Anda di halaman 1dari 25

BAB 1

TINJAUAN TEORI

1.1 Tinjauan Medis


1.1 1 Pengertian
Demam Berdarah Dengue (DBD) ialah penyakit yang terdapat pada anak dan
dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi dan biasanya memburuk
setelah 2 hari pertama (Meilany, 2010)
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue yang tergolong Arthropod-Borne Virus, genus Flavivirus,dan family
Flaviviridae. DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes, terutama
Aedes aegypti (infodatin, 2016). Penyakit DBD dapat muncul sepanjang tahun dan
dapat menyerang seluruh kelompok umur. Munculnya penyakit ini berkaitan dengan
kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat (Kemenkes RI, 2016).
Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) atau Demam berdarah dengue adalah
penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan di tularkan melalui gigitan
nyamuk aedes aegypti.Penyakit ini dapat menyerang semua orang dan dapat
mengakibatkan kematian, terutama pada anak.Penyakit ini juga sering menimbulkan
kejadian luar biasa atau wabah.
Infeksi oleh salah satu serotipe menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap
serotipe bersangkutan, tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe lain. Virus
dengue ini terutama ditularkan melalui vektor nyamuk aedes aegypti. Nyamuk aedes
albopictus, aedes polynesiensis, dan beberapa spesies lain kurang berperan. Jenis
nyamuk ini terdapat hampir di seluruh Indonesia kecuali di ketinggian lebih dari
1000 m di atas permukaan laut.
1.1.2 Etiologi
1. Virus dengue
Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke dalam
Arbovirus (Arthropodborn virus) group B, tetapi dari empat tipe yaitu virus dengue
tipe 1,2,3 dan 4 keempat tipe virus dengue tersebut terdapat di Indonesia dan dapat
dibedakan satu dari yang lainnya secara serologis virus dengue yang termasuk dalam
genus flavivirus ini berdiameter 40 nonometer dapat berkembang biak dengan baik
pada berbagai macam kultur jaringan baik yang berasal dari sel– sel mamalia
misalnya sel BHK (Babby Homster Kidney) maupun sel – sel Arthropoda misalnya
sel aedes Albopictus
2. Vektor
Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor yaitu
nyamuk aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis dan beberapa
spesies lain merupakan vektor yang kurang berperan berperan.infeksi dengan salah
satu serotipe akan menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe
bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe jenis yang lainnya.
Nyamuk Aedes Aegypti maupun Aedes Albopictus merupakan vektor penularan
virus dengue dari penderita kepada orang lainnya melalui gigitannya nyamuk Aedes
Aegyeti merupakan vektor penting di daerah perkotaan (Viban) sedangkan di daerah
pedesaan (rural) kedua nyamuk tersebut berperan dalam penularan. Nyamuk Aedes
berkembang biak pada genangan Air bersih yang terdapat bejana – bejana yang
terdapat di dalam rumah (Aedes Aegypti) maupun yang terdapat di luar rumah di
lubang – lubang pohon di dalam potongan bambu, dilipatan daun dan genangan air
bersih alami lainnya ( Aedes Albopictus). Nyamuk betina lebih menyukai menghisap
darah korbannya pada siang hari terutama pada waktu pagi hari dan senja hari.

3. Host
Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya maka ia akan
mendapatkan imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna, sehingga ia masih
mungkin untuk terinfeksi virus dengue yang sama tipenya maupun virus dengue tipe
lainnya. Dengue Haemoragic Fever (DHF) akan terjadi jika seseorang yang pernah
mendapatkan infeksi virus dengue tipe tertentu mendapatkan infeksi ulangan untuk
kedua kalinya atau lebih dengan pula terjadi pada bayi yang mendapat infeksi virus
dengue huntuk pertama kalinya jika ia telah mendapat imunitas terhadap dengue dari
ibunya melalui plasenta.

1.1.3 Patofisiologi
Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh, pasien akan mengalami keluhan
dan gejala karena viremia, seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal
seluruh badan, hiperemi ditenggorokan, timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin
muncul pada system retikuloendotelial seperti pembesaran kelenjar-kelenjar getah
bening, hati dan limpa. Ruam pada DHF disebabkan karena kongesti pembuluh
darah dibawah kulit.

Fenomena patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit dan


membedakan DF dan DHF ialah meningginya permeabilitas dinding kapiler karena
pelepasan zat anafilaktosin, histamin dan serotonin serta aktivasi system kalikreain
yang berakibat ekstravasasi cairan intravaskuler. Hal ini berakibat berkurangnya
volume plama, terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan
renjatan.

Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstravaskuler dibuktikan dengan


ditemukannya cairan dalam rongga serosa, yaitu dalam rongga peritoneum, pleura
dan perikard. Renjatan hipovolemik yang terjadi sebagai akibat kehilangan plasma,
bila tidak segera teratasi akan terjadi anoxia jaringan, asidosis metabolic dan
kematian. Sebab lain kematian pada DHF adalah perdarahan hebat. Perdarahan
umumnya dihubungkan dengan trombositopenia, gangguan fungsi trombosit dan
kelainan fungsi trombosit.

