Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Kebidanan 08 (02) 127-224

Jurnal Kebidanan
http : /www.journal.stikeseub.ac.id

HUBUNGAN POSISI MENERAN DENGAN RUPTUR PERINEUM


PADA IBU BERSALIN

Sri Handayani 1) , Yuli Triwahyuni 2)


Prodi Kebidanan, STIKes Estu Utomo Boyolali
E-mail : handaeub@yahoo.co.id 1)

ABSTRAK
Kematian Ibu di Indonesia dapat terjadi pada masa persalinan diantaranya disebabkan karena
ruptur perineum. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan ruptura perineum antara lain posisi
persalinan, cara meneran, pimpinan persalinan dan berat bayi saat lahir. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui Hubungan Posisi Meneran dengan Ruptur Perineum di BPM Suwinah
Silem Teras Boyolali. Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik dengan
pendekatan cross sectional. Populasi penelitian yaitu ibu bersalin sebanyak 32 orang, teknik
sample menggunakan total sampling. Alat ukur dengan ceck list. Uji statistik chi square.Hasil :
Posisi meneran antara posisi bukan setengah duduk (miring, telentang, lithotomi) dan setengah
duduk sama banyaknya (50%). Kejadian ruptur perineum lebih banyak terjadi pada ibu dengan
posisi persalinan bukan setengah duduk (miring, telentang dan lithotomi) (56,3%). Hasil uji chi
square diperoleh nilai ρ = 0,033. Simpulan : Posisi Meneran mempunyai hubungan yang
signifikan dengan Ruptur Perineum di BPM Suwinah Teras Boyolali. Kata kunci : Posisi Meneran,
Ruptur Perineum

Kata kunci : Ruptur perineum, Posisi meneran

THE RELATIONSHIP OF BIRTH POSITION WITH A RUPTURED PERINEUM


AT THE BIRTHING MOTHER

ABSTRACT
Maternal Mortality in Indonesia can be occurs during labor process, which are caused of bleeding
from the perineal lacerations. Several factors what can be causing the laceration of the perineal
are a wrong birth position, how mothers pushing, how midwives guiding the birth process, and
babies terjadi birth weight. The purpose of this study is to identify the correlation between birth
position with perineal laceration in BPM Suwinah Silem Teras Boyolali. This study is an analytic-
observational designs with cross sectional approach. Total sampling were used to get sample from
32 populations of women to give birth. Check list were used to observe the birth position and
perineal laceration and Chi square statistical test to analized the correlation between variables.
Resuld: there are fifty-fifty between the birth position (semi seated position and others like
sideways, recumbent and lithotomi) that choosed by the women during birth. Perineal lacerations
are more occur at the birth position others like sideways, recumbent and lithotomi (56,3%), with
P value = 0.033. Conclusion: birth position have a significant correlation with perineal laceration
especially at the woman that give birt in BPM Suwinah Teras Boyolali.

