Anda di halaman 1dari 40

FUNGSI PELAYANA E – KTP TERHADAP EFEKTIFITAS

PELAYANAN DI KECAMATAN TAWAELI

NAMA : MULTAZAM
STB : 215 010 310

i
BABA I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian


Sejak berlakunya otonomi daerah, pelayanan publik menjadi

tolak ukur keberhasilan dalam melaksanakan otonomi daerah, dengan di

keluarkannya undang-undang mengenai pelayanan publik, yaitu UU No.

25 Tahun 2009. Adapun pelayanan yang diberikan seperti pelayanan

prima, standar pelayanan minimum (SPM) pelayana satu atap/pintu,

pelayanan perizinan terpadu, IMB, akta kelahiran, pelayanan Kartu

Keluarga (KK), KTP elektronik (e-KTP) juga ada pelayanan kesehatan

dan pendidikan gratis.

Sejalan dengan kemajuan zaman peningkatan dalam berbagai

keperluan dalam sistem pelayanan publik menjadi lebih maju dan

berkembang dalam berbagai macam sektor. Melihat sistem tradisional

tidak lagi memadai baik dari segi dalam pembuatan KTP yang sekarang

sudah berbasis data base secara elektrik atau dengan sebutan e-KTP.

Program dimulai pada tahun 2009 di mulai dai 4 kota

percontohan kota tersebut ialah : Padang, Makassar, Yogyakarta, dan

Denpasar di mana 4 kota tersebut telah melaksanakan program

pelayanan E-KTP, san slanjutnya program tersebut di laksanakan di

seluruh Indonesia dan di bagi menjadi 2 tahap kedua. Tahap pertama di

mulai tahun 2011 dan berakhir paa 30 April 2012, dan tahap kedua

dilanjutkan pada tahun 2012 di masing-masing instansi baik dai tingkat

daerah sampai ketingkat pusat untuk memberikan pelayanan pembuatan

1
e-KTP. Kota palu dalam hal ini sampai pada kecamatan tawaeli yang

sebelumnya masih menjadi Kecamatan Palu Utara melakukan pelayanan

pembuatan e-KTP pada tahap kedua pada tahun 2012.

Kecamatan Tawaeli terdiri 6 kelurahan yaitu kelurahan Lambara,

Panau, Boya, Pantoloan dan Pantoloan boya yang melakukan proses

pelayanan pembuatan KTP elektronik atau e-KTP. Pada tahap kedua

dilaksanakannya E-KTP di Kecamatan Tawaeli ada dua Kecamatan yang

terjadi kendala salah satunya kecamatan Palu Utara yaitu tidak

tersedianya alat untuk proses perekam E-Ktp di kecamatan tersebut

yang di mana kecamatan Palu Utara terdiri dari 5 Kelurahan yaitu :

Kelurahan Mamboro Taipa, Kayumalue ngapei, Kayumalue Pajeko dan

Mamboro barat, sehingga harus melakukan Proses Pembuatan e-KTP

di Kecamatan Tawaeli.

Melihat banyaknya kendala yang dihadapi maka kecamatan

Tawaeli mempunyai strategi-strategi efektivitas mulai dari strategi

pendekatan sumber (Resources approach), pendekatan proses (Process

Approach), pendekatan sasaran (Goal Approach)/Jika target pelayanan

pembuatan E- Ktp tidak bisa dituntaskan tepat waktu, maka penulis

tertarik menganalisis fungsi pelayanan E-KTP terhadap efektivitas

pelayanan di kecamatan Tawaeli.

Kondisi tersebut diatas sangat jelas bahwa pencapaian tujuan

suat organisasi sangat tergantung pada tingkat kualitas pada pegawai

dalam melaksanakan tugas dan tanggung pada tugas dan tanggung

2
jawabnya sebagai abdi negara atau abdi masyarakat dengan kata lain

pelayanan masyarakat.

Untuk mengantisipasi agar tidak terjadi penyimpangan dalam

melaksanakan pelayanan kepada masyarakat maka pemerintah

mengharapkan para aparat atau petugas pelayanan dapat

melaksanakan, maka pemerintah mengharapkan para aparat atau

petugas pelayanan dapat melaksanakan prinsip-prinsip pelayanan yang

baik atau prima setidaknya sesuai dengan standar pelayanan yang

cepat, tepat dan akurat. Pelayanan berarti melayani suatu barang dan

jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat dalam segala bidang

penyelenggaraan pemerintah guna memberikan pelayanan dan

perlindungan bagi segenap masyarakat, melakukan, mobilisasi semua

sumber daya yang di perlukan serta membina hubungan baik dengan

pemerintah daerah dan pemerintah pusat.

Dalam hubungannya dengan kinerja dalam memberikan

pelayanan kepada masyarakat terutama pelayanan e-ktp, sebagai salah

satu kegiatan administrasi pada organisasi pemerintahan melalui

kelurahan, kecamatan, sampai pada kota/Kabupaten, dalam hal ini para

pelaksana pelayanan betul-betul dapat melaksanakan tugasnya sesuai

dengan prinsip-prinsip pelayanan yang berorientasi pada kepuasan

masyarakat.

Fungsi pelayanan masyarakat berkaitan erat dengan

pelaksanaan tugas-tugas umum pemerintah yaitu, sistem administrasi

kependudukan yang di dalam pelaksanaannya berkaitan erat dengan

3
hak sipil atau hak perdata penduduk. Sehubungan dengan hal tersebut

perlu dibentuk sistem administrasi kependudukkan sejalan dengan

kemajuan teknologi informasi komunikasi untuk memenuhi tuntutan

masyarakat atas pelayanan kependudukkan yang profesional. Hal ini

yang mendasar dibentuknya undang-undang no. 23 tahun 2006 tentang

administrasi kependudukan.

Administrasi kependudukan merupakan rangkaian kegiatan

penataan dan penertiban dalam penerbitan dokumen dan data

kependudukan melalui pendaftaran penduduk, pencatatan sipil,

pengelolaan informasi administrasi kependudukan serta

pendayalahgunaan yang hasilnya untuk pelayanan dan pembangunan

sektor lain.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti dapat

mengambil atau merumuskan permasalahan – permasalahan yang

terjadi dalam rangka pelayanan pembuatan e-ktp , yaitu :

1. Faktor – faktor yang menjadi Penghambat dan Pendukung proses

Pelayanan dan alternatif – alternatif Pemecahan masalahnya ?

2. Bagaimana fungsi petugas pelayanan / penyedia terhadap efektivitas

pelayanan pembuatan KTP elektronik atau E-Ktp di Kecamatan

Tawaelu?