Fungsi agregasi trombosit menurun mungkin disebabkan proses imunologis


terbukti dengan terdapatnya kompleks imun dalam peredaran darah. Kelainan system
koagulasi disebabkan diantaranya oleh kerusakan hati yang fungsinya memang
tebukti terganggu oleh aktifasi system koagulasi. Masalah terjadi tidaknya DIC pada
DHF/DSS, terutama pada pasien dengan perdarahan hebat. Virus dengue yang telah
masuk ke tubuh penderita akan menimbulkan viremia. Hal tersebut menyebabkan
pengaktifan komplemen dan melepaskan Histamin, yang akan merangsang
Hipotalamus sehingga terjadi termo regulasi instabil yaitu hipertermia yang akan
meningkatkan reabsorbsi Na+ dan air sehingga terjadi hipovolemi. Hipovolemi juga
dapat disebabkan peningkatkan permeabilitas dinding pembuluh darah yang
menyebabkan kebocoran palsma. Adanya komplek imun antibodi – virus juga
menimbulkan Agregasi trombosit sehingga terjadi gangguan fungsi trombosit,
trombositopeni, coagulopati. Ketiga hal tersebut menyebabkan perdarahan
berlebihan yang jika berlanjut terjadi shock dan jika shock tidak teratasi terjadi
Hipoxia jaringan dan akhirnya terjadi Asidosis metabolik. Asidosis metabolik juga
disebabkan karena kebocoran plasma yang akhirnya tejadi perlemahan sirkulasi
sistemik sehingga perfusi jaringan menurun jika tidak teratasi terjadi hipoxia
jaringan.

Masa virus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari. Virus hanya dapat
hidup dalam sel yang hidup, sehingga harus bersaing dengan sel manusia terutama
dalam kebutuhan protein. Persaingan tersebut sangat tergantung pada daya tahan
tubuh manusia.sebagai reaksi terhadap infeksi terjadi (1) aktivasi sistem komplemen
sehingga dikeluarkan zat anafilaktosin yang menyebabkan peningkatan permiabilitas
kapiler sehingga terjadi perembesan plasma dari ruang intravaskular ke
ekstravaskular, (2) agregasi trombosit menurun, apabila kelainan ini berlanjut akan
menyebabkan kelainan fungsi trombosit sebagai akibatnya akan terjadi mobilisasi sel
trombosit muda dari sumsum tulang dan (3) kerusakan sel endotel pembuluh darah
akan merangsang atau mengaktivasi faktor pembekuan.

Ketiga faktor tersebut akan menyebabkan (1) peningkatan permiabilitas


kapiler; (2) kelainan hemostasis, yang disebabkan oleh vaskulopati; trombositopenia;
dan kuagulopati (Arief Mansjoer &Suprohaita; 2000; 419).
1.1.4 Klasifikasi DHF
Mengklasifikasikan DHF menurut derajat penyakitnya menjadi 4 golongan,
yaitu :

1) Derajat I
Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Panas 2-7
hari, Uji tourniquet positif, trombositipenia, dan hemokonsentrasi.

2) Derajat II
Sama dengan derajat I, ditambah dengan gejala-gejala perdarahan spontan
seperti petekie, ekimosis, hematemesis, melena, perdarahan gusi.

3) Derajat III
Ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan
cepat (>120x/mnt) tekanan nadi sempit ( 120 mmHg ), tekanan darah
menurun, (120/80  120/100  120/110  90/70  80/70  80/0 
0/0)

4) Derajat IV
Nadi tidak teraba, tekanan darah tidak teatur (denyut jantung  140x/mnt)
anggota gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru. Pasien
jatuh pada kondisi dengue shock syndrom

1.1.5 Tanda dan Gejala


Selain tanda dan gejala yang ditampilkan berdasarkan derajat penyakitnya,
tanda dan gejala lain adalah :

1. Hati membesar, nyeri spontan yang diperkuat dengan reaksi perabaan.


2. Asites
3. Cairan dalam rongga pleura (kanan)
4. Ensephalopati : kejang, gelisah, sopor koma.

1.1.6 Pemeriksaan dan Diagnosis


1. Trombositopeni ( 100.000/mm3)
2. Hb dan PCV meningkat ( 20%)
3. Leukopeni (mungkin normal atau lekositosis)
4. Isolasi virus
5. Serologi (Uji H): respon antibody sekunder
6. Pada renjatan yang berat, periksa : Hb, PCV berulang kali (setiap jam
atau 4-6 jam apabila sudah menunjukkan tanda perbaikan), Faal
hemostasis, EKG, Foto dada, BUN, creatinin serum
1.1.7 Penatalaksanaan
Indikasi rawat inap pada dugaan infeksi virus dengue :

1. Panas 1-2 hari disertai dehidrasi (karena panas, muntah, masukan kurang)
atau kejang-kejang.
2. Panas 3-5 hari disertai nyeri perut, pembesaran hati, uji tourniquet positif
/ negatif, kesan sakit keras (tidak mau bermain), Hb dan PCV meningkat.
3. Panas disertai perdarahan
4. Panas disertai renjatan.