Keywords: birth position, perineal laceration

Jurnal Kebidanan, Vol. VIII, No. 02, Desember 2016 193


PENDAHULUAN luas apabila kepala janin lahir terlalu
Kematian pada ibu dapat terjadi cepat, sudut arkus pubis lebih kecil
saat hamil, bersalin, maupun nifas. daripada biasa sehingga kepala janin
Penyebab kematian pada ibu bersalin terpaksa lahir lebih ke belakang daripada
diantaranya oleh perdarahan yang salah biasa, kepala janin melewati pintu
satu penyebabnya oleh ruptur perineum. bawah panggul dengan ukuran yang
Ruptur perineum merupakan penyebab lebih besar daripada sirkumferensia
kedua tersering dari perdarahan pasca subboksipito-bregmatika, atau dilahirkan
persalinan pervaginam. Perdarahan dengan pembedahan vaginal
pasca persalinan dengan uterus (Wiknjosastro, 2007:665).
berkontraksi baik biasanya disebabkan Ruptur perineum merupakan
oleh robekan servik atau vagina. Ruptur robekan yang terjadi sewaktu persalinan
perineum terjadi hampir semua dan disebabkan oleh beberapa faktor
persalinan pertama dan tidak jarang pada antara lain posisi persalinan, cara
persalinan berikutnya (Saifuddin, 2002 : meneran, pimpinan persalinan dan berat
M 29). badan bayi baru lahir. Posisi meneran
Ruptur perineum adalah robekan ada beberapa macam antara lain posisi
pada perineum yang biasanya merangkak/tidur miring, posisi jongkok
disebabkan oleh trauma persalinan atau berdiri, posisi duduk/setengah
(Maemunah, 2005:98). Kemungkinan duduk dan posisi telentang/supine.
etiologi ruptur perineum adalah kepala Meneran dengan posisi miring dapat
janin terlalu cepat lahir, pimpinan mengurangi resiko terjadinya rupture
persalinan tidak sebagaimana mestinya, perineum. Sedangkan meneran dengan
sebelumnya terdapat banyak jaringan posisi telentang resiko terjadinya rupture
parut pada perineum dan persalinan perineum lebih besar (JNPK-KR, 2008 :
dengan distosia bahu (Saifuddin, 80-83).
2007:181). Ruptur lebih sering terjadi Dari survey pendahuluan di BPM
pada primipara dan kadang multipara Ny Suwinah didapatkan data 11
disebabkan karena peregangan perineum persalinan pada bulan Oktober sampai
yang berlebihan pada persalinan bulan November 2010 yang seluruhnya
sungsang, persalinan dengan cunam, merupakan persalinan normal. Dari 11
ekstraksi vakum dan anak besar persalinan tersebut sebanyak 7 orang
(Wiknjosastro, 2007:665). mengalami rupture perineum, ibu yang
Robekan perineum umumnya mengalami rupture perineum saat
terjadi di garis tengah dan bisa menjadi melahirkan posisi menerannya litotomi

194 Jurnal Kebidanan, Vol. VIII, No. 02, Desember 2016


sampai bayi lahir sehingga bokong (2005 : 98) dan JNPK-KR (2008 : 80-
terangkat. Sedangkan 4 orang lainnya 83). Observasi dilakukan oleh peneliti
yang tidak mengalami ruptur perineum secara langsung selama proses
meneran dengan posisi setengah duduk. persalinan untuk mengetahui posisi
Namun demikian belum dapat meneran dan derajat robekan perineum
dipastikan apakah posisi meneran yang terjadi pada ibu bersalin.
setengah duduk memang dapat Yang dimaksud posisi meneran
mengurangi ruptur perineum dalam penelitian ini adalah posisi ibu
dibandingkan posisi meneran lainnya. bersalin saat kelahiran bayi dari mulai
Berdasarkan latar belakang kepala membuka jalan lahir sampai bayi
masalah tersebut peneliti tertarik untuk lahir seluruhnya, dengan kategori
mengetahui lebih lanjut tentang penilaian setengah duduk dan bukan
“Hubungan Posisi ibu Meneran dengan setengah duduk (telentang, litotomi,
Kejadian Ruptur Perineum di BPM miring). Sedangkan variabel robekan
Suwinah Silem Teras Boyolali”. perineum adalah robekan jalan lahir
(perineum) secara tidak disengaja karena
METODE persalinan. Robekan perineum ini dibagi
Penelitian ini menggunakan 2 kategori ruptur dan tidak ruptur.
desain penelitian observasional analitik Analisis dalam penelitian ini
dengan pendekatan cross sectional. menggunakan analisis univariate dan
Populasi diambil keseluruhan Ibu yang bivariate. Analisis univariate ini untuk
bersalin di BPM Bidan Suwinah, menjelaskan atau mendeskripsikan
kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali. angka atau nilai jumlah masing-masing
Pada bulan Februari sampai bulan Maret variabel dengan proporsi atau
dengan jumlah populasi 32 ibu bersalin. presentase.
Sampel yang dipergunakan adalah total Analisis bivariate yaitu untuk
sampling. mengetahui adanya hubungan antara
Pengambilan data dilakukan variabel bebas (posisi meneran) dan
dengan cara observasi menggunakan variabel terikat (ruptur perineum)
lembar observasi berupa cek list. menggunakan uji statistic Chi Square
Instrumen ini diambil berdasarkan dengan tingkat kepercayaan 95% (0,05) ,
sumber pustaka tentang standar asuhan diolah dengan menggunakan bantuan
kebidanan persalinan dalam Maemunah program SPSS .

