TATANIAGA PEMASARANNYA
Oleh:
ROSY IRLANDA
1604310016
FAKULTAS PERTANIAN
TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
MEDAN
2019
KATA PENGANTAR
B. Uraian tanaman
Klasifikasi
Devisi: Spermathophyta
Sub devisi: Angiospermae
Kelas: Monocotyledoneae
Ordo: Zingiberales
Family: Zingiberaceae
Genus: Zingiber
Spesies: Zingiber officinale
Minyak atsiri dari jahe dapat di peroleh dengan empat metode yaiu:
1. Penyulingan (destilation)
2. Ekstraksi dengan pelarut penguap
3. Pengempaan
4. Absorpsi dengan lemak padat
C. Deskripsi Jahe
Jahe tergolong tanaman herba, tegak, dapat mencapai ketinggian 40 – 100
cm dan dapat berumur tahunan. Batangnya berupa batang semu yang tersusun
dari helaian daun yang pipih memanjang dengan ujung lancip. Bunganya terdiri
dari tandan bunga yang berbentuk kerucut dengan kelopak berwarna putih
kekuningan.
Akarnya sering disebut rimpang jahe berbau harum dan berasa pedas.
Rimpang bercabang tak teratur, berserat kasar, menjalar mendatar. Bagian dalam
berwarna kuning pucat.
D. Komponen Utama
Rimpang jahe putih besar mengandung minyak atsiri, pati, resin, asam-
asam organic, asam malat, asam oksalat, dan gingerol. Sifat khas jahe disebabkan
adanya minyak atsiri dan oleoresin jahe. Aroma harum jahe disebabkan oleh
minyak atsiri, sedangkan oleoresinnya menyebabkan rasa pedas. Minyak atsiri
dapat diperoleh atau diisolasi dengan destilasi uap dari rhizoma jahe kering.
Ekstrak minyak jahe berbentuk cairan kental berwarna kehijauan sampai kuning,
berbau harum tetapi tidak memiliki komponen pembentuk rasa pedas. Kandungan
minyak atsiri dalam jahe kering sekitar 1 – 3 persen. Komponen utama minyak
atsiri jahe yang menyebabkan bau harum adalah zingiberen dan zingiberol.
Zingiberin (C15H24) adalah senyawa paling utama dalam minyak jahe.
Senyawa ini memiliki titik didih 340 C pada tekanan 44 mm, dengan berat jenis
pada 200C adalah 0,8684. Indeks biasnya 1,4956 dan putaran optic 73038’ pada
suhu 200 C. Selama penyimpanan zingiberence akan mengalami resinifikasi.
Sementara zingiberol merupakan seskwiterpen alcohol (C15H26O) yang
menyebabkan aroma khas pada minyak jahe.
Tanaman jahe mengandung minyak atsiri 0,6-3% yang terdiri dari α-
pinen, β-phellandren, borneol, limonene, linalool, citral,
nonylaldehyde, decylaldehyde, methyleptenon, 1,8 sineol, bisabilen, 1-α-
curcu min, farnese,humulen, 60% zingiberen dan zingiberole menguap, zat
pedas gingerol. Kandungan minyak tidak menguap disebut oleoresin,
suatu komponen yang memberi rasa pahit.
Komponen dalam oleoresin jahe terdiri atas gingerol dan zingiberen,
shagaol, minyak atsiri dan resin. Pemberi rasa pedas dalam jahe yang
utama adalah zingerol.
rimpang jahe juga mengandung flavonoid, 10-dehydroginger
dione,gingerdione, arginine, linolenic acid, aspartia acid , kanji, lipid, kayu
damar, asam amino, protein, vitamin A dan niacin serta mineral. Kadar
olesinnya mencapai 3%.
Asam-asam organik seperti asam malat dan asam oksalat, Vitamin A, B
(colin dan asam folat), dan C, senyawa- senyawa flavonoid, polifenol,
aseton, methanol, cineole, dan arginine.
E. Efek farmakologi
peluruh dahak atau obat batuk, peluruh keringat, peluruh haid, pencegah
mual dan penambah nafsu makan.
Antiseptik, circulatory stimulant, diaphoretic, peripheral vasodilator3.
Membuang angin, memperkuat lambung, memperbaiki pencernaan dan
menghangatkan badan.
obat karminatifa, diafiretika dan stimulansia dengan dosis Pemakaian 0,5
gram sampai 1,2 gram.
Minyak atsirinya mempunyai efek antiseptic, antioksi dan mempunyai
aktifitas terhadap bakteri dan jamur.
Secara tradisional digunakan untuk obat sakit kepala, gangguan pada
saluran pencernaan, stimulansia, diuretic, rematik, menghilangkan rasa
sakit, mabuk perjalanan dan sebagai obat luar untuk mengobati gatal-gatal
akibat gigitan serangga, keseleo, bengkak, serta memar.
