Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
UNIVERSITAS JEMBER
2019
BAB I
PEBDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mikroorganisme sangat erat kaitannya dengan kehidupan sekitar kita bahkan tinggal
di tubuh sebagai flora normal. Mikroorganisme dapat bersifat patogenik, oportunistik dan
bermanfaat bagi manusia dan juga lingkungan. Untuk mencegah penyaluran penyakit dan
penghilangan dari tubuh inang dan pengawetan makanan atau minuman dalam industri,
mikroorganisme dapat dihindarkan, dihambat ataupun dibunuh. Hal tersebut dapat
dijalankan melalui peningkatan atau penurunan intensitas suhu, cahaya dan kelembaban
secara fisik. Sedangkan secara kimia bisa dengan zat antibiotik/antimikroba.
Antibiotik/antimikroba ialah zat-zat yang diciptakan oleh mikroorganisme dan zat-zat
dalam jumlah yang sedikit pun dapat memiliki daya penghambat kegiatan mikroorganisme
yang lain (Dwidjoseputro, 2005).
Dalam cakupan kefarmasian, penyaki infeksi dapat diatasi dengan menggunakan
antibiotika. Penggunaan antibiotika yang tidak rasional dapat memicu mikroba patogen
menjadi resisten (Refdanita, et al., 2004) dan terlihatnya mikroba resisten ini menjadi
penyebab utama kegagalan pengobatan penyakit infeksi (Ibrahim, et al.,2011). Oleh karena
itu, dibutuhkan alternatif dalam mengatasi masalah ini dengan menggunakan bahan -
bahan aktif antimikroba dari tanaman obat.
Uji sensitivitas bakteri merupakan cara untuk memahami dan memperoleh produk
alam yang berpotensi sebagai bahan antimikroba dalam konsentrasi yang rendah.
Berdasarkan penjelasan di atas maka dilakukan praktikum uji daya kerja antimikroba dari
ekstrak berbagai tanaman yang dilakukan dengan 2 metode umum yaitu metode difusi agar
dan metoda dilusi (Pratiwi, S, T., 2008).
1.2 Tujuan Praktikum
1. Mampu melakukan uji aktivitas antimikroba
2. Mampu melakukan uji potensi antibiotik
1.3 Manfaat Praktikum
1. Praktikan dapat memahami berbagi uji aktivitas antimikroba serta kelemahan dan
kekurangannya.
2. Praktikan dapat melakukan uji potensi antimikroba dengan metodo dengan tepat secara
terampil.
BAB III
LANDASAN TEORI
Antimikorba adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri, zat tersebut
memiliki khasiat atau kemampuan untuk mematikan/menghambat pertumbuhan kuman
sedangkan toksisitas terhadap manusia relative kecil. Pernyataan tentang definisi antimikroba
menurut Waluyo (2004), antimikroba merupakan suatu zat-zat kimia yang diperoleh/dibentuk
dan dihasilkan oleh mikroorganisme, zat tersebut mempunyai daya penghambat aktifitas
mikororganisme lain meskipun dalam jumlah sedikit. Pengertian antimikroba menurut Entjang
(2003) dalam Rostinawati (2009), antimikroba adalah zat kimia yang dihasilkan oleh suatu
mikroba yang mempunyai khasiat antimikroba.
Antimikroba adalah obat yang digunakan untuk memberantas infeksi mikroba pada
manusia.Sedang antibiotika adalah senyawa kimia yang dihasilkan oleh mikroorganisme
(khususnya dihasilkan oleh fungi) atau dihasilkan secara sintetik yang dapat membunuh atau
menghambat perkembangan bakteri dan organisme lain. Secara garis besar antimikroba dibagi
menjadi dua jenis yaitu yang membunuh kuman (bakterisid) dan yang hanya menghambat
pertumbuhan kuman (bakteriostatik). Antibiotik yang termasuk golongan bakterisid antara
lainpenisilin, sefalosporin, aminoglikosida (dosis besar), kotrimoksazol, rifampisin, isoniazid
danlain-lain. Sedangkan antibiotik yang memiliki sifat bakteriostatik, dimana penggunaanya
tergantung status imunologi pasien, antara lain sulfonamida, tetrasiklin, kloramfenikol,
eritromisin, trimetropim, linkomisin, klindamisin, asam paraaminosalisilat, dan lain-lain (Utami,
2011). Mekanisme penghambatan mikroorganisme oleh senyawa antimikroba dapat
disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: (1) gangguan pada senyawa penyusun dinding sel,
(2) peningkatan permeabilitas membran sel yang dapat menyebabkan kehilangan cairan sel, (3)
menginaktivasi enzim, dan (4) destruksi atau fungsi material genetik (Susrama, 2012).
