PUTRI
PUTRI
OLEH
NPM : 17.11.150
DELITUA
1. MENCUCI TANGAN DAN PEMASANGAN HANDSCOON
A. Pengertian
Mencuci tangan secara steril (suci hama) khususnya bila akan membantu tindakan
pembedahan.
B. Tujuan
2. MEMPERBEDEN
2. Ketika akan mengganti linen pada tempat tidur klien, bawa linen sesuai kebutuhan. Jangan
membawa linen berlebihan untuk menghindari terjadinya kontaminasi
kuman/mikroorganisme dan infeksi nosokomial dari satu klien ke klien lainnya.
3. Pada saat memasang linen bersih, bentangkan linen diatas tempat tidur, jangan dikibaskan.
4. Jangan menempatkan linen kotor pada tempat tidur klien, meja, atau peralatan klien
lainnya.
5. Saat memasang linen/alat tenun pada tempat tidur klien, gunakan cara yang efektif dan
gunakan pada satu sisi dulu setelah selesai baru pindah ke sisi lain.
6. Tempatkan linen/alat tenun yang kotor pada tempat yang tertutup (ember yang ada
tutupnya). Bawa dengan hati-hati, jangan menyentuh pakaian perawat dan cuci tangan
setelahnya.
7. Perawat harus tetap memperhatikan keadaan umum klien selama melaksanakan tindakan.
UNOCCUPIED BED
Pengertian
Merupakan tempat tidur yang sudah disiapkan dan masih tertutup dengan sprei penutup (over
laken) diatasnya.
Tujuan
Persiapan alat
a. Alas kasur
b. Laken/sprei besar
c. Perlak
e. Boven laken
g. Sarung bantal
h. Over laken/sprei penutup
Prosedur pelaksanaan
1. Cuci tangan
2. Letakkan alat tenun yang telah disusun sesuai pemakaian didekat tempat tidur
c. Pada ujung setiap sisi kasur bentuk sisi 90⁰, lalu masukkan seluruh tepi sprei
kebawah kasur dengan rapid an tegang
6. Letakkan stik laken diatas sprei melintang, kemudian masukkan sisi-sisinya kebawah
kasur bersama dengan perlak
7. Pasang boven pada kasur daerah bagian kaki, pada bagian atas yang terbalik masukkan
kebawah kasur ± 10 cm kemudian ujung sisi bagian bawah (kaki) dibentuk 90⁰ dan
masukkan kebawah kasur.tarik sisi atas sampai terbentang.
8. Pasang selimut pada kasur bagian kaki, pada bagian atas yang terbalik dimasukkan
kebawah kasur ± 10 cm kemudian ujung sisi-sisinya dibentuk 90⁰ dan masukkan kebawah
kasur. Tarik sisi atas sampai terbentang
10. Masukkan bantal kedalam sarungnya dan letakkan diatas tempat tidur dengan bagian
yang terbuka dibagian bawah
Pengertian
Merupakan tempat tidur yang sudah disiapkan tanpa sprei penutup (over laken)
Tujuan
Dilakukan
ü Pada tempat tidur klien yang dapat/boleh turun dari tempat tidur
Persiapan alat
Sama dengan pemasangan alat tenun pada tempat tidur tertutup, hanya tidak memakai over
laken/sprei penutup
Prosedur pelaksanaan
Seperti menyiapkan tempat tidur tertutup, tetapi tidak dipasang over laken. Jika telah
tersediatempat tidur tertutup, angkat over laken kemudian lipat.
Pengertian
Merupakan tempat tidur yang disiapkan untuk klien pascaoperasi yang mendapat narkose
(obat bius)
Tujuan
a. Menghangatkan klien
Persiapan alat
1. Tambahkan satu selimut tebal pada alat tenun untuk tempat tidur terbuka.
2. Dua buah buli-buli panas/WWZ (warm water zack), dengan suhu air 40⁰C-43⁰C
3. Perlak dan handuk dalam satu gulungan dengan handuk dibagian dalam
Prosedur pelaksanaan
1. Cuci tangan
2. Pada tempat tidur terbuka, angkat bantal dan bentangkan gulungan perlak dan handuk
pada bagian kepala
4. Letakkan buli-buli panas pada sprei dan selimut pada bagian kaki, arahkan mulut buli-
buli ke pinggir tempat tidur
5. Angkat buli-buli panas sebelum klien dibaringkan, setelah kembali dari kamar bedah
6. Lipat pinggir selimut tambahan bersama-sama selimut dari atas tempat tidur pada salah
satu sisi tempat masuknya klien, sampai batas pinggir kasur, lalu lipat sampai sisi yang lain.