Berbagai penelitian juga menyebutkan bahwa jahe memiliki efek
antioksidan dan antikanker.
Ekstrak jahe memberiefek positif terhadap respons proliferatif dan sitolitik
limfosit, selain itu ekstrak etanol jahe segar secara in vitro meningkatkan
proliferasi splenosit dan menurunkan tingkat kematian sel.
Jahe juga mengandung bahan antioksidan diantaranya senyawa flavonoid
dan polifenol, asam oksalat dan vit C, antioksidan ini dapat membantu
menetralkan efek merusak yang di sebabkan oleh radikal bebas dalam
tubuh.
Melindungi system pencernaan dengan menurunkan keasaaman lambung
dan menghambat terjadinya iritasi pada saluran pencernaan hal ini karena
jahe mengandung senyawa aseton dan methanol.
Jahe mengandung senyawa cineole dan arginine yang memiliki manfaat
memperkuat daya tahan sperma.
F. Jenis Tanaman
Jahe dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan ukuran, bentuk dan warna
rimpangnya. Umumnya dikenal 3 varietas jahe, yaitu :
1. Jahe putih/kuning besar atau disebut juga jahe gajah atau jahe badak
rimpangnya lebih besar dan gemuk, ruas rimpangnya lebih menggembung
dari kedua varietas lainnya. Jenis jahe ini bias dikonsumsi baik saat
berumur muda maupun berumur tua, baik sebagai jahe segar maupun jahe
olahan.
2. Jahe putih/kuning kecil atau disebut juga jahe sunti atau jahe emprit.
Ruasnya kecil, agak rata sampai agak sedikit menggembung. Jahe ini
selalu dipanen setelah berumur tua. Kandungan minyak atsirinya lebih
besar dari pada jahe gajah, sehingga rasanya lebih pedas, disamping
seratnya tinggi. Jahe ini cocok untuk ramuan obat-obatan, atau untuk
diekstrak oleoresin dan minyak atsirinya.
3. Jahe merah
Rimpangnya berwarna merah dan lebih kecil dari pada jahe putih
kecil. Sama seperti jahe kecil, jahe merah selalu dipanen setelah tua, dan
juga memiliki kandungan minyak atsiri yang sama dengan jahe kecil,
sehingga cocok untuk ramuan obat-obatan.
. Gingerol dari Rimpang Jahe
1. Struktur kimia, sifat dan golongan
2. Struktur
Rumus molekul gingerol C17H26O4.
Nama sistematik : (S)-5-hidroksi-1-(4-hidroksi-3-methoxyphenyl)-3-dekanon2.
A. Penyulingan
a) Penyulingan dengan air
Bahan yang akan di suling berkontak langsung dengan air yang mendidih.
Bahan ini dapat mengapung atau tenggelam, tergantung berat jenis bahan dan
jumlah bahan yang akan di sulig dan di masukkan kedalam ketel. Pemanasannya
dapat dilakukan dengan menggunakan pemanasan langsung, mantel uap, ataupun
pipa uap dalam spiral terbuka atau berlubang. Kecepatan penyulingan dapat di
atur melalui intensitas apinya, juga harus sesuai dengan keadaan alat dan bahan
yang akan di suling. diusahakan ada penambahan air untuk menjaga agar bahan
tidak terlalu panas dan pengisian bahan tidak terlalu penuh.
b) Penyulingan dengan air dan uap
Bahan olahan diletakkan di atas rak-rak atau saringan berlubang. Ketel
sulingnya di isi air hingga tidak berada jauh di bawah sarigan. Pemanasan air
dapat dilakukan dengan uap jenuh yang basah dengan bertekanan rendah jika
bahannya dalam jumlah yang banyak. Keuntungan alat ini adalah uap selalu
dalam keadaan panas, jenuh dan tidak panas. Dengan demikian penggunaan alat
ini lebih unggul, dilihat dari penggunaan bahan bakar yang sedikit. Akan tetapi
proses penyulingan lebih lama. Dalam beberapa keadaan, tekanan uap yang
rendah akan menghasilkan minyak atsiri berkualitas baik.
c) Penyulingan dengan uap
Penyuingan dengan uap ini prinsipnya sama dengan penyulingan air dan
uap. Perbedaan air tidak dimasukkan dalam ketel penyulingan. Uap yang
digunakan adalah uap jenuh atau uap yang kelewat panas pada tekanan di atas 1
atm. Uap dialirkan melalui pipa uap spiral berlubang yang terletak dibagian
bawah bahan. Kemudian uap bergerak keatas melalui bahan yang ada disaringan.
Penyulingan ini merupakan yang terbaik di bandingkan kedua jenis penyulingan
tadi, jika ditinjau dari segi biaya, kecepatan penyulingan, kapasitas minyak yang
dihasilkan.
