Anda di halaman 1dari 16

Pengembangan Desain Knowledge Management System: Studi Kasus

Direktorat Informasi Kepabeanan dan Cukai

Herid Febriadi1, Muhammad Anshar Syamsuddin2

1. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Kementerian Keuangan, Jl. Jenderal A. Yani, Jakarta 13230, Indonesia
2. Jurusan Kepabeanan dan Cukai, Politeknik Keuangan Negara STAN, Jl. Bintaro Utama Sektor 5, Tangerang
Selatan 15222, Indonesia

E-mali: heridf@gmail.com, anshar@pknstan.ac.id

INFORMASI ARTIKEL
ABSTRACT:
Tanggal masuk This study aims at producing a model design of
[19-08-2017] optimal Knowledge Management System (KMS) so as
to support knowledge management (KM) activities in
Revisi DIKC and solution to maintain DIKC service quality
[12-09-2017] although competent employees are transferred and to
avoid dependence on certain employees in DIKC. The
study was designed using Fernandez’s method to
Tanggal diterima assess organizational contingency factors,
[23-11-2017] organizational culture assessment instrument (OCAI)
to evaluate the organizational culture and knowledge
ABSTRAK: audit to identify organizational knowledge. The result
of this research is a KM process priority to be
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan applied, i.e. Combination, Internalization, Direction,
desain model Knowledge Management System Socialization for knowledge sharing, and Exchange.
(KMS) yang optimal sehingga mendukung kegiatan From this KM process, features are obtained to be
knowledge management (KM) di DIKC (Direktorat developed as the KMS DIKC features, specifically
Informasi Kepabeanan dan Cukai) dan menjadi solusi wiki, document management, discussion forums, FAQ
untuk menjaga kualitas pelayanan DIKC meskipun (Frequently Asked Questions), and e-learning.
pegawai yang berkompeten dimutasi dan untuk
menghindari ketergantungan DIKC kepada pegawai Keyword: knowledge management, knowledge
tertentu. Penelitian ini menggunakan metode management system, contingency factors, OCAI,
fernandez untuk menilai faktor kontingensi knowledge audits
organisasi, Organizational Culture Assesment
Instrument (OCAI) untuk menilai budaya organisasi
dan knowledge audit untuk mengidentifikasi
pengetahuan organisasi. Hasil dari penelitian ini
adalah prioritas proses KM yang akan diterapkan
yaitu Combination, Internalization, Direction,
Socialization for knowledge sharing, dan Exchange.
Dari proses KM ini kemudian didapatkan fitur yang
dikembangkan sebagai fitur KMS DIKC yaitu wiki,
manajemen dokumen, forum diskusi, FAQ
(Frequently Asked Question), dan e-learning.

Kata Kunci: manajemen pengetahuan, system


manajemen pengetahuan, faktor kontingensi, OCAI,
pengetahuan audit

10
1. PENDAHULUAN memadai (hardcopy dan softcopy), dan
belum adanya sistem yang memfasilitasi
Direktorat Informasi Kepabeanan dan pegawai dalam mengelola dan berbagi
Cukai (DIKC) merupakan unit kerja eselon pengetahuan. Beberapa faktor yang menjadi
dua di Direktorat Jenderal Bea dan Cukai penyebab yaitu (1) faktor SDM, dimana
(DJBC), Kementerian Keuangan, yang pegawai yang memahami dan menguasai
bertugas menyiapkan perumusan kebijakan, TIK masih sangat terbatas, perbedaan
standardisasi dan bimbingan teknis, evaluasi pengalaman yang dimiliki pegawai
dan pelaksanaan di bidang manajemen disebabkan perbedaan lamanya masa kerja,
risiko, registrasi kepabeanan, serta adanya pegawai yang memasuki usia
pengembangan teknologi informasi, otomasi pensiun sehingga DIKC berpotensi
sistem dan prosedur, pengolahan data serta kehilangan sumber pengetahuan ketika
pelaporan kepabeanan dan cukai. DIKC pegawai tersebut pensiun. Berdasarkan data
merupakan unit yang diserahi tugas untuk yang yang diperoleh dari bagian Tata Usaha
membangun dan mengelola sistem DIKC, pegawai yang dimiliki oleh DIKC
pelayanan DJBC dengan sistem sentralisasi, sebanyak 125 orang. Jumlah pegawai
dimana semua layanan dikantor pelayanan tersebut memiliki latar belakang pendidikan
DJBC dilakukan secara terpusat dan TIK sekitar 39%, sedangkan sisanya adalah
mengakses sistem yang ada di kantor pusat mayoritas lulusan STAN (Sekolah Tinggi
DJBC. Akuntansi Negara) dan sarjana non-TIK (2)
Atas beban yang diberikan tersebut, Faktor Organisasi, berkaitan dengan mutasi
DIKC menyadari bahwa pengetahuan TIK pegawai yang menyebabkan pengetahuan
menjadi kebutuhan utama bagi setiap dan pengalaman yang hanya dimiliki oleh
pegawai (wawancara dengan pimpinan seorang pegawai atau sekelompok pegawai
DIKC). Sesuai dengan kemampuan TIK akan hilang ketika pegawai bersangkutan
yang memadai, pegawai DIKC diharapkan dimutasi kebagian lain atau kantor lain. (3)
mampu menterjemahkan kebutuhan Faktor sistem prosedur, belum memadainya
organisasi untuk membangun sistem yang dokumentasi pengetahuan di DIKC, baik itu
mendukung bisnis DJBC, dalam rangka berupa petunjuk teknis, SOP, dokumen
memberikan pelayanan optimal bagi konfigurasi, dokumen troubleshooting atau
organisasi. Pengetahuan TIK juga dokumen pendukung lain yang berhubungan
memegang peranan penting untuk dengan tugas pokok dan fungsi pegawai.
meningkatkan kemampuan analisa pegawai Akar masalah dari sistem prosedur ini adalah
ketika harus mengambil keputusan dan belum adanya media khusus yang digunakan
dihadapkan pada permasalahan seputar untuk pengelolaan pengetahuan.
layanan TIK DJBC. Oleh sebab itu, semua
pengetahuan dan pengalaman yang ada Tabel 1. Pola Mutasi Pegawai DIKC
dalam organisasi harus dikelola untuk
Pegawai Pegawai Jumlah
mempercepat proses pembelajaran dan Tahun
Masuk Mutasi Pegawai
untuk mengatasi perbedaan pengetahuan 2012 25 33 130
antar pegawai. 2013 29 37 122
Berdasarkan wawancara dengan 2014 44 41 125