Belum atau tanpa renjatan:

1) Grade I dan II :
a. Oral ad libitum atau
b. Infus cairan Ringer Laktat dengan dosis 75 ml/Kg BB/hari untuk anak
dengan BB < 10 kg atau 50 ml/Kg BB/hari untuk anak dengan BB < 10
kg bersama-sama diberikan minuman oralit, air buah atau susu
secukupnya.
Untuk kasus yang menunjukkan gejala dehidrasi disarankan minum
sebanyak-banyaknya dan sesering mungkin.

Apabila anak tidak suka minum sama sekali sebaiknya jumlah cairan
infus yang harus diberikan sesuai dengan kebutuhan cairan penderita
dalam kurun waktu 24 jam yang diestimasikan sebagai berikut :

a) 100 ml/Kg BB/24 jam, untuk anak dengan BB < 25 Kg


b) 75 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 26-30 kg
c) 60 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 31-40 kg
d) 50 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 41-50 kg
e) Obat-obatan lain : antibiotika apabila ada infeksi lain, antipiretik
untuk anti panas, darah 15 cc/kgBB/hari perdarahan hebat.
Dengan Renjatan :

2) Grade III
a. Berikan infus Ringer Laktat 20 mL/KgBB/1 jam
Apabila menunjukkan perbaikan (tensi terukur lebih dari 80 mmHg dan
nadi teraba dengan frekuensi kurang dari 120/mnt dan akral hangat)
lanjutkan dengan Ringer Laktat 10 mL/KgBB/1jam. Jika nadi dan tensi
stabil lanjutkan infus tersebut dengan jumlah cairan dihitung berdasarkan
kebutuhan cairan dalam kurun waktu 24 jam dikurangi cairan yang sudah
masuk dibagi dengan sisa waktu (24 jam dikurangi waktu yang dipakai
untuk mengatasi renjatan). Perhitungan kebutuhan cairan dalam 24 jm
diperhitungkan sebagai berikut :

a) 100 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB < 25 Kg


b) 75 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dng berat badan 26-30 Kg.
c) 60 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 31-40 Kg.
d) 50 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 41-50 Kg.
b. Apabila satu jam setelah pemakaian cairan RL 20 mL/Kg BB/1 jam
keadaan tensi masih terukur kurang dari 80 mmHg dan nadi cepat lemah,
akral dingin maka penderita tersebut memperoleh plasma atau plasma
ekspander (dextran L atau yang lainnya) sebanyak 10 mL/ Kg BB/ 1 jam
dan dapat diulang maksimal 30 mL/Kg BB dalam kurun waktu 24 jam.
Jika keadaan umum membai dilanjutkan cairan RL sebanyk kebutuhan
cairan selama 24 jam dikurangi cairan yang sudah masuk dibagi sisa
waktu setelah dapat mengatasi renjatan.
c. Apabila satu jam setelah pemberian cairan Ringer Laktat 10 mL/Kg BB/
1 jam keadaan tensi menurun lagi, tetapi masih terukur kurang 80 mmHg
dan nadi cepat lemah, akral dingin maka penderita tersebut harus
memperoleh plasma atau plasma ekspander (dextran L atau lainnya)
sebanyak 10 Ml/Kg BB/ 1 jam. Dan dapat diulang maksimal 30 mg/Kg
BB dalam kurun waktu 24 jam.