4
C. Tulisan Penelitian
Dari rumusan – rumusan masalah diatas tujuan dari penelitian

adalah sebagai berikut :

1. Agar dapat mengetahui / mengukur bagaimana tingkat fungsi

pelayanan bagi para penyedia layanan atau pelaksana pelayanan

atas pembuatan E-Ktp yang berda di kecamatan Tawaeli Kota Palu.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi penghambat dan

pendukung serta alternatif pemecahan “Fungsi Pelayanan E-KTP

Terhadap efektivitas pelayanan di Kecamatan Tawaeli

D. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat berguna serta bermanfaat

terhadap segala pihak terkait, seperti pemerintahan serta selaku peneliti

sesuai dengan atas permasalahan yang etrjadi, maka peneliti bertujuan

sebagai berikut :

1. Segi Keilmuan

Menjadi referensi bagi peneliti yang mengkaji permasalahan,

fungsi pelayanan e-KTP terhadap efektivitas pelayanan di

Kecamatan Tawaeli

2. Segi Terapan

Tulisan ini diharapkan dapat menjadi sumber info,asi bagi

pengguna khususnya pimpinan dalam proses pengambilan

Keputusan terhadap fungsi pelayanan e-KTP terhadap efektivitas

pelayanan di Kecamatan Tawaeli.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Kinerja

prestasi kerja atau kinerja kerja merupakan suatu hasil kerja yang

dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan

kepada pegawai yang didasarkan atas kemampuan, disiplin,

kesungguhan kerja dan hasil kerja pegawai (Frazier Moore, 1987 : 23).

a. Pengertian Kinerja

Kinerja seorang karyawan merupakan hal yang bersifat

individual, karena setiap karyawan mempunyai kemampuan yang

berbeda – beda dalam mengerjakan tugasnya. Pihak Manajemen

dapat mengukur kerja atas karyawan berdasarkan kinerja dari

masing-masing karyawan . kinerja adalah sebuah aksi bukan

kejadian. Aksi kinerja itu sendiri terjadi dari banyak komponen dan

bukan merupakan hasil yang dapat dilihat pada saat itu juga. Kinerja

tergantung pada kombinasi antara kemampuan usaha dan

kesempatan yang diperoleh. Hal ini berarti bahwa kinerja merupakan

hasil kerja karyawan / pegawai dalam bekerja untuk periode waktu

tertentu dan penekanannya pada hasil kerja yang diselesaikan

karyawan pegawai dalam periode waktu tertentu (Timpe 1993:3).

Secara sederhana kinerja dapat diartikan sebagai hasil yang

dicapai oleh kinerja seseorang dalam periode waktu tertentu pada

bidang tertentu tercapainya yujuan dan sasaran yang ditetapkan oleh

perusahaan / lembaga untuk dapat memiliki kinerja yang tinggi dan

6
baik, seorang karyawan dalam melaksanakan pekerjaan harus

memiliki keahlian dan keteranpilan yang sesuai dengan pekerjaan

yang dimilikinya.

Kemudian menurut pendapat Mangkunegara, dalam bukunya

sumber daya manusia yang dimaksud dengan Prestasi kerja sama

dengan kinerja yang dimiliki arti hasil kerja secara kualitas dan

kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksaakan

tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya

(Anwar Mangkunegara 2000:65)

Berdasarkan uraian di atas dapat disampaikan bahwa kinerja

adalah merupakan suat hasil yang dapat diselesaikan atau yang

telah dilaksanakan sebagai tugas dan tanggung jawab yang

diberikan kepada pegawai / karyawan yang menjalankan tugas

dalam suat lembaga seperti di pemerintahan atau swasta.

Ada tiga aspek yang harus di jadikan sasaran dalam kinerja

menurut Sragian (1996:30) adalah :

1. Kinerja mempunyai kemampuan memainkan peran

2. Ketangguhan manajemen menyelenggarakan fungsi

keterampilan memimpin organisasi perusahaan yang

dihadapkan kepada tantangan.

Menurut (Mangkuprawisa dan Hubeis, 2007 : 153) Kinerja

adalah dari proses tertentu secara berencana pada waktu dan

tempat dari karyawan serta organisasi bersangkutan.

7
Selanjutnya untuk mengikuti kerja organisasi publik Levin dkk

(1990:28) mengusulkan tiga konsep yaitu : Responsifitas,

Responsibilitas, dan Akuntabilitas.

1. Responsiftas

Adalah kemampuan organisasi untuk mengenal kebutuhan

masyarakat menyusun agenda dan prioritas pelayanan dan

mengembangkan program pelayanan publik sesuai kebutuhan

masyarakat.

2. Responbilitas

Adalah memberikan makna apakah pelaksanaan kegiatan

organisasi publik itu dilaksanakan sesuai dengan prinsip

administrasi baik.

3. Akuntabilitas

Merujuk seberapa besar kebijakan dan kegiatan organisasi

publik tertentu pada para pejabat politik yang dipilih oleh rakyat

dan karenanya di pandang sesuai kehendak dan keinginan

Rakyat.

Anwar Prabu Mangku Negara (2009:75) mengemukakan

bahwa indikator kerja sebagai berikut :

1. Kualitas

Kualitas kerja adalah seberapa baik seorang karyawan

mengerjakan apa yang harusnya dikerjakan.

8
2. Kuantitas

Kuantitas kerja adalah seberapa lama seseorang bekerja

dalam satu harinya, kuantitas kerja ini dapat dilihat dari kecepatan

kerja setiap pegawai itu masing-masing.

3. Pelaksana Tugas

Pelaksana tugas adalah seberapa jauh karyawan mampu

melakukan pekerjaanya dengan akurat dan tidak ada kesalahan

4. Tanggung Jawab

Tanggung jawab terhadap pekerjaan adalah kesadaran

akan kewajiban karyawan untuk melaksanakan pekerjaan yang

diberikan oleh perusahaan atau lembaga.

2. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja


Kinerja karyawan / pegawai di pengaruhi oleh sejumlah faktor lain

terdiri dari faktor motivasi, kemampuan, pengetahuan, keahlian

pendidikan, pengalaman , pelatihan , minat , sikap kepribadian kondisi –

kondisi fisik dan kebutuhan fisiologi, kebutuhan sosial , dan kebutuhan

egoistik (Sutermeister, : 1994: 45).

Kemudian dalam pembahasan lainnya menurut maksum

menyatakan bahwa kinerja dipengaruhi oleh beberapa elemen pokok

yaiyu;

1) Menetapkan tujuan , sasaran , dan strategi operasi

2) Merumuskan indikator dan ukuran kerja

3) Mengukur tingkat ketercapaian tujuan dan sasaran – sasaran

organisasi

9
4) Evaluasi kerja / Fead back , penilaian kemajuan organisasi,

meningkatkan kualitas pengamalan Keputusan dan akuntabilitas

(Mahsum , 2000 : 63) dalam bagan lainnya Mahsum menjelaskan

kinerja pegawai dalam konteks pemerintah sebagai sektor publik ada

beberapa aspek yang dapat dinilai kinerjanya sebagai berikut :

1) Kelompok masukan (input)

2) Kelompok proses (proses)

3) Kelompok keluaran (output)

4) Kelompok hasil (out come)

5) Kelompok manfaat (benefit)

6) Kelompok Dampak (Impact)

3. Pelayanan
Pelayanan jasa tidak terwujud barang sehingga tidak tampak,
meskipun tidak tampak , proses penyelenggaraannya bisa di amati
ataupun dirasakan , suat layanan dapat dinilai cepat lambat
menyenangkan, menyulitkan, murah ataupun mahal.
Dari defenisi diatas dapat diketahui bahwa ciri pokok pelayanan
adalah tidak kasat mata dan melibatkan upaya manusia atau peralatan
lain yang disediakan oleh prusahaan / lembaga penyelenggara.
Di Inodnesia konsepsi pelayanan administrasi pemerintah sering
kali digunakan bersama-sama atau dipakai sebagai sinonim dari
konsepsi pelayanan peerjanjian dan pelayanan umum, serta pelayanan
publik. . hal ini dapat dilihat dalam dokumen pemerintah sebagaimana
telah dipakai dalam kementrian pedayagunaan aparatur negara yaitu,
segala bentuk pelayanan yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah
pusat di daerah, dalam lingkungan Badan Usaha Milik Negara dan
Badan Usaha Milik Daerah dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat

10
maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-
undangan (Kepmenpan, no. 63. Tahun 2003) .
Konsepsi pelayanan publiknberhunungan dengan bagaimana
menigkatkan kapasitas kemampuan pemerintah atau pemerintahan
daerah menjalanlan fungsi pelayanan dalam konteks pendekatan
ekonomi, menyediakan kebutuhan pokok dasar agi seluruh masyarakat.
pelayanan secara etimologi dapat diartikan sebagai "pelayanan"
berasal dari kata "layan" berarti membantu menyiapakan apa yang
diperlukan seseorang "meladeni" sedangkan "pelayanan" berarti
perihal/cara melayani, usaha melayani kebutuhan orang lain dengan
memperoleh imbalan atau jasa (poerwadarminta,1996:573).
Berdasarkan pendapat diatas, maka pelayanan merupakan
kegiatan untuk menyiapkan kebutuhan orang lain, dimana orang yang
melakukan hal tersebut mendapatkan imbalan dari orang yang telafi
disiapkan kebutuhannya.
Sejalan dengan pendapat tersebut, maka Moinir mengungkapkan
konsep pelayanan sebagai berikut :
"setiap kegiatan yang dilakukan oleh pihak yang ditunjuk guna
memenuhi kepentingan orang banyak namun tidak berarti pelayanan itu
sifatnya harus selalu kole{aif sebab melayani peroranganpun asal
kepentingan itu masi tarmaksud dalam rangka pemenuhan dan
kebutuhan bersama yang telah diatur" (moenir, 2006:12).

Berdasarkan konsep tersebut, maka dalam hat pelayanan

terdapat dua belah pihak, yaitu pihak yang dilayani clan pihak yang

melayani.

Bentuk maupun kegiatan layanan yang dilakukan tJerdasarkan

konsep diatas bertujuan untuk memenuhi kepentingan masyarakat.

Salah satu fungsi pemerintahan yang kini semakin disorot

masyarakat adalah pelayanan publik yang diselenggarakan oleh instansi-

instansi pemerintah yang menyelenggarakan pelayanan publik.

11
Peningkatan kualitas pelayanan publik yang diselenggarakan

instansi pemerintahan kini semakin mengemuka, bahkan menjadi

tuntutan masyarakat. Persoalan yang sering dikritisi masyarakat atau

para penerima layanan adalah persepsi terhadap "kualitas" yang melekat

pada seluruh aspek pelayanan. istilah "kualitas" menurut Tjiptono

(1996:55) mencakup pengertian:

1. Kesesuaian dengan persyaratan.


2. Kecocokan untuk pemakaian.
3. Perbaikan kelanjutan.
4. Bebas dari kerusakan/cacat.
5. Pemenuhan kebutuhan pelanggan sejak aal dan setiap saat.
6. Melakukan segala sesuatu secara benar.
7. Sesuatu yang bias membahaqiakan pelanggan.

Pada prinsipnya pengertian-pengertian tersebut diatas dapat

diterima bila dikaitkan dengan kebutuhan atau kepentingan masyarakat

yang menginginkan kualitas pelayanan dalam takarantertentu. Namun

demikian setiap jenis pelayanan publik yang diselenggarakan oleh

Instansi-instansi pemerintah tentu mempunyai kriteria kualitas tersendiri.

Hal ini tentu terkait erat dengan atribut pada masing-masing jenis

pelayanan.

Menurut Albrecht dan Zemke (dalam Dwiyanto,2005:145) bahwa

kualitas pelayanan publik merupakan hasil interaksi dari berbagai aspek,

yaitu sistem pelayanan, sumber daya manusia, pemberi pelayanan,

strategi, dan pelanggan (customers) Ivancevich, Lorenzi, Skinner dan

Crosby (dalam ratminto dan Atik,2005:2) berpendapat bahwa pelayanan

adalah produk-produk yang tidak kasat mata (tidak dapat diraba) yang

melibatkan usahausaha manusia dan menggunakan peralatan. ,

12
Senada dengan pendapat itu,Gronroos (dalam ratminto dan

Atik,2005:2) berpendapat :

Pelayanan adalah suatu aktivitas atau serangkaian aktivitas yang


bersifat tidak kasat mata (tidak dapat diraba) yang menjadi sebagai
akibat adanya interaksi antara konsumen dengan karyawan atau hal-hal
lain yang disediakan oleh perusahaan pemberi pelayanan yang
dimaksutkan untuk memecahkan permasalahan konsumenlpelanggan.

Tuntutan pelanggan untuk mendapatkan pelayanan yang lebih baik

(service execellence) tidak dapat dihindari oleh penyelenggara

pelayanan jasa. Tuntutan para penerima layanan untuk memperoleh

pelayanan yang lebih baik harus disikapi sebagai upaya untuk

memberikan kepuasan kepada penerima layanan.

Menurut sinambela (2010:5) adalah :

mengungkapkan pelayanan publik diartikan sebagai setiap


kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap sejumlah manusia
yang memiliki setiap kegiatan yang menguntungkan dalam suatu
kumpulan atau kesatuan, darn menawarkan kepuasan meskipun
hasilnya tidak terikat pada suatu produk secara fisik.

Kemudian moenir (2001:190) adalah:

menambahkan terdapat tiga bentuk dalam pelayanan umum, yaitu


layanan dengan lisan, layanan dengan menggunakan dengan tulisan dan
layanar dengan menggunakan perbuatan. Menurut ketiganya bentuk
layanan ini tidak dapat berdiri sendiri secara murni karena ketiganya
sering berkombinasi dalam proses pemberian pelayanan.

Pelayanan publik menurut pasolong, (2007:128) adalah :

setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap


sejumlah manusia yang memiliki setiap kegiatan yang menguntungkan
dalam suatu kumpulan atau kesatuan, dan menawarkan kepuasan
meskipun hasilnya tidak terikat pada suatu produk secara fisik

13
Selanjutnya agung kurniawan (2005:6) adalah :

mengatakan bahwa pelayanan publik adalah pemberian


pelayanan (melayani) keperluan orang lain atau masyarakat yang
mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok
dan tata cara yang telah ditetapkan.

Kemudian Soebarsono dalam Dwiyanto (2002:136) adalah :

mengatakan bahwa pelayanan publik merupakan produk birokrasi


publik yang diterima untuk pengguna maupun masyarakat secara luas
sehingga pelayanan publik dapat didefinisikan sebagai serangkaian
aktifitas yang dilakukan oleh birokrasi publik untuk memenuhi kebutuhan
pengguna

Pengguna yang dimakGutdisini adalah warga negara yang

membutuhkan pelayanan publik seprti pembuatan kart,-j tanda

peneduduk (KTP), kartu keluarga (KK), dan lain sebagainya.

Sedangkan menurut sinambela (2006:6) pelayanan publik adalah :

sebagai proses pemenuhan kebutuhan melalui aktifitas orang lain


secara langsung. Pelayanan publik melibatkan sedikitnya dua pihak yaitu
yang melayani dan pihak yang dilayani, keduanya harus dapat
melakukan interaksi yang saling menguntungkan baik yang dilayani
maupun yang melayani.