7. Cuci tangan
1. Posisi Fowler
a. Pengertian
Posisi fowler adalah posisi setengah duduk atau duduk, dimana bagian kepala tempat tidur
lebih tinggi atau dinaikkan. Posisi ini dilakukan untuk mempertahankan kenyamanan dan
memfasilitasi fungsi pernapasan pasien.fowlerr
b. Tujuan
Meningkatkan dorongan pada diafragma sehingga meningkatnya ekspansi dada dan ventilasi
paru
c. Indikasi
1) Pada pasien yang mengalami gangguan pernapasan
2. Posisi Sim’s
a. Pengertian
Posisi sim adalah posisi miring kekanan atau miring kekiri. Posisi ini dilakukan untuk
memberi kenyamanan dan memberikan obat per anus (supositoria). Berat badan terletak pada
tulang illium, humerus dan klavikula.jnhgvb
b. Tujuan
2) Mengurangi penekanan pada tulang secrum dan trochanter mayor otot pinggang
4) Mencegah dekubitus
c. Indikasi
3) Pasien paralisis
3. Posisi Trendelenberg
a. Pengertian
Pada posisi ini pasien berbaring di tempat tidur dengan bagian kepala lebih rendah daripada
bagian kaki. Posisi ini dilakukan untuk melancarkan peredaran darah ke otak.trendelenburg
b.Tujuan
1) Pasien dengan pembedahan pada daerah perut.
2) Pasien shock.
3) pasien hipotensi.
c. Indikasi
2) Pasien shock
3) Pasien hipotensi.
a. Pengertian
Pada posisi ini pasien berbaring telentang dengan kedua lutut fleksi (ditarik atau
direnggangkan) di atas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk merawat dan memeriksa serta
pada proses persalinan.images
b. Tujuan
c. Indikasi
5. Posisi Lithotomi
a. Pengertian
Pada posisi ini pasien berbaring telentang dengan mengangkat kedua kaki dan menariknya ke
atas bagian perut. Posisi ini dilakukan untuk memeriksa genitalia pada proses persalinan, dan
memasang alat kontrasepsi.semi fowler
b. Tujuan
c. Indikasi
kemih.
a. Pngertian
Pada posisi ini pasien menungging dengan kedua kaki di tekuk dan dada menempel pada
bagian alas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk memeriksa daerah rektum dan
sigmoid.dvb xcdv
b. Tujuan
c. Indikasi
1) Pasien hemorrhoid
7. Posisi orthopeneic
a. Pengertian
Posisi pasien duduk dengan menyandarkan kepala pada penampang yang sejajar dada, seperti
pada meja.
b. Tujuan
yang ekstrim dan tidak bisa tidur terlentang atau posisi kepala hanya bisa pada elevasi
sedang.
c. Indikasi
8. Supinasi
a. Pengertian
Posisi telentang dengan pasien menyandarkan punggungnya agar dasar tubuh sama dengan
kesejajaran berdiri yang baik.
b. Tujuan
c. Indikasi
9. Posisi pronasi
a. Pengertian
Pasien tidur dalam posisi telungkup Berbaring dengan wajah menghadap ke bantal.
b. Tujuan
c. Indikasi
a. Pengertian
Posisi miring dimana pasien bersandar kesamping dengan sebagian besar berat tubuh berada
pada pinggul dan bahu.
b. Tujuan
4) Mengurangi kemungkinan tekanan yang menetap pada tubuh akibat posisi yang menetap.
c. Indikasi
3) Pasien yang posisi fowler atau dorsal recumbent dalam posisi lama
4. PEMBERIAN OKSIGEN
A. Pengertian
Pemberian oksigen ke dalam paru-paru melalui saluran pernapasan dengan menggunakan alat
bantu dan oksigen. Pemberian oksigen pada klien dapat melalui kanula nasal dan masker
oksigen.
B. Tujuan Umum
Pengertian
Membantu pasien yang hendak buang air besar atau buang air kecil ( BAB / BAK ) di atas
tempat tidur dengan menggunakan pispot.
Pispot adalah alat bantu yang digunakan untuk membantu pasien pada waktu buang air besar
dan buang air keci ditempat tidur, karena pasien tidak melakukannya sendiri.
6. PEMBERIAN MAKAN
7. MEMANDIKAN PASIEN
Prosedur keperawatan yang dilakukan pada pasien yang tidak mampu mandi secara sendiri.
