
karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia
seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah
dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya...” (QS. Al-Maidah: 32).

Hukuman bagi pembunuh


Hukuman duniawi terhadap seorang pembunuh dalam Islam sangatlah berat yaitu
dibunuh balik sebagai hukuman qishash ke atasnya. “Hai orang-orang yang beriman,
diwajibkan atas kamu qishash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka
dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita. Maka barangsiapa
yang mendapat suatu pemaafan dari saudaranya, hendaklah (yang memaafkan) mengikuti
dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi maaf) membayar (diyat) kepada yang
memberi maaf dengan cara yang baik (pula). Yang demikian itu adalah suatu keringanan dari
Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu, maka baginya
siksa yang sangat pedih.” (QS. al-Baqarah: 178).

Sementara hukuman ukhrawi-nya adalah dilemparkan dalam neraka oleh Allah SWT
suatu masa nanti, sesuai dengan firman-Nya: “Dan barangsiapa yang membunuh seorang
mukmin dengan sengaja maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah
murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya.” (QS. an-
Nisa’: 93)

Bagi pembunuh yang sudah dimaafkan oleh keluarga terbunuh sehingga bebas dari
hukuman qishash, wajib baginya membayar diyat kepada keluarga terbunuh sebanyak 100 ekor
unta. Jumhur ulama sepakat dengan jumlahnya dan bagi wilayah yang tidak mempunyai unta
dapat diganti dengan lembu atau kerbau atau yang sejenis dengannya. Dalam Islam, qishash
diberlakukan karena di sana ada kelangsungan hidup umat manusia, sebagaimana firman Allah:
“Dan dalam qishash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, hai orang-orang yang
berakal, supaya kamu bertakwa.” (QS. al-Baqarah: 179).

Qishash ini betul-betul sebuah keadilan dalam sistem hukum pidana Islam, di mana
seseorang yang membunuh orang lain tanpa salah harus dibunuh balik. Ini sama sekali tidak
melanggar hak azasi manusia (HAM) sebagaimana diklaim orang-orang yang tidak paham
hukum Islam. Bagaimana mungkin kalau seseorang membunuh orang lain tanpa dibenarkan
agama dapat diganti dengan hukuman penjara 5-9 tahun, sementara orang yang dibunuhnya
sudah meninggal. Malah yang seperti itulah melanggar HAM, karena tidak berimbang antara
perbuatan jahat yang dilakukannya dengan hukuman terhadapnya.
Ada tiga macam jenis pembunuhan dalam Islam yang mempunyai hukum qishash yang
berbeda, yaitu pembunuhan sengaja, semi sengaja dan tidak sengaja. Pembunuhan sengaja
adalah seseorang sengaja membunuh orang lain yang darah dan keselamatan jiwanya
dilindungi. Yaitu dengan menggunakan alat untuk membunuh seperti senjata api dan senjata
tajam.

Tindak pidana pembunuhan secara sengaja jika memenuhi unsur-unsur: (1) orang yang
melakukan pembunuhan adalah orang dewasa, berakal, sehat, dan bermaksud membunuh; (2)
terbunuh adalah orang yang terpelihara darahnya (tidak halal untuk dibunuh); dan (3) alat yang
digunakan untuk membunuh dapat mematikan atau menghilangkan nyawa orang. Jika
pembunuh sengaja dimaafkan oleh keluarga terbunuh maka sipembunuh wajib membayar diyat
berat berupa 100 ekor unta, terdiri dari 30 ekor unta betina berumur 3-4 tahun, 30 ekor unta
betina berumur 4-5 tahun, dan 40 ekor unta betina yang sedang bunting.
Pembunuhan semi sengaja adalah menghilangkan nyawa orang lain dengan alat yang
tidak biasa digunakan untuk membunuh dan tidak dimaksudkan untuk membunuh. Ia juga
harus membayar diyat berat kalau sudah dimaafkan keluarga terbunuh dengan cara
mengangsurnya selama 3 tahun. Sementara pembunuhan tidak sengaja adalah seperti orang
melempar buah mangga di pohon lalu terkena seseorang di bawah pohon mangga tersebut
sehingga mati.

Diyat bagi kasus seperti ini adalah diyat ringan, yaitu 100 ekor unta terdiri atas 20 ekor
unta betina berumur 1-2 tahun, 20 ekor unta betina berumur 2-3 tahun, 20 ekor unta jantan
berumur 2-3 tahun, 20 ekor unta betina berumur 3-4 tahun, dan 20 ekor unta betina berumur 4-
5 tahun. Pihak pembunuh wajib membayarnya dengan mengangsur selama 3 tahun, setiap
tahun wajib membayar sepertiganya. Kalau tidak dapat dibayar 100 ekor unta, maka harus
dibayar 200 ekor lembu atau 2.000 ekor kambing.