1.2 ASUHAN KEPERAWATAN


1.2.1 Pengkajian
1. Identitas pasien
Nama, umur (pada DHF paling sering menyerang anak dengan usia kurang
dari 15 tahun), jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua,
pendidikan orang tua, dan pekerjaan orang tua
2. Keluhan utama
Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk datang ke Rumah
Sakit adalah panas tinggi dan anak lemah
3. Riwayat penyakit sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil dan
saat demam kesadaran kompos mentis.Turunnya panas terjadi antara hari
ke-3 dan ke-7, dan anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai dengan
keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual, muntah, anoreksia, diare, konstipasi,
sakit kepala, nyeri otot dan persendian, nyeri ulu hati dan pergerakan bola
mata terasa pegal, serta adanya manifestasi perdarahan pada kulit, gusi
(grade III, IV), menelan atau hematemesis
4. Riwayat penyakit yang pernah diderita
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DHF, anak bisa mengalami
serangan ulang DHF dengan tipe virus yang lain.
5. Riwayat imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan
timbulnya komplikasi dapat dihindarkan
6. Riwayat gizi
status gizi anak yang menderita DHF dapat bervariasi. Semua anak dengan
status gizi baik maupun buruk dpat berisiko, apabila terdapat faktor
predisposisinya.Anak yang menderita DHF sering mengalami keluhan mual,
muntah, nafsu makan menurun.Apabila kondisi ini berlanjut dan tidak
disertai dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka anak dapat
mengalami penurunan berat badan sehingga status gizinya menjadi kurang.
7. Kondisi lingkungan
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang
kurang bersih (seperti air yang menggenang dan gantungan di kamar)
8. Pola kebiasaan
1) Nutrisi dan metabolisme: frekuensi, jenis, pantangan, nafsu makan
berkurang, dan nafsu makan menurun
2) Eliminasi alvi (buang air besar). Kadanga-kadang anak mengalami
diare/konstipasi. Sementara DHF pada grade III-IV bisa terjadi melena.
3) Eliminasi urine (buang air kecil) perlu dikaji apakah sering kencing,
sedikit/banyak, sakit/tidak. Pada DHF grade IV sering terjadi hematuria.
4) Tidur dan istirahat. Anak sering mengalami kurang tidur karena
mengalami sakit/nyeri otot dan persendian sehingga kuantitas dan
kualitas tidur maupun istirahatnya kurang.
5) Kebersihan. Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan
lingkungan cenderung kurang terutama untuk membersihkan tempat
sarang nyamuk aedes aegypti.
6) Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk
menjaga kesehatan.
9. Pemeriksaan fisik, meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi dari
ujung rambut sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkat (garade) DHF,
keadaan fisik anak adalah sebagai berikut:
1) Grade I: kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, tanda-tanda
vital dan nadi lemah
2) Grade II: kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, ada
perdarahan spontan petekia, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi
lemah, kecil, dan tidak teratur
3) Grade III: kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah, nadi
lemah, kecil, dan tidak teratur, serta tensi menurun
4) Grade IV: kesadaran koma, tanda-tanda vital: nadi tidak teraba, tensi
tidak terukur, pernapasan tidak teratur, ekstremitas dingin, berkeringat,
dan kulit tampak biru
10. Sistem integumen
1) Adanya petekia pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul keringat
dingin, dan lembab
2) Kuku sianosis/tidak
3) Kepala dan leher
Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam (flusy),
mata anemis, hidung kadang mengalami perdarahan (epistaksis) pada
grade II, III, IV. Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering,
terjadi perdarahan gusi, dan nyeri telan. Sementara tenggorokan
mengalami hyperemia pharing dan terjadi perdarahan telinga (pada
grade II, III, IV)
4) Dada
Bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesat. Pada foto thorax
terdapat adanya cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan (efusi
pleura), Rales+, Ronchi+ yang biasanya terdapat pada grade III dan IV
5) Abdomen. Mengalami nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegali),
dan asites.
6) Ekstremitas. Akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi, serta tulang
1.2.2 Diagnosa Keperawatan
1. Hipertemi berhubungan dengan peningkatan laju metabolism
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
1.2.3 Intervensi Keperawatan

1. Hipertemi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme


Hipertermia (00007)

Definisi :suhu inti tubuh diatas kisaran normal diurnal karena kegagalan
termogulasi

Batasan karakteristik Faktor yang berhubungan

 Apnea  Ages farmaseutikal


 Bayi tidak dapat mempertahankan  Aktivitas berlebihan
menyusu  Dehidrasi
 Gelisah  Iskemia
 Hipotensi  Pakaian yang tidaksesuai
 Kejang  Peningkatan laju metabolisme
 Koma  Penurunan perspirasi
 Kulit kemerahan  Penyakit
 Kulit terasa hangat  Sepsis
 Letargi  Suhu lingkungan tinggi
 Postur abnormal  Trauma
 Stupor
 Takikardia
 Takipena
 Vasodilatasi
NOC : Termoregulasi..............................................................Kode: ( 0800 )

Definisi :keseimbangan antara produksi panas, mendapatkan panas, dan kehilangan


panas.

Sanga Banya Cuku Sedik Tidak


tterga kterga pterg itterg gangg
nggu nggu angg angg uan
u u
SKALA COME
SKALA OUTCOME KESELURUHAN 1 2 3 4 5 NA
OUT HAN

INDIKATOR

080009 Merasa merinding 1 2 3 4 5 NA


saat panas

080010 Berkeringat saat 1 2 3 4 5 NA


panas

080011 Menggigil saat 1 2 3 4 5 NA


dingin

080017 Denyut jantung 1 2 3 4 5 NA


apikal

080012 Denyut nadi 1 2 3 4 5 NA


radial

080013 Tingkat 1 2 3 4 5 NA
pernafasan

080015 Melaporkan 1 2 3 4 5 NA
kenyamanan suhu
080001 Peningkatan suhu 1 2 3 4 5 NA
kulit

080018 Penurunan suhu 1 2 3 4 5 NA


kulit
080019 hipertermia 1 2 3 4 5 NA

080020 hipotermia 1 2 3 4 5 NA

080003 Sakit kepala 1 2 3 4 5 NA

080004 Sakit otot 1 2 3 4 5 NA

080005 Sifat lekas marah 1 2 3 4 5 NA

080006 mengantuk 1 2 3 4 5 NA

080007 Perubahan warna 1 2 3 4 5 NA


kulit

080008 Obat berkedut 1 2 3 4 5 NA

080014 Dehidrasi 1 2 3 4 5 NA

080021 Kram panas 1 2 3 4 5 NA

080022 Stroke panas 1 2 3 4 5 NA

080023 Radang dingin 1 2 3 4 5 NA

Sangat Banya Cuku Sedik Tidak


tergan kterga pterg itterg gangg
ggu nggu angg angg uan
u u
SKALA COME
SKALA OUTCOME KESELURUHAN 1 2 3 4 5 NA
OUT HAN

