Anda di halaman 1dari 11

PENANGANAN HEWAN

DAN DAGING KURBAN

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA BARAT


DINAS KETAHANAN PANGAN DAN PETERNAKAN
Jl. Ir. H. Juanda No. 358, Bandung, Telp : 022 2501151, www.dkppjabarprov.go.id
1. Pendahuluan
2. Peraturan Perundang-undangan
3. Persyaratan Hewan
4. Persyaratan Daging Kurban
5. Kondisi Saat Ini
6. Sarana Prasarana Kurban
7. Penanganan Hewan Kurban
8. Penanganan Daging Kurban
9. Panitia Kurban
1 pendahuluan
Ibadah Kurban pada Idul Adha bagi umat Islam :
- sarana mendekatkan diri kepada Allah SWT
melalui hewan kurban yang disembelih.
- media sosial karena ada pemberian daging
hewan kurban kepada fakir miskin.

Namun ada beberapa hal yang harus


diperhatikan antara lain :
a. Jika hewan kurban yang dijual ternyata tidak
memenuhi persyaratan syariat Islam maka
hal tersebut dapat menyebabkan keresahan
masyarakat;

b. Hewan kurban yang tidak sehat dapat


menularkan penyakit ke hewan lainnya atau
kepada manusia (zoonosis);

c. Kebutuhan hewan kurban di satu wilayah


dapat menyebabkan meningkatnya laluintas
hewan kurban. Jika tidak dikelola dengan
baik maka dapat menyebabkan munculnya
penyakit hewan menular dan zoonosis
d. Tingginya kesadaran dan niat berkurban
menyebabkan munculnya tempat - tempat
pemotongan hewan darurat seperti di
halaman masjid, halaman sekolah, pinggir
jalan, lapangan, dan tempat - tempat
terbuka lainnya;

e. Waktu penyembelihan serentak sedangkan


ketersediaan juru sembelih tidak
sebanding dengan jumlah tempat
penyembelihan hewan kurban. Akibatnya
bermunculan tukang sembelih hewan
dadakan tanpa pengetahuan dan
keterampilan yang memadai;

f. Penyembelihan hewan kurban dan


penanganan dagingnya pada umumnya
masih dilakukan secara tradisional, serba
darurat, apa adanya, dan kurang
memperhatikan aspek kesejahteraan
hewan, higiene sanitasi dan kesehatan
lingkungan.
Pemerintah berkewajiban menjamin terpenuhinya persyaratan hewan kurban dan
dagingnya, baik berdasarkan syariat Islam mau pun kesehatan hewan, kesejahteraan
hewan dan kesehatan masyarakat veteriner (kesmavet).

Pemerintah melaksanakan pembinaan penanganan hewan kurban dan dagingnya baik


kepada petugas, panitia kurban, Dewan Kemakmuran Mesjid (DKM), juru sembelih mau
pun masyarakat.
2 peraturan perundangan
DIPERLUKAN PENGATURAN TENTANG
PENYEMBELIHAN HEWAN KURBAN
1. UNDANG UNDANG NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG PETERNAKAN
DAN KESEHATAN HEWAN
2. PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 95 TAHUN 2012 TENTANG
KESMAVET DAN KESEJAHTERAAN HEWAN
3. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 114/Permentan/
PD.410/9/2014 TENTANG PEMOTONGAN HEWAN KURBAN
UU NO 18 TAHUN 2009
Pasal 61 (1) Pemotongan hewan yang dagingnya diedarkan harus :
a. dilakukan di rumah potong; dan
b. mengikuti cara penyembelihan yang memenuhi kaidah kesehatan
masyarakat veteriner dan kesejahteraan hewan.
(2) Dalam rangka menjamin ketenteraman batin masyarakat, pemotongan hewan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b harus memperhatikan kaidah
agama dan unsur kepercayaan yang dianut masyarakat.
(3) Menteri menetapkan persyaratan rumah potong dan tata cara pemotongan
hewan yang baik.
(4) Ketentuan mengenai pemotongan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a dikecualikan bagi pemotongan untuk kepentingan hari besar keagamaan,
upacara adat, dan pemotongan darurat.
Pasal 66 (1) Untuk kepentngan kesejahteraan hewan di lakukan tindakan yang ber kaitan dengan penangkapan dan
penanganan; penempatan dan pengandangan; pemeliharaan dan perawatan; pengangkutan;
pemotongan dan pembunuhan; serta perlakuan dan pengayoman yang wajar terhadap hewan;

(2) Ketentuan mengenai kesejahteraan hewan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara
manusiawi yang meliputi :
a. penangkapan dan penanganan satwa dari habitatnya harus sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangan-undangan di bidang konservasi;
b. penempatan dan pengandangan dilakukan dengan sebaik-baiknya sehingga memungkinkan hewan
dapat mengekspresikan perilaku alaminya;
c. pemeliharaan, pengamanan, perawatan, dan pengayoman hewan dilakukan dengan sebaik-baiknya
sehingga hewan bebas dari rasa lapar dan haus, rasa sakit, penganiayaan dan penyalahgunaan, serta
rasa takut dan tertekan;
d. pengangkutan hewan dilakukan dengan sebaik-baiknya sehingga hewan bebas dari rasa takut dan
tertekan serta bebas dari penganiayaan;
e. penggunaan dan pemanfaatan hewan dilakukan dengan sebaik-baiknya sehingga hewan bebas dari
penganiayaan dan penyalahgunaan;
f. pemotongan dan pembunuhan hewan dilakukan dengan sebaik-baiknya sehingga hewan bebas dari
rasa sakit, rasa takut dan tertekan, penganiyaan, dan penyalahgunaan; dan
g. perlakuan terhadap hewan harus dihindari dari tindakan penganiayaan dan penyalahgunaan.

(3) Ketentuan yang berkaitan dengan penyelenggaraan kesejahteraan hewan diberlakukan bagi semua jenis
hewan bertulang belakang dan sebagian dari hewan yang tidak bertulang belakang yang dapat merasa
sakit.
PP NO 95 TAHUN 2012
Pasal 11 Pemotongan Hewan potong dapat dilakukan di luar rumah potong Hewan dalam hal
untuk:
a. Upacara keagamaan;
b. Upacara adat; atau
c. Pemotongan darurat.

Pasal 12 Pemotongan Hewan potong untuk keperluan upacara keagamaan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 11 huruf a hanya dapat dilakukan apabila di suatu kabupaten/kota:
a. belum memiliki rumah potong Hewan; atau
b. kapasitas pemotongan di rumah potong Hewan yang ada tidak memadai.

Anda mungkin juga menyukai