Anda di halaman 1dari 13

REKAYASA IDE

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


“MENEGUHKAN KEIMANAN SESEORANG HAMBA ALLAH SWT”

Dosen Pengampu : Nikmah Dalimunthe, S.Ag , M.Hum.


Mata Kuliah : Agama Islam
Kelas : A dan B 2017

Disusun Oleh Kelompok 5:


1. Abdullah Fikri Solehuddin (3173131001) A 2017
2. Azzahra Putri (3173331005) A 2017
3. Putri Saima Siregar (3171131023) A 2017
4.

PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2018
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penyusun panjatkan atas kehadirat Tuhan yang maha kuasa, atas berkah
dan rahmatnya sehingga penyusun berhasil menyelesaikan rekayasa ide ini yang berjudul
“Meneguhkan Keimanan Seseorang Hamba Allah Swt”. ini dapat terselaikan dengan baik.

Rekayasa ide ini berisikan tentang solusi meneguhkan terhadap keimanan seseorang.
Saya menyadari bahwa rekayasa ide ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi kesempurnaan
rekayasa ide ini.

Maka dari itu penyusun mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak yang telah
banyak membantu dalam penyusunan rekayasa ide ini.

Medan, Oktober 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................... ii

BAB I

PENDAHULUAN ........................................................................................... 1

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1

B. Tujuan ................................................................................................ 1

BAB II

LANDASAN TEORI ....................................................................................... 2

BAB III

GAGASAN IDE .............................................................................................. 3

A. Permasalahan .................................................................................. 3

B. Ide .................................................................................................... 5

BAB IV

PENUTUP........................................................................................................ 13

A. Kesimpulan .......................................................................................... 13

B. Saran ..................................................................................................... 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tak diragukan lagi bahwa siapapun ingin hidup bahagia. Masing-masing


dalam hidup ini mendambakan ketenangan kedamaian kerukunan dan kesejahteraan.
Namun di manakah sebenarnya dapat kita peroleh hal itu semua?
Sesungguhnya menurut ajaran Islam hanya iman yg disertai dgn amal shaleh
yg dapat menghantarkan kita baik sebagai individu maupun masyarakat ke arah itu.
“Barangsiapa yg mengerjakan amal shaleh baik laki-laki-laki-laki maupun perempuan
dalam keadaan beriman maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya
kehidupan yg baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dgn
pahala yg lbh baik dari apa yg telah mereka kerjakan.” Dengan iman umat Islam
generasi pendahulu mencapai kejayaan berhasil merubah keadaan duni dari kegelapan
menjadi terang benderang. Dengan iman masyarakat mereka menjadi masyarakat adil
dan makmur. Para umara’ melaksanakan perintah Allah para ulama beramar ma’ruf
dan nahi mungkar dan rakyat saling tolong-menolong atas kebajikan dan kebaikan.
Kalimatul Haq mereka junjung tinggi tiada yg mengikat antar mereka selain tali
persaudaraan iman. Namun setelah redup cahaya iman di hati kita lenyaplah nilai-nilai
kebaikan diantara kita. Masyarakat kita pun menjadi masyarakat yang penuh dgn
kebohongan kesombongan kekerasan individualisme keserakahan kerusakan moral
dan kemungkaran. Oleh karena itu kita harus menjaga dan menambah keimanan
terhadap diri sendiri supaya terciptanya seorang yang sempurna bagi Allah.

B. Tujuan
Untuk memenuhi tugas rekayasa ide pada mata kuliah Agama islam dan untuk
memberikan suatu gagasan ide solusi terhadap keimana sesorang.

C. Manfaat
Dapat memberikan wawasan kepada si pembaca

1
BAB II
LANDASAN TEORI

Menurut para imam dan ulama telah mendefinisikan istilah iman:


a. Imam Ali bin Abi Talib: “Iman itu ucapan dengan lidah dan kepercayaan
yang benar dengan hati dan perbuatan dengan anggota.”
b. Aisyah r.a.: “Iman kepada Allah itu mengakui dengan lisan dan membenarkan
dengan hati dan mengerjakan dengan anggota.”
c. Imam Al-Ghazali: “Pengakuan dengan lidah (lisan) membenarkan pengakuan
itu dengan hati dan mengamalkannya dengan rukun-rukun (anggota-anggota).”
Berdasarkan hadits Ibnu Majjah Tabhrani:
ِ ‫ع َم ٌل بِ ااْلَ ارك‬
‫َان‬ َ ‫ان َو‬
ِ ‫س‬ ٌ ‫ب َو اِ اق َر‬
َ ِّ‫ار بِا ِل‬ ِ ‫ع اق ٌد بِا القَ ال‬
َ ُ‫ا َ ا ِْل اي َمان‬.
Artinya: ”Iman adalah tambatan hati, ucapan lisan dan laku perbuatan.”