Jurnal Kebidanan, Vol. VIII, No. 02, Desember 2016 195


HASIL DAN PEMBAHASAN Posisi meneran ibu bersalin
A. Analisis Univariat Tabel 3. Distribusi Frekuensi Posisi
Meneran Ibu Bersalin
Karakteristik Responden
Posisi Frekuensi Persenta
Umur Meneran se
Bukan 16 50 %
Tabel 1. Distribusi Frekuensi setengah
Umur Responden duduk
Umur Frekuensi Persentase Setengah 16 50 %
> 35 tahun 2 6,3 % duduk
20 – 35 25 78,1 % Total 32 100 %
tahun Sumber : Data Primer diolah (2011).
< 20 tahun 5 15,6 %
32 100 % Berdasarkan tabel 3 menunjukkan
Sumber : Data Primer diolah bahwa pertolongan persalinan dengan

Dari tabel 1 menunjukkan bahwa posisi bukan setengah duduk dan

karakteristik umur responden setengah duduk sama banyaknya yaitu

sebagian besar termasuk usia sebanyak 50 %.

reproduksi sehat (78,1 %). Ruptur perineum

Paritas Tabel 4. Distribusi frekuensi ruptura


perineum
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Kejadian Rupture Frekue Persen
Paritas Responden Perineum nsi tase
Ruptur 18 56,3 %
Paritas Frekuensi Persentase Tidak Ruptur 14 43,7 %
Primipara 27 84,4 % Total 32 100 %
Multipara 5 15,6 % Sumber : Data Primer diolah
32 100 %
Pada tabel 4. menunjukkan bahwa
Sumber : Data Primer diolah
Dari tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar ibu bersalin di BPM
sebagian besar responden termasuk Suwinah Boyolali mengalami ruptur
primipara (84,4%). perineum (56,3 %).

B. Analisis Bivariat

Tabel 5. Hubungan Posisi Meneran dengan Ruptur Perineum pada Ibu Bersalin

Kejadian ruptur perineum


Posisi meneran X2 P value
Ruptur % Tidak % ∑ %
Ruptur
Bukan setengah 12 66,7 4 28,6 16 10 4,571 0,033
duduk 0
Setengah Duduk 6 33,3 10 71,4 16 10
0
Total 18 100 14 100 32
Sumber : Data Primer diolah