INDIKATOR

080106 Berat badan 1 2 3 4 5 NA

080107 Thermogenesis 1 2 3 4 5 NA
yang tidak
mengigil

080108 Mengambil 1 2 3 4 5 NA
postur kehilangan
panas untuk
hipotemia

080109 Mengambil 1 2 3 4 5 NA
postur kehilangan
panas untuk
hipertermia

080110 Penyapihan dari 1 2 3 4 5 NA


incubator (bayi)
keboks bayi

080113 Keseimbangan 1 2 3 4 5 NA
asam/basa

080116 Suhu tidak stabil 1 2 3 4 5 NA

080117 Hipertermia 1 2 3 4 5 NA

080118 Hipotermia 1 2 3 4 5 NA

080119 Nafas tidak 1 2 3 4 5 NA


teratur

080120 Takipnea 1 2 3 4 5 NA

080103 Kegelisahan 1 2 3 4 5 NA

080104 Kelesuan 1 2 3 4 5 NA

080105 Perubahan warna 1 2 3 4 5 NA


kulit
080111 Dehidrasi 1 2 3 4 5 NA

080112 Glukosa darah 1 2 3 4 5 NA


tidak stabil

080114 Hiperbilirubinem 1 2 3 4 5 NA
ia

NIC: Perawatan demam (3740 )

Perawatan demam (3740)

Definisi :manajemen gejala dan kondisi terkait yang berhubungan dengan


peningkatan suhu tubuh dimediasi oleh pirogen endogen

Aktivitas-aktivitas  Pantau kompikasi-komplikasi yang


 Pantau suhu dan tanda-tanda vital berhubungan dengan demam serta
 Monitor warna kulit dan suhu tanda dan gejala kondisi penyebab
 Monitor asupan dan keluaran, sadari demam (misalnya, kejang,
perubahan kehilangan cairan yang tidak penurunan tingkat kesadaran, status
dirasakan elektrolit abnormal,
 Beriobat atau cairan IV (misalnya, ketidakseimbangan asam-basa,
antipiretik, agen anti bakteri, dan agen aritmia jantung, dan perubahana
anti menggigil) normalitassel)

 Jangan beri aspirin untuk anak-anak  Pastikan tanda lain dariinfeksi yang

 Tutup pasien dengan selimut atau terpantau pada orangtua, karena

pakaian ringan, tergantung pada fase hanya menunjukan demam ringan

demam (yaitu: memberikan selimut atau tidak demam sama sekali

hangat untuk fase dingin; menyediakan selama proses infeksi

pakaian atau linen tempat tidur ringan  Pastikan langkah keamanan pasien
untuk demam dan fase bergejolak/flush yang gelisah atau mengalami

 Dorong konsumsi cairan delirium

 Fasilitasi istirahat, terapkan pembatasan  Lembab kan bibir dan mukosa


aktivitas: jika diperlukan hidung yang kering

 Berikan oksigen, yang sesuai


 Mandikan 9pasien) dengan spons
hangat dengan hati-hati (yaitu: berikan
untuk pasien dengan suhu yang sangat
tinggi, tidak memberikannya selama
fase dingin, dan hindari agar pasien
tidak menggigil
 Tingkatan sirkulasi udara
NIC :Pengaturan suhu (3900)

Pengaturan suhu (3900)

Definisi :mencapai atau memelihara suhu tubuh dalam batas normal.

Aktivitas-aktivitas  Berikan pengobatan antipiretik,


 Monitor suhu paling tidaksetiap 2 jam, sesuai kebutuhan
sesuai kebutuhan,  Pelihara suhu normal pada pasien
 Monitor suhu bayi baru lahir sampai yang baru meninggal yang
stabil mendonorkan organ dengan
 Pasang alat monitor suhu inti secara meningkatkan suhu udara
kontinu, sesuai kebutuhan segera;gunakan lampu pengahangat
 Monitor tekanan darah, nadi, respirasi, infra merah, hangat kan udara, atau
sesuai kebutuhan selimut air; atau pemasangan cairan
 Monitor suhu dan warna kulit IV yang dihangatkan, sesuai

 Monitor dan laporkan adanya tanda dan kebutuhan

gejala dari hipertermia dan hipertermia


 Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
adekuat
 Selimuti bayi segera setelah lahir untuk
mencegah kehilangan panas
 Selimuti bayi berat badan lahir rendah
dengan selimut berbahan dalam plastic
(misalnya, polyethylene, polyurethane
segera setelah lahir ketika masih
tertutup cairan amnion, sesuai
kebutuhan dan protocol institusi
 Berikan topi stock inetteuntuk
mencegah kehilangan panas bayi baru
lahir
 Tempatkan bayi baru lahir dibawah
penghangat, jika diperlukan
 Pertahankan kelembaban pada 50 %
atau lebih besar dalam incubator untuk
mencegah hilang nya panas.
 Disusikan penting nya termoregulasi
dan kemungkinan efek negative dari
demam berlebihan, sesuai kebutuhan
 Instruksikan pasien, khususnya pasien
lansia, mengenai tindakan untuk
mencegah hipotermia karena paparan
dingin
 Informasikan mengenai indikasi adanya
hipotermia dan penanganan emergensi
yang tepat, sesuai kebutuhan
 Guankan matras pengahangat, selimut
yang mensirkulasikan air, mandi air
hangat, kantong atau banta lanjel, dan
kata terisa sipendinginin travaskuler
untu kmenurunkan suhu tubuh, sesuai
kebutuhan
 Sesuaikan suhu lingkungan untuk
kebutuhan pasien
 Berikan medikasi yang tepat untuk
mencegah atau mengkontrol mengggil

2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif


Kekurangan volume cairan (00027)

Definisi :penurunan cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intrasellular ini


mengacu pada dehidrasi, kehilangan cairan saja tanpa perubahan kadarnatrium.