2
BAB III
GAGASAN IDE

A. Permasalahan
Ada banyak hal yang dapat menurunkan kadar keimanan yang ada dalam diri kita.
Secara garis besar, sebab-sebab yang menurunkan kadar keimanan dapat datang
dari dalam diri kita sendiri, dan dari pihak luar. Hal-hal yang menurunkan kadar
keimanan, yang berasal dari dalam diri kita diantaranya adalah:
1. Kebodohan
Kebodohan merupakan salah satu hal yang mengakibatkan berbagai perbuatan
buruk. Boleh jadi seseorang berbuat buruk karena ia tidak mengetahui bahwa
perbuatannya itu dilarang oleh agama. Bahkan bisa jadi ia tidak tahu akan
balasan atas perbuatannya kelak di akhirat. Karena itu, marilah kita berupaya
semaksimal mungkin untuk mencari dan menuntut ilmu, terutama ilmu agama,
sehingga terhindar dari perbuatan-perbuatan yang buruk, sebagai akibat dari
kebodohan kita sendiri.
2. Ketidak-pedulian, keengganan, dan melupakan kewajiban
Keengganan seseorang dalam ketika berurusan dengan hal-hal yang berbsifat
ukhrowi membuatnya sulit untuk dapat melakukan kebaikan. Padahal berbuat
baik sudah merupakan salah satu hal yang diperintahkan oleh Allah
Subhanahu wa ta’alaa. Melupakan kewajibannya sebagai makhluk untuk
beribadah kepada Allah Subhanahu wa ta’alaa dapat pula menyebabkan kadar
iman kita berkurang. Padahal, kita sebagai manusia diciptakan Allah
Subhanahu wa ta’alaa semata-mata untuk beribadah kepadanya. Nafsu
duniawi membuat orang lupa kewajiban utamanya ini. Akibatnya, ia akan
semakin jauh dari cahaya Allah Subhanahu wa ta’alaa.
3. Menyepelekan perintah dan larangan Allah Subhanahu wa ta’alaa
Awal dari perbuatan dosa adalah sikap menganggap sepele apa yang telah
diperintahkan dan dilarang oleh Allah Subhanahu wa ta’alaa. Sebagai
akibatnya, orang yang menganggap sepele perintah dan larangan-Nya akan
senang sekali melakukan perbuatan-perbuatan dosa. Sering juga ia
menganggap bahwa apa yang dilakukannya hanyalah dosa kecil. Padahal, jika
dilakukan terus menerus, dosa-dosa kecil tersebut akan semakin besar. Karena

3
terbiasa melakukan dosa-dosa kecil, maka ia sudah tidak ada perasaan takut
dan ragu lagi utnuk melakukan dosa-dosa besar.
4. Jiwa yang selalu memerintahkan berbuat jahat
Ibnul Qayyim Al Jauziyyah mengatakan, Allah Subhanahu wa ta’alaa
menggabungkan dua jiwa, yakni jiwa jahat dan jiwa yang tenang sekaligus
dalam diri manusia, dan mereka saling bermusuhan dalam diri seorang
manusia. Disaat salah satu melemah, maka yang lain menguat. Perang antar
keduanya berlangsung terus hingga si empunya jiwa meninggal dunia.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “barang siapa yang diberi
petunjuk Allah maka tidak ada yang dapat menyesatkannya, dan barang siapa
yang disesatkannya maka tidak ada seorangpun yang dapat memberinya
petunjuk”. Sifat lalai, tidak mau belajar agama, sombong dan tidak peduli
merupakan beberapa cara untuk membiarkan jiwa jahat dalam tubuh kita
berkuasa. Sedangkan sifat rendah hati, mau belajar, mau melakukan
instropeksi (muhasabah) merupakan cara untuk memperkuat jiwa kebaikan
(jiwa tenang) yang ada dalam tubuh kita. Sedangkan dari luar diri kita, ada
beberapa hal yang dapat menurunkan kadar keimanan kita, diantaranya adalah:
1. Syaithan
Syaithan adalah musuh manusia. Tujuan syaithan adalah untuk merusak
keimanan orang. Siapa saja yang tidak membentengi dirinya dengan selalu
mengingat Allah Subhanahu wa ta’alaa, maka ia menjadi sarang syaithan,
menjerumuskannya dalam kesesatan, ketidak patuhan terhadap Allah
Subhanahu wa ta’alaa, membujuknya melakukan dosa.
2. Bujuk rayu dunia
Allah Subhanahu wa ta’alaa berfirman dalam Al Quran: “Ketahuilah,
bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu
yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta
berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang
tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu
menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi
hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah
serta keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah
kesenangan yang menipu”. (QS, al-Hadiid: 20). Pada hakikatnya, tujuan
hidup manusia adalah untuk akhirat. Dunia ini merupakan tempat kita

