PENDAHULUAN
yang disebabkan oleh virus HPV (Human Papilloma Virus). Insiden kanker serviks
90% terjadi di negara berkembang. Tingginya angka kematian akibat kanker serviks
di Indonesia disebabkan karena 95% wanita tidak menjalani pemeriksaan secara dini
harapan hidup wanita.1 Jika diabaikan, kanker serviks yang invasif hampir selalu
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan seseorang yang terinfeksi HPV
kontrasepsi; merokok; nutrisi; dan genetik, perempuan yang hamil sebelum berusia
Kejadian kanker serviks dapat dicegah dengan deteksi dini lesi prakanker.
Deteksi dini lesi prakanker dapat mencegah lesi prakanker tidak berlanjut menjadi
kanker leher rahim jika segera dilakukan pengobatan. Hal ini terbukti di negara-
Salah satu deteksi dini lesi prakanker antara lain melalui Tes Inspeksi Visual
Asam Asetat. Tes Inspeksi Visual Asam Asetat (Tes IVA) adalah suatu metode
skrining kanker serviks dengan menggunakan larutan asam asetat 3-5% pada serviks
1
dan melihat perubahan warna yang terjadi setelah dilakukan olesan yang bertujuan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Defenisi
2.2 Epidemiologi
Kanker serviks adalah kanker paling sering keempat pada wanita dengan
perkiraan 570.000 kasus baru pada tahun 2018 dan mewakili 6,6% dari semua kanker
pada wanita. Sekitar 90% kematian akibat kanker serviks terjadi di negara-negara
berpenghasilan rendah dan menengah. Tingkat kematian yang tinggi dari kanker
pengobatan.5
global dalam segi angka kejadian (urutan ke urutan ke- 6 di negara kurang
maju atau urutan ke 5 secara global. Di Indonesia kanker serviks menduduki urutan
3
kedua dari 10 kanker terbanyak berdasar data dari Patologi Anatomi tahun 2010
penderita baru kanker serviks berkisar 90-100 kasus per 100.000 penduduk dan setiap
tahun terjadi 40 ribu kasus kanker serviks. Kejadian kanker serviks akan sangat
mempengaruhi hidup dari penderitanya dan keluarganya serta juga akan sangat
dan deteksi dini sangat diperlukan oleh setiap pihak yang terlibat.4
2.3 Klasifikasi4.
Stage Deskripsi
I Karsinoma terbatas pada serviks (ekstensi ke korpus uterus harus diabaikan)
IA Karsinoma invasif yang hanya dapat didiagnosis dengan mikroskop, dengan kedalaman invasi maksimum <5 mm
IA1 Invasi stroma terukur <3 mm
IA2 Invasi stroma terukur ≥ 3 mm dan kedalaman <5 mm
IB Karsinoma invasif dengan invasi terdalam terukur ≥5 mm (lebih besar dari Stadium IA), lesi terbatas pada serviks
uteri
IB1 Karsinoma invasif dengan invasi stroma ≥5 mm, dan berdimensi <2 cm
IB2 Karsinoma invasif ≥2 cm dan <4 cm dalam dimensi terbesar
IB3 Karsinoma invasif ≥4 cm dalam dimensi terbesar
II Karsinoma menyerang di luar rahim, tetapi belum meluas ke sepertiga bagian bawah vagina atau ke dinding panggul
IIA Keterlibatan terbatas pada dua pertiga bagian atas vagina tanpa keterlibatan parametrium
IIA1 Karsinoma invasif <4 cm dalam dimensi terbesar
IIA2 Karsinoma invasif ≥4 cm dalam dimensi terbesar
IIB Dengan keterlibatan parametrium tetapi tidak sampai ke dinding panggul
III Karsinoma melibatkan sepertiga bagian bawah vagina dan / atau meluas ke dinding panggul dan/atau menyebabkan
hidronefrosis atau ginjal tidak berfungsi dan/atau melibatkan panggul dan/atau para-aorta kelenjar getah bening
IIIA Karsinoma melibatkan sepertiga bagian bawah vagina, tanpa ekstensi ke dinding panggul
IIIB Perluasan ke dinding panggul dan/atau hidronefrosis atau ginjal yang tidak berfungsi (kecuali diketahui disebabkan
oleh penyebab lain)
IIIC Keterlibatan panggul dan/atau para-aorta kelenjar getah bening, terlepas dari ukuran dan luas tumor (dengan notasi r
dan p)
IIIC1 Metastasis kelenjar getah bening panggul saja
IIIC2 Metastasis ke para-aorta kelenjar getah bening
IV Karsinoma telah meluas melampaui panggul sebenarnya atau telah melibatkan (terbukti dengan biopsi) mukosa
kandung kemih atau rektum. (Edema, dengan demikian, tidak mengizinkan kasus untuk dialokasikan ke Tahap IV)
IVA Menyebar ke organ yang berdekatan dengan organ panggul
IVB Menyebar ke organ yang jauh
4
2.4 Etiologi
Virus) sub tipe onkogenik, terutama sub tipe 16 dan 18. Adapun faktor risiko
terjadinya kanker serviks antara lain: aktivitas seksual pada usia muda (kurang dari
banyak, sosial ekonomi rendah, pemakaian pil KB (dengan HPV negatif atau positif),
5
2.5 Patofisiologi
6
2.6 Tanda Gejala
banyak darah dan mungkin terjadi antara periode saat menstruasi atau setelah
menopause.