Batasan karakteristik Faktor yang Berhubungan

 Haus  Kegagalan mekanisme regulasi


 Kelemahan  Kehilangan cairan aktif
 Kulit kering
 Memberan mukosa kering
 Peningkatan frekuensi nadi
 Peningkatan hematokrit
 Peningkatan konsentrasi urine
 Peningkatan suhu tubuh
 Penurunan berat badan tiba-tiba
 Penurunan haluaran urine
 Penurunan pengisian vena
 Penurunan tekanan darah
 Penurunan tekanan nadi
 Penurunan turgor kulit
 Penurunan turgor lidah
 Penurunan volume nadi
 Penurunan status mental

NOC

Keseimbangan Cairan (0601)


Definisi :Keseimbangan cairan di dalam ruang intraselular dan ekstraselular tubuh.

Skala target Outcome : Dipertahankan pada…… ditingkatkan ke…..

Sangat Banyak Cukup Sedikit Tidak


tergang tergang tergang tergang tergang
gu gu gu gu gu
SKALA COME
SKALA OUTCOME 1 2 3 4 5 NA
OUTKESELURUHAN
HAN

INDIKATOR
0060101 Tekanan darah 1 2 3 4 5 NA

060122 Denyut nadi 1 2 3 4 5 NA


radial
060102 Tekanan arteri 1 2 3 4 5 NA
rata-rata
060103 Tekanan vena 1 2 3 4 5 NA
sentral
060104 Tekanan baji 1 2 3 4 5 NA
paru-paru
060105 Denyut perifer 1 2 3 4 5 NA
060107 Keseimbnagan 1 2 3 4 5 NA
intake dan
output dalam
24 jam
060109 Berat badan 1 2 3 4 5 NA
stabil
060116 Turgor kulit 1 2 3 4 5 NA
060117 Kelembaban 1 2 3 4 5 NA
membran
mukosa
060118 Serum 1 2 3 4 5 NA
elektrolit
060119 Hematrokrit 1 2 3 4 5 NA
060120 Berat jenis urin 1 2 3 4 5 NA
Berat Cukup Sedang Ring Tidak
Berat an ada
060106 Hipotensi 1 2 3 4 5 NA
ortostatik
060108 Suara napas 1 2 3 4 5 NA
adventif
060110 Asites 1 2 3 4 5 NA

060111 Distensi vena 1 2 3 4 5 NA


leher
060112 Edema perifer 1 2 3 4 5 NA

060113 Bola mata 1 2 3 4 5 NA


cekung dan
lembek
060114 Konfusi 1 2 3 4 5 NA

060115 Kehausan 1 2 3 4 5 NA
060123 Kram otot 1 2 3 4 5 NA

060124 Pusing 1 2 3 4 5 NA

NOC

Hidrasi (0602)
Definisi :[Ketersediaan] Air yang cukup dalam kompartemen intraseluler dan
ekstraseluler tubuh.

Skala target Outcome : Dipertahankan pada…… ditingkatkan ke…..

Sangat Besarly Cukup Ringan Tidak


tergang compro tergang ada
gu mised gu
SKALA OUT
SKALA COME
OUTCOME 1 2 3 4 5 NA
HAN
KESELURUHAN

INDIKATOR
060201 Turgor kulit 1 2 3 4 5 NA

060202 Membran 1 2 3 4 5 NA
mukosa
lembab
060215 Intake cairan 1 2 3 4 5 NA
060211 Output urine 1 2 3 4 5 NA
060216 Serum 1 2 3 4 5 NA
sodium
060217 Perfusi 1 2 3 4 5 NA
jaringan
060218 Fungsi 1 2 3 4 5 NA
kognisi
Berat Cukup Sedang Ringan Tidak
berat ada
060205 Haus 1 2 3 4 5 NA
060219 Warna urin 1 2 3 4 5 NA
keruh
060208 Bola mata 1 2 3 4 5 NA
cekung dan
lunak
060220 Fontanel 1 2 3 4 5 NA
cekung
060212 Penurunan 1 2 3 4 5 NA
tekanan darah
060221 Nadi cepat 1 2 3 4 5 NA
dan lemah
060213 Peningkatan 1 2 3 4 5 NA
hematokrit
060222 Peningkatan 1 2 3 4 5 NA
nitrogen
ureum
darah/blood
urea nitrogen
(BUN)
060223 Kehilangan 1 2 3 4 5 NA
berat badan
060224 Otot tegang 1 2 3 4 5 NA

060225 Otot berkedut 1 2 3 4 5 NA

060226 Diare 1 2 3 4 5 NA

060227 Peningkatan 1 2 3 4 5 NA
suhu tubuh

NIC

Manajemen cairan (4120)