4
untuk mengumpulkan bekal bagi kehidupan kita di akhirat kelak. Segala
kesenangan yang ada di dunia ini merupakan kesenangan semu. Namun
tidak sedikit orang yang tergoda oleh kesenangan sesaat ini, sehingga rela
melakukan apa saja demi kehidupan dunia. Bahkan meskipun harus
mrnyalahi perintah Allah SWT sekalipun.

3. Pergaulan yang buruk

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Seseorang itu terletak


pada agama teman dekatnya, sehingga masing-masing kamu sebaiknya
melihat kepada siapa dia mengambil teman dekatnya” (HR Tirmidzi, Abu
Dawud, al-Hakim, al-Baghawi). Teman dan sahabat yang sholeh sangat
penting kita miliki di zaman kini dimana pergaulan manusia sudah sangat
bebas dan tidak lagi memperhatikan nilai-nilai agama Islam. Berada
diantara teman-teman yang sholeh akan membuat seorang wanita tidak
merasa asing bila mengenakan jilbab. Demikian pula seorang pria bisa
merasa bersalah bila ia membicarakan aurat wanita diantara orang-orang
sholeh. Sebaliknya berada diantara orang-orang yang tidak sholeh atau
berperilaku buruk menjadikan kita dipandang aneh bila berjilbab atau
bahkan ketika hendak melakukan sholat.

B. Ide

Agar kadar iman dalam diri kita tidak menurun, kita harus selalu menjaga dan
memelihara keimanan kita dengan baik. Bahkan sebisa mungkin, kita harus
berupaya untuk meningkatkan kadar keimanan yang kitamiliki. Namun,
meningkatkan kadar keimanan bukanlah hal yang mudah. Ada banyak usaha yang
harus kita lakukan, terlebih lagi dengan begitu banyaknya godaan yang mampu
meruntuhkan keimanan kita. Lantas, upaya apa saja yang harus kita lakukan
untuk meningkatkan kadar keimanan kita? Berikut ini ada beberapa hal yang
dapat kita lakukan untuk mempertebal kadar iman kita:
1. Mempelajari ilmu agama islam yang bersumber pada Al Quran dan hadist
Banyak cara yang dapat kita lakukan untuk dapat mempelajari ilmu agama,
yang sesuai dengan tuntunan Al Quran dan Hadist. Beberapa cara untuk
menambah pengetahuan kita tentang agama islam diantaranya adalah:

5
a. Memperbanyak membaca Al Quran dan merenungkan maknanya
Ayat-ayat Al-Qur’an memiliki target yang luas dan spesifik sesuai
kebutuhan masing-masing orang yang sedang mencari atau memuliakan
Tuhannya. Sebagian ayat Al-Qur’an mampu menggetarkan kulit seseorang
yang sedang mencari kemuliaan Allah, dilain pihak Al-Qur’an mampu
membuat menangis seorang pendosa, atau membuat tenang seorang
pencari ketenangan. “Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan
kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-
ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai
pikiran.” (QS, Shaad: 29) ”Dan Kami turunkan dari Al Qur’an suatu yang
menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al
Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang lalim selain
kerugian.” (QS, al-Israa’: 82)
b. Mempelajari sifat-sifat Allah Subhanahu wa ta’alaa
Bila seseorang memahami sifat Allah yang Maha Mendengar, Maha
Melihat dan Maha Mengetahui, maka ia akan menahan lidahnya, anggota
tubuhnya dan gerakan hatinya dari apapun yang tidak disukai Allah. Bila
seseorang memahami sifat Allah yang Maha Indah, Maha Agung dan
Maha Perkasa, maka semakin besarlah keinginannya untuk bertemu Allah
di hari akhirat sehingga iapun secara cermat memenuhi berbagai
persyaratan yang diminta Allah untuk bisa bertemu dengan-Nya (yaitu
dengan memperbanyak amal ibadah). Bila seseorang memahami sifat
Allah yang Maha Santun, Maha Halus dan Maha Penyabar, maka iapun
merasa malu ketika ia marah, dan hidupnya merasa tenang karena tahu
bahwa ia dijaga oleh Tuhannya secara lembut dan sabar.
c. Mempelajari sejarah kehidupan (Siroh) Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wasallam
Dengan memahami perilaku, keagungan dan perjuangan Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wasallam, akan menumbuhkan rasa cinta kita
terhadapnya, kemudian berkembang menjadi keinginan untuk mencontoh
semua perilaku beliau dan mematuhi pesan-pesan beliau selaku utusan
Allah Subhanahu wa ta’alaa. Seorang sahabat r.a. mendatangi Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wasallam dan bertanya, “Wahai Rasul Allah, kapan
tibanya hari akhirat?”. Rasulullah saw balik bertanya : “Apakah yang telah