pimpinan DIKC, saat ini kegiatan transfer Sumber: Tata Usaha DIKC, data telah diolah
dan berbagi pengetahuan di DIKC belum
berjalan maksimal. Kegiatan sharing Berdasarkan tabel diatas, dapat
pengetahuan lebih banyak dilakukan dengan dirumuskan permasalahan yang menjadi
tatap muka langsung dengan bertanya atau research question pada penelitian yaitu
diskusi dalam kelompok kerja, bukan "bagaimana desain Knowledge Management
melalui media formal yang difasilitasi System yang dapat membantu proses
organisasi. Dokumen pendukung belum knowledge sharing di Direktorat Informasi

11
Kepabeanan dan Cukai?". Tujuan dari menggunakan keahlian yang berguna
penelitian ini adalah menghasilkan suatu dimanapun dalam organisasi baik dalam
desain knowledge management system bentuk dokumen dan database (tacit), atau
berdasarkan kebutuhan DIKC dalam masih dalam kepala manusia (eksplisit)
menjalankan tugas dan fungsinya sehingga (Awad & Ghaziri, 2004). Selanjutnya
diharapkan akan meningkatkan kegiatan Fernandez (2010) mengartikan knowledge
knowledge sharing dan memaksimalkan managemenet sebagai suatu aktifitas dalam
potensi pegawai guna meningkat kontribusi menemukan (discovery), menangkap
terhadap organisasi. (capture), membagi (sharing) dan
menggunakan pengetahuan (application)
2. KAJIAN LITERATUR dalam rangka meningkatkan efektivitas kerja
untuk mendukung tercapainya tujuan
2.1 Knowledge Management organisasi.
Knowledge Management (KM)
merupakan suatu proses menangkap dan

Gambar 1. Proses Knowledge Management

(Sumber: Fernandez, 2010)

2.2 Knowledge Management System Analisa faktor kontingensi dilakukan


untuk mengetahui faktor-faktor yang
Knowledge Management System (KMS) mempengaruhi proses dan solusi KM
merupakan suatu integrasi antara teknologi organisasi. Penilaian terhadap faktor
dan mekanisme yang dikembangkan untuk kontingensi secara spesifik akan
mendukung proses manajemen pengetahuan memberikan sokusi KM yang paling sesuai
(Fernandez, 2010). KMS juga mengacu pada dengan keadaan organisasi.
komponen teknologi yang digunakan dalam Faktor kontingensi yang mempengaruhi
memfasilitasi integrasi, aplikasi, dan proses KM organisasi (Fernandez, 2010)
managemen pengetahuan (Tiwana, 2002). antara lain:
Jadi KMS merupakan media yang digunakan 1. Karakteristik Tugas
untuk mendukung kegiatan KM organisasi Karakteristik tugas dikelompokkan
mulai dari proses menemukan, menangkap, menjadi dua jenis yaitu task uncertainty
membagi sampai dengan menggunakan (ketidakpastian tugas) dan taks
pengetahuan. interdepedence (ketergantungan tugas).
2. Karakteristik Pengetahuan
2.3 Faktor Kontingensi Dalam suatu organisasi pengetahuan
dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu

