Anda di halaman 1dari 44

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Lalu lintas angkutan umum adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas

lalu lintas, angkutan umum, jaringan lalu lintas dan angkutan jalan, prasarana lalu

lintas dan angkutan jalan, kendaraan, pengemudi, pengguna jalan, serta

pengelolaannya. Lalu lintas dan angkutan jalan sebagai bagian dari sistem

transportasi nasional harus dikembangkan potensi dan peranannya untuk

mewujudkan keamanan, keselamatan, ketertiban, dan kelancaran berlalu lintas dan

angkutan jalan dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi dan

pengembangan wilayah (UU. RI, Nomor 22 Tahun 2009).

Semua kendaraan yang melintas di jalan raya, kendaraan bermotor roda

dua atau sepeda motor mempunyai risiko yang tinggi dalam menyumbang

kejadian kecelakaan lalu lintas. Cedera tak disengaja akibat kecelakaan kendaraan

bermotor lebih banyak menyebabkan kematian dibandingkan dengan tipe cidera

yang lainnya. Jumlah kecelakaan lalu lintas akibat dari kendaraan bermotor

dengan jenis kendaraan sepeda motor mengalami kenaikan dari tahun ke tahun

dari pada jenis kendaraan lainnya seperti mobil penumpang, bus, mobil truk

(Kenzie, dkk, 2007).

Usaha dalam rangka mewujudkan keselamatan jalan raya merupakan

tanggung jawab bersama antara pengguna jalan dan aparatur negara yang

berkompeten terhadap penanganan jalan raya baik yang bertanggung jawab

1
terhadap pengadaan dan pemeliharaan infra dan supra struktur, sarana dan

prasarana jalan maupun pengaturan dan penegakkan hukumnya. Kecelakaan lalu

lintas adalah suatu peristiwa di jalanyang tidak diduga dan tidak disengaja yang

melibatkankendaraan dengan atau tanpa pengguna jalan lain yangmengakibatkan

korban manusia dan kerugianharta benda. Kecelakaan lalu lintas adalah kejadian

pada lalu lintas jalan yang sedikitnya melibatkan satu kendaraan yang

menyebabkan cedera atau kerusakan atau kerugian pada pemiliknya (korban)

(Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009)

Kecelakaan lalulintas saat ini masih merupakan masalahkesehatan

masyarakat. Setiap hari di dunia lebihdari 3.000 orang meninggal yang

disebabkan olehkecelakaan lalu lintas (KLL). Angka kematian KLL85% terjadi di

negara berpenghasilan rendah dansedang, dan 90% setiap tahun menimbulkan

harisehat yang hilang (disability adjusted life years/DALYs). Pada tahun 2020

KLL di dunia diperkirakanakan menempati urutan ketiga setelah penyakitjantung

iskemik dan depresi (WHO, 2004 dalam Shabudin, et.al. 2011).

Cederaakibat kecelakaan lalu lintas masih tinggi. Kejadian kecelakaan

lalu lintastertinggi dijumpai di beberapa negara AmerikaLatin (41,7 per 100.000

penduduk), Asia (21,9dan 21,0 per 100.000 penduduk di KoreaSelatan serta

Thailand) (WHO, 2004 dalam Woro dan Subik, 2007).

Sebagian besar (70%) korban kecelakaan lalulintas di Indonesiaadalah

pengendara sepeda motor di sebabkan oleh kendaraan yang perlengkapan sepeda

motornyatidak lengkap (rem tidak ada, kaca spion tidak ada, lampu tidak

ada).Kontribusi sepeda motor terhadap kecelakaandi Indonesia adalah 80,3%


(14.223 kasus dari17.732) dan di Jakarta ialah 59,2% (2403 kasusdari 4065),

(Woro dan Subik, 2007).

Berdasarkan data Ditlantas Polda Aceh jumlah korban kecelakaan lalu

lintas (lakalantas) di Provinsi Aceh pada tahun 2011 sebanyak 1.327 kasus (naik

64,64 %), jumlah yang meninggal dunia 732 orang (naik 12,7%). Pada tahun 2012

sebanyak 1.413 kasus (naik 6,48 %), jumlah yang meninggal dunia 723 orang

(turun 1,2 %). pada tahun 2013 sebanyak 1.470 kasus (naik 4,03 %), jumlah yang

meninggal dunia mencapai 672 orang (turun 3,61 %) dan pada tahun

2014sebanyak 1.489 kasus (naik 1,34 %), jumlah yang meninggal dunia 717

orang (naik3,18 %). Begitu juga dengan kerugian materil yang dialami akibat dari

lakalantas meningkat dari Rp 6,2 miliar lebih menjadi Rp 6,79 miliar atau sekitar

10 persen pada tahun 2014. selain itu usia korban kecelakaan yang meninggal

umumnya didominasi oleh anak-anak usia muda atau masih produktif karena tak

mematuhi aturan berlalu lintas, seperti ugal-ugalan membawa sepeda motor dan

lain-lain(DitlantasPolda Aceh, 2015).

Berdasarkan laporan polres Aceh Barat Daya jumlah kasus kecelakaan

lalu lintas di Kabupaten Aceh Barat Daya pada tahun 2014 adalah sebanyak 38

kasus dengan korban meninggal dunia adalah sebanyak 24 orang, korban luka

berat sebanyak 30 orang dan korban luka ringan sebanyak 31 orang. Sedangkan

jumlah kasus kecelakaan pada tahun 2015 dari Januari hingga Juli 2015 adalah

sebanyak 37 kasus, dimana sebanyak 15 orang meninggal dunia, 29 orang luka

berat dan 37 orang luka ringan (Polres Aceh Barat Daya, 2015).
Akibat dari tingginya angka kecelakaan lalulintas dan sesuai dengan

resolusi PBB, pemerintah melalui Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2013 tentang

Program Dekade Aksi Keselamatan di Jalan. Diharapkan dengan pencanangan

Gerakan Nasional (Gernas) Berlalu Lintas dapat mencegah terjadinya lakalantas.

Berdasarkan observasi awal yang penulis lakukan di lapangan yaitu di

gampong Gadang, jumlah masyarakatgampong Gadang adalah sebanyak 247 KK

dan jumlah penduduk sebanyak 1.250 jiwa. Jumlah masyarakat yang memiliki

kendaraan sepeda motor pribadi adalah sebanyak 222 KK, sedangkan 10 KK

lainnya memiliki kendaraan sepeda motor berupa becak yang digunakan untuk

bekerja yaitu becak barangdan becak bus dan hanya 8 KK,selanjutnya sebanyak

7KK lainnya tidak memiliki kendaraan sepeda motor. Hampir seluruh masyarakat

gampong Gadang memiliki kendaraan sepeda motor. Jumlah kepala keluarga yang

memiliki SIM adalah sebanyak 71 orang, sedangkan 176 orang kepala keluarga

lainnya tidak memiliki SIM (Data Observasi awal di Gampong Gadang, 2015).

Masyarakat gampong Gadang yang memiliki kendaraan sepeda motor

banyak yang suka memodifikasi kendaraannya, seperti membuka kaca spion, atau

menggunakan kaca spion hanya satu saja. Dari hasil obsevasi di gampong Gadang

terdapat 1 kasus kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan meninggal dunia pada

tahun 2013 dan pada tahun 2014 terdapat 3 kecelakaan lalu lintas, 1 kasus

diantaranya meninggal dunia dan lainnya mengalami luka ringan, kecelakaan

tersebut terjadi karena disebabkan oleh tidak kendaraan yang tidak menggunakan

kaca spion. Karena jauh dari ibukota kabupaten kecelakaan lalu lintas ini tidak

terdaftar di kepolisian dan penyelesaian kecelakaan lalu lintas tersebut dilakukan


secara kekeluargaan, musyawarah tingkat gampong (Data Observasi awal di

Gampong Gadang, 2015).