196 Jurnal Kebidanan, Vol. VIII, No. 02, Desember 2016


Pada tabel 5 menunjukkan bahwa atau setengah duduk, dan tidur telentang.
ibu bersalin dengan posisi meneran (JNPK-KR, 2008 : 80-83). Dalam
bukan setengah duduk sebanyak 16 kenyataannya di lapangan posisi yang
orang. Dari 16 orang tersebut yang paling sering adalah setengah duduk
mengalami rupture perineum sebanyak namun masih dijumpai ibu bersalin yang
12 orang (66,7%) dan yang tidak menghendaki posisi telentang, miring
mengalami rupture perineum sebanyak 4 serta pada kondisi tertentu dengan
orang (28,6 %). Ibu bersalin dengan lithotomi.
posisi meneran setengah duduk Posisi duduk atau setengah duduk
sebanyak 16 orang, Dari 16 orang dapat memberikan rasa nyaman bagi ibu
tersebut yang mengalami ruptur dan memberikan kemudahan baginya
perineum sebanyak 6 orang (33,3%) dan untuk beristirahat di antara kontraksi.
yang tidak mengalami rupture perineum Keuntungan dari posisi ini adalah
sebanyak 10 orang (71,4 %).\ adanya gaya grafitasi untuk membantu
Dari hasil uji statistic dengan Chi ibu melahirkan bayinya.
2
Square Test diperoleh hasil nilai X Posisi terlentang tidak dianjurkan
hitung 4,571 dan ρ 0,033 (ρ <0,05) yang bagi ibu sebab dapat menyebabkan
berarti ada hubungan yang signifikan hipotensi karena bobot uterus dan isinya
antara posisi meneran dengan kejadian menekan aorta, vena cava inferior serta
ruptur perineum. pembuluh-pembuluh darah lain sehingga
menyebabkan suplai darah ke janin
PEMBAHASAN menjadi berkurang, dimana akhirnya ibu
Hasil penelitian diketahui bahwa dapat pingsan dan bayi mengalami fetal
pertolongan persalinan dengan posisi distress ataupun anoksia janin. Posisi ini
bukan setengah duduk (telentang, juga menyebabkan waktu persalinan
miring, lithotomi) sebanyak 50 % dan menjadi lebih lama, besar
pertolongan persalinan dengan posisi kemungkinan terjadinya laserasi
setengah duduk sebanyak 50 %. Hasil perineum dan dapat mengakibatkan
ini merupakan temuan yang sering kerusakan pada syaraf kaki dan
dilakukan pada saat pertolongan punggung.
persalinan di negara-negara berkembang Hasil penelitian diketahui bahwa
Posisi meneran pada saat ibu bersalin yang mengalami ruptur
persalinan ada empat macam yaitu perineum sebanyak 56,3 % dan ibu
berbaring miring ke kiri atau bersalin yang tidak mengalami ruptur
merangkak, jongkok atau berdiri, duduk perineum sebanyak 43,7 %. Rupture

Jurnal Kebidanan, Vol. VIII, No. 02, Desember 2016 197


perineum yang sebagian besar terjadi 0,05 sehingga ada hubungan antara
pada ibu bersalin di BPM Suwinah posisi meneran dengan kejadian rupture
Boyolali terjadi karena persalinan pada perineum pada ibu bersalin di BPM
ibu primipara. Kejadian rupture Suwinah Boyolali.
perineum pada ibu bersalin pada Di BPM Suwinah pertolongan
persalinan primipara sesuai dengan teori persalinan menggunakan asuhan sayang
bahwa rupture perineum lebih sering ibu, meskipun demikian kejadian ruptur
terjadi pada primipara dan kadang perineum masih terjadi. Pada lokasi
multipara disebabkan karena peregangan penelitian kejadian ruptur lebih banyak
perineum yang berlebihan pada dialami oleh ibu bersalin dengan posisi
persalinan sungsang, persalinan dengan meneran bukan setengah duduk (miring,
cunam, ekstraksi vakum dan anak besar telentang, lithotomi) dibandingkan
(Wiknjosastro, 2007:665). Hal tersebut dengan ibu bersalin dengan posisi
juga sesuai dengan penelitian yang meneran setengah duduk. Hal ini sesuai
dilakukan oleh Pasiowan S (2015) yang dengan pernyataan teori, Posisi
menyatakan ada hubungan antara terlentang menyebabkan waktu
ruptura perineum dengan paritas persalinan menjadi lebih lama, besar
Rupture perineum juga sering kemungkinan terjadinya laserasi
terjadi karena kepala janin terlalu cepat perineum dan dapat mengakibatkan
lahir, pimpinan persalinan tidak kerusakan pada syaraf kaki dan
sebagaimana mestinya, sebelumnya punggung (JNPK-KR, 2008 : 80-83).
terdapat banyak jaringan parut pada Posisi setengah duduk berisiko
perineum dan persalinan dengan distosia lebih sedikit terjadi ruptue perineum
bahu (Saifuddin, 2007:181). dikarenakan peregangan perineum tidak
Hasil penelitian diketahui bahwa berlebihan. Penolong yang sabar dan
ibu bersalin dengan posisi meneran terampil serta ibu yang bisa diajak
bukan setengah duduk sebanyak 16 kerjasama atau diarahkan dapat
orang, yang mengalami rupture mengurangi bahkan mencegah kejadian
perineum sebanyak 12 orang (66,7%), ruptur perineum pada ibu bersalin.
dan ibu bersalin dengan posisi meneran Pada penelitian terdapat 4 orang
setengah duduk sebanyak 16 orang, yang posisi menerannya bukan setengah
yang tidak mengalami rupture perineum duduk tetapi tidak mengalami ruptur
sebanyak 10 orang (71,4 %). Dari uji perineum, hal ini disebabkan karena
statistik chi square diperoleh X2 hitung perineumnya elastis. Didapat juga
=4,571 > X2 tabel =3,841 ρ= 0,033 < keadaan 6 orang ibu yang posisi