Peralatan Penyulingan
Alat-alat yang diperlukan dalam penyulingan tergantung pada
banyaknya bahan dan metode penyulingan yang dilakukan. Ada tiga bagian
alat yang merupakan peralatan dasar yaitu : ketel suling (retor), pendingin
(kondensor) dan penampung hasil kondensasi (receiver), sedangkan untuk
penyulingan uap diperlukan bagian tambahan yaitu ketel uap.
1. Ketel Suling (retor), berfungsi sebagai wadah air dan atau uap untuk
mengadakan kontak dengan bahan serta untuk menguapkan minyak atsiri.
2. Pendingin (kondensor), berfungsi untuk mengubah seluruh uap air dan uap
minyak menjadi fase cair. Kondensor terdiri dari 4 tipe, yaitu : kondensor
kisi, kondensor pipa lurus, kondensor berpilin, kondensor tubular.
3. Penampung hasil kondensasi (receiver) yang berupa alat pemisah
minyak (decanter) yang berfungsi untuk memisahkan minyak dari air
suling (condesed water), dimana air suling tersebut akan terpisah
secara otomatis dari minyak atsiri.
4. Ketel uap berfungsi sebagai sumber penghasil uap. Kelemahan –
kelemahan Metode Penyulingan
1) Penyulingan dengan uap air atau air mendidih yang relatif lama
cenderung merusak komponen minyak karena proses hidrolisasi,
polimerisasi, dan resinifikasi.
2) Komponen minyak yang bertitik didih tinggi, khususnya yang larut
dalam air tidak dapat diangkut oleh uap air sehingga rendemen
minyak yang dihasilkan lebih rendah.
3) Komponen tertentu dapat terurai di dalam air suling dan tidak
dapat diperoleh kembali.
B. Ekstraksi
Alat ekstraksi atau ekstraktor menghasilkan bentuk minyak atsiri dari
bahan yang di ekstraksi. Ada 2 cara mengekstraksi yaitu mengekstraksi dengan
lemak dingin dan ekstraksi dengan menguap. Untuk mengekstaksi jahe menjadi
oleoresin biasanya menggunakan cara dengan pelarut menguap. Alat ekstaksi ini
umunya tersusun atas tangki air, ketel uap, kondensor, serta bangunan ekstraksi
yang terdiri atas alat penyuling dan beberapa tabung.
Bahan pelarut dialirkan secara terus-menerus melalui suatu penampang
kedalam tabung berisi bahan. Teknik yang digunakan adalah teknik arus
berlawanan sampai ekstraksi selesai. Cairan ekstrak disalurkan ke dalam tabung
hampa udara dan dipanaskan pada suhu tertentu untuk menguapkan pelarut dalam
ekstrak. Uap pelarut yang timbul dialirkan dalam kondensor untuk mencairkan
kembali pelarutnya, sedangkan unsure- unsur yang tertinggal dalam tabung
merupakan unsur tumbuhan yang bersifat lilin padat yang biasa disebut concrete.
Concrete ini sebenarnya sudah merupakan oleoresin, tetapi masih kasar sehingga
masih perlu dilakukan ekstraksi ulang dengan mencampurkan pelarut dalam
concrete.
Ekstrak ini dipanaskan pada suhu tertentu antara 30-400 C untuk
memperoleh oleoresin absolute hasil pada ekstraksi kedua masih perlu diekstraksi
lagi pada suhu 300 C dengan menambahkan pelarut alcohol. Walaupun sudah
dilakukan ekstraksi sebanyak 3 kali terhadap bubuk jahe oleoresin masih belum
juga murni. Oleoresin ini masih mengandung pelarut, yang dapat merepotkan
dalam menentukan kulitasnya.
Oleoresin jahe Adalah hasil pengolahan lebih lanjut dari tepung jahe.
Bentuknya berupa cairan cokelat dengan kandungan minyak asiri 15 hingga 35%.
BAB IV
ANALISI PEMASARAN
Peluang usaha minyak jahe menjadi salah satu celah bisnis yang
mengutungkan. Jahe diambil minyaknya yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan
pengobatan herbal. Minyak jahe memilki kandungan yang bagus bagi kesehatan.
Selain menghangatkan tubuh, minyak jahe juga dapat mengobati berbagai jenis
penyakit. Tak heran jika tanaman jahe ini masuk kategori tanaman obat-oabatan.
Bisnis minyak jahe merupakan bisnis yang sudah lama ada. Namun potensi bisnis
minyak jahe bisa dikatakan masih sangat menjanjikan. Permintaan minyak jahe
yang ada di pasaran memang meningkat dengan seiring pertumbuhan bisnis
herbal. Bahan yang satu sangat dibutuhkan untuk racikan obat herbal. Sehingga
bisa dibilang jika bisnis minyak jahe sangat menjanjkan. Keuntungan yang
dipetik dari bisnis minyak jahe memang dapat dikatakan sangat besar, tak heran
bisnis ini menarik di bahas dibawah ini.