Berdasarkan hasilpengamatan yang peneliti lakukan dengan 10 orang

masyarakat yang memiliki kendaraan sepeda motor peneliti menemukan bahwa

sebanyak 7 orang yang tidak menggunakan kaca spion, hal ini mereka lakukan

karena mereka menganggap penggunaan kaca spion adalah sebagai alat pelengkap

kenderaan saja tidak terlalu penting. Sedangkan yang 3 lainnya menggunakan

kaca spion karena takut kena razia yang sering dilakukan oleh pihak

kepolisian.Padahal seperti yang kita ketahui bahwa kegunaan kaca spion

sebenarnya untuk melihat kondisi jalan di belakang dan sekitar pengendara

sendiri, oleh karena itu sering terjadi kecelakaan karena kelengkapan kaca spion

diabaikan.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis melakukan suatu penelitian dalam

bentuk skripsi yang diberi judul: “Pengaruh Tidak Menggunakan Kaca Spion

pada Sepeda Motor Terhadap Keselamatan Lalu Lintas Pengendara di

Gampong Gadang Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun

2015.”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat

dirumuskan apakah adaPengaruh Tidak Menggunakan Kaca Spion pada Sepeda

Motor terhadap Keselamatan Lalu Lintas Pengendara di Gampong Gadang

Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun 2015.


1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui Pengaruh Tidak Menggunakan Kaca Spion pada

Sepeda Motor terhadap Keselamatan Lalu Lintas Pengendara di Gampong

Gadang Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat DayaTahun 2015.

1.3.2 Tujuan Khusus

Untuk mengetahui Pengaruh Tidak Menggunakan Kaca Spion pada

Sepeda Motor terhadap Keselamatan Lalu Lintas Pengendara di Gampong

Gadang Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat DayaTahun 2015.

1.4 Hipotesis
Ha : Adanya Pengaruh Tidak Menggunakan Kaca Spion pada Sepeda Motor

terhadap Keselamatan Lalu Lintas Pengendara di Gampong Gadang

Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat DayaTahun 2015.

1.5 Manfaat Penelitian


1.5.1 Manfaat Praktis

a. Bagi peneliti dapat menambah wawasan dalam melakukan penelitian

khususnya Pengaruh Tidak Menggunakan Kaca Spion terhadap

Keselamatan Pengendara di Gampong Gadang Kecamatan Susoh

Kabupaten Aceh Barat DayaTahun 2015.

b. Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar sebagai

salah satu bahan masukan atau informasi guna menambah bahan


perpustakaan yang dapat digunakan bagi pihak-pihak yang

berkepentingan.

c. Bagi pengendara sepeda motor yang belum memiliki kaca spion agar

melengkapinya.

d. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan penelitian ini dapat dijadikan

sebagai referensi untuk dipelajari dibangku perkuliahan, dan dapat

membanding- kan antara teori dengan praktek yang sesungguhnya.

1.5.2 Manfaat Teoritis

a. Agar para masyarakat dapat menggunakan kaca spion sesuai dengan

standar yang dianjurkan sehingga dapat terhindar dari kecelakaan lalu

lintas.

b. Agar pihak kepolisian lebih mensosialisaikan lagi atau memberikan

penyuluhan kepada masyarakat tentang bahyanya tidak menggunakan

kaca spion sesuai standar.


BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Keselamatan

Keselamatan berasal dari bahasa Inggris yaitu kata ‘safety’dan biasanya

selalu dikaitkan dengan keadaan terbebasnya seseorang dari peristiwa celaka

(accident) atau nyaris celaka (near-miss). Jadi pada hakekatnya keselamatan

sebagai suatu pendekatan keilmuan maupun sebagai suatu pendekatan praktis

mempelajari faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan dan

berupaya mengembangkan berbagai cara dan pendekatan untuk memperkecil

resiko terjadinya kecelakaan(Syaaf, 2007).

Menurut Silalahidan Rumondang(2003)menyatakan keselamatan

merupakan suatu usaha untuk mencegah setiap perbuatan atau kondisi tidak

selamat yang dapat mengakibatkan kecelakaan sedangkan kesehatan kerja yaitu

terhindarnya dari penyakit yang mungkin akan timbul setelah memulai

pekerjaannya.

Sedangkan pendapatMeggisonyang dikutip olehMangkunegara

(2000)bahwa istilah keselamatan mencakup kedua istilah yaitu resiko keseamatan

dan resiko kesehatan. Dalam kepegawaian, kedua istilah tersebut dibedakan, yaitu

Keselamatan kerja menunjukan kondisi yang aman atau selamat dari

penderitaan,kerusakan atau kerugian ditempat kerja. Resiko keselamatan

merupakan aspek-aspek dari lingkungan kerja yang dapat menyebabkan

kebakaran, ketakutan aliran listrik, terpotong, luka memar, keseleo, patah tulang,

kerugian alat tubuh, penglihatan, dan pendengaran. Semua itu sering dihubungan

8
dengan perlengkapan perusahaan atau lingkungan fisik dan mencakup tugas-tugas

kerja yang membutuhkan pemeliharaan dan latihan.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa keselamatan adalah suatu

usaha untuk mencegah terjadinya kecelakaan sehingga manusia dapat merasakan

kondisi yang aman atau selamat dari penderitaan, kerusakan atau kerugian.

2.2 Kecelakaan Lalu lintas

Kecelakaan tidak terjadi kebetulan, melainkan ada sebabnya. Oleh karena

ada penyebabnya, sebab kecelakaan harus dianalisis dan ditemukan, agar tindakan

korektif kepada penyebab itu dapat dilakukan serta dengan upaya preventif

lebihlanjut kecelakaan dapat dicegah. Kecelakaan merupakan tindakan tidak

direncanakan dan tidak terkendali, ketika aksi dan reaksi objek, bahan, atau

radiasi menyebabkan cedera atau kemungkinan cedera. Menurut D.A. Colling

(1990) yang dikutip oleh Bhaswata (2009) kecelakaan dapat diartikan sebagai tiap

kejadian yang tidak direncanakan dan terkontrol yang dapat disebabkan oleh

manusia, situasi, faktor lingkungan, ataupun kombinasi-kombinasi dari hal-hal

tersebut yang mengganggu proses kerja dan dapat menimbulkan cedera ataupun

tidak, kesakitan, kematian, kerusakaan ropertyataupun kejadian yang tidak

diinginkan lainnya.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas

dan Angkutan Jalan, mengungkapkan kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa

di jalanyang tidak diduga dan tidak disengaja yang melibatkankendaraan dengan

atau tanpa pengguna jalan lain yangmengakibatkan korban manusia dan/atau

kerugianharta benda. Kecelakaan lalu lintas adalah kejadian pada lalu lintas jalan
yang sedikitnya melibatkan satu kendaraan yang menyebabkan cedera atau

kerusakan atau kerugian pada pemiliknya (korban).

Menurut F.D. Hobbs (1995) yang dikutip Kartika (2009)

mengungkapkan kecelakaan lalu lintas merupakan kejadian yang sulit diprediksi

kapan dan dimana terjadinya. Kecelakaan tidak hanya trauma, cedera, ataupun

kecacatan tetapi juga kematian. Kasus kecelakaan sulit diminimalisasi dan

cenderung meningkat seiring pertambahan panjang jalan dan banyaknya

pergerakan dari kendaraan. Dari beberapa definisi kecelakaan lalu lintas dapat

disimpulkan bahwa kecelakaan lalu lintas merupakan suatu peristiwa pada lalu

lintas jalan yang tidak diduga dan tidak diinginkan yang sulit diprediksi kapan dan

dimana terjadinya, sedikitnya melibatkan satu kendaraan dengan atau tanpa

pengguna jalan lain yang menyebabkan cedera, trauma, kecacatan, kematian

dan/atau kerugian harta benda

pada pemiliknya (korban).