Definisi : meningkatkan keseimbangan cairan dan pencegahan komplikasi yang
dihasilkan dari tingkat cairan tidak normal atau tidak diinginkan

Aktivitas-aktivitas  Tingkatkan asupan oral (misalnya,


 Timbang berat badan setiap hari dan memberikan sedotan, menawarkan cairan
monitor status pasien di antara waktu makan, mengganti air es
 Hitung atau timbang popok dengan baik secara rutin, menggunakan es untuk jus
 Jaga intake/asupan yang akurat dan catat favorit anak, potongan gelatin ke dalam
output [pasien] kotak yang menyenangkan,
 Masukkan kateter urin menggunakan cangkir obat kecil), yang
 Monitor status hidrasi (mialnya, sesuai
membran mukosa lembab, denyut nadi  Arahkan pasien mengenai status NPO
adekuat, dan tekanan darah ortostatik)  Berikan penggantian nasogastrik yang
 Monitor hasil laboratorium yang relevan diresepkan berdasarkan output [pasien]
dengan retensi cairan (misalnya,  Distribusikan asupan cairan selama 24
peningkatan berat jenis, peningkatan jam
BUN, penurunan hematrokit, dan  Dukung pasien dan keluarga untuk
peningkatan kadar osmolalitas urin) membantu dalam pemberian makan
 Monitor status hemodinamik, termasuk dengan baik
CVP, MAP, PAP, dan PCWP, jika ada  Tawari makanan ringan (misalnya,
 Monitor tanda tanda vital pasien minuman ringan dan buah-buahan
 Monitor indikasi kelebihan cairan/retensi segar/jus buah)
(misalnya, crackles, elevasi CVP atau  Batasi asupan air pada kondisi
tekanan kapiler paru-paru yang terganjal, pengenceran hiponatremia dengan serum
edema, distensi vena leher, dan asites) Na di bawah 130 mEq per liter
 Monitor perubahan berat badan pasien  Monitor reaksi pasien terhadap terapi
sebelum dan setelah dialisis elektrolit yang diresepkan
 Kaji lokasi dan luasnya edema, jika ada  Konsultasikan dengan dokter jika tanda-
 Monitor makanan/cairan yang tanda dan gejala kelebihan volume cairan
dikonsumsi dan hitung asupan kalori menetap atau memburuk
harian  Atur ketersediaan produk darah untuk
 Berikan terapi IV, seperti yang transfusi, jika perlu
ditentukan  Persiapan pemberian produk-produk
 Monitor status gizi darah (misalnya, cek darah dan
 Berikan cairan, dengan tepat mempersiapkan pemasangan infus)
 Berikan deuretik yang diresepkan  Berikan produk-produk darah (misalnya,
 Berikan cairan IV sesuai suhu kamar trombosit, dan plasma yang baru)
NIC

Manajemen Hipovolemi (4180)


Definisi : ekspansi dari volume cairan intravaskular pada pasien yang cairannya
berkurang