198 Jurnal Kebidanan, Vol. VIII, No. 02, Desember 2016


menerannya setengah duduk tetapi terutama pada nullipara yang baru
terjadi ruptur, hal ini disebabkan karena mengalami kehamilan pertama
3 orang perineumnya tidak elastis, 3 (primigravida).
orang karena bayinya besar. Hal ini
sesuai dengan teori bahwa penyebab PENUTUP
ruptur perineum adalah kepala janin Berdasarkan hasil penelitian dan
terlalu cepat lahir, pimpinan persalinan pembahasan mengenai hubungan posisi
tidak sebagaimana mestinya, meneran dengan rupture perineum pada
sebelumnya terdapat banyak jaringan ibu bersalin di BPM Suwinah Boyolali,
parut pada perineum dan persalinan maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
dengan distosia bahu (Saifuddin, Posisi meneran ibu bersalin di BPM
2007:181). Suwinah antara posisi meneran bukan
Menurut Wiknjosastro (2007) setengah duduk dengan setengah duduk
penyebab robekan perineum pada sama banyaknya masing-masing (50%).
persalinan normal ada beberapa macam Kejadian ruptur perineum pada BPM
diantaranya partus presipitatus dan Suwinah banyak terjadi pada ibu
elastisitas perineum. Partus presipitatus bersalin dengan posisi bukan setengah
jarang disertai dengan komplikasi duduk (miring, telentang, lithotomi)
maternal yang serius jika serviks yaitu sebanyak 18 responden (56,3%).
mengadakan penipisan serta dilatasi Hasil analisis menunjukkan bahwa
dengan mudah, vagina sebelumnya posisi bersalin ibu berhubungan
sudah teregang dan perineum dalam signifikan dengan ruptur perineum pada
keadaan lemas (relaksasi). Namun ibu bersalin. Hal ini ditunjukkan hasil uji
demikian, kontraksi uterus yang kuat chi square diperoleh X2 hitung =4,571 >
disertai serviks yang panjang serta kaku, X2 tabel =3,841 dan ρ= 0,033 < 0,05.
dan vagina, vulva atau perineum yang Berdasarkan pelaksanaan dan
tidak teregang dapat menimbulkan hasil penelitian, saran yang dapat
rupture uteri atau laserasi yang luas pada diberikan adalah sebagai berikut: ibu
serviks, vagina, vulva atau perineum. bersalin untuk menghindari ruptur
Elastisitas perineum dapat dilihat perineum pada saat persalinan,
dari banyak atau tidaknya jaringan parut sebaiknya ibu dianjurkan dengan posisi
diperineum yang menyebabkan setengah duduk dan meneran yang benar
perineum menjadi kaku. Daerah pada persalinan. Tenaga Kesehatan
perineum bersifat elastik, tapi dapat juga memberikan informasi yang sebenarnya
ditemukan perineum yang kaku, pada ibu hamil tentang macam-macam