2.2.1 Klasifikasi Kecelakaan Lalu Lintas

Penggolongan Kecelakaan Lalu Lintas Berdasarkan Undang-undang

Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu lintas dan Angkutan Jalan pada pasal 229,

karakteristik kecelakaan lalu lintas dapat dibagi kedalam 3 (tiga) golongan, yaitu:

1) Kecelakaan Lalu Lintas ringan, yaitukecelakaan yangmengakibatkan kerusakan

kendaraan dan/atau barang.

2) Kecelakaan Lalu Lintas sedang, yaitukecelakaan yangmengakibatkan luka

ringan dan kerusakan kendaraandan/atau barang.


3) Kecelakaan Lalu Lintas berat, yaitu kecelakaan yangmengakibatkan korban

meninggal dunia atau luka berat.

2.2.2 Jenis Kecelakaan Lalu Lintas

Karakteristik kecelakaan lalu lintas menurut Dephub RI(2006) yang

dalam Kartika (2009) dapat dibagi menjadi beberapa jenis tabrakan, yaitu:

1. Angle(Ra), tabrakan antara kendaraan yang bergerak pada arah yang berbeda,

namun bukan dari arah berlawanan.

2. Rear-End(Re), kendaran menabrak dari belakang kendaraan lain yang bergerak

searah.

3. Sideswape(Ss), kendaraan yang bergerak menabrak kendaraan lain dari

samping ketika berjalan pada arah yang sama, atau pada arah yang berlawanan.

4. Head-On(Ho), tabrakan antara yangberjalanan pada arah yang berlawanan.

5. Backing, tabrakan secara mundur.

2.2.3 Dampak Kecelakaan Lalu Lintas

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 1993 tentang

Prasarana Jalan Raya dan Lalu Lintas, dampak kecelakaan lalu lintas dapat

diklasifikasi berdasarkan kondisi korban menjadi tiga, yaitu:

a. Meninggal dunia adalah korban kecelakaan yang dipastikan meninggal dunia

sebagai akibat kecelakaan lalu lintas dalam jangka waktu paling lama 30

harisetelah kecelakaan tersebut

b. Luka berat adalah korban kecelakaan yang karena luka-lukanya menderita

cacat tetap atau harus dirawat inap di rumah sakit dalam jangka waktu lebihdari
30 hari sejak terjadi kecelakaan. Suatu kejadian digolongkan sebagai cacat

tetap jika sesuatu anggota badan hilang atautidak dapat digunakan sama sekali

dan tidak dapat sembuh atau pulih untuk selama-lamanya.

c. Luka ringan adalah korban kecelakaan yang mengalami luka-luka yang

tidakmemerlukan rawat inap atau harus dirawat inap di rumah sakit dari 30

hari.

2.3 Peraturan dan Perundang-undangan Lalu Lintas

Undang-undang Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan

Jalan Raya merupakan produk hukum yang menjadi acuan utama yang mengatur

aspek-aspek mengenai lalu lintas dan angkutan jalan di Indonesia. Undang-

undang ini merupakan penyempurnaan dari undang-undang sebelumnya yaitu

Undang-undang Nomor 14 tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Raya yang sudah sudah tidak sesuai lagidengan kondisi, perubahan lingkungan

strategis, dankebutuhan penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan saat ini

sehingga perlu diganti dengan undang-undang yang baru. Setelah undang-undang

mengenai lalu lintas dan angkutan jalan yang lama diterbitkan kemudian

diterbitkan 4 (empat)Peraturan Pemerintah (PP), yaitu: PP No. 41/1993 tentang

Transportasi Jalan Raya,PP No. 42/1993 tentang Pemeriksaan Kendaraan

Bermotor, PP No. 43/1993 tentang Prasarana Jalan Raya dan Lalu Lintas, PP No.

44/1993 tentang Kendaraan dan Pengemudi. Lalu dibuatlah pedoman teknis untuk

mendukung penerapan Peraturan Pemerintah (PP) diatas yang diterbitkan dalam

bentuk Keputusan Menteri (KepMen).


2.4 Sepeda Motor

Sepeda MotorMenurut Undang-undang Republik Indonesia No. 22

Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, sepeda motor adalah

kendaraan bermotor beroda duadengan atau tanpa rumah-rumahdan dengan atau

tanpakereta samping atau kendaraan bermotor beroda tigatanpa rumah-rumah.

Pengendara sepeda motor harus mematuhi hukum yang sama dengan pengemudi

mobilyaitu yangtercantumpada Undang-undang No.22 Tahun 2009 tentang Lalu

Lintas dan Angkutan Jalan, yangdiatur dalamundang-undang tersebut antara lain

adalah:

a. Setiap pengendara sepeda motor di jalan harus memiliki Surat Izin

Mengemudi untuk sepeda motoryang mampu mengemudikan

kendaraannya dengan wajar.

b. Pengendara sepeda motor wajib mengutamakan keselamatan pejalan kaki.

c. Mengetahui tata cara berlalu lintas di jalan.

d. Sepeda motor hanya diperuntukkan hanya untuk dua orang.

e. Sepeda motor yang digunakan dijalan memenuhi persyaratan teknis dan

layak jalan

f. Pengemudi dan penumpang wajib menggunakan helm yang telah

direkomendasikan keselamatannya dan terpasang dengan benarSepeda

motor memiliki standar-standar yang wajib dipenuhi kelengkapan dari

kendaraan tersebut yang di atur dalam Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun

1994 tentang Kendaraan dan Pengemudi. Standar mengenai kendaraan


bermotor jenis sepeda motor yang diatur PP No. 44 Tahun 1994 adalah

sebagai berikut:

1. Lampu-lampu dan alat pemantul cahaya (Pasal 41-64). Sepeda motor

dengan atau tanpa lampu samping harus dilengkapi dengan lampu-

lampu dan pemantul cahaya yang meliputi lampu utama dekat, lampu

utama jauh, lampung penunjuk arah, satu lampu posisi depan dan

belakang, satu lampu rem, satu lampu penerangan tanda nomor

kendaraan di bagian belakang, satu pemantulan cahaya berwarna

merah yang tidak berbentuk segitiga. Lampu penunjuk arah berjumlah

genap dengan sinar kelap-kelip berwarna kuning tua dan dapat dilihat

pada waktu siang maupun malam hari oleh pemakai jalan lainnya.

Lampu penunjuk arah dipasang sejajar di sisi kiri dan sisi kanan bagian

muka dan bagian belakang sepeda motor.

2. Komponen pendukung (Pasal 70-79). Komponen pendukung

kendaraan bermotor terdiri dari pengaturkecepatan, kaca spion,

klaksondan sepakbor. Kaca spion sepeda motor sekurang-kurangnya

berjumlah satu buah. Kaca spion terbuat dari kaca atau bahan

menyerupai kaca yang tidak merugah jarak dan bentuk orang dan/atau

barang yang dapat dilihat.

2.4.1 Jenis Sepeda Motor

Sepeda motor dapat diklasifikasikan berdasarkan tujuan penggunaannya

menjadi 4 (empat) jenis sepeda motorDephub RI (2006) dalam Kartika (2009),

yaitu:
1. Sepeda motor harian. Sepeda motor inididesain untuk berjalan di jalan

raya.Bannya dibuatagar mampu menapakdengan baik dijalan raya, dan jenis

sepeda motor inilah yang paling banyak digunakan masyarakat Indonesia.

2. Sepeda motor trail. Sepeda motor inibiasanya digunakan untuk berkendara

dijalan aspal dan non aspal. Sepeda motorini dilengkapi dengan lampu

penerang sehingga dapat digunakan di jalan raya.

3. Sepeda motor off-road. Sepeda motorini didesain untuk kegiatan

rekreasiseperti sepeda motor kros dan bertualang. Jenisini tidak dapat

digunakan di jalan raya, biasanya tidak dilengkapidengan surat dan lampu serta

lampu indikator/sein

4. Sepeda motor roda tiga. Jenis ini lebihkepada sepeda motor dengan tiga

roda,tetapi bukan sepeda motor dengan tambahan kereta tempel di

bagiansisinya.