Adapun terdapat lima indikator pelayanan publik menurut

fitsimmons dalam sinambela (2007:7) sebagai berikut :

1. reliability (handal).
yaitu suatu pelayanan yang baik ditandai dengan adanya pemberian
pelayanan yang tepat dan benar.
2. Tangibles (jelas) .
yang ditandai dengan penyediaan yang memadai sumber daya
lainnya.
3. Responsiveness (tanggap).
yang ditandai dengan keinginan melayani konsumen.
4. Assurance (kepastian).
yang ditandai dengan tingkat kemauan untuk etika dan moral dalam
memberikan pelayanan.
5. Empathy (empati).

14
yang ditandal dengan tingkat kemauan untuk mengetahui tingkat
kemauan untuk mengetahui keinginan dan kebutuhan konsumen.

Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, ada lima hal yang perlu

diperhatikan dalam pemberian pelayanan publik, namun yang paling

singnifikan untuk diterapkan dalam lembaga pemerintah menurut Fandy

(dalam sinambela, 2006:45) adalah sebagai berikut:

1. Function (fungsi)
yaitu kinerja primer yang dituntuk
2. Conformance (pengesahan)
yaitu kepuasan yang didasarkan pada pemenuhan persyaratan
yang telah ditetapkan.
3. Reliability (dipercaya)
yaitu kepercayaan atas jasa dalam kaitannya dengan waktu.
4. Serviceability (pelayanan)
yaitu kemampuan untuk melakukan perbaikan apabila terjadi
kekeliruan.
5. Adanya assurance (jaminan}
yang mencakup pengetahuan,kemampuan,kesopanan dan sifat
dapat dipercaya yang memiliki para staf,bebas dari bahaya,resiko
atau keragu-raguan.

Kelima hal ini akan menjadikan satu produk kebijakan lebih

potensial dalam mengakses semua kepentingan publik. Namun

demikian, produk kebijakan yang baik harus didukung kemampuan

birokrasi yang memadai pada tingkat implementasi. Untuk itu

pemberdayaan pelayanan aparat birokrasi yang perlu dilakukan.

menurut Bintoro (dalam sinambela 2006:45) adalah sebagai

berikut.

1. Pegembangan efficiency standard measurements, tolak ukur,standar


unit dan standar cost perlu ditingkatkan untuk meminimalisir unsur-
unsur biaya yang tidak profesional.
2. Perbaikan prosedur dan tata kerja rasional organisasi yang lebih
efisien dan efektif dalam manajemen operasional yang proaktif.

15
3. Mengembangkan dan memantapkan mekanisme koordinasi yang
lebih efektif.
4. Mengendalikan dan menyederhanakan birokrasi (regulatory fungtion)
dengan management dan minimize pelayanan jasa.

4. Efektifitas
Efektifitas adalah sejauh mana dapat mencapai tujuan pada waktu

yang tepat baik dari segi pelaksanaan tugs pokok, dari kualits produk

yang dihasilkan Produktifits , dan pengembangannya .

Efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh

target (kuantitas, kualitas, dan waktu) yang telah di capai oleh

manajemen , yang ,ana target tersebut sudah di tentukan terlebih dahulu.

Sedangkan kriteria ntuk mengukur efektifitas suatu organisasi da

tiga pendekatan, seperti yang di kemukakan oleh martani dan Lubis

(1987:95) yakni:

a. Pendekatan sumber (Resourc Approach) yakni mngukur efektifitas


suatu dari input . pendekatan mengutamakan adanya keberhasilan
organisai untuk memperoleh sumber daya , baik fisik maupun
nonfisik yang sesuai dengan kebutuhan organisasi.
b. Pendekatan proses (proses Appreach) adalah untuk melihat sejauh
mana efektifitas pelaksaaan program dan semua kegiatan proses
internal atau mekanisme organisasi.
c. Pedekatan sasaran(goal Approach) dimana pusat perhatian pada
out put mengukur keberhasilan organisasi untuk mencapai hasil
(out ut) yang sesuai dengan rencana.

Selanjutnya Steers, Richard M (1985:141) mngemukakan 5 kriteria

dalam pengukuran efektifitas, yaitu : Produktifitas, Kemampuan adaptasi

kerja, Kepuasan Kerja, Kemampuan berlaba dan pencarian Sumber

Daya.

Hal ini sesuai dengan pendapat H. Emerson yang dikutip

Handayaningrat (1994:16) yang mengatakan bahwa :

16
“ efektifitas adalah pengukuran dalam arti tercapainya tujuan yang

telah ditentukan sebelumnya". Sedangkan Georgopolous dan

Tannembaum (1985:50) mengemukakan :

Efektifitas ditinjau dari sudut pencapaian tujuan, dimana


keberhasilan suatu organisasi harus mempertimbangkan bukan saja
sasaran organisasi tetapi juga mekanisme mempertahankan diri dalam
mengejar sasaran"

Menurut Rafianto dalam Masruri (2014-11)" Efektifitas adalah:

seberapa baik pekerjaan yang dilakukan, sejauh mana orang


menghasilkan keluaran sesuai dengan yang diharapkan.lni berarti bahwa
apabila suatu pekerjaan dapat diselesaikan dengan perencanaan, baik
dalam waktu, biaya maupun mutunya, maka dapat dikatakan efektif'

Menurut Gibson et.al dalam Bungkaes (2013:46)

"Efektifitas ada;ah penilaian yang dibuat sehubungan dengan


prestasi individu, kelompok, dan organisasi. Makin dekat prestasi mereka
terhadap prestasi yang diharapkan (standar), maka akan lebih efektif
dalam menilai mereka „

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa

efektifitas adalah pencapaian sebuah tujuan yang dilakukan dengan cara

yang baik dan hasil yang baik oleh individu, kelompok ataupun sebuah

organisasi.

Menurut Agung Kurniawan dalam bukunya transformasi pelayanan

publik mendefinisikan efektifitas ( kurniawan,2005 : 109) mengatakan

bahwa;

" efektifitas adalah kemampuan melaksanakan tugas, fungsi (operasi


kegiatan program atau misi) dari suatu organisasi atau sejenisnya yang
tidak adanya tekanan atau ketegangan diantara pelaksanaanya ".

17
Dari beberapa pendapat diatas mengenai efektifitas, dapat

disimpulkan bahwa suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target

(kualitas; kuantitas, dan waktu) yang telah dicapai oleh manajemen yang

mana target tersebut sudah ditentukan terlebih dahulu. Upaya

mengevaluasi jalannya suatu program kegiatan, dapat dilakukan melalui

konsep efektifitas. Konsep ini adalah salah satu faktor untuk menentukan

apakah perlu dilakukan perubahan secara siknifikan terhadap bentuk dan

manajemen suatu program kegiatan atau tidak.

Menurut pendapat Mahmudi (2005 92) mendefenisikan efektifitas

sebagai berikut :

"efektifitGs merupakan hubungan antara output dengan tujuan semakin


besar kontribus: (sumbangan) output terhadap pencapaian tujuan, maka
semakin efektif organisasi program atau kegiatan.

