BAYI
A. LATAR BELAKANG
Pengalaman kegawatdaruratan
mendorong masyarakat awam untuk
mengetahui hal apa saja yang dapat ia
lakukan selama menunggu pertolongan
medis lanjut. Dengan mengetahui
macam-macam kasus kegawatdaruratan
yang ada, diharapkan masyarakat dapat
melakukan pertolongan yang tepat
terhadap kasus tesebut. Pada buku ini,
akan dibahas mengenai bantuan hidup
dasar dan penanganan tersedak.
B. TUJUAN
(Gambar 3)
2. kemudian, dari posisi menelungkup,
telapak tangan kita yang bebas
menopang bagian belakang kepala
bayi. Sehingga bayi berada di antara
kedua tangan kita (tangan satu
menopang bagian belakang kepala
bayi, dan satunya menopang mulut
dan wajah bayi).
3. Langkah selanjutnya balikan bayi
sehingga bayi berada pada posisi
menengadah dengan telapak tangan
yang berada diatas paha menopang
belakang kepala bayi dan tangan
lainnya bebas seperti pada gambar 4
(Gambar 4)
4. lakukan manuver hentakan pada dada
sebanyak lima kali dengan
menggunakan jari tengah dan
telunjuk tangan yang bebas di tempat
yang sama dilakukan penekanan dada
saat RJP pada bayi
5. jika korban menjadi tidak sadar,
lakukan RJP jika penyelamat tidak
yakin dengan apa yang harus
dilakukan, segera aktivasi SPGDT,
jangan ditunda. Penyelamat mungkin
dapat berhasil menghentikan korban
terseda sebelum bantuan datang
namun akan lebih baik jika korban
ditangani oleh tenaga medis. Jika
masih terdapat benda asing pada
saluran nafas, tenaga medis yang
datang dapat melakukan penanganan
segera dan membawa korban ke
rumah sakit untuk penanganan lebih
lanjut.
Sumbatan jalan napas
ringan
Sumbatan jalan napas berat
Korban dapat batuk dan
sadar Batuk tidak bersuara, suara
napas abnormal, kesulitan
bernapas, tidak sadarkan diri
Korban sadar
Tepukan di punggung
Korban tidak sadar (back blow) manuver
heimlich
Resusitasi jantung paru Dorongan pada dada
(chest trusht)
B. RESUSITASI JANTUNG PARU PADA
BAYI
(Gambar 11)
(Gambar 5)
(Gambar 6)
4. Buka jalan napas dan beri napas
bantuan
Pada bayi yang tidak sadarkan diri,
biasanya lidah menghalangi
saluran pernapasan, oleh karena itu
penolong harus membuka jalan
napas korban dengan teknik
menengadahkan kepala dan
mengangkat dagu seperti pada
dewasa.
Lakukan penekanan dada dan
bantuan napas secara
terkoordinasi. Untuk satu orang
penolong rasio perbandingan
dengan pemberian napas bantuan
yang dilakukan 30:2, dimana
setelah dilakukan 30 penekanan
terlebih dahulu diikuti dengan 2
napas bantuan, sebanyak 5 siklus.
Untuk korban anak dan bayi, jika
terdapat dua penolong yang
merupakan tenaga kesehatan yang
sudah terlatih untuk melakukan
bantuan hidup dasar dilakukan
bantuan dengan perbandingan
penekanan dadan dan napas
bantuan sebesar 15:2. Untuk bayi,
dilakukan napas dengan teknik
mulut penolong ke mulut dan
hidung bayi, pastikan seluruh
mulut dan hidung korban tertutup.
5. Mengaktifkan SPGDT
Jika ada dua penolong, salah satu
penolong harus segera
mengaktifkan SPGDT bersamaan
dengan bantuan hidup dasar yang
dilakukan oleh penolong yang
satu. Pada bayi, SPGDT dilakukan
setelah melakukan siklus RJP
selama 2 menit (5 siklus dimana
masing-masing siklus terdiri dari
30 penekanan dada dan 2 bantuan
napas). Setelah itu, penolong harus
kembali dan menggunakan alat
kejut jantung otomatis (AED) jika
ada atau melanjutkan RJP. RJP
dilakukan hingga bantuan datang
atau korban bernapas kembali
secara normal.
DAFTAR PUSTAKA