2.4.2 Pemeriksaan Sebelum Berkendara

Pemeriksaan sebelum berkendara sangat penting untung menjadi

perhatian sebelum berkendara, agar terhindar dari kondisi tak aman (unsafe

condition) dalam berkendara. Berikut adalah hal-hal yang harus diperhatikan

dalam pemeriksaan sebelum berkendara(Dephub RI, 2004):

1. Alat kendali.

a. Rem, periksa rem depan dan belakang secara bersamaan. Tiap rem harus

dapat menghentikan kendaraan dengan baik ketika melaju.

b. Kopling dan gas, kedua alat harus berfungsi dengan halus. Gas harus

segera berbalik ketika telah dilepaskan.


c. Kabel-kabel, pastikan semua kabel dan tali dalam kondisi baik, berfungsi

secara halus dan tidak terdapat kabel yang kusut dan dalam keadaan

terurai

2. Ban.

a. Tekanan, periksa tekanan ban (khususnya saat ketika kondisi ban masih

dingin) karena berpengaruh pada pengendalian dalam berkendara.

b. Tapak ban, ban dengan permukaan yang tidak rata merupakan hal yang

dapat membahayakan saat berkendara, khususnya pada saat melintas di

jalan yang licin.

c. Tapak ban harus memilikialur kedalaman sedikitnya1mm. Tiap ban

memilikiindikator tapak ban. Sisi bantidakboleh memilikilebar lebih dari

tapak ban. Jika ban mulai tidak rata,harus lebih hati-hatidalam

berkendara.

d. Kerusakan,periksa apakah terdapat pecahan pada tapak ban, paku,ataupun

potongan benda tajam lainnya. Bahkan sebuah lubang kecil sangatlah

berbahaya.

3. Lampu dan sein.

Pastikan bahwa semua lampu utama dan sein dalam keadaan bersih dan

dapat bekerja dengan baik.

a. Indikator,periksa semua lampu sein dan pastikan bahwa sein dapat

berkedip dan cukup terangsehingga dapat terlihat dengan baik.

b. Lampu utama, periksa lampu utamadengan menaruh tangandi depan

lampuutamasaat lampu dalam keadaan menyala untuk memastikan bahwa


lampu bekerja dengan baik,pada malam hari periksa lampu dim, untuk

memastikan bahwa lampu jauh dan dekat dapat bekerja dengan baik pula.

c. Lampu rem, coba semua tuas rem dan pastikan bahwa semua rem dapat

menyalakan lampurem. Periksa nyala lampu rem dengan menaruh tangan

di depan lampu rem atau dengan melihat pantulan cahanya pada dinding.

d. Klakson,periksa klakson anda dan pastikan dapat bunyi dengan baik.

4. Spion.

Bersihkan dan setel posisi spion sebelum mulaiberkendara.

Sangatberbahaya jika menyetel spion sepeda motorpada saat berkendara. Spion

harusdisetel agardapat melihat area di belakang.Dan jugaharus dapat melihatlajur

di sebelah dan di belakang pada kaca spion

5. Rantai

Periksa rantai sepeda motorapakah telah dilumasi dan setelannya telah tepat.

Baca bukumanual kendaraanuntuk mengetahui perawatan mengenai rantai.

Sepeda motor harus dilengkapi dengan pelindung rantai agar pakaiantidak

tersangkut pada rantai terkecuali rantaisudah tertutup oleh rangka.

2.4.3 Kaca Spion

Kaca spion adalah cermin lengkung bagian dari permukaan sebuah bola

yang berongga. Cemin ini dibedakan atas cermin cekung (konkaf) dan cermin

cembung (konveks). Jika cahaya dipantulkan dari sisi dalam bola, maka cermin

disebut cermin cekung, sebaliknya jika cahaya dipantulkan dari sisi luar bola,

maka cermin disebut cermin cembung(Giancoli, 2001).


Kaca spion adalah cermin cembung yang dipasang di mobil atau sepeda

motor ataupun kendaraan lainnya yang berfungsi untuk melihat keadaan lalu lintas

disekitar kendaraan kita khususnya yang ada di belakang. Jadi sangatlah penting

selama mengemudi untuk sesekali melihat kaca spion, apalagi saat kondisi

kendaraan mundur, belok, menyalip atau pindah jalur.

Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1994 tentang mengatur ketentuan

akan kenderaan dan pengemudi. standart kelengkapan kelengkapan kenderan

Pasal 70-79. Komponen pendukung kenderaan menjelaskan bahwa kaca spion

kenderaan bermotor berjumlah dua atau lebih, kecuali sepeda motor. Kaca spion

dibuat dari kaca atau bahan menyerupai kaca yang tidak merubah jarak dan

bentuk orang dan barang yang dilihat.Untuk sepeda motor sekurang-kurangnya 1

kaca spion.

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Dan

Angkutan Jalan. Mengemudikan sepeda motor di jalan yang tidak memenuhi

persyaratan teknis dan laik jalan yang meliputi kaca spion, klakson, lampu utama,

lampu rem, lampu penunjuk arah, alat pemantul cahaya, alat pengukur kecepatan,

knalpot, dan kedalaman alur ban. (Pasal 285ayat (1) Pasal 106 ayat (3), Pasal 48

ayat (2) dan (3) UULAJ).

Menurut SNI (2009) Kaca spion merupakan cermin untuk melihat ke

arah belakang kendaraan secara jelas. Kaca spion ini harus bisa diatur oleh

pengemudi dalam posisi mengemudi normal, arahnya mudah diatur, dapat tetap

bertahan pada posisi tertentu, dan juga harus harus dapat berfungsi dengan baik

pada siang dan malam hari.Cermin kendaraan bermotor, mencakup syarat mutu
kaca spion yang dipasang pada sepeda motor roda dua dan roda tiga tanpa rumah-

rumah (kendaraan bermotor kategori L). Kaca spion adalah cermin untuk melihat

kearah belakang kendaraan secara jelas. Ketentuan umum kaca spion ini diatur

dalam standar ini. Persyaratan mutu yang diatur dalam standar ini, meliputi: 1)

Dimensi, 2) Pemukaan pantul dan daya pantul, 3) Distorsi, 4) Ketahana terhadap

kelembapan, 5) Ketahanan terhadap korosi, 6) Ketahanan terhadap getaran, dan 7)

Ketahanan terhadap suhu tinggi dan rendah.

2.4.3.1 Dampak Tidak Menggunakan Kaca Spion

Dampak yang ditimbulkan kenderaan bermotor tidak menggunakan kaca

sipon disebutkan dalam Pasal 106 Undang Undang Nomor 22 tahun 2009 tentang

Lalu Lintas dan Angkutan Jalan bahwa Persyaratan Teknis Ranmor tidak

memenuhi persyaratan teknis meliputi:Kaca Spion, Klakson, Lampu utama,

Lampu mundur, lampu batas tanda batas Dimensi badan kendaraan, lampu

gandengan, lampu Rem, lampu penunjuk arah, alat pemantul cahaya, alat

pengukur kecepatan, kedalaman alur ban, kaca depan, spakbor, bumper,

penggandengan, penempelan, atau penghapus kaca. Pasal 285 ayat 2 Pasal 106 (3)

Pasal 48 (2) diancam dengan denda Rp. 500.000,-. Ini menandakan pemerintah

telah mempertimbangkan dampak dari ranmor tidak menggunakan kaca spion

akan mengganggu ketertiban dan keselamatan dalam berlalu lintas baik diri

pribadi maupun orang lain.

Keselamatan berkendara mengacu kepada perilaku berkendara yang

secara ideal harus memiliki tingkat keamanan yang cukup baik bagi diri sendiri

maupun bagi orang lain, agar dapat terhindar dari kecelakaan lalu lintas. Menurut
(WHO dalam Mahawati et al, 2013) kesehatan adalah keadaan sejahtera sempurna

secara fisik, mental dan sosial dan tidak hanya bebas dari penyakit atau ketidak

mampuan. Secara tradisional kesehatan adalah bebas dari penyakit atau rasa sakit.