Pengertian efektifitas menurut Prasetyo Budisaksono (1984:53) adalah

efektifitas seberapa besar tingkat kelekatan output yang dicapai dengan

output yang diharapkan dari sejumlah input. Pengertian efektifitas secara

umum menunjukan sampai seberapa jauh tercapainya suatu tujuan yang

terlebih dahulu ditentukan. Hal tersebut sesuai dengan pengertian

efektifitas menurut Hidayat (1986:13) yang menjelaskan bahwa :

"efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target


(kualitas,kuantitas,dan waktu) telah tercapai. Dimana semakin besar
persentase target yang dicapai, makin tinggi efektifitasnya.

Beberapa pengertian efektifitas tersebut adalah suatu ukuran yang

menyatakan seberapa jauh target (kualitas,kuantitas,dan waktu) yang

telah dicapai oleh manajemen, yang mana target tersebut sudah

18
ditentukan terlebih dahulu. Adapun Martoyo (1998:4) memberikan

definisi sebagai berikut :

"efektifitas dapat pula diartikan sebagai suatu kondisi atau keadaan,


dimana dalam memilih tujuan yang hendak dicapai clan sarana yang
digunakan, serta kemampuan yang dimiliki adalah tepat sehingga tujuan
yang diinginkan dapat tercapai dengan hasil yang memuaskan".

Unsur yang penting dalam konsep efektifitas yang pertama adalah

pencapaian tujuan yang sesuai dengan apa yang telah disepakati s3cara

maksimal, tujuan merupakan harapan yang dicita-citakan atau suatu

kondisi tertentu yang ingin dicapai oleh serangkaian proses.

Beberapa pendapat diatas dapat dipahami bahwa efektifitas dalam

proses suatu program yang tidak dapat mengabaikan target sasaran

yang telah ditetapkan agar operasionalisasi untuk mencapai

keberhasilan dari program yang dilaksanakan dapat tercapai dengan

tetap memperhatikan segi kualitas yang diinginkan oieh program.

5. Efektifitas pelayanan

Menurut Zeithaml-Parasuraman-Berry dalam Pasolong (2007:135)

adalah :

untuk mengetahui kualitas pelayanan yang dirasakan secara nyata

oleh konsumen, ada indikator ukuran kepuasan konsumen yang terletak

pada lima dimensi kualitas pelayanan menurut apa yang dikatakan

konsumen Kelima dimensi se,vqual itu mencakup beberapa sub dimensi

sebagai berikut :

19
1. Tangibles
(kualitas pelayanan yang berupa saran fisik perkantoran,komputerisasi
administrasi, ruang tunggu dan tempat informasi). Dimensi ini
berkaitan dengan dengan kemoderenan peralatan yang digunakan,
daya tarik fasilitas yang digunakan, kerapian petugas serta
kelengkapan peralatan penunjang (pamlet atau flow chart)
2. Reliability.
(kemampuan dan keandalan untuk menyediakan pelayanan yang
terpercaya). Dimensi ini berkaitan dengan janji menyelesaikan sesuatu
seperti diinginkan, penanganan keluhan konsumen, kinerja pelayanan
yang tepat, menyediakan pelayanan sesuai waktu yang dijanjikan
serta tuntutan pada kesalahan pada pencatatan.
3. Responsiveness.
(kesanggupan untuk membantu dan menyediakan pelayanan secara
tepat serta tanggap terhadap keinginan konsumen). Dimensi
responsiveness mencakup antara lain, pemberitahuan petugas
kepada konsumen tentang pelayanan yang dibeiikan, pemberian
pelayanan dengan cepat kesediaan petugas memberi bantuan kepada
konsumen serta petugas tidak pemah merasa sibuk untuk melayani
permintaan konsumen.
4. Assurance.
(kemampuan dan keramahan serta sopan santun pegawai dalam
meyakinkan kepercayaan konsumen). Dimensi assurance berkaitan
dengan perilaku petugas yang tetap percaya diri pada konsumen,
perasaan aman konsumen dan kemampuan (ilmu pengetahuan)
petugas untuk menjawab pertanyaan konsumen.
5. Emphaty
(sikap tegas tetapi penuh perhatian dari pegawai terhadap konsumen).
Dimensi emphaty memuat antara lain, pemberian perhatian individual
terhadap konsumen, ketepatan waktu pelayanan bagi semua
konsumen, berusaha memilki petugas yang memberikan perhatian
khusus pada konsumen, pelayanan yang melekat dihati konsumen
dan petugas yang memahami kebutuhan spesifik dari pelanggannya.

Selanjutnya dalam menilai efektifitas program pelayanan.

Tayibnafrs (2000:23-36) dalam Alimuhudin (2009:23) menjelaskan

berbagai pendekatan evaluasi :

1. Pendekatan eksperimental.
Pendekatan ini berasal dari kontrol eksperimen yang biasanya
dilakukan dalam penelitian akademik_ Tujuannya untlak
memperoleh kesimpulan yang bersifat umum tentang dampak
suatu program tertentu dengan mengontrol sebanyakbanyaknya
faktor yang mengisolasi pengaruh program.

20
2. Pendekatan yang berorientasi pada tujuan.
Pendekatan ini memakai tujuan program sebagai kriteria untuk
menentukan kaberhasilan. Pendekatan ini amat wajar dan praktis
untuk desain pengembangan program. Pendekatan ini
memberikan petunjuk kepada pengembang program, mer.jelaskan
hubungan antara kegiatan khusus yang ditawarkan dengan hasil
yang akan dicapai.

3. Pendekatan yang berfokus pada keputusan.


Pendekatan ini menekankan pada peranan informasi yang
sistematik untuk pengelola program dalam menjalankan tugasnya.
Sesuai dengan pandangan ini informasi akan sangat berguna
apabila dapat membantu para pengelola program membuat
keputusan. Oleh karena itu eveluasi harus direncanakan sesuai
dengan kebutuhan untuk keputusan program.

4. Pendekatan yang berorientasi pada pemakai.


Pendekatan ini memfokuskan pada masalah utilisasi evaluasi
dengan penekanan pada perluasan pemakai informasi. Tujuan
utamanya adalah pemakai informasi yang berpotensial, evaluator
dalam hal ini menyadari sejumlah elemen yang cenderung akan
mempengaruhi kegunaan eveluasi, seperti cara-cara pendekatan
dengan klien, kepekaan, faktor kondisi, situasi seperti kondisi,
yang telah ada (pre-existing condition), keadaan organisasi
dengan pengaruh masyarakat, serta situasi dimana evaluasi
dilakukan dan dilaporkan. Dalam pendekatan ini, teknik analisis
data, atau penjelasan tentang tujuan evaluasi memang penting,
tetapi tidak sepenting usaha pemakai dan cara pemakaian
informasi.

5. Pendekatan yang responsive


Pendekatan responsif menekankan bahwa evaluasi yang berarti
bahwa evaluasi yang mencari pengertian suatu isu dari berbagai
sudut pandang semua orang yang terlibat, berminat, dan
berkepentingan dengan program (stakeholder program). Evaluator
menghindari satu jawaban untuk suatu evaluasi
program yang diperoleh dengan memakai tes kuesioner, atau
analisis statistik, sebab setiap orang yang dipengaruhi suatu
program merasakan secara unik. Evaluator mencoba
menjembatani pertanyaan yang berhubungan dengan melukiskan
atau menguraikan kenyataan melalui pandangan orang-orang
tersebut. Tujuan evaluasi adalah untuk memahami ihwal program
melaiui berbagai sudut sebagai sudut pandang yang berbeda.