12
tacit atau eksplisit, procedural atau dilakukan dengan menilai empat aspek
declarative, dan general atau specific. reach, depth, richness dan aggregation.
Pengaruh langsung terhadap proses KM 4. Pengetahuan Umum
adalah tacit atau explicit dan procedural Pengetahuan umum meliputi
atau declarative. pengetahuan dan pengalaman yang
3. Karakteristik Organisasi menunjukkan keahlian setiap individu
Karakiteristik organisasi dapat dinilai dalam memahami kategori dari
dari dua parameter, yaitu ukuran pengetahuan dan aktivitasnya, serta
organisasi dan strategi bisnis yang prinsip organisasi yang mendukung
digunakan oleh organisasi. komunikasi dan koordinasi.
4. Karakteristik Lingkungan 5. Lingkungan Fisik
Karakteristik lingkungan dididentifikasi Lingkungan fisik meliputi infrastruktur
dengan menilai ketidakpastian fisik yang mendukung kegiatan dan
lingkungan yang mempengaruhi proses mendorong kegiatan KM organisasi.
KM organisasi. Infrastruktur fisik yang dimaksud adalah
ruangan kantor, ruang rapat/pertemuan,
ruang istirahat dan fasilitas fisik lainnya
2.4 Infrastruktur KM formal atau informal.
KMS perlu didukung infrastruktur KM 2.5 Organizational Culture Assesment
yang baik, yaitu sebagai berikut (Fernandez, Instrument dan Knowledge Audit
2010):
1. Budaya Organisasi Organizational Culture Assesment
Budaya organisasi merupakan bagian Instrument (OCAI) merupakan metode yang
penting dalam penerapan KM organisasi dikembangkan oleh Cameron dan Quinn
karena budaya berkaitan langsung (2006) sebagai alat bantu untuk menilai
dengan dengan kebiasaan kerja, aturan budaya organisasi dari 6 dimensi utama
organisasi dan proses interaksi dalam budaya organisasi, yaitu: dominant
organisasi itu sendiri. Budaya organisasi characteristics, organizational leadership,
dianggap sebagai enabler dan memandu management of employees, organizational
setiap individu dalam organisasi untuk glue, strategic emphases, criteria of success.
berpartisipasi dalam kegiatan KM. Knowledge audit merupakan instrumen
2. Struktur organisasi untuk mengidentifikasi pengetahuan yang
Struktur organisasi turut mempengaruhi ada dalam organisasi. Menurut Liebowitz et
kesuksesan penerapan KM dalam al (2000) knowledge audit digunakan untuk
organisasi. Hal yang berkaitan dengan menilai potensi pengetahuan yang tersimpan
struktur organisasi tersebut antara lain di organisasi dan merupakan bagian pertama
struktur hierarki yang ada dalam dari setiap strategi penerapan KM. OCAI
organisasi, peran atau struktur dalam merupakan instrumen pendukung yang
organisasi yang khusus dibentuk untuk digunakan untuk menilai infrastruktur KM:
mendukung proses KM organisasi (CPO, budaya organisasi, sedangkan knowledge
communities of practice, dan CKO, audit merupakan instrumen pendukung
Chief Knowledge Officer). untuk menilai infrastruktur KM:
3. Infrastruktur Teknologi Informasi pengetahuan umum.
Infrastruktur teknologi informasi
digunakan untuk mendukung proses KM 2.6 Kerangka Berpikir
organisasi dengan membangun
infrastruktur baru atau memanfaatkan Desain KMS DIKC menggunakan
infrastruktur yang sudah ada. Penilaian faktor-faktor kontingensi untuk
kemampuan infsatruktur KM organisasi mengidentifikasi proses KM yang
dibutuhkan (Fernandez, 2010). Kerangka

13
berpikir yang digunakan dalam penelitian ini
sebagai berikut:
Gambar 2. Kerangka Berpikir

Budaya Organisasi
Faktor Kontingensi Arsitektur KSM Organizational Culture
(Fernandez, 2010) (Tiwana, 1999) Assesment Instrument - OCAI
(Cameron & Quinn, 2006)

Proses KM yang akan Perancangan KMS


Infrastruktur KM
dikembangkan Unified Modelling Language
(Fernandez, 2010)
(Fernandez, 2010) (UML)

Proses KM saat ini Knowledge Audit


(Fernandez, 2010) RANCANGAN KMS DIKC
(Liebowitz et al., 2000)