Beberapa sifat yang perlu dimiliki oleh zat antimikroba menurut Waluyo (2004) adalah
sebagai berikut :
1. Menghambat atau membunuh mikroba patogen tanpa merusak hospes atau inang,
yaitu antimikroba dapat mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan mikroba bahkan
menghentikan pertumbuhan bakteri/membunuh namun tidak berpengaruh/merusak
pada hospes.
2. Bersifat bakterisida dan bukan bakteriostatik, yaitu antimikroba baiknya bersifat
bakterisida atau bersifat menghentikan laju pertumbuhan/membunuh mikroba bukan
bakteriostatik yang hanya menghambat laju pertumbuhan mikroba.
3. Tidak menyebabkan resistensi pada kuman atau mikorba, yaitu antimikroba tidak akan
menimbulkan kekebalan kepada mikroba sehingga antimikorba tidak dapat digunakan
untuk menghentikan pertumbuhan mikroba patogen lagi.
4. Berspektrum luas, yaitu antimikroba efektif digunakan untuk berbagai spesies bakteri,
baik bakteri kokus, basil, dan spiral.
5. Tidak menimbulkan alergenik atau menimbulkan efek samping bila digunakan dalam
jangka waktu lama, yaitu antimikroba yang digunakan sebagai obat tidak menimbulkan
efek samping kepada pemakai jika digunakan dalam jangka waktu yang lama.
6. Zat antimikroba tetap aktif dalam plasma, cairan tubuh atau eskudat, antimikroba yang
berada dalam plasma atau cairan tubuh tetap bersifat aktif dan tidak dalam keadaan
berhenti tumbuh atau dormansi.
7. Zat antimikroba dapat larut dalam air dan stabil, antimikroba dapat larut dan menyatu
dalam air.
Metode pengujian daya antimikroba bertujuan untuk menentukan konsentrasi suatu zat
antimikroba sehingga memeperoleh suatu sustem pengobatan yang efektif dan efisien.
Terdapat dua metode untuk menguji daya antimikroba, yaitu dilusi dan difusi. Menurut Pratiwi
(2008) dalam Atikah (2013) metode difusi dan metode dilusi terbagi menjadi beberapa metode,
yaitu:
1. Metode Difusi adalah pengukuran dan pengamatan diameter zona bening yang
terbentuk di sekitar cakram, dilakukan pengukuran setelah didiamkan selama 18-24
jam dan diukur menggunakan jangka sorong (Khairani, 2009; Sari, dkk,2013)
Ditch plste technique, zat antimirkoba diletakkan pada parit yang dibuat dengan
cara memotong media agar dalam cawan petri pada bagian tengah secara
membujur dan bakteri uji digoreskan ke arah parit.
Cup-plate technique, metode ini hampir sama dengan metode disc diffusion
namun bedanya tidak menggunakan kertas. Pada media agar dibuat sumur, dan
pada sumur tersebut diberi zat antimikroba.
Gradient-plate technique, media agar dicairkan dan ditambahkan larutan uji
kemudian campuran tersebut dituangkan ke dalam cawan petri dan diletakkan
dalam posisi miring.
Metode disc diffusion atau metode Kirby Baure, metode ini menggunakan
kertas cakram yang berisi zat antimikroba dan diletakkan pada media agar yang
telah ditanami bakteri uji.
Metode E-Test digunakan untuk menentukan KHM (Kadar Hambat Minimum),
yaitu konsentrasi minimal zat antimikroba dalam menghambat pertumbuhan
bakteri uji. Metode ini menggunakan strip plastik yang telah berisi zat
antibakteri dan diletakkan pada media agar.
2. Metode Dilusi dibedakan mejadi dua, yaitu:
Metode Dilusi cair/ broth dilution test, digunakan untuk mengukur KHM dan
KBM. Zat antimikroba diencerkan pada medium cair yang telah ditambhakan
bakteri uji. Larutan antimikroba dengan kadar terkecil dan terlihat jernih
ditetapkan sebagai KHM. KHM dikultur ulang pada media cair tanpa
penambahan bakteri dan zat antimirkoba, kemudian diinkubasi selama 18-24
jam. Media yang tetap cair ditetapkan sebagai KBM.
Metode dilusi padat/ solid dilution test, metode ini hampir sama dengan
metode dilusi cair, namun menggunakan media padat/solid. Metode dilusi
padat dapat menguji beberapa macambakteri dalam satu konsentrasi zat
antimikroba.
BAB III
METODE
Dicaikan media MH steril yang berada dalam tabung reaksi. Tuang kedalam cawan petri
secara aseptis. Tunggu hingga mengeras.