Sehubungan dengan hal tersebut diatas, maka efektifitas adalah

menggambarkan seluruh siklus input, proses clan output yang mengacu

21
pada hasil guna dari pada suatu organisasi, program atau kegiatan yang

menyatakan sejauh mana tujuan (kualitas, kuantitas,dan waktu) telah

dicapai, serta ukuran berhasil tidaknya suatu organisasi mencapai

tujuannya clan mencapai targettargetnya. Hal ini berarti bahwa

pengertian efektifitas yang dipentingkan adalah semata-mata hasil atau

tujuan yang dikehendaki.

Menurut emerson yang dikutip oleh soewarno(1996:16) bahwa

"efektifitas pelayanan merupakan pengukuran dalam arti tercapainya

sasaran clan tujuan yang telah ditemukan sebelumnya". Sedangkan

sondang P.siagian (1997:151),:

“efektifitas pelayanan berarti penyelesaian pekerjaan tepat pada


waktu yang telah ditentukan artinya pelaksanaan sesuwai tugas dinilai
baik atau tidak sangat tergantung pada penyelesaian tugas tersebut
dengan waktu yang telah ditetapkan".

Efektifitas kerja organisasi sangat tergantung dari efektivitas kerja

dari orang-orang yang bekerja di dalamnya. Sangat sulit untuk mengukur

efektivitas kerja, karena penilaiannya sangat subjektif

6. Kartu Tanda Penduduk Elektronik/E-KTP


Menurut undang-undang republik Indonesia No 23 tahun 2006

tentang administrasi kependududukan. Kartu tanda penduduk elektronik

(e-ktp ) adalah identitas resm'I pendududuk sebagai bukti diri yang

diterbitkan oleh instansi pelaksana yang berlaku diseluruh wilayah

Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ini be: arti kartu tanda penduduk

merupakan sala satu dokumen kependudukan yang wajib dimiliki oleh

masyarakat guna terciptakan tertib administrasi kependudukan dan

22
setiap instansi pelaksana pelayanan publik wajib melaksanakan urusan

administrasi kependudukan serta perlu menerapkan dan menjalankan

prinsipprinsip good gafemance dalam pelayanan yang akan diberikan

kepada masyarakat yang membutuhkan.

Hal ini sesuai dengan undang-undang No. 23 tahun 2006 pada

Bab 11 pasal 2 yang mengatur tentang hak clan kewajiban penduduk,

maka setiap penduduk mempunyai hak untuk memperoleh :

1. Dokumen kependudukan.

2. Pelayanan yang sama dalam pendaftaran penduduk clan

pencatatan sipil.

3. Perlindungan atas data pribadi

4. Kepastian hukum atas kepemilikan dokumen pembuatan ktp

elektronik (e-ktp).

5. Informasi mengenai data hasil pendaftaran dan pencatatan sipil

atas dirinya atau keluarganya.

6. Ganti rugi dan pemulihan nama baik sebagai akibat kesalahan

dalam pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil serta

penyalahgunaan data pribadi oleh instansi pelaksana.

Adapun ketentuan-ketentuan mengenai e-KTP berdasarkan undang-

undang republik Indonesia No.23 tahun 2006 tentang administrasi

kependudukan adalah sebagai berikut :

1. Penduduk WNI dan WNA yang memiliki ijin tetap yang telah

berumur 17 tahun atau telah kawinlbelum kawin wajib memiliki e-

KTP.

23
2. WNA yang memiliki status orang tuanya yang memiliki ijin tinggal

tetap dan sudah berumur 17 tahun wajib memiliki eKTP.

3. e-KTP berlaku secara nasional.

4. e-KTP diterbitkan dan ditanda tangani oleh kepala instansi

pelaksana.

5. Penduduk wajib melaporkan perpanjangan masa berlaku e-KTP

kepada instansi pelaksana apabila masa berlakunya telah

berakhir.

6. Penduduk yang telah memiliki e-KTP wajib membawa pada saat

bepergian.

7. Penduduk hanya dibolehkan memiliki satu e-KTP.

8. Dalam e-KTP disediakan ruang membuat kode keamanan dan

rekaman elektronik pencatatan peristiwa penting.

9. Penduduk yang telah berusia 60 tahun diberi e-KTP yang berlaku

seumur hidup.

10. KK e-KTP diterbitkan paling lambat 14 had sejak tanggal

dipenuhinya semua persyaratan.

11. Keterangan tentang agama bagi penduduk yang agamanya

belum diakui sebagai agama berdasarkan ketentuan peraturan

perundang-undangan atau bagi penghayat kepercayaan tidak

diisi, tetapi dilayani dan dicatat dalam data base kependudukan.

24
e-KTP yaitu Identitas Resmi Penduduk Indoneisa, sebagai bukti

resmi kependudukan yang menggunakan NIK berskala nasional untuk

seluruh lingkup Negara kesatuan Republik Indonesia. E-KTP merupakan

KTP yang di atur dalam undang – undang no. 23 tahun 2006 yang mana

tentang Administrasi Kependudukan , Peraturan Presiden No. 26 tahun

2009 tentang penerapan KTP yang berbasis Nomor Induk Kependudukan

yang disingkat NIK secara nasional , dan peraturan tersebut maka E-KTP

berlaku secara nasional dan peraturan Presiden No.. 35 tahun 2010

tentang perubahan Presiden No. 26 2009. Dengan demikian peraturan

tersebut maka E-KTP berlaku secara nasional atau di dalam lingkup

seluruh warga negara Indonesia. Dan dengan adanya perubahan KTP

menjadi e-KTP dapat mempermudah masyarakat dalam bentuk tidak lagi

memerlukan KTP setempat.

Nik atau nomor untuk kependudukan merupakan nomor identitas

tanggal setiap penduduk dan berlaku seumur hiduo, nomor NIK yang ada

di KTP nantinya akan di jadikan dasar dalam penerbtan , pasport, surat

izin mengemudi (SIM) , Nomor Induk Wajib Pajak (NPWP), Polis Asuransi

, sertifikat atas hak tanah dan penerbitan dokumen identitas lainnya,

(pasal 13, UU No 23 Tahun 2006 tentang adminduk)

a. Prosedur Pembuatan E-KTP

1. Ambil no antrian \

2. Tunggu pemanggilan no. Antrian

3. Menuju ke loket

4. Entri data dan pengambilan foto

25
5. Perekapan KTP selesai

a. Penduduk datang ketempat pelayanan membawa surat

panggilan.

b. Petugas melakukn ferivikasi data penduduk daerah

database

c. Pengambilan foto digital

d. Tanda tangan, scan sidik jari dan terina pada alat

perekam

e. Petugas membubuhkan tanda tangan dan stempel pada

surat yang sekaligus sebagai tanda bukti bahwa

penduduk telah melakukan perekaman foto tanda tangan

sidik jadri

b. Syarat pembuatan E-KTP

a. Berusia 17 tahun

b. Menujukkan surat pengantar dari kelurahan

c. Mengisi formulir f1- 01 (bagi penduduk yang belum pernah

belum ada di data sistem informasi admnistrasi

kependudukan )

d. Foto copy jartu keluarga (KK)

c. Landasan Hukum

a. Undang – undang No. 32 tahun 2006 tentang administrasi

kependudukan

26
b. Peraturan Presiden nomor 26 tahun 2009 tentang penerapan

KTP berbasis NIK secara nasional sebagaimana telah di

ubah dengan peraturan Presiden No. 32 Tahun 2010

c. Peraturan menteri dalam negeri No. 26 Tahun 2011 tentang

standar dan spesifkasi perangkat lunak dan blangko KTP

berbasis NIK secara Nasional .