Kerangka berpikir menggambarkan dengen pertimbangan bawah arsitektur


berbagai terori KM relevan yang digunakan tersebut sudah lengkap dan hanya perlu
untuk membangun KMS DIKC. Proses KM dilakuakan penyesuaian berdasarkan kondisi
yang dibutuhkan diidentifikasi dengan dan kebutuhan organisasi.
menggunakan faktor-faktor kontingensi Hasil analisa akan digambarkan pada
(Fernandez, 2010). Faktor kontingensi akan rancangan KMS menggunakan Unified
mempengaruhi proses KM yang dibutuhkan Modelling Language (UML) yang terdiri
dalam organisasi. Berdasarkan analisis dari diagram usecase dan activity diagram.
faktor kontingensi, didapatkan proses KM Selanjutya akan dilakukan validasi terhadap
yang akan dikembangkan serta masukan rancangan KMS untuk mengasilkan KMS
dalam penentuan fitur dari KMS. yang sesuai dengan kebutuhan organisasi
Selanjutnya dilakukan penilaian terhadap DIKC.
infrastruktur KM yang ada pada organisasi
untuk membangun sistem KM. Penilaiain 3. METODE PENELITIAN
infrastruktur juga dilengkapi dengan
identifikasi budaya organisasi dengan Metodologi yang digunakan untuk
intrumen OCAI (Cameron & Quiin, 2006), mengidentifikasi solusi KM dan kebutuhan
serta identifikasi pengetahuan umum dengan sistem dalam mendesain model KMS pada
knowledge audit (Liebowitz et al, 2000). penelitian ini adalah metodologi yang
Dari proses KM ini akan menjadi masukan dikembangkan oleh Fernandez (2010).
untuk menentukan fitur sistem KMS. Tahapan dari metodologi tersebut sebagai
Arsitektur KMS pada penelitian ini berikut (Fernandez, 2010):
disusun dengan mengadaptasi arsitektur a. Menentukan faktor-faktor kontingensi
KMS yang diperkenalkan oleh Tiwana b. Faktor kontingensi merupakan faktor-
(2002) yaitu The Seven-Layer KM System faktor yang menjadi parameter dan
Architecture, tujuh lapis arsitektur KMS. mempengaruhi solusi KM yang
Pemilihan arsitektur dilakukan dengan diputuskan dimasa yang akan datang.

14
c. Mengindentifikasi proses knowledge bersentuhan langsung dengan pelayanan
management berdasarkan faktor TIK DJBC.
kontingensi Pengolahan data terkait faktor
d. Pada tahap ini ditentukan proses kontingensi untuk mendapatkan prioritas
knowledge management yang sesuai proses KM yang dibutuhkankan dilakukan
berdasarkan faktor-faktor kontingensi dengan perhitungan dan pemetaan ke tabel
organisasi. faktor kontingensi (Fernandez, 2010).
e. Menyusun prioritas proses KM Pengolahan data terkati proses KM yang ada
knowledge management yang saat ini dilakukan dengan menggunakan
dibutuhkan skala likert, 1 s.d 5 dengan masing-masing
f. Mengidentifikasi proses knowledge mewakili kondisi proses KM saat ini.
management yang telah ada Pengolahan data terkait infrastruktur KM:
g. Mengidentifikasi proses knowledge budaya organisasi, OCAI, dilakukan dengan
management tambahan yang menjumlahkan setiap bagian pertanyaan
dibutuhkan. Proses KM tambahan yang yang bersesuaian kemudian dibagi
dibutuhkan organisasi didapatkan berdasarkan jumlah responden untuk
dengan membandingkan hasil proses mendapatkan nilai rata-rata. Pengolahan
KM yang didapat dari proses tahap 3 dan data terkait knowledge audit menjumlahkan
tahap 4, jika terdapat perbedaan akan jawaban responden untuk setiap
diidentifikasi apakah perlu ditambahkan pengetahuan dan sumber pengetahuan.
atau tidak.
h. Menilai infrastruktur knowledge 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
management
i. Mengembangkan tambahan sistem, 4.1 Identifikasi Proses KM yang akan
mekanisme, dan teknologi KM yang dikembangkan
dibutuhkan.
Identifikasi proses KM yang dibutuhkan
Metode pengumpulan data dilakukan
dilakukan untuk mendapat prioritas proses
dengan wawacanra dan penyebaran
KM yang akan dikembangkan. Proses
kusioner. Wawancara dilakukan untuk
identifikasi dilakukan dengan pemetaan
mendapatkan informasi terkait kegiatan
prioritas proses KM yang dibutuhkan
pengelolaan pengetahuan di DIKC, serta
berdasarkan penilaiain faktor kontingensi
untuk mendapatkan informasi yang tidak
dengan proses KM yang ada saat ini.
diperoleh dari kuisioner. Narasumber
a. Identifikasi prioritas proses KM yang
informasi adalah pimpinan DIKC yang
dibutuhkan.
memahami kondisi orgnisasi DIKC dan
Berdasarkan hasil identifikasi data faktor
melakukan analisis bisnis dan analisis
kontingensi yang diperoleh melalui
kebutuhan sistem DJBC, serta pejabat yang
kuisioner dan wawancara, rangkuman hasil
memiliki fungsi melakukan perencanaan
penilaian faktor kontingensi DIKC sebagai
TIK untuk kinerja DIKC dan DJBC.
berikut:
Instrumen kuisioner digunakan untuk
Tabel 1. Hasil Identifikasi Faktor
mendapatkan data terkait faktor kontingensi,
Kontingensi
proses KM saat ini, budaya organisasi dan
knowledge audit (jumlah responden 72
orang). Kuisioner juga digunakan untuk
mendapatkan prioritas fitur yang akan
dikembangkan (jumlah responden 30 orang).
Responden kuisioner pada penelitian ini
adalah pegawai DIKC subdit OSP, PDPI,
dan PSSO, karena ketiga subdit inilah yang