Diberi bakteri uji pada permukaan media agar dengan metode swap
Dibuat sumuran pada media agar dengan menggunakan cork borer steril
Masukan sempel uji dan larutan baku standar antibiotik ke dalam sumuran
Ditempelkan paper filter disk steril diatas media agar yang sudah diberi bakteri
Diteteskan 10 Ʋl sampel dan larutan baku standar antibiotik ke atas paper filter disk
Disiapkan sampel yang sudah dieluasi dengan sistem KLT terntentu. Keringkan lempeng
KLT hingga benar-benar bebas dari fase gerak.
Ditemplekan lempeng KLT pada media agar yang sudah diberi bakteri uji ( sampel
kontak langsung dengan media )
Data berupa diameter hambat pada setiap sampel dan larutan baku standar diukur
dengan jangka sorong
Dilakukan analisi data berdasrkan uji aktivitas antibakteri dan uji potesi antibiotik
4.2 Pembahasan
Antibakteri sendiri merupakan zat yang dapat dapat menganggu pertumbuhan atau
bahkan mematikan bakteri dengan cara menganggu metabolisme mikroba yang merugikan.
Mikroorganisme dikatakan berbahaya ketika kemampuan dalam menginfeksi dan menimbulkan
penyakit serta merusak bahan pangan . mekanisme kerja dari senyawa antibakteri yaitu yang
pertama menghambat sintesis dinding sel, kedua menghambat keutuhan permeabilitas dinding
sel bakteri, ketiga menghambat kerja enzim dan terakhir menghambat sintesis asam nukleat dan
protein.
Menurut Pratiwi (2008) terdapat tiga metode untuk menguji daya anti mikroba, yaitu
difusi, dilusi, dan autobiograf, yang akan dibagi menjadi beberapa macam lagi, namum pada
percobaan yang kami lakukan praktikan akan melakukan pengamatan uji aktivitas mikroba serta
melakukan ujji potensi antibiotik dengan menggunakan beberapa metode diantaranya metode
sumuran, metode paper filter disk dan metode TLC bioautography.
Struktur gentamicin
4.2.6 Pengaruh konsentrasi dan jenis bakteri uji terhadap zona hambat yang terbentuk
Semakin tinggi konsentrasi bakteri, maka antibakteri semakin sulit untuk membunuh atau
menghambat pertumbuhan bakteri, sehingga zona hambat yang terbentuk semakin sempit.
Sehingga bakteri dapat mempengaruhi kerja antibakteri . Ada beberapa bakteri yang
menghambat pertumbuhan yaitu, bakteri yang mengalami mutasi genetik dengan mengalami
mutasi bakteri akan lebih sulit untuk menghambat pertumbuhannya. Gram positif lebih resisten
terhadap antimikroba dan pada gram negatif, hal ini dikarenakan bakteri gram positif dinding
sel nya tersusun atas lapisan peptidoglikan relatif tebal dikelilingi lapisan teritoic acid dan
beberapa spesies mempunyai lapisan polisakarida. Sedangkan gram negatif dinding selnya
memiliki lapisan lipoprotein, lipopolisakarida, fosfolipid dan beberapa protein.
DAFTAR PUSTAKA
Dwidjoseputro, D. 1987. Pengantar Mikrobiologi Edisi 2. Bandung: alumni
Entjang, Indah. 2003. Mikrobiologi dan Parasitologi Untuk Akademi Keperawatan dan Sekolah
Tenaga Kesehatan. 182.Bandung : Citra Aditya Putra.
Hadiotomo, R,1993. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktik. Jakarta:Gramedia
Hadioetomo, R.S. (1993). Mikrobiologi Dasar dalam Praktek : Teknik dan Prosedur
Dasar Laboratorium. Jakarta: Gramedia.
Harmita dan M. Radji.2008. Buku Ajar Analisis Hayati, Edisi 3. Jakarta: EGC
Jutono, dkk.1980. Pedoman praktikum Mikrobiologi umum (Untuk Perguruan Tinggi).
Yogyakarta: UGM Press
Pratiwi. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Erlangga.
Rostinawati, T., 2009, Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffaL.)
Terhadap Escherichia Coli, Salmonella Typhi dan Staphylococcus Aureus Dengan
Metode Difusi Agar, Penelitian Mandiri : Fakultas Farmasi, Universitas Padjajaran.
Sitepu, I. S. Br.; I K. Suada dan I G. K. Susrama. (2012). Uji Aktivitas Antimikroba Beberapa Ekstrak
Bumbu Dapur terhadap Pertumbuhan jamur Curvularia lunata (Wakk.) Boed. dan
Aspergillus flavus LINK. E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika, Vol. 1 (2): 107-114
Waluyo, Lud. 2004. Mikrobiologi Umum. UMM PRESS : Malang.
Waluyo,Lud.2010.Teknik dan Metode Dasar dalam Mikrobologi .Malang : UMM Press
LAMPIRAN
Menghomogenkan sampel dengan vortex Peletakan bakteri pada media yang sudah
selama ± 10 menit memadat