d. Tujuan

Mewujudkan kepemilikan satu identitas (e-KTP) untuk

satu penduduk yang memiliki kode dan rekaman eletronik data

kependudukan berbasis NIK secara Nasional.

e. Manfaat

a. Untuk mencegah dan emnutup peluang adanya KTP ganda

, KTP Palsu , sehingga memberikan rasa aman dan

kepastian hukum pada masyarakat

b. Untuk mendukung terwujudnya data kependudukan yang

akurat, sehingga data pemilih dalam pemilu yang ada

selama ini sering bermasalah tidak terjadi lagi ,dan semua

warga negara Indonesia yang berhak terjamin hak pilihnya,

c. Untuk mempermudah dan memberikan pelayanan yang

aman diberbagai sektor baik diinstansi pemerintah maupun

swasta

27
7. Kerangka Pikir
Untuk memudahkan dalam menganalisis hasil penelitian, maka

penulis menggambarkan dalam bentuk kerangka pikir sebagai pedoman

untuk mengarahkan proses penyusunan ;karya ilmiah.

Untuk mempermudah pembahasan sesuai judul penelitian

“FUNGSI PELAYANAN E – KTP TERHADAP EFEKTIFITAS


PELAYANAN DI KECAMATAN TAWAELI”

Suriasumantri, 1986 (dalam Sugiono, 2009:92):

mengemukakan bahwa seorang peneliti menguasai teoriteori teori ilmiah


sebagai dasar menyusun kerangka pemikiran yang membuahkan
hipotesis atau penjelasan sementara terhadap gejala yang menjadi objek
permasalahan.

Berdasarkan rumusan masalah, maka peneliti menggunakan teori

dari Anwar Prabunegara (2009:75) yaitu teori kinerja aparatur sipil

negara :

1. Kualitas

2. Kuantitas

3. Pelaksanaan tugas

4. Tanggung jawab

Sedangkan untuk teori Efektifitas pelayanan mengacu pada

Sondang P. Siagian (1996:60) yang meliputi :

1. Faktor waktu

2. Faktor kecermatan

3. Faktor gaya pemberian pelayanan.

28
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar kerangka pikir

halaman selanjutnya.

29
KANTOR Kinerja Kantor Dinas,
KECAMATAN Pegawai/Pelayanan Kependudukan Dan
- Kualits Pencatatan Sipil
- Kuantitas Kota Palu
- Pelaksana tugas
- Tanggung Jawab

Faktor Penghambat Efektifitas Pelayanan:

1. kualitas Kinerja Pegawai belum dapat - Faktor Waktu


mengerjakan apa yang menjadi - Faktor Kecermatan
tanggung jawabnya melayani - Faktor Gaya
masyarakat Pemberi Pelayanan

2. kondisi fisik dari alat-alat peremakan Sondang. P. Siagian


data (1996:60)

3. belum lengkapnya alat perekaman


data

4. akses jarak tempuh dari kecamatan


Tawaeli ke Dinas Dukcapil yang
cukup jauh.

Faktor Pendukung

1. besarnya antusias warga dalam


membantu pelaksanaan tugas pegawai

2. adanya sikap dan tanggung jawab


pegawai sangat baik/langkah –
langkah efektivitas pelayanan
pegawai melalui pendekatan-
pendekatan yang diambil

a. pendekatan Proses
b. pendekatan Sasaran
c. pendekatan Sumber

Feed Back

30
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain penelitian

1. Dasar penelitian

Dasar dalam penelitian yang digunakan adalah survei,

menurut karlinger dalam sugiyono (2008:7) bahwa :

"penelitian survei adalah penelitian yang dilakukan pada


populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data
dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan
kejadian-kejadian relatif, distribusi, dan hubunganhubungan antara
variabel sosiologis maupun psikologis".

Selanjutnya David kline dalam Sugiono (2007:7) mengatakan

bahwa :

"pada umumnya penelitian survei dilakukan untuk mengambil


sesuatu generalisasi dari pengamatan yang tidak mendalam. Walau
metode survei ini tidak memerlukan kelompok kontrol seperti halnya
ada metode eksperimen, namun generalisasi yang dihasilkan bias
akurat bila digunakan sampel yang representatif"

Penelitian survei menurut devenisi diatas adalah penelitian

yang dilakukan melalui sampel yang representatif tanpa

menggunakan kelompok kontrol atau pembanding seperti metode

eksperimen.

Sampel yang dipilih adalah sampel representatif yaitu memiliki

sifat/karakteristik yang dapat mewakili populasi, sehingga

generalisasi yang diambil bias akurat dan kredibel (dapat dipercaya).

31
2. Tipe penelitian

Tipe penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif.

Menurut Nawawi (2007:67):.

bahwa metode deskriptif adalah metode pemecahan masalah


yang diteliti dengan memberikan gambaran secara sistematis, aktual
clan akurat mengenai keadaan objek penelitian terhadap gejala-gejala
yang terjadi pada objek yang diteliti (seseorang. Lembaga,
masyarakat clan lainnya) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta
yang tampak sebagaimana adanya.

Adapun menurut Sugiono (2005:3) pengertian penelitian

kualitatif dapat diartikan :

"metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang


mendalam, suatu data yang mengandung makna, maka makna adalah
data yang sebenarnya, data yang pasti yang merupakan suatu nilai
dibalik data yang tampak.

Oleh karena itu dalam penelitian kualitatif tidak menekankan

pada generalisasi, tetapi lebih menekankan kepada makna.

Generalisasi dalam penelitian kualitati dinamakan transverbality,

artinya hasil penelitian tersebut dapat digunakan ditempat lain,

manakala tempat tersebut memiliki karakteristik yang tidak jauh

berbeda.

Dengan adanya konsep ini maka peneliti bermaksut untuk

mendapatkan gambaran clan penjelasan secara umum tentang

"Kinerja Aparatur Sipil Negara Terhadap Efektifitas Pelayanan

Pembuatan E-ktp Pada Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil

Kabupaten Sigi".

32
B. Lokasi dan waktu penelitian

1. Lokasi

Adapun rfokasi penelitian yaitu pada Kantor Kecamatan Tawaeli

Dengan pertimbangan bahwa dilokasi tersebut tersedia data yang

dapat mendukung penelitian ini serta mudah dijangkau, sehingga

dapat menghemat waktu, tenaga dan biaya.

2. Waktu

Penelitian ini dilaksanakan dalam waktu maksimal 3 (tiga) bulan

C. Populasi dan sampel

1. Populasi

Menurut Hartono (2011:46) adalah :

Populasi adalah dengan karakteristik tertentu ada yang


jumlahnya terhingga dan ada yang tak terhingga. Penelitian hanya
dapat dilakukan pada populasi yang jumlahnya terhingga saja.

Menurut Sugiyono (2011:80) adalah :

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas


objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya.