6
engkau persiapkan untuk menghadapi hari akhirat?”. Si sahabat menjawab
, “Wahai Rasulullah, aku telah sholat, puasa dan bersedekah selama ini,
tetap saja rasanya semua itu belum cukup. Namun didalam hati, aku sangat
mencintai dirimu, ya Rasulullah”. Rasulullah saw menjawab, “Insya Allah,
di akhirat kelak engkau akan bersama orang yang engkau cintai”. (HR
Muslim). Inilah hadits yang sangat disukai para sahabat Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wasallam. Jelaslah bahwa mencintai Rasulullah adalah
salah satu jalan menuju surga, dan membaca riwayat hidupnya (siroh)
adalah cara terpenting untuk lebih mudah memahami dan mencintai
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam.
d. Mempelajari kualitas agama islam
Perenungan terhadap syariat Islam, hukum-hukumnya, akhlak yang
diajarkannya, perintah dan larangannya, akan menimbulkan kekaguman
terhadap kesempurnaan ajaran agama Islam ini. Tidak ada agama lain yang
memiliki aturan dan etiket yang sedemikian rincinya seperti Islam, dimana
untuk makan dan ke WC pun ada adabnya, untuk aspek hukum dan
ekonomi ada aturannya, bahkan untuk berhubungan suami -istripun ada
aturannya.
e. Mempelajari kehidupan orang-prang sholeh
Mereka adalah generasi-generasi terbaik dari Islam. Mereka adalah orang-
orang yang kadar keimanannya diibaratkan sebesar gunung Uhud
sementara manusia zaman kini diibaratkan kadar keimananya tak lebih
dari sebutir debu dari gunung Uhud. Umar ra pernah memuntahkan
makanan yang sudah masuk ke perutnya ketika tahu bahwa makanan yang
diberikan padanya kurang halal sumbernya. Sejarah lain menceritakan
tentang lumrahnya seorang tabi’in meng-khatamkan Qur’an dalam satu
kali sholatnya. Atau cerita tentang seorang sholeh yang lebih dari 40 tahun
hidupnya berturut-turut tidak pernah sholat wajib sendiri kecuali
berjamaah di mesjid. Atau seorang sholeh yang menangis karena lupa
mengucap doa ketika masuk mesjid. Inilah cerita-cerita teladan yang
mampu menggetarkan hati seorang yang sedang meningkatkan
keimanannnya.
2. Merenungkan tanda-tanda kebesaran Allah Subhanahu wa ta’alaa yang ada di
Alam (ma’rifatullah)