Tujuan
8. VULVA HIEGENE
a. Pengertian
Vulva hygiene adalah perawatan vulva dengan cara membersihkan vagina dengan cream,
atau minyak khusus pembersih untuk mencegah terjadinya infeksi baik oleh bakteri atau
kuman.
b. Tujuan
Untuk mencegah terjadinya infeksi yang disebabkan keadaan vulva yang kotor, bau, dan
adanya rabas baru.
c. Manfaat
Setiap wanita harus bisa membersihkan vagina sendiri dan bahwa sedikit bau atau rabas
vagina adalah normal, meski rabas baru atau rabas dengan jenis yang berbeda harus
dievaluasi terutama jika tersebut melakukan hubungan seksual.
Manfaat yang diperoleh antara lain : terhindar dari infeksi, meningkatkan rasa percaya diri
dan mendapatkan perasaan nyaman.
9. VITAL SIGN
Vital signs merupakan tanda-tanda vital yang sangat mempengaruhi kesetimbangan keadaan
haemodinamik seseorang. Adanya perubahan pada tanda vital mengindikasikan adanya
gangguan organ yang berperan dalam menjaga keseimbangan haemodinamik.Tanda-tanda
vital ini terdiri dari tekanan darah (blood pressure), denyut nadi (pulse rate), laju pernapasan
(respiratory rate), dan suhu tubuh.
a. Tekanan Darah
Tekanan darah merupakan kekuatan dan jumlah darah yang dipompa baik ke sirkulasi
pulmoner maupun sitemik yang bergantung pada siklus jantung. Tekanan darah akan lebih
tinggi pada keadaan sistolik (waktu ventrikel berkontraksi dan darah dipompakan ke seluruh
tubuh) dan sedikit menurun pada keadaan diastolik (waktu ventrikel berelaksasi dan darah
menuju ke ventrikel). Tinggi rendahnya tekanan darah dapat dipengaruhi oleh aktivitas,
asupan makanan, dan keadaan psikis.
b. Suhu (T)
Pemeriksaan suhu tubuh bertujuan untuk menilai keseimbangan antara produksi dan
pengeluaran panas oleh tubuh. Pemeriksaan suhu tubuh biasanya diperiksa menggunakan
termometer, baik termometer air raksa maupun elektrik. Pemeriksaan ini biasanya dilakukan
pada mulut, lipatan ketiak (aksila), lipat paha, dan anus (rektum).
c. Pernapasan (RR)
Bernapas merupakan suatu proses yang terdiri dari inspirasi dan ekspirasi yang dbantu oleh
otot-otot bantu pernapasan. Pemeriksaan pernapasan merupakan suatu teknik yang dilakukan
untuk menilai fungsi sistem pernapasan yang dapat meliputi tipe, frekuensi, dan kedalaman
pernapasan. Frekuensi bernapas normal ialah 16-20x/menit. Jika frekuensi pernapasan diatas
20 x/menit maka disebut sebagai pernapasan cepat (takipnea) dan jika frekuensinya kurang
dari 16x/menit disebut sebgai pernapasan lambat (bradipnea). Sedangkan untuk penilaian
kedalaman pernapasan, pada orang normal akan didapatkan pernapasan yang tidak dalam dan
juga tidak dangkal.
Injeksi Intramuskuler
Injeksi intramuskuler adalah pemberian obat dengan cara memasukkan obat ke jaringan oto
dengan menggunakan spuit. Pemberian obat dengan cara ini dilakukan pada bagian tubuh
yang berotot besar,agar tidak ada kemungkinan untuk menusuk syaraf, misalnya pada bagian
bokong,dan kaki bagian atas,atau pada lengan bagian atas.
memasukkan obat ke dalam jaringan kulit yang peka (lapisan kulit / dermis)
injeksi secara IC biasanya untuk skin test seperti screening tuberculin dan tes alergi.
Injeksi Subkutan
Injeksi subkutan adalah injeksi yang disuntikkan ke lapisan lemak yang berada tepat di
bawah kulit (berbeda dengan injeksi intravena, yang disuntikkan langsung ke dalam aliran
darah). Karena pelepasan obat ke sistem tubuh berlangsung lebih lambat dan bertahap dengan
injeksi subkutan daripada dengan injeksi intravena, injeksi subkutan sering kali digunakan
untuk menyuntikkan berbagai vaksin maupun obat (contohnya, pada kasus diabetes tipe I,
insulin sering kali disuntikkan dengan injeksi jenis ini). Resep untuk obat yang diberikan
melalui injeksi subkutan biasanya disertai dengan instruksi mendetail tentang cara yang benar
untuk melakukan injeksi tersebut.