15
bernilai “Ok”. Sedangkan nilai yang sesuai
Selanjutnya hasil nilai faktor kontingensi atau diberi tanda yang berbeda dengan satu
dipetakan ke dalam tabel faktor kontingensi kemungkinan bernilai “Yes”. Pemberian
dan dilakukan scoring. nilai yang dilakukan dengan ketentuan
Tabel hasil pemetaan faktor kontingensi “Yes” diberi nilai 1, “Ok” diberi nilai 0,5 dan
ditunjukkan Tabel 2. “No” Diberi nilai 0. Pengarsiran
Pemberian nilai dilakukan dengan menunjukkan bahwa nilai tersebut sesuai
ketentuan nilai yang tidak sesuai bernilai (“OK” atau “Yes”).
“No”, nilai yang sesuai atau diberi tanda
yang berbeda dengan dua kemungkinan

Tabel 2. Analisis Nilai Faktor Kontingensi dengan Proses KM

Penentuan prioritas proses KM


dilakukan dengan mengurutkan nilai
kumulatif masing-masing proses dengan
urutan prioritas tinggi (skor lebih besar dari
5), sedang (skor lebih besar dari 3 dan
kurang dari atau sama dengan 5), rendah
(skor kurang dari atau sama dengan 3).
Penelitian ini menggunakan urutan prioritas b. Identifikasi prioritas proses KM yang
sedang kedalam urutan prioritas tinggi. ada saat ini.
Prioritas proses KM berdasarkan analisis Identifikasi proses KM saat ini dilakukan
tabel faktor kontingensi sebagai berikut: berdasarkan data hasil kuisioner yang terdiri
dari 8 pertanyaan dan menggunakan skala
linkert. Presentase dan peringkat nilai hasil
Tabel 3. Prioritas Proses KM kuesioner proses KM DIKC saat ini
Berdasarkan Faktor Kontingensi ditunjukkan oleh Tabel 4.
c. Proses KM yang akan dikembangkan.
Proses identifikasi proses KM yang akan
dikembang diperoleh melalui pemetaan
prioritas proses KM berdasarkan penilaiain

16
faktor kontingensi dengan proses KM yang
dibutuhkan saat ini. Aturan untuk mendapat
prioritas proses KM yang akan
dikembangkan adalah (1) setiap proses KM
pada faktor kontingensi dan proses KM yang
ada saat ini diklasifikasikan menurut tinggi
dan rendahnya. Prioritas dikatakan tinggi
jika berada dalam peringkat 1 sampai dengan
5, dan akan dikatakan rendah jika berada
pada peringkat 6 sampai dengan 8. (2) Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui
melakukan pemetaan dengan tabel acuan kebutuhan prioritas pengembangan pertama
seperti ditunjukkan tabel 5 (Wahyuni, 2015). proses KM. Kemudian dilakukan justifikasi
Tabel 4. Prioritas Proses KM Saat Ini bahwa proses KM tambahan yang
dibutuhkan dan menjadi prioritas
pengembangan proses KM adalah yang
menempati peringkat 1 dan 2, yaitu
combination, internalization, direction,
socialization for knowledge sharing, dan
exchange.
4.2 Analisis Infrastruktur KM

a. Budaya organisasi
Tabel 5. Pemetaan Prioritas Pemetaan budaya organisasi
Pengembangan Proses KM menggunakan analisis data hasil kuisioner
untuk mendapatkan kondisi kepentingan
pengetahuan, pengelolaan pengetahuan, dan
kebutuhan akan sistem KM. Pemetaan
budaya organisasi juga dilengkapi dengan
OCAI (Cameron dan Quinn, 2006) untuk
mengetahui jenis budaya organisasi DIKC.
Identifikasi budaya organisasi dengan OCAI
menghasilkan perhitungan sebagai berikut:
Tabel 7. Perhitungan Tipe Budaya
Organisasi dengan OCAI
Berdasarkan aturan yang telah diuraikan
diatas, selanjutnya dilakukan pemetaan
proses KM berdasarkan faktor kontingensi
dengan proses KM saat ini seperti
ditunjukkan Tabel 6.