Jurnal Kebidanan, Vol. VIII, No. 02, Desember 2016 199


posisi bersalin, keuntungan dan http://www.solopos.com/2009/boyolali/a
ngka-kematian-ibu-dan-bayi-di-
kerugiannya dari berbagai posisi untuk
boyolali- masih-tinggi-6724
menghindari ruptur perineum pada saat Maemunah S, Standar Asuhan
Kebidanan Persalinan, Jakarta,
persalinan. Tenaga kesehatan juga harus
EGC, 2005
mengetahui beberapa faktor yang Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka
menyebabkan ruptur perineum.
Cipta. 2005.
Sehingga dapat mengantisipasi dan Pasiowan S, dkk, Faktor-faktor yang
Berhubungan dengan Robekan
meminimaliskan kejadian ruptur
JalanLlahir pada Ibu Bersalin,
perineum. Untuk penelitian berikutnya Jurnal Ilmiah Bidan, ISSN:2339-
1731, 2015.
perlu diteliti lebih lanjut tentang faktor-
Prawitasari E, dkk, Penyebab Terjadinya
faktor yang menyebabkan terjadinya Ruptur Perineum pada Persalinan
Normal di RSUD Muntilan
ruptur perineum pada saat persalinan.
Kabupaten Magelang, Jurnal Ners
& Kebidanan Indonesia, ISSN
2354-7642, 2015
DAFTAR PUSTAKA Riwidikdo H., Statistik kesehatan,
Arikunto, S. Prosedur Penelitian Suatu Pustaka Rihama, Yogyakarta.
Pendekatan Pendek. Jakarta : 2010.
Rineka Cipta. 2001. Saifudin, Pelayanan Kesehatan Maternal
Budiarto E, Metodologi Penelitian dan Neonatal, YBPSP, Jakarta .
Kedokteran, EGC, Jakarta. 2004. 2007.
Cunningham, Obstetri Sastroasmoro, S., Ismail, S., Dasar –
Williams,EGC,Jakarta. 2002 dasar Metodologi Penelitian
Cathrine, A. Anal Sphincter Rupturea : Klinis Edisi kedua, CV Sagung
Risk Factor, Clinical Outcame and Seto, Jakarta. 2002
Prophylaxis. Student Project Saifudin A.B, Buku Panduan Praktis
Faculty of Medicine University of Pelayanan Maternal dan
Oslo, Jurnal.Obstetric, 2012 Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina
Depkes RI. Asuhan Persalinan Normal, Pustaka Sarwono Prawiroharjo.
JNPK-KR, Jakarta.2008. 2002.
Dep. Kes RI. Asuhan Persalinan Normal. Susiloningtyas, Luluk. 2012. Pengaruh
Jakarta: Dep. Kes R. I; 2012 Cara Meneran terhadap
Fitriani, Hanni. 2013. Faktor-Faktor yang Kelancaran Persalinan Kala II.
Mempengaruhi Kejadian Ruptur Kediri : Akademi Kebidanan
Perineum Spontan di BPM Bidan Pamenang.
“N” Kota Bandung. KTI. Bandung Wiknjosastro H., Ilmu Kebidanan.
: STIKES Bhakti Kencana Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Bandung. Prawirohardjo. h : 171-2, 186-200.
http://bataviase.co.id/node/181239. 2006.
Komitmen Pemerintah terhadap
Angka Kematian Ibu Rendah

200 Jurnal Kebidanan, Vol. VIII, No. 02, Desember 2016

Anda mungkin juga menyukai