Dengan demikian populasi bukan sekedar orang dengan jumiah

yang ada pada objek/subjek yang dipelajari, tetapi juga meliputi

seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subjek/objek itu.

Dalam penelitian ini yang dijadikan populasi adalah : seluruh

pegawai dan staf Kantor Kecamatan Tawaeli serta masyarakat yang

dilayani dan telah memenuhi syarat dalam pembuatan Kartu Tanda

Penduduk Elektrik atau E-Ktp.

33
2. Sampel

Menurut Riduwan (2007:56) :

"Sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai ciri-ciri

atau keadaan tertentu yang akan diteliti".

Selanjutnya menurut Sugiyono (2011:81) :

"Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi tesebut".

Sehingga sampel merupakan bagian dari populasi yang ada,

untuk pengambilan sampel harus menggunakan cara tertentu yang

didasarkan oleh pertimbangan-pertimbangan yang ada.

Dalam teknik pengarnbilan sampel ini peneliti menggunakan

teknik purposive sampling.

Menurut Sugiyono (2011:84) :

"Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan

pertimbangan tertentu".

Dari pengertian diatas agar memudahkan peneliti, penulis

menentukan sampel penelitian dengan pertimbangan tertentu yang

bertujan agar data yang diperoleh nantinya bisa lebih representif.

Jumlah sampel yang ditentukan adalah sebanyak 209 yang terdiri

atas :

1. Camat Tawaeli = 1 Orang

2. Sekretaris Camat Tawaeli = 1 Orang

3. Staf Pendaftaran Penduduk = 1 Orang

4. Staf pengelolaan dan penyajian data = 2 Orang

34
5. Masyarakat = 197 Orang

Jumlah = 202 Orang

D. Teknik pengumpulan data

Pengumpulan data dapat digunakan dalam berbagai cara dan

sumber yaitu menggunkan data sumber Primer dan sumber data

Sekunder. Data primer adalah sumber data yang diperoleh langsung dari

sumber asli (tidak melalui perantara). Sedangkan data Sekunder adalah

merupakan sumber data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung

melalui media perantara berupa bukti, catatan, dan laporan-laporan.

Berdasarkan masalah yang akan diteliti maka peneliti

menggunakan 4 (empat) teknik pengumpulan data yaitu sebagai berikut :

1. Observation (pengamatan) .

Untuk memperoleh data maka penulis mengadakan pengamatan

langsung maupun observasi, partisipasi langsung dengan kegiatan

obyek yang diteliti dilapangan.

Menurut Hadi clan Nurkancana dalam Suardeyasasri (2010:9) :


Adalah suatu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara mengadakan pengamatan clan pencatatan secara sistematik
baik secara langsung maupun secara tidak langsung pada tempat
yang diamati.

Pengertian tersebut bermakna pengumpulan data secara

sistematik baik secra langsung clan tidak langsung pada tempat yang

akan di teliti.

35
2. Interview (wawancara).

Dalam kegiatan ini peneliti mengadakan wawancara langsung

baik dengan narasumber maupun responden yang telah ditetapkan

sebelumnya dengan menggunakan pedoman wawancara (interview

guide)

Menurut Nasution (2009: 13) mengatakan bahwa :

Wawancara atau interview adalah suatu bentuk komunikasi


verbal jadi semacam percakapan yang bertujuan memperoleh
informasi. Jadi wawancara adalah Tanya jawab antara penulis dengan
responden dengan menggunkan daftar pertanyaan (interview guide).

Pendapat diatas mempunyai arti bahwa wawancra adalah Tanya

jawab antara peneliti dengan responden secara langsung.

3. Questionaire (kuesioner)

Pengumpulan data dengan menggunakan ;<uesioner pada

responden untuk diisi sendiri kemudian setelah itu dikumpulkan

kembali oleh penulis.

Hal tersebut sesuai dengan pendapat nasution (2009 : 128) :

Angket atau kuesioner adalah pertanyaan yang distribusikan


atau dapat juga dijawab dibawah pengawasan penulis.
Pengertian angket tersebut adalah daftar pertanyaan yang diisi
oleh responden sendiri, setelah diisi dikembalikan pada peneliti.

4. Documentation (dokumentasi).

Yaitu mengumpulkan dokumen-dokumen, foto-foto kegiatan

dalam penelitian untuk mendukung dan memperkuat hasil penelitian.

Dari keempat teknik pegumpulan data tesebut akan dielaborasi

sebagai informasi masukan untuk membahas dan menganalisis hasil

36
penelitian dan menarik kesimpula yang akurat (dapat dipercaya)

kebenarannya.

E. Teknik analisis data

Data yang terkumpul dianalisa secara deskriptif kualitatif dengan

menyajikan label frekuensi dan persentase dan data yang diperoleh

melalui wawancara serta penebaran kuesioner diolah dan dianalisis serta

diinterpretasikan.

Adapun teknik analisa data dalam penelitian ini yaitu analisis

deskriftif presentase. Metode ini digunakan untuk mengkaji variabel yang

ada pada pene!itian yaitu variabel X dan Y. Deskriftif presentase ini

diolah dengan cara frekuensi dibagi der.gan jumlah responden dikali 100

persen.

sepert: dikemukakan Sugiyono (2012:87) :

analisis presentase dan rumus perhitungan skor untuk setiap

item pertanyaan yaitu :

𝐹
P= x 100%
𝑁

Keterangan :

P = Persentase

F = Frekuensi.

N = Jumlah Responden.

37
F. Defenisi operasional variabel

untuk mengarahkan penelitian tzrdapat dua variable yang

menjadi fokus variabel independen (x) atau variabel mempengaruhi dan

variabel dependen (y) yaitu variabel yang dipengaruhi.

Variabel yang mempengaruhi (X) yaitu Kinerja aparatur sipil

negara , Variabel ini diukur dengan indikator yang didefinisikan sebagai

berikut :

Anwar Prabumangkunegara (2009 : 75) mengemukakan bahwa

kinerja aparatur sipil negara :

1. Kualitas.
Seberapa baik seorang kariawan mengerjakan apa yang seharusnya
dikerjakan.
2. Kuantitas
Seberapa lama seorang pegawai bekerja dalam satu harinya_
Kuantitas kerja ini dapat dilihat dari kecepatan kerja setiap pegawai
itu masing-masing.
3. Pelaksanaan tugas.
Seberapa jauh seorang kariawan mampu melakukan pekerjaanya
dengan akurat atau tidak ada kesalahan.
4. Tanggung jawab.
Kesadaran akan kewajiban kariawan untuk melaksanakan pekerjaan
yang diberikan perusahaan.

Sedangkan pada variabel dependen (y) atau dipengaruhi yaitu

Efekiifitas pelayanan dengan penjelasan sebgai berikut :

Dalam menilai efektifitas pelayanan menurut Sondang P. siagian

(1996 : 60) mengatakan mengenai ukuran efektifitas pelayanan sebagai

berikut :

1. Faktor waktu,
ketepatan waktu clan kecepatan waktu dari pelayanan yang
diberikan oleh pemberi pelayanan.

38
2. Faktor kecermatan,
Ukuran untuk menilai tingkat efektivitas kerja organisasi yang
memberikan pelayanan.
3. Faktor gaya pemberian pelayanan
Salah satu ukuran lain yang dapat clan biasanya digunakan dalam
mengukur efektivitas kerja.

39

Anda mungkin juga menyukai