Tabel 6. Hasil Pemetaan Proses KM Berdasarkan


Faktor Kontingensi dengan Proses KM Saat Ini

Tabel di atas dapat disimpulkan bahwa


budaya organisasi yang paling dominan
DIKC adalah tipe budaya klan dengan skor
28,22. Dengan budaya organisasi tipe klan,
pegawai dalam lingkungan DIKC
menganggap organisasi DIKC layaknya

17
sebuah keluarga (Cameron, 2006). Terjalin dan 500 Mbps backup. Aspek richness
hubungan kekeluargaan diantara pegawai. berhubungan dengan keragaman data dan
Pemimpin organisasi dianggap sebagai informasi yang dimiliki oleh DIKC berupa
orang tua dan panutan yang memberikan data eksportir importir dan data pendukung
contoh baik bagaimana seharusnya berlaku lainnya. Aspek aggregation berhubungan
dalam menyelesaikan pekerjaan. dengan repositori yang dimiliki DIKC dan
Berdasarkan pada hal tersebut, komitmen dibedakan menjadi repositori elektronik dan
dalam organisasi DIKC adalah tinggi, repositori non-elektronik. Repositori
dimana setiap individu merupakan bagian elektronik DIKC memiliki server terpusat
penting dalam organisasi DIKC. yang berada di PUSINTEK Kemenkeu
sebagai pusat data sentralisasi, serta server
b. Struktur organisasi yang berada di Kantor Pusat DJBC yang
Penilaian dilakukan dengan menyimpan informasi terkait kegiatan
menggunakan struktur hierarki, keberadaan kepabeanan. Sedangkan untuk repositori
community of practices (CoP), serta peran non-elektronik berupa filling kabinet untuk
khusus dalam organisasi yang mendukung menyimpan dokumen fisik.
pengelolaan pengetahuan organisasi.
Struktur hierarki DIKC adalah tipe d. Pengetahuan Umum
sentralisasi. Berdasarkan wawancara dengan Pengetahuan yang ada dilingkungan
pimpinan, DIKC belum ada CoP dan peran DJBC diidentifikasi dengan menggunakan
khusus dalam pengelolaan pengetahuan, knowledge audit. Tujuan audit pengetahuan
baik secara struktur ataupun peran yang adalah untuk mengetahui pengetahuan
melekat pada struktur organisasi yang organisasi, sumber pengetahuan, serta
ditunjuk sebagai unit yang mengelola potensi terkait pengembangan pengetahuan
pengetahuan organisasi di DIKC. Berikut hasil knowledge audit
DIKC berdasarkan pengolahan data
c. Infrastruktur Teknologi Informasi kuisioner:
Penilaian infrastruktur TI dilakukan
dengan menganalisis empat aspek yaitu 1) Pengetahuan strategis DIKC
reach, depth, richness, dan aggregation Pengetahuan strategis yang dimaksud
(Fernandez, 2010). Aspek reach adalah semua pengetahuan yang diperlukan
berhubungan dengan koneksi dan jaringan, dan mendukung proses bisnis DIKC.
setiap perangkat komputer DIKC telah Pengetahuan tersebut diidentifikasi,
terhubung dengan jaringan internet dan kemudian diurutkan berdasar penilaian
intranet yang disediakan oleh Kemenkeu terbesar seperti yang terlihat pada Gambar 3
dengan sistem sentralisasi. Aspek depth sebagai berikut:
berhubungan dengan bandwidth, DIKC dan
DJBC terhubung dengan jaringan internet
Kemenkeu dengan besar 500 Mbps primary

18
Gambar 3. Identifikasi Pengetahuan DIKC

Gambar di atas terlihat bahwa 2) Sumber Pengetahuan


pengetahuan yang paling banyak dibutuhkan Sumber pengetahuan merupakan
oleh pegawai DIKC adalah troubleshooting referensi utama yang digunakan pegawai
terkait troubleshooting aplikasi, database, mencari pengetahuan. Hasil audit sumber
server dan jaringan). pengetahuan ditunjukkan Gambar 4.

Gambar 4. Identifikasi Sumber Pengetahuan DIKC

19
Gambar 4 terlihat bahwa sumber e. Lingkungan Fisik
pengetahuan yang menjadi referensi utama Berdasarkan data hasil knowledge audit,
pegawai dalam pencarian pengetahuan fasilitas lingkungan fisik untuk mendukung
antara lain dengan bertanya, melalui pekerjaan di DIKC sudah memadai.
internet, pendidikan formal, pelatihan dan
melalui kegiatan diskusi. Sementara untuk 4.3 Pengembangan Sistem, Mekanisme
sumber pengetahuan tersebut, dari hasil data dan Teknologi KM yang Dibutuhkan
kuisioner, responden berpendapat bahwa
44,44% pengetahuan tersebut masih belum Identifikasi dilakukan dengan metode
terdokumentasi (tacit) dan sisanya 55,56 observasi dan melalui studi literatur sesuai
sudah terdokumentasi secara elektronik atau dengan prioritas proses KM yang telah
non-elektronik (eksplisit) walaupun masih diidentifikasi pada tahap sebelumnya.
belum terstandar. Identifikasi mengacu kepada tabel
identifikasi kebutuhan proses, mekanisme
3) Kegiatan berbagi pengetahuan dan teknologi yang disusun oleh Fernandez
Hasil knowledge audit menunjukkan (2010). Hasil identifikasi ditunjukkan pada
bahwa kegiatan berbagi pengetahuan di Tabel 8.
DIKC cenderung dilakukan melakui diskusi
informal antar pegawai, dan itupun hanya
sebatas pada rekan satu bagian/ seksi (eselon
IV)

