Anda di halaman 1dari 2

A.

Pengertian Qanun

Istilah qanun sudah digunakan sejak lama sekali dalam bahasa atau budayaMelayu. Kitab
"Undang-Undang Melaka" yang disusun pada abad ke limabelas atauenam belas Masehi telah
mengunakan istilah ini.

Menurut Liaw Yock Fang istilah inidalam budaya Melayu digunakan semakna dengan adat
dan biasanya dipakai ketika inginmembedakan antara hukum yang tertera dalam adat dengan
hukum yang tertera dalamkitab fiqih. (Liaw Yock Fang 1975:178). Kuat dugaan istilah ini
masuk kedalam budayamelayu dari bahasa Arab karena mulai digunakan bersamaan dengan
kehadiaran agamaIslam dan pengunaan bahasa Arab Melayu di Nusantara. Bermanfaat
disebutkan, dalamliteratur Barat pun istilah ini sudah digunakan sejak lama, diantaranya
merujuk kepadahukum kristen

(Canon Law) yang sudah ada sejak sebelum zaman Islam. Dalam bahasa Aceh istilah ini
relatif sangat populer dan tetap digunakan ditengah masyarakat, karena salah satu pepatah
adat yang menjelaskan hubungan adat dansyari'at yang tetap hidup dan bahkan sangat sering
dikutip mengunakan istilah ini. Dalam literatur Melayu Aceh pun qanun sudah digunakan
sejak lama, dan diartikansebagai aturan yang berasal dari hukum Islam yang telah menjadi
adat. Salah satu naskahtersebut berjudul Qanun Syara 'Kerajaan Aceh yang ditulis oleh
Teungku di Mulek padatahun 1257 H , atas perintah Sultan Alauddin Mansur Syah yang
wafat pada tahun 1870M.Naskah pendek ini (hanya beberapa halaman) berisi berbagai hal di
bidang hukumtatanegara, pembagian kekuasaan, berbagai badan peradilan dan
kewenanganmengadili,fungsi kepolisian dan kejaksaan serta aturan protokoler dalam
berbagaiupacara kenegaraan. Dapat disimpulkan dalam arti sempit, qanun merupakan
suatuaturan yang dipertahankan dan diperlakukan oleh seorang sultan dalam
wilayahkekuasaanya yang bersumber pada hukum Islam, sedangkan dalam arti luas, qanun
samadengan istilah hukum atau adat. Didalam perkembangan nya boleh juga
disebutkanbahwa qanun merupakan suatu istilah untuk menjelaskan aturan yang berlaku di
tengahmasyarakat yang merupakan penyesuaian dengan kondisi setempat atau penjelasan
lebihlanjut atas ketentuan didalam fiqih yang ditetapkan oleh Sultan.

Sekarang ini Qanun digunakan sebagai istilah untuk "Peraturan Daerah Plus" ataulebih
tepatnya Peraturan Daerah yang menjadi peraturan pelaksaaan langsung untukundang-undang
(dalam rangka otonomi khusus di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam).Hal ini ditegaskan
dalam Pasal 1 angka 8 "Ketentuan Umum" dalam Undang-UndangNomor 18 Tahun 2001
yang telah dikutip di atas.

Sejak dimulainya pemnyelenggaraan otonomi khusus berdasarkan UU No. 18/01,sudah


banyak qanun yang disahkan. Menurut notulen di Sekretariat DPRD ProvinsiNanggroe Aceh
Darussalam, sampai Agustus 2004 telah dihasilkan 49 qanun yangmengatur berbagai materi
untuk merealisasikan kewenangan khusus yang diserahkanPemerintah kepada Pemerintah
Provinsi Aceh termasuk pelaksanaan Syari'at Islam.Untuk yang terakhir ini di bawah akan
diuraikan lebih lanjut.

B. Kedudukan dan Fungsi Qanun dalam Pelaksanaan Otonomi Khusus


Qanun dibentuk oleh DPRD Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan disahkanoleh Kepala
Daerah setelah mendapatkan persetujuan bersama. Ketentuan ini mengikutisemangat
rumusan Pasal 20 ayat (1) dan (2) UUD 1945 amandemen pertama yang berisi :Dewan
Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan membentuk Undang-Undang. SetiapRUU dibahas
oleh DPR dan Presiden untuk mendapat persetujuan bersama. Dengandemikian qanun
merupakan peraturan perundang-undangan di daerah yang dibuat untukmenyelenggarakan
otonomi khusus bagi Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan karenaitu merupakan bagian
yang tak terpisahkan dari kesatuan sistem perundang-undangannasional.

Dalam kaitan ini, kedudukan peraturan daerah dalam tata urutan sistemperundang-undangan
Republik Indonesia telah diatur dalam Ketetapan MPR NomorIII/MPR/2000 tentang Tata
Urutan Peraturan Perundang-undangan Negara RepublikIndonesia sebagai berikut:

1. UUD 1945

2. Ketetapan MPR

3. Undang-undang

4. Peraturan Pemerintah Penganti Undang-undang

Anda mungkin juga menyukai