7
Renungkan secara tulus bagaimana alam ini diciptakan. Sungguh pasti ada
kekuatan luar biasa yang mampu menciptakan alam yang sempurna ini,
sebuah struktur dan sistem kehidupan yang rapi, mulai dari tata surya, galaksi
hingga struktur pohon dan sel-sel atom. Renungkan pula rahasia dan mukjizat
Qur’an. Salah satu keajaiban Al Qur’an adalah struktur matematis Al Qur’an.
Walau wahyu Allah diturunkan bertahap namun ketika seluruh wahyu lengkap
maka ditemukan bahwa kata tunggal “hari” disebut sebanyak 365 kali,
sebanyak jumlah hari pada satu tahun syamsiyyah (masehi). Kata jamak hari
disebut sebanyak 30 kali, sama dengan jumlah hari dalam satu bulan. Sedang
kata Syahrun (bulan) dalam Al Quran disebut sebanyak 12 kali sama dengan
jumlah bulan dalam satu tahun. Kata Saa’ah (jam) disebutkan sebanyak 24 kali
sama dengan jumlah jam sehari semalam. Dan semua kata-kata itu tersebar di
114 surat dan 6666 ayat dan ratusan ribu kata yang tersusun indah. Dan masih
banyak lagi keajaiban dan mukjizat Al Quran dari sisi pandang lainnya yang
membuktikan bahwa itu bukan karya manusia. Masih banyak pula mukjizat
lainnya di alam ini yang membuktikan bahwa alam ini memiliki struktur yang
sangat sempurna dan tidak mungkin tercipta dengan sendirinya.
Adalah lumrah, bahwa sesuatu yang tidak mungkin diciptakan manusia,
pastilah diciptakan sesuatu yang Maha Kuasa, Maha Besar. Inilah yang
menambah kecilnya diri kita dan menambah kekaguman dan cinta serta iman
kita kepada Sang Pencipta alam semesta ini.
3. Melakukan amal kebaikan dengan ikhlas
Amal perbuatan perlu digerakkan. Dimulai dari hati, kemudian terungkap
melalui lidah kita dan kemudian anggota tubuh kita. Selain ikhlas, diperlukan
usaha dan keseriusan untuk melakukan amalan-amalan ini.
a. Amalan Hati
Dilakukan melalui pembersihan hati kita dari sifat-sifat buruk, selalu
menjaga kesucian hati. Ciptakan sifat-sifat sabar dan tawakal, penuh takut
dan harap akan Allah. Jauhi sifat tamak, kikir, prasangka buruk dan
sebagainya.
b. Amalan Lidah
Perbanyak membaca Al-Qur’an, zikir, bertasbih, tahlil, takbir, istighfar,
mengirim salam dan sholawat kepada Rasulullah dan mengajak orang lain
kepada kebaikan, melarang kemungkaran.

8
c. Amalan Anggota Tubuh
Dilakukan melalui kepatuhan dalam sholat, pengorbanan untuk
bersedekah, perjuangan untuk berhaji hingga disiplin untuk sholat
berjamaah di mesjid (khususnya bagi pria). Marilah kita berdaya upaya
semaksimal mungkin untuk menjaga dan meningkatkan kadar keimanan
yang ada dalam diri kita. Jangan sampai iman yang kita miliki berkurang,
atau bahkan terkikis habis, karena ketidak pedulian kita terhadap hukum-
hukum Allah Subhanahu wa ta’alaa.

9
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Definisi Iman berdasarkan hadist merupakan tambatan hati yang diucapkan


dan dilakukan merupakan satu kesatuan. Iman memiliki prinsip dasar segala isi hati,
ucapan dan perbuatan sama dalam satu keyakinan, maka orang – orang beriman
adalah mereka yang di dalam hatinya, disetiap ucapannya dan segala tindakanya
sama, maka orang beriman dapat juga disebut dengan orang yang jujur atau orang
yang memiliki prinsip. atau juga pandangan dan sikap hidup. Para imam dan ulama
telah mendefinisikan istilah iman ini, antara lain, seperti diucapkan oleh Imam Ali bin
Abi Talib: “Iman itu ucapan dengan lidah dan kepercayaan yang benar dengan hati
dan perbuatan dengan anggota.” Aisyah r.a. berkata: “Iman kepada Allah itu
mengakui dengan lisan dan membenarkan dengan hati dan mengerjakan dengan
anggota.” Imam al-Ghazali menguraikan makna iman: “Pengakuan dengan lidah
(lisan) membenarkan pengakuan itu dengan hati dan mengamalkannya dengan rukun-
rukun (anggota-anggota).” Berbicara tentang iman, tentu berbicara tentang keyakinan.
Maka secara mutlak orientasi pembahasan dititik beratkan pada jiwa seseorang atau
lazimnya di sebut “qalbu”. Hati merupakan pusat dari satu keyakinan, kita semua
sepakat bahwa dalam diri manusia terdapat dua unsur pokok kejadian, terbentuknya
jazad dan rohani, apabila keduanya pincang atau salah satu di antaranya kurang, maka
secara mutlak tidak mungkin terbentuk makhluk yang bernama manusia.

B. Saran
Keimanan seseorang akan berpengaruh terhadap perilakunya sehari-hari, oleha
karena itu penulis menyarankan agar kita senantiasa meningkatkan iman dan taqwa
kita kepada Allah SWT agar hidup kita senantiasa berhasil menurut pandangan Allah
SWT. Juga keyakinan kita terhadap malaikat, kitab, rasul, hari akhir dan takdir
senantiasa harus ditingkat demi meningkatkan amal ibadah kita.

10

Anda mungkin juga menyukai