4) Rekomendasi terkait pengetahuan


Beberapa rekomendasi pengembangan
```` KM berdasarkan data knowledge audit:
 Memperbanyak kegiatan berbagi
pengalaman antar pegawai, terutama
bagi pegawai dengan masa kerja lebih
lama dan berpengalaman, sehingga
mampu menjembatani perbedaan
kemampuan dengan pegawai baru. Lebih
lanjut dapat difasilitasi dengan
penyediaan sistem manajemen dan
berbagi pengetahuan yang memadai,
sehingga setiap pegawai dapat
berkontribusi untuk menuangkan ilmu
dan pengalaman yang dimiliki.
 Memperbanyak SOP dan memperbaiki
dokumentasi sistem yang ada di DIKC,
baik itu dokumentasi aplikasi maupun
dokumentasi perangkat, dan terus
melakukan update setiap ada perubahan
konfigurasi.
 Diperlukannya pelatihan untuk
meningkatkan pengetahuan pegawai,
terutama bidang ilmu yang berkaitan
langsung dengan pekerjan dan tidak
didapat dibangku pendidikan (kuliah).

20
Tabel 8. Pemetaan Kebutuhan Proses KM dengan Mekanisme dan Teknologi

Fitur-fitur yang telah diperoleh pada fitur berjumlah 30 orang pegawai, 10 orang
Tabel 8 dituangkan dalam bentuk kuisioner, pegawai dari tiap subdit OSP, PDPI, dan
untuk mengetahui fitur mana saja yang PSSO. Hasil tabulasi kuisioner fitur
menjadi prioritas pengguna dan mendukung ditunjukkan pada Gambar 5.
pekerjaan sehari-hari. Responden kuisioner
Gambar 5. Identifikasi Kebutuhan Fitur KMS DIKC

21
Fitur yang akan dikembangkan adalah 4.4 Kebutuhan Fungsional
fitur dengan responden lebih dari 50% atau
15 orang pegawai. Sehingga dari Gambar 5, Use case diagram yang memenuhi
prioritas fitur yang akan dikembangkan kebutuhan fungsional KMS DIKC
adalah wiki, manajemen dokumen, forum ditunjukkan pada gambar 6.
diskusi, FAQ (Frequently Asked Question).
dan e-learning

Gambar 6. Use Case Diagram KMS DIKC

Membuat wiki

Mengubah wiki

Menghapus wiki
<<include>>

Menambah dokumen <<include>>


<<include>>
Mengubah dokumen <<include>>
<<include>>
Menghapus dokumen
<<include>>
LO GIN
Mengikuti forum

Pegawai
Membuat topik baru <<include>>

<<include>>
Mengelola FAQ
<<include>>

<<include>>
Mengikuti elearning

Memvalidasi
pengetahuan

Mengelola
pengguna
Tim expert

Administrator

4.5 Desain Arsitektur KMS pengetahuan di DIKC dibangun dengan


menggunakan arsitektur Tiwana (2002)
Arsitektur KMS DIKC dibangun dengan beberapa penyesuaian sesuai kondisi
berdasarkan hasil analisis kebutuhan DIKC DIKC. Desain arsitektur KMS DIKC
yang didalamnya terdapat fitur-fitur yang ditunjukkan pada Gambar 7.
akan dikembangkan. Model KMS yang
disarankan untuk mendukung pengelolaan

22
Gambar 7. Arsitektur Model KMS DIKC

Interface Layer
Browser

Acces & Authentication Layer


Autentifikasi Pengguna

Application Layer

Wiki Manajemen Pengetahuan

Forum Diskusi FAQ E-Learning

Transport Layer
TCP/IP

Repositories Layer

File 1 File 2 File 3

Basis data

4.6 Desain Basis Data KMS

Desain basis data digunakan untuk


melihat relasi antar tabel yang mendukung DIKC terdiri dari 8 tabel ditunjukkan
sistem KMS DIKC. Desain basis data KMS Gambar 8.

Gambar 8. Desain Basis Data

wiki edit_wiki dokumen


PK id_wiki PK id_dokumen

judul tanggal judul


isi FK1 id_wiki deskripsi
tanggal FK2 id_user tanggal
FK1 id_user FK1 id_user

Pengguna
PK id_user

username
password
nama
nip
email
elearning forum
PK id_modul PK id_forum
faq
judul id_topik
deskripsi PK id_faq isi
file tanggal
tanggal tanya FK1 id_user
FK2 id_kategori jawab
FK1 id_user

kategori_elearning
kategori_faq
PK id_kategori
PK id_kategori_faq
nama_kategori
jenis_faq
FK1 id_faq

4.7 Desain Tampilan KMS akan dibangun yaitu halaman beranda, wiki,
manajemen dokumen, forum diskusi, FAQ
Desain tampilan KMS DIKC dibangun dan e-learning. Contoh desain tampilan wiki