Aktivitas-aktivitas  Berikan colloid sispensions yang


 Timbang berat badan di waktu yang diresepkan (misalnya., Hespan, albumin,
sama (misalnya, setelah BAK/BAB, atau Plasmanate) untuk penggantian
sebelum sarapan) dan monitor volume intravena, dengan tepat
kecenderungan [arah gejala])  Berikan produk darah yang diresepkan
 Monitor status hemodinamik, meliputi untuk meningkatkan tekanan plasma
nadi, tekanan darah, MAP, CVP, PAP, onkotik dan mengganti volume darah,
PCWP, CO, dan CI, jika tersedia dengan tepat
 Monitor adanya tanda-tanda dehidrasi  Monitor adanya tanda reaksi transfusi
(misalnya, turgor kulit buruk, capillary darah, dengan tepat
refil terlambat, nadi lemah/thready pulse,  Lakukan autotransfusi untuk kehilangan
sangat haus, membran mukosa kering, darah jika tepat
dan penurunan urin output)  Monitor adanya bukti-bukti hipervolemia
 Monitor adanya hipotensi ortotastik dan dan edema paru-paru selama rehidrasi IV
pusing saat berdiri  Berikan cairan IV pada suhu kamar
 Monitor adanya sumber-sumber  Gunakan pompa IV untuk menjaga
kehilangan cairan (misalnya, tetesan aliran infus intravena tetap stabil
pendarahan, muntah, diare, keringat yang  Monitor integritas kulit pasien yang tidak
berlebihan, dan takipnea) dapat bergerak dan memilikki kulit
 Monitor asupan dan pengeluaran kering
 Monitor area akses memasukkan alat  Tingkatkan integritas kulit (misalnya.,
terhadap adanya infiltasi, phlebitis, dan mencegah pencukuran, hindari
infeksi, dengan tepat pelembaban yang berlebihan, dan
 Monitor adanya bukti laboratorium sediakan nutrisi yang cukup) pada pasien
terkait dengan kehilangan darah yang tidak dapat bergerak dan memiliki
(misalnya., hemoglobin, hematokrit, tes kulit kering, dengan tepat
fekal adanya gumpalan darah), jika  Bantu pasien dengan ambulasi pada
tersedia kasus hipotensi postural
 Monitor bukti laboratorium dari adanya  Instruksikan pada pasien untuk
hemokonsentrasi (misalnya., sodium, menghindari posisi yang berubah cepat,
BUN, berat jenis urin) jika tersedia khusunya dari posisi telentang pada
 Monitor bukti laboratorium dan bukti posisi duduk dan berdiri
klinis adanya cedera ginjal akut  Implementasikan posisi trendelenburg
(misalnya., peningkatan BUN, yang dimodifikasi (misalnya., kaki
peningkatan kreatin, penurunan GFR, ditinggikan di atas posisi jantung dengan
myoglobinemia, dan penurunan urin tubuh telentang) saat hipotensi untuk
output) mengoptimalkan perfusi otak dalam
 Dukung asupan cairan oral (misalnya, meminimalkan kebutuhan oksigen
berikan cairan lebih dari 24 jam dan jantung
berikan cairan dengan makanan), jika  Monitor rongga mulut dari kekeringan
tidak ada kontraindikasi dan/atau membran mukosa yang pecah
 Tawarkan pilihan minum setiap 1 sampai  Sediakan cairan oral (atau moistened
2 jam saat terjaga, jika tidak ada mouth swabs) sesering mungkin untuk
kontraindikasi memelihara integritas membran mukosa
 Jaga kepatenan akses IV mulut, jika tidak ada kontraindikasi
 Hitung kebutuhan cairan didasarkan pada  Fasilitas kebersihan mulut (misalnya.,
area permukaan tubuh dan ukuran menggosok gigi dengan pasta gigi,
[tubuh] terbakar, dengan tepat menggunakan obat kumur tanpa alkohol)
 Berikan cairan IV isotonik yang dua kali sehari
diresepkan (misalnya., cairan normal  Posisikan untuk perfusi perifer
saline atau Lactated Ringer) untuk  Berikan vasodilator yang diresepkan
rehidrasi ekstraseluler dengan tetesan dengan hati-hati (misalnya., nitrogliserin,
aliran yang tepat nitroprusside, dan calcium channel
 Berikan cairan hipotonik IV yang blocker) saat menghangatkan kembali
diresepkan (misalnya., 5% dextrose pasien setelah operasi, dengan tepat
dalam cairan atau 0.45% sodium  Berikan atrial natriuretic peptide (ANP)
chloride) untuk rehidrasi intraseluler yang diresepkan untuk mencegah cedera
pada tetesan aliran yang tepat, dengan ginjal akut, dengan tepat
tepat  Instruksikan pada pasien dan/atau
 Berikan cairan IV isotonik bolus yang keluarga untuk mencatat intake dan
diresepkan pada aliran tetesan yang tepat output, dengan tepat
untuk menjaga integritas hemodinamik  Instruksikan pada pasien dan/atau
keluarga tindakan-tindakan yang
dilakukan untuk mengatasi hipovolemia
NIC

Manajemen Syok: Volume (4258)


Definisi : meningkatkan perfusi jaringan yang adekuat pada pasien yang mengalami
gangguan volume intravaskular yang berat

Aktivitas-aktivitas  Berikan cairan IV seperti kristalod


 Monitor hilangnya darah secara tiba-tiba, isotonik atau koloid, sesuai kebutuhan
dehidrasi berat, atau pendarahan yang  Berikan cairan IV yang dihangatkan dan
terus-menerus produk-produk darah yang dihangatkan,
 Cek semua sekresi yang terdapat darah sesuai indikasi
nyata atau bekuan darah  Berikan oksigen dan/atau ventilasi
 Cegah hilangnya volume darah mekanik, sesuai kebutuhan
(misalnya., berikan tekanan pada tempat  Ambil gas darah arteri dan monitor
perdarahan) oksigen jaringan
 Monitor turunnya tekana darah sistolik  Monitor nilai hemoglobin/hematrokit
kurang dari 90 mmHg atau turun 30  Berikan produk-produk darah (misalnya.,
mmHg pada pasien hipertensi paket sel darah merah, platelet, atau
 Monitor tingkat sublingual plasma beku), sesuai kebutuhan
karbondioksida  Monitor data lab koagulasi, meliputi
 Monitor tanda/gejala syok hipovolemia prothrombin time (PT), partial
(misalnya., peningkatan haus, thromboplastin time (PTT), fibrinogen,
peningkatan denyut nadi, peningkatan fibrin degradatin/split products, and
SVR, penurunan urin output, penurunan hitung platelet
bising usus, penurunan perfusi perifer,  Monitor data lab (misalnya., serum
gangguan status mental, atau gangguan laktat, keseimbangan asam basa, profil
respirasi) metabolik, dan elektrolit)
 Posisikan pasien untuk mendaoatkan
perfusi optimal
 Insersikan dan pertahankan akses IV
yang benar
Daftar Pustaka

Arsin AA. Epidemiologi Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia. Makassar:


Masagena Press; 2013.

Mansjoer, A (2000) Kapita Selekta Kedokteran jilid I. Jakarta: Media Aesculapius

Pusdatin Kementrian Kesehatan RI. Infodatin Situasi DBD di Indonesia. 2016.

Kemenkes RI (2016). Situasi DBD di Indonesia.


http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin dbd
2016.pdf

Anda mungkin juga menyukai