Keselamatan adalah bagian dari tujuan teknik lalu lintas yang meliputi keamanan,

kenyamanan, dan keekonomisan dalam transportasi orang dan barang. (UU RI

No.22, 2009).

Menurut Arizona, dalam Mahawati et al, (2013)Kaca spion wajib ada 2

(kanan dan kiri). Bersihkan dan setel posisi spion sebelum mulai berkendara.

Sangat berbahaya jika menyetel spion pada saat berkendara. Spion harus disetel

agar dapat melihat area di belakang. Pengendara harus dapat melihat lajur di

sebelah dan di belakang pada kaca spion. Hal ini untuk menghindari terjadinya

kecelakaan pada saat berkendara.

2.4.3.2 Fungsi Kaca Spion

Fungsi kaca spion adalah melihat ke arah belakang kendaraan secara

jelas. Kaca spion ini harus bisa diatur oleh pengemudi dalam posisi mengemudi

normal, arahnya mudah diatur, dapat tetap bertahan pada posisi tertentu, dan juga

harus harus dapat berfungsi dengan baik pada siang dan malam hari (Standart

Nasional Indonesia, 2009). Dari penjelasan yang lain kaca spion berfungsi untuk

melihat keadaan lalu lintas disekitar kendaraan kita khususnya yang ada di

belakang, terutama saat kondisi kendaraan mundur, belok, menyalip atau pindah

jalur.
2.5 Upaya Keselamatan Lalu Lintas

Berdasarkan Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu lintas dan

Angkutan Jalan pada pasal 229perlu dilakukan beberapa perumusan dalam bentuk

5 (lima) strategi penanganannya, berupa :

1. Engineering

Wujud strategiyang dilakukan melalui serangkaian kegiatan pengamatan,

penelitian dan penyelidikan terhadap faktor penyebab gangguan/hambatan

keamanan, keselamatan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas serta

memberikan saran-saran berupa langkah-langkah perbaikan dan

penanggulangan serta pengembangannya kepada instansi-instansi yang

berhubungan dengan permasalahanlalu lintas.

2. Education

Segala kegiatan yang meliputi segala sesuatu untuk menumbuhkan

pengertian, dukungan dan pengikutsertaan masyarakat secara aktif dalam

usaha menciptakan keamanan, keselamatan, ketertiban dan kelancaran berlalu

lintas dengan sasaran masyarakat terorganisir dan masyarakat tidak

terorganisirsehingga menimbulkan kesadaran secara personal tanpa harus

diawasi olehpetugas.

3. Enforcement

Merupakan segalabentuk kegiatan dan tindakan dari polri dibidang lalu lintas

agar undang-undang atau ketentuan perundang-undangan lalu lintas lainnya

ditaati oleh semua para pemakai jalan dalam usaha menciptakan kenyaman

dan keselamatan berlalulintas.


4. Encouragement

Encouragementdapat diartikansebagaidesakanatau pengobar semangat.

Bahwa untuk mewujudkan kenyamanan dan keselamatan berlalu lintasjuga

dipengaruhi oleh faktor individu setiap pemakai jalan, dimanakecerdasan

intelektual individu/kemampuan memotivasi dalam diri guna menumbuhkan

kesadaran dalam dirinya untuk beretika dalam berlalu lintas dengan benar

sangat dibutuhkan untuk mewujudkan hal tersebut. Menumbuhkan motivasi

dalam diri bisa dipengaruhi oleh faktor internal (kesadaran diri seseorang)

maupun eksternal (lingkungan sekitarnya). Selaindari pada itu desakan

semangat untuk menciptakan situasi lau lintas harus dimiliki oleh semuastake

holderyang berada pada struktur pemerintahan maupun non pemerintah yang

berkompeten dalam bidang lalu lintas sehingga semua komponen yang

berkepentingan serta pengguna jalan secara bersama memiliki motivasi dan

harapan yang sama dengan mengaplikasikannya didalam aksi nyata pada

kehidupan berlalu lintas di jalan raya.

5. Emergency Preparedness and response

Kesiapan dalam tanggap darurat dalam menghadapi suatu permasalahan lalu

lintas harus menjadi prioritas utama dalam upaya penanganannya, kesiapan

seluruh komponen stake holder bidang lalu lintas senantiasa mempersiapkan

diri baik sumber daya manusia, sarana dan prasarana serta hal lainnya dalam

menghadapi situasi yang mungkin terjadi pemberdayaan kemajuan informasi

dan teknologi sangat bermanfaat sebagai pemantau lalu lintas jalan raya

disamping keberadaan petugas dilapangan, dalam mewujudkan Emergency


Preparedness and response ini perlu adanya konsistensi yang jelas di seluruh

stake holder dan dalam pelaksanaannya harus dapat bekerja sama secara

terpadu sesuai dengan SOP yang telah ditetapkan bersama

2.6 Kerangka Teoritis

Kerangka teori ini disimpulkan berdasarkan tinjauan kepustakaan diatas

yaitu menurut (Dephub RI, 2004):

1. Alat Kendali
2. Ban
3. Lampu dan Sein Keselamatan Lalu Lintas
4. Spion Pengendara
5. Rantai

Gambar 2.2 Kerangka Teori

2.7 Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependent

Kaca Spion Keselamatan Lalu Lintas


Pengendara

Gambar 2.3 Kerangka Konsep


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian surveiyang bersifat analitik

dengan pendekatan Cross Sectional, bahwa variabel bebas dan terikat diteliti pada

saat yang bersamaan saat penelitian dilakukan, yang bertujuan untuk mengetahui

Pengaruh Tidak Menggunakan Kaca Spion terhadap Keselamatan Pengendaran di

Gampong Gadang Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat DayaTahun 2015.

3.2 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

Penelitian ini di laksanakandi Gampong Gadang Kecamatan Susoh

Kabupaten Aceh Barat Daya pada tanggal 4-25 Desember2015

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang memiliki

sepeda motorharian gampong Gadang Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat

Daya sebanyak 222 Kepala Keluarga.

3.3.2 Sampel

Menurut Notoatmodjo (2005), cara pengambilan sampel pada penelitian

ini adalah secara acak sederhana atau random sampling dengan rumus

slovinsebagai berikut:

N
n=
1+N (d)²

24
Keterangan: N : Populasi Penelitian

n : Sampel penelitian

d : Tingkat Kesalahan/ eror yang di gunakan (0,1)

222
n=
1+222 (0,1)²

222
n=
1+222 (0,01)

222
n=
1+ 2,22

222
n=
3,22

n = 68,9 di bulatkan menjadi 69

Jadi jumlah keseluruhan yang diambil adalah sebanyak 69 responden.

Pengambilan sampel dilakukan secara acak.

3.3.3 KriteriaInklusidan Ekslusi

Adapun kriteria inklusi dan eksluisi adalah sebagai berikut :

1. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah kriteria dimana subjek penelitian dapat mewakili

dalam sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel

(Notoatmodjo, 2002) yaitu :


Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :

a. Kepala Keluarga (khususnya laki-laki) yang memiliki sepeda motor

pribadi

b. Bisa mengendarai sepeda motor atau tidak sedang sakit.

c. Berdomisili di Gampong Gadang Kabupaten Aceh Barat Daya.

2. Kriteria eksluisi

Kriteria eksluisi merupakan kriteria dimana subjek penelitian tidak dapat

mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian

(Notoatmodjo, 2002).