berdasarkan fitur yang dihasilkan pada tahap KMS DIKC ditunjukkan Gambar 9.
sebelumnya. Desain tampilan fitur yang

23
Gambar 9. Desain Tampilan KMS DIKC

4.8 Validasi Desain KMS Assessment Instrument), tipe budaya


organisasi DIKC adalah klan. Tipe
Validasi desain KMS dilakukan untuk budaya ini mengutamakan kekeluargaan
menguji fungsionalitas fitur yang telah dan harmonisasi dalam bekerja, sehingga
dibangun dengan menggunakan metode mendukung penerapan knowledge
skenario. Desain KMS dipresentasikan dan management.
dikembalikan kepada pegawai DIKC 4. Validasi melalui pengujian desain
sebagai pengguna sistem. Hasil pengujian knowledge management system
menunjukkan fungsionalitas sistem yang dilakukan dengan metode skenario
dibangun sudah sesuai dengan harapan, untuk mendapatkan kesesuaian
namun harus diterus dikembangkan untuk fungsionalitas fitur dengan kebutuhan
penyempurnaan desain. pegawai DIKC dan mendapatkan
tanggapan positif bahwa desain dapat
5. SIMPULAN DAN SARAN diterima.
Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat Berdasarkan hasil penelitian ini, maka
disimpulkan sebagai berikut: saran untuk penelitian selanjutnya adalah:
1. Proses knowledge management yang 1. Merumuskan kebijakan terkait
mendukung knowledge management knowledge management untuk
system yang dapat digunakan untuk mendorong kegiatan pengelolaan
membantu proses knowledge sharing di pengetahuan secara berkelanjutan di
DIKC adalah Combination, lingkungan DJBC umumnya dan DIKC
Internalization, Direction, Socialization khususnya.
for knowledge sharing, Exchange. 2. Dibutuhkan komitmen pimpinan untuk
2. Fitur-fitur knowledge management terus mendukung dan memberi
system yang dihasilkan untuk dorongan knowledge management di
mendukung proses knowledge DIKC. Dorongan yang dimaksud dapat
management DIKC adalah wiki, dalam bentuk motivasi atau pemberian
manajemen dokumen, forum diskusi, penghargaan bagi pegawai yang aktif
FAQ (Frequently Asked Question) dan e- terlibat dalam kegiatan knowledge
learning. management.
3. Berdasarkan hasil analisis budaya 3. Menyempurnakan desain hasil
organisasi menggunakan instrumen penelitian ini dengan menetapkan fitur
OCAI (Organizational Culture KMS sebagai variabel bebas yang bisa

24
ditentukan langsung oleh pengguna
selama fitur tersebut mendukung proses Cameron, K. (2004). A Process for
KM prioritas organisasi DIKC, diluar Changing for Organizational Culture.
fitur yang telah ditetapkan diawal, Michigan: Published in Michael Driver
sehingga KMS yang dihasilkan lebih (Ed), The Handbook of Organizational
mengakomodasi keinginan pengguna Development.
untuk berbagi pengetahuan.
4. Menyempurnakan desain hasil Liebowitz, J., Rubenstein-Montano, B.,
penelitian ini secara terus menerus McCaw, D., Buchwalter, J., &
dengan melakukan iterasi sesuai Browning, C. (2000). The Knowledge
tahapan pengembangan perangkat lunak Audit. Knowledge and Process
secara berulang terhadap desain KSM Management, Volume 7 Number 1, pp 3-
dan menerima masukan dari pengguna 10.
sampai dihasilkan KMS yang siap
diimplementasikan di organisasi DIKC Tiwana, Amrit (2002). The Knowledge
Management Toolkit. New Jersey:
DAFTAR PUSTAKA Prentice Hall.

Awad, E, M., & Ghaziri, H, M. (2004). Wahyuni, R. (2015). Perancangan


Knowledge Management. New Jersey: Knowledge Management System: Studi
Pearson Education, Inc. Kasus Koordinator Wilayah Direktorat
Jenderal Kependudukan Dan
Becerra-Fernandez, I., Sabherwal, R. (2010). Pencatatan Sipil Kementerian Dalam
Knowledge Management Systems and Negeri. Jakarta: Universitas Indonesia
Processes. New York: M.E. Sharpe, Inc.

25

Anda mungkin juga menyukai