HUKUM PERKOSAAN DALAM ISLAM


Perkosaan dalam bahasa Arab disebut al wath`u bi al ikraah (hubungan seksual dengan
paksaan). Jika seorang laki-laki memerkosa seorang perempuan, seluruh fuqaha sepakat
perempuan itu tak dijatuhi hukuman zina (had az zina), baik hukuman cambuk 100 kali maupun
hukuman rajam. (Abdul Qadir Audah, At Tasyri’ Al Jina`i Al Islami, Juz 2 hlm. 364; Al
Mausu’ah Al Fiqhiyyah Al Kuwaitiyyah, Juz 24 hlm. 31; Wahbah Zuhaili, Al Fiqh Al Islami
wa Adillatuhu, Juz 7 hlm. 294; Imam Nawawi, Al Majmu’ Syarah Al Muhadzdzab, Juz 20
hlm.18).
Dalil untuk itu adalah Alquran dan sunnah. Dalil Alquran antara lain firman Allah SWT
(artinya), ”Barang siapa yang dalam keadaan terpaksa sedang dia tidak menginginkan dan
tidak (pula) melampaui batas, maka sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.” (QS Al An’aam [6] : 145). Ibnu Qayyim mengisahkan ayat ini
dijadikan hujjah oleh Ali bin Abi Thalib ra di hadapan Khalifah Umar bin Khaththab ra untuk
membebaskan seorang perempuan yang dipaksa berzina oleh seorang penggembala, demi
mendapat air minum karena perempuan itu sangat kehausan. (Abdul Qadir Audah, At Tasyri’
Al Jina`i Al Islami, Juz 2 hlm. 365; Wahbah Zuhaili, Al Fiqh Al Islami wa Adillatuhu, Juz 7
hlm. 294).
Adapun dalil sunnah adalah sabda Nabi SAW, ”Telah diangkat dari umatku (dosa/sanksi)
karena ketidaksengajaan, karena lupa, dan karena apa-apa yang dipaksakan atas mereka.” (HR
Thabrani dari Tsauban RA. Imam Nawawi berkata, ”Ini hadits hasan”). (Wahbah Zuhaili, Al
Fiqh Al Islami wa Adillatuhu, Juz 7 hlm. 294; Abdul Qadir Audah, At Tasyri’ Al Jina`i Al
Islami, Juz 2 hlm. 364).
Pembuktian perkosaan sama dengan pembuktian zina, yaitu dengan salah satu dari tiga
bukti (al bayyinah) terjadinya perzinaan berikut; Pertama, pengakuan (iqrar) orang yang
berbuat zina sebanyak empat kali secara jelas, dan dia tak menarik pengakuannya itu hingga
selesainya eksekusi hukuman zina. Kedua, kesaksian (syahadah) empat laki-laki Muslim yang
adil (bukan fasik) dan merdeka (bukan budak), yang mempersaksikan satu perzinaan (bukan
perzinaan yang berbeda-beda) dalam satu majelis (pada waktu dan tempat yang sama), dengan
kesaksian yang menyifati perzinaan dengan jelas. Ketiga, kehamilan (al habl), yaitu kehamilan
pada perempuan yang tidak bersuami. (Abdurrahman Al Maliki,Nizhamul Uqubat, hlm. 34-
38).
Jika seorang perempuan mengklaim di hadapan hakim (qadhi) bahwa dirinya telah
diperkosa oleh seorang laki-laki, sebenarnya dia telah melakukan qadzaf (tuduhan zina) kepada
laki-laki itu. Kemungkinan hukum syara’ yang diberlakukan oleh hakim dapat berbeda-beda
sesuai fakta (manath) yang ada, antara lain adalah sbb:
Pertama, jika perempuan itu mempunyai bukti (al bayyinah) perkosaan, yaitu
kesaksian empat laki-laki Muslim, atau jika laki-laki pemerkosa mengakuinya, maka laki-laki
itu dijatuhi hukuman zina, yaitu dicambuk 100 kali jika dia bukanmuhshan, dan dirajam hingga
mati jika dia muhshan. (Wahbah Zuhaili, Al Fiqh Al Islami wa Adillatuhu, Juz 7 hlm. 358).
Kedua, jika perempuan itu tak mempunyai bukti (al bayyinah) perkosaan, maka hukumnya
dilihat lebih dahulu; jika laki-laki yang dituduh memerkosa itu orang baik-baik yang menjaga
diri dari zina (al ‘iffah an zina), maka perempuan itu dijatuhi hukuman menuduh zina (hadd
al qadzaf), yakni 80 kali cambukan sesuai QS An Nuur : 4. Adapun jika laki-laki yang dituduh
memperkosa itu orang fasik, yakni bukan orang baik-baik yang menjaga diri dari zina, maka
perempuan itu tak dapat dijatuhi hukuman menuduh zina. (Ibnu Hazm, Al Muhalla, Juz 6 hlm.
453; Imam Nawawi, Al Majmu’ Syarah Al Muhadzdzab, Juz 20 hlm.53; Wahbah Zuhaili, Al
Fiqh Al Islami wa Adillatuhu, Juz 7 hlm. 346).

Anda mungkin juga menyukai