Kriteria eksluisi dalam penelitian ini adalah;

a. Kepala Keluarga yang tidak memiliki sepeda motor pribadi

b. Tidak bisa mengendarai sepeda motor atau sedang sakit.

c. Tidak berdomisili di Gampong Gadang Kabupaten Aceh Barat Daya.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Setelah data dikumpulkan penulis melakukan pengolahan data dengan

langkah-langkah sebagai berikut:

1. Editing (memeriksa), yaitu data yang telah didapatkan diedit untuk

mengecek ulang atau mengoreksi untuk mengetahui kebenaran.

2. Coding, dimana data yang telah didapat dari hasil penelitian dikumpul

dan diberi kode.

3. Tabulating data, data yang telah dikoreksi kemudian dikelompokkan

dalam bentuk tabel.


4. Transfering data, dimana data yang telah dibersihkan dimasukkan dalam

komputer kemudian data tersebut diolah dengan program komputer.

3.5 Jenis dan Sumber Data

1. Data Primer

Data yang diperoleh dari peninjauan langsung di lapangan melalui

wawancara dan observasi dengan menggunakan kuisioner yang telah

disusun sebelumnya.

2. Data Sekunder

Data yang diperoleh dari jurnal, skripsi, buku, kepala gampong Gadang

Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya, dari Kantor Kepolisian

bagian Satuan Lalu Lintas.


3.6 Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel Independent
No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
1. Kaca Spion Kaca untuk Wawancara Kuesioner 1. Ada Ordinal
melihat 2. Tidak Ada
kendaraan di
belakang
kendaraan
sepeda motor
Variabel Independen
1 Keselamatan Keselamatan Wawancara Kuesioner 1. Ada Ordinal
. Lalulintas diri pengendara 2. Tidak Ada
Pengendara sepeda motor
dari kecelakaan
lalu lintas

3.7 Aspek Pengukuran Variabel

Aspek pengukuran yang digunakan dalam pengukuran variabel dalam

penelitian ini adalah skala Guddman yaitu memberi skor dari nilai tertinggi ke

nilai terendah berdasarkan jawaban responden (Notoatmodjo, 2003.).

1. Kaca Spion

Ada: jika responden mendapat skor nilai >2

Tidak Ada: jika responden mendapat skor nilai ≤2

2. Keselamatan Pengendara

Ya: jika responden mendapat skor nilai >2

Tidak: jika responden mendapat skor nilai ≤2


3.8 Teknik Analisis Data

3.8.1 Analisis Univariat

Analisis Univariat dilakukan untuk mendapat data tentang distribusi

frekuensi dari masing-masing variabel, kemudian data ini di sajikan dalam bentuk

tabel distribusi frekuensi.

3.8.2 Analisis Bivariat

Analisis ini digunakan untuk mengetahui hipotesis dengan menentukan

pengaruh antara variabel independen (variabel bebas) dengan variabel dependen

(variabel terikat) dengan menggunakan uji statistik Chi-square (X2) (Budiarto,

2001).

Kemudian untuk mengamati derajat pengaruh antara variabel tersebut

akan di hitung nilai odd ratio (OR). Bila tabel 2 x 2, dan dijumpai nilai expected

(harapan) kurang dari 5, maka yang digunakan adalah “Fisher’s Exact Test”

Analis data dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak komputer

untuk membuktikan yaitu dengan ketentuan p value < 0,05 (H0 ditolak) sehingga

disimpulkan ada pengaruh yang bermakna.

Dalam melakukan uji Chi-Square ada syarat-syarat yang harus dipenuhi:

1. Bila 2 x 2 dijumpai nilai expected (harapan) kurang dari 5, maka yang

digunakan adalah fisher`s test,

2. Bila 2 x 2 dan nilai E > 5, maka uji yang dipakai sebaliknya Contiuty

Corection,

3. Bila table lebih dari 2 x 2 misalnya 2 x 3, 3 x 3 dan seterusnya, maka

digunakan uji pearson Chi-square.


4. Uji ‘’ likelihood Ratio’’, biasanya digunakan untuk keperluan lebih spesifik ,

misalnya analisis stratifikasi pada bidang epidemiologi dan juga untuk

mengetahui pengaruh linier dua variabel katagorik ,sehingga kedua jenis ini

jarang digunakan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum

Gampong Gadang terletak bersebelahan dengan Gampong Padang Hilir

dan Gampong Tangah, merupakan satu kemukiman di Kecamatan Susoh yang

disebut dengan kemukiman Rawa. Gampong Gadang dengan luas area 650 Ha

merupakan salah satu gampong dari 28 gampong di Kecamatan Susoh Kabupaten

Aceh Barat Daya. Gampong Gadang terdiri dari 3 Dusun yaitu Dusun Sehati,

Seakat dan Paris. Secara umum keadaan topografi gampong Gadang merupakan

dataran rendah yang tidak berbukit, degan mayoritas lahan adalah sebagai

persawahan masyarakat. Masyarakat dominan bermata pencaharian tani dan

berkebun. Ketinggian tanah lebih kurang 5 meter dari atas permukaan laut dengan

suhu rata-rata sedang.

Secara administrasi dan geografis Gampong Gadang berbatas dengan:

Sebelah Barat berbatas dengan Gampong Padang Hilir dan Kedai Siblah

Sebelah Timur berbatas dengan Gampong Blang Dalam

Sebelah Utara berbatas dengan Gampong Tangah

Sebelah Selatan berbatas dengan Gampong Padang Hilir

4.2 Hasil Penelitian


4.2.1 Analisis Univariat

1. Umur Responden

Hasil perhitungan frekuensi dan persentase berdasarkan umur responden

dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut dibawah ini:

31
Tabel4.1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan UmurResponden dalam Tidak
Menggunakan Kaca Spion pada Sepeda Motor terhadap
Keselamatan Lalu Lintas Pengendara di Gampong Gadang
Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun 2015
NO Umur Responden Frekuensi %
1 21-25 Tahun 8 11,6
2 26-30 Tahun 10 14,5
3 31-35 Tahun 4 5,8
4 36-40 Tahun 21 30,4
5 41-45 Tahun 14 20,3
6 >45 Tahun 12 17,4
Total 69 100
Sumber: data primer 2015

Berdasarkan tabel 4.1 di ketahui bahwa respondentertinggi yang

berumur 36-40 tahun adalah sebanyak21responden (30,4%), sedangkan

responden terendah yang berumur 31-35 tahun adalah sebanyak 4responden

(5,8%).

2. Pendidikan

Hasil perhitungan frekuensi berdasarkan pendidikan responden dapat

dilihat pada tabel 4.2 berikut dibawah ini:

Tabel4.2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan pendidikan Responden dalam


Tidak Menggunakan Kaca Spion pada Sepeda Motor terhadap
Keselamatan Lalu Lintas Pengendara di Gampong Gadang
Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun 2015
NO Pendidikan Frekuensi %
1 SD 6 8,7
2 SMP 18 26,1
3 SMA 20 29,0
4 Pendidikan Tinggi 25 36,2
Total 69 100
Sumber: data primer 2015
Berdasarkan tabel 4.2 dapat di ketahui bahwa responden tertinggi yang

berpendidikan perguruan tinggi sebanyak 25responden (36,2%) dan responden

terendah yang berpendidikan SD sebanyak 6 responden (8,7%).

3. Jenis Kelamin

Hasil perhitungan frekuensi dan persentase dari variabel jenis kelamin

dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut dibawah ini:

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Faktor Jenis Kelamin pada


Sepeda Motor terhadap Keselamatan Lalu Lintas Pengendara di
Gampong Gadang Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat
DayaTahun 2015
NO Jenis Kelamin Frekuensi %
1 Laki-laki 69 100
Total 69 100
Sumber: data primer 2015

Berdasarkan tabel 4.3 dapat di ketahui bahwa responden yang dalam

penelitian ini adalah sebanyak 69 responden (100%).

4. Kaca Spion

Hasil perhitungan frekuensi dan persentase dari variabel kaca spiondapat

dilihat pada tabel 4.3 berikut dibawah ini:

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Faktor Kaca Spion pada


Sepeda Motor terhadap Keselamatan Lalu Lintas Pengendara di
Gampong Gadang Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat
DayaTahun 2015
NO Kaca Spion Frekuensi %
1 Ada 27 39,1
2 Tidak Ada 42 60,9
Total 69 100
Sumber: data primer 2015

Berdasarkan tabel 4.3 dapat di ketahui bahwa responden yang pemakaian

kaca spionnya ada adalah sebanyak 27responden (39,1%), sedangkan responden

yang pemakaian kaca spionnya tidak ada adalahsebanyak 42responden (60,9%).


5. Keselamatan Lalu Lintas Pengendara

Hasil perhitungan frekuensi dan persentase dari variabel keselamatan

berkendaradapat dilihat pada tabel 4.4 berikut dibawah ini:

Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Keselamatan Lalu Lintas


Pengendara di Gampong Gadang Kecamatan Susoh Kabupaten
Aceh Barat Daya Tahun 2015
NO Keselamatan Lalu Lintas Frekuensi %
1 Ya 30 43,5
2 Tidak 39 56,5
Total 69 100
Sumber: data primer 2015

Berdasarkan tabel 4.4 dapat di ketahui bahwa responden yang merasakan

penggunaan kaca spion adalah sebagai salah satu faktor untuk menjaga

keselamatan berkendara adalah sebanyak 30responden (43,5%),

sedangkanresponden yang merasakan penggunaan kaca spion adalah sebagai salah

satu faktor untuk tidak ada menjaga keselamatan berkendara adalah sebanyak

39responden (56,5%).

4.2.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan variabel independen dan

dependen. Pengujian ini menggunakan uji chi-square. Dimana ada hubungan yang

bermakna secara statistik jika diperoleh nilai pvalue< 0,05.

a. Faktor Penggunaan Kaca Spion

Tabel 4.5. Pengaruh Faktor Kaca Spion pada Sepeda Motor terhadap
Keselamatan Lalu Lintas Pengendara di Gampong Gadang
Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat DayaTahun 2015
Kaca Keselamatan Berkendara Total
Spion AdaTidak AdaPvalue OR
f % f % f %
Ada 18 66,7 9 33,3 27 100 0,004 5,0
Tidak Ada 12 28,6 30 71,4 42 100 (1,7-14,1)
Jumlah 30 43,5 39 56,5 69 100
Sumber:data primer 2015
Berdasarkan tabel 4.5 diketahui bahwadari 27 responden yang ada

menggunakan kaca spion, sebanyak 18 responden (66,7%) yang merasa ada

keselamatan lalu lintas berkendara sepeda motor di jalan dan sebanyak 9

responden (33,3%) yang merasa tidak ada keselamatan lalu lintas berkendara

sepeda motor di jalan. Sedangkan dari 42 responden yang tidak ada menggunakan

kaca spion, sebanyak 12 responden (28,6%) yang merasa ada keselamatan lalu

lintas berkendara sepeda motor di jalan dan sebanyak 30 responden (71,4%) yang

merasa tidak ada keselamatan lalu lintas berkendara sepeda motor di jalan.

Berdasakan hasil uji chi square didapat nilai Pvalue= 0,004 dan ini lebih

kecil dari α = 0,05 (Pvalue= 0,004< α = 0,05) sehingga diuraikan terdapat pengaruh

yang signifikan antara faktor penggunaan kaca spion pada sepeda motor terhadap

keselamatan lalu lintas pengendara di Gampong Gadang Kecamatan Susoh

Kabupaten Aceh Barat Daya.

Berdasarakan hasil OR 5,0 dapat disimpulkan bahwa responden yang

merasa menggunakan kaca spion akan berpeluang sebanyak 5,0 kali untuk terjaga

keselamatan lalu lintas dibandingkan dengan responden yang tidak ada

menggunakan kaca spion.

4.3 Pembahasan

Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui pengaruh

penggunaan kaca spion pada sepeda motor terhadap keselamatan lalu lintas

pengendara di Gampong Gadang Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya.

Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah variabel independen yaitu
variabel kaca spion, dengan variabel dependen yaitu dengan keselamatan

pengendara.

4.3.1Pengaruh Faktor Kaca Spion terhadap Keselamatan Pengendara

Berdasakan hasil uji chi square didapat nilai Pvalue= 0,004 dan ini lebih

kecil dari α = 0,05 (Pvalue= 0,004 < α = 0,05) sehingga diuraikan terdapat pengaruh

yang signifikan antara faktor penggunaan kaca spion pada sepeda motor terhadap

keselamatan lalu linta pengendara di Gampong Gadang Kecamatan Susoh

Kabupaten Aceh Barat Daya.

Berdasarkan pengamatan peneliti dilapangan peneliti menemukan bahwa

responden yang menggunakan kaca spion merasa keselamatannya akan terjaga

dengan menggunakan kaca spion karena kaca spion yang digunakannya dalam

bentuk standar dan dimanfaatkan untuk melihat kendaraan yang ada di belakang

baik pada saat menyebrang maupun ingin berhenti. Sedangkan responden yang

menggunakan kaca spion akan tetapi merasa keselamatan mengendarai kendaraan

tidak di pengaruhi oleh kaca spion karena mereka menggunakan kaca spion yang

tidak standar yaitu ukurannya kecil dan mereka juga tidak memanfaatkan kaca

spion tersebut selama mengendara baik untuk menyeberang maupun berhenti.

Selanjutnya responden yang tidak menggunakan kaca spion akan tetapi

merasa bahwa kaca spion sangat bermanfaat bagi keselamatan pengendara

dikarenakan mereka melihat sendiri bahwa banyak kasus kecelakaan yang dialami

oleh pengendara karena mereka tidak mengetahui bagaimana kendaraan yang ada

di belakang mereka, bahkan banyak kasus kendaraan menyebrang lalu tertabrak

karena mereka tidak waspada dengan kendaraan yang melintas di belakang


mereka. Sedangkan responden yang tidak menggunakan kaca spion dan

beranggapan bahwa kaca spion tidak berpengaruh dengan keselamatan

pengendara karena mereka memang tidak pernah menggunakan dan

memanfaatkan kaca spion setiap kali mengendarai sepeda motor.

Menurut Silalahidan Rumondang(2003)menyatakan keselamatan

merupakan suatu usaha untuk mencegah setiap perbuatan atau kondisi tidak

selamat yang dapat mengakibatkan kecelakaan sedangkan kesehatan kerja yaitu

terhindarnya dari penyakit yang mungkin akan timbul setelah memulai

pekerjaannya.

Menurut SNI (2009) Kaca spion merupakan cermin untuk melihat ke

arah belakang kendaraan secara jelas. Kaca spion ini harus bisa diatur oleh

pengemudi dalam posisi mengemudi normal, arahnya mudah diatur, dapat tetap

bertahan pada posisi tertentu, dan juga harus harus dapat berfungsi dengan baik

pada siang dan malam hari.

Hasil penelitian diatas didukung oleh penelitian Asdar Mohamad (2013),

ternyata terdapat persamaan dan perbedaan. Persamaannya, hasil penelitiann

menunjukan adanya hubungan antara sikap dengan perilaku penggunaan kaca

spion terhadap pencegahan kecelakaan lalu lintas sepeda motor. Meskipun dengan

derajat signifikan yang berbeda. Pada penelitian ini derajat sinifikan (p=0,21)

sedang pada penelitian Safety riding dengan derajat signifikan (p=0,005).

Selanjutnya berdasarkan penelitian Notosiswoyo (2014) dimana

diperoleh hasil bahwa pecegahan kecelakaan lalu lintas oleh siswa SLTA di Kota

Bejkasi, ternyata sagat dipengaruhi oleh penggunaan kaca spion, penggunaan


helm, fungsi rem yang baik dan menghidupkan lampu baik pada siang dan malam

hari. Hal tersebut bila dikaitkan dengan pengetahuan mereka tentang manfaat

kacaspion, penggunaan helm, dan fungsi rem yang baik serta menyalakan lampu

besar motor bila berkendaraan di siang hari, ternyata ada kaitannya. Karena

mereka tidak tahu maka tidak melakukannya.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasakan hasil uji chi square didapat nilai Pvalue= 0,004 dan ini lebih

kecil dari α = 0,05 (Pvalue= 0,004 < α = 0,05) sehingga diuraikan terdapat pengaruh

antara tidak menggunakan kaca spion pada sepeda motor terhadap keselamatan

lalu lintas pengendara di Gampong Gadang Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh

Barat Daya.

5.2 Saran

1. Hasil penelitian tentang pengaruh tidak menggunakan kaca spion pada sepeda

motor terhadap keselamatan lalu lintas pengendara, menjelaskan bahwa

penggunaan kaca spion bersatandar sangat di perlukan, sehingga diharapkan

kepada pemerintah (dinas perhubungan dan polantas) hasil penelitian

menjelaskan bahwa warga pengendara yang tidak menggunakan kaca spion

pada sepeda motor banyak yang mengalami kecelakaan lalu lintas. Maka

disarankan kepada Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya (LLAJR) atau

pihak kepolisian khusus satuan lalu lintas agar melakukan penyuluhan atau

sosialisasi kepada masyarakat yang tidak menggunakan kaca spion

2. Kepada keuchik gampong Gadang hasil penelitian ini dapat memperkecil

kecelakaan lalu lintas sepeda motor di Gampong Gadang, selain itu dapat

meningkatkankepatuhan lalu lintas pada masyarakat terhadap keselamatan

berlalu lintas.

39
3. Kepada masyarakat pengguna sepeda motor agar dapat lebih memperhatikan

seluruh peralatan sepeda motor agar terhindar dari kecelakaan lalu lintas

seperti menggunakan Helm berstandar SNI, mengecek kondisi rem baik rem

tangan maupun rem kaki, menngecek klakson, lampu, dan kondisi ban.

Selanjutnya menggunakan kaca spionyang berstandar, yaitu dapat melihat

semuakendaraan di belakang baik sebelah kanan maupun sebelah kiri.


DAFTAR PUSTAKA

Asdar Mohamad (2013). Perilaku Safety Riding pada siswa SMA di Kabupaten
Pangkep Sulawesi Selatan. Thesis, FKM Universitas Hasanudin.
Tersedia dari: http//repository Unhas.ac.id/ handle/123456789/Muhamad
Asdar K11/093. (Diakses 14 Desember 2013).

Bhaswata, N. 2009. Gambaran Tingkat Pengetahuan Keselamatan Transportasi


Bus Kuning UI Pada Mahasiswa Sarjana Regular Angkatan Tahun 2005
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Skripsi. Fakultas
kesehatan masyarakat. Universitas Indonesia, Jakarta.
Budiarto. 2001. Metode Penelitian. Jakarta: EGC

DepHub RI. 2004. Panduan Penempatan Fasilitas dan Perlengkapan Jalan.


Direktorat Keselamatan Transportsi Darat, Departemen Perhubungan.
Jakarta.
Ditlantas PolDa NAD. 2013. Data Kecelakaan Lalu Lintas di Provinsi Aceh. Aceh
Gampong Gadang. 2015. Data Observasi Awal. Gampong Gadang

Giancoli. 2001. Fisika. Edisi 5. Jakarta: Erlangga

Kartika, M. 2009. Analisis Faktor-Faktor Penyebab Kecelakaan Lalu Lintas Pada


Pengendara Sepeda Motor Di Wilayah Depok Tahun 2008. Skripsi.
Fakultas kesehatan masyarakat. Universitas Indonesia, Jakarta.
Kenzie, JF, dkk. 2007 . Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC.
Mahawati et al.2013. Pola Interaksi Determinan Perilaku “Safety Riding” Dalam
Upaya Eliminasi Gangguan Kesehatan & Kecelakaan Lalu Lintas Guna
Meningkatkan Kualitas Hidup Generasi Muda. Laporan Akhir Penelitian
Dosen Pemula. Universitas Dian Nuswantoro, Semarang.

Mangkunegara. P. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. Perusahaan., PT


Remaja Rosdakarya : Bandung

Notoatmodjo,S.2002, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta.

Notoatmodjo, S. 2003. Pengantar Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Perilaku


Kesehatan, Andi Offset: Yogyakarta.

Notoadmodjo. S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Cetakan 3. PT Rineka


Cipta. Jakarta
Notoatmodjo,S.2002, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta.

Notosiswoyo M. 2014. Penggunaan VCD dan Leaflet untuk Peningkatan


Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Siswa dalam Pencegahan Kecelakaan
Sepeda Motor. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional: 8(8): Mei 2014

PolRes Aceh Barat Daya. 2015. Kecelakaan Lalu Lintas di Kabupaten Aceh Barat
Daya Tahun 2015. Aceh Barat Daya

Shabudin. 2010. Pengendara Sebagai Faktor Terjadinya Kecelakaan Lalu Lintas


Sepeda Motor Tahun 2010. Berita edokteran Masyarakat. Vol. 27 No. 2
Halaman 94-100.

Silalahi, Bennet & Silalahi, Rumondang. 2003. Seri Manajemen No. 112 :
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : PT Pustaka
Binaman Pressindo.

Standart Nasional Indonesia (SNI), 2009. Kaca Spion untuk Kendaraan Bermotor
Kategori L. Badan Standarisasi Nasional SNI 2770.2.

Syaaf, RZ., 2007. Modul Kuliah: Aspek Perilaku Keselamatan dan Kesehatan
Kerja. Depok : FKM UI
Undang-undang Republik Indonesia nomor 22 tahun 2009. Tentang Lalu Lintas
dan Permasal ahannya.
Woro dan Subik. 2007. Profil Keparahan Cedera pada Korban Kecelakaan Sepeda
Motor di Instalasi Gawat Darurat RSUP Fatmawati. Jurnal Medicinz. Vol
26 No.2 Halaman 65-72. Universitas Medicina.
KUESIONER PENELITIAN

PENGARUH TIDAK MENGGUNAKAN KACA SPION PADA SEPEDA


MOTOR TERHADAP KESELAMATAN LALULINTAS PENGENDARA
DI GAMPONG GADANG KECAMATAN SUSOH
KABUPATEN ACEH BARAT DAYA
TAHUN 2015

I. KarakteristikResponden
Nama :
JenisKelamin :
Umur :
Pendidikan :

II. Penggunaan Kaca Spion

N Pertanyaan
o
1 Apakah sepeda motor anda menggunakan 2 kaca spion
Ya

Jika tidak apa alasannya

2 Kaca spion yang anda gunakan apakah standar atau tidak standar
Ya

Tidak

3 Menurut anda kaca spion yang standar itu adalah yang sesuai dengan yang
diterapkan disaat pertama kali di beli
Ya

Tidak

4 Menggunakan kaca spion sebelah (kiri atau kanan) apakah dapat


mempengaruhi keselamatan anda?
Ya

Tidak

III. Keselamatan Lalu Lintas Pengendara

N Pertanyaan
o
1 Apakah penggunaan kaca spion lengkap dan standar apakah dapat
membantu anda menghindari kecelakaan lalu lintas
Ya

Tidak

2 Menurut anda pengertian lengkap adalah dua kaca spion di kiri stang dan di
kanan stang
Ya

Tidak

3 Kalau anda menggunakan kaca spion kecil (tidak standar) tentu pandangan
dibelakang akan kurang jelas sehingga mudah terjadi kecelakaan lalu lintas
Ya

Tidak

4 Berapa kali anda pernah mengalami kecelakaan


Satu kali

Lebih dari satu kali

5 Apakah anda mengalami kecelakaan karena tidak menggunakan kaca spion


Ya

Tidak

Anda mungkin juga menyukai