2.7 Diagnosis4
Pada umumnya, lesi prakanker belum memberikan gejala. Bila telah menjadi
lanjut, gejala dapat berkembang mejladi nyeri pinggang atau perut bagian
bawah karena desakan tumor di daerah pelvik ke arah lateral sampai obstruksi
ureter, bahkan sampai oligo atau anuria. Gejala lanjutan bisa terjadi sesuai
b. Pemeriksaan Penunjang
- Biopsi
7
- Kolposkopi
- Tes Schiller
2.8 Penatalaksanaan4
secara histologik dan sesudah dikerjakan perencanaan yang matang oleh tim yang
onkologi). Pemilihan pengobatan kanker leher rahim tergantung pada lokasi dan
ukuran tumor, stadium penyakit, usia, keadaan umum penderita, dan rencana
terutama jika daerah yang abnormal seluruhnya telah diangkat pada waktu
untuk menghancurkan sel-sel yang abnormal tanpa melukai jaringan yang sehat di
1. Pembedahan
Pada karsinoma in situ (kanker yang terbatas pada lapisan serviks paling
luar), seluruh kanker sering kali dapat diangkat dengan bantuan pisau
8
pemeriksaan ulang dan Pap smear setiap 3 bulan selama 1 tahun pertama
merupakan salah satu terapi yang bersifat kuratif maupun paliatif. Kuratif
keadaan umum baik, dapat juga pada pasien yang berumur kurang dari 65
tahun. Pasien juga harus bebas dari penyakit umum (resiko tinggi) seperti
Terapi radiasi bertujuan untuk merusak sel tumor pada serviks serta
9
sebanyak mungkin kebutuhan jaringan sehat di sekitar seperti rektum,
hanya akan diberikan pada stadium I sampai III B. Apabila sel kanker
yaitu sinar berasal dari sebuah mesin besar dan penderita tidak perlu
3 hari dan selama itu penderita dirawat di rumah sakit. Pengobatan ini
bisa diulang beberapa kali selama 1-2 minggu. Efek samping dari
3. Kemoterapi
10
perkembangannya. Tujuan pengobatan kemoterapi tegantung pada
tidak mungkin sembuh. Jika kanker menyebar luas dan dalam fase
Contoh obat yang digunakan pada kasus kanker serviks antara lain
2.9 Komplikasi7
1. Efek samping
a. Menopause dini
b. Penyempitan vagina
c. Lymphoedema
11
d. Dampak emosional
a. Nyeri
b. Gagal ginjal
c. Bekuan darah
d. Perdarahan
e. Fistula
f. Keputihan
2.10 Prognosis2
stadium I lebih dari 90%, untuk stadium II 60-80%, stadium III kira-kira
12
BAB III
KESIMPULAN
yang disebabkan oleh virus HPV (Human Papilloma Virus). Insiden kanker serviks
90% terjadi di negara berkembang. Tingginya angka kematian akibat kanker serviks
di Indonesia disebabkan karena 95% wanita tidak menjalani pemeriksaan secara dini
harapan hidup wanita. Jika diabaikan, kanker serviks yang invasif hampir selalu
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan seseorang yang terinfeksi HPV
kontrasepsi; merokok; nutrisi; dan genetik, perempuan yang hamil sebelum berusia
Tanda gejala dari kanker serviks adalah perdarahan vagina yang abnormal,
keluarnya cairan yang tidak biasa dari vagina dan nyeri selama berhubungan seksual.
13
BAB IV
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. E
Umur : 53 tahun
Agama : Islam
Suku : Minang
Pendidikan : SMA
IDENTITAS SUAMI
Nama : Tn.E
Umur : 60 tahun
Agama : Islam
14
Suku : Minang
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
B. ANAMNESIS
Ny.E, 53 tahun, P2A0, Islam, Minang, SMA, Ibu Rumah Tangga, i/d Tn.E , 60
tahun, Minang, Islam, SMA, Swasta datang ke RS Haji Medan pada tanggal
17 September 2018.
KeluhanUtama :
Telaah :
Pasien datang ke IGD Rumah Sakit Haji Medan dengan keluhan adanya
benjolan yang keluar dari kemaluan sejak 1 tahun 5 bulan yang lalu. Awalnya
benjolan terasa kecil namun perlahan terasa membesar dan mulai mengganggu
aktivitas 1 bulan terakhir. Pasien mengaku awalnya benjolan tersebut keluar saat
15
pasien berdiri lama, duduk jongkok BAB dan pada saat batuk. Benjolan dapat masuk
kemerahan. Pasien merasa tidak nyaman jika benjolan tersebut bergesekan dengan
celana. Benjolan tidak terasa nyeri. Keluhan disertai nyeri panggul. Riwayat keluar
darah (-), riwayat demam (-), riwayat angkat beban berat (-), riwayat trauma atau
RPT
Anemia (-)
Hipertensi (-)
Reumatik (-)
Diabetes (-)
Tuberkulosis (-)
Operasi (-)
16
RPO : -
RPK : -
Riwayat Alergi
Merokok/suntik : tidak
Alkohol : tidak
Riwayat Haid
Menarche : 14 tahun
Dismenorhes : (-)
17
Metorrhagia : (-)
Menorrhagia : (-)
Spotting : (-)
Climacterium : (-)
Keputihan
Jumlah : DBN
Warna : DBN
Bau : (-)
Konsistensi : DBN
Riwayat Perkawinan
Istri : 20 tahun
Suami : 27 tahun
Kemandulan : (-)
18
Vaginismus/Frigiditas : Tidak ditanyakan
Riwayat Persalinan
1. Perempuan, aterm, PSP, dr. Sp. OG, RS, 3.000 gram, sehat, 26 tahun
2. Laki-laki, aterm, PSP, dr. Sp. OG, RS, 3,200 gram, sehat, 22 tahun
Pemeriksaan Fisik
Status Present
HR : 80 x/i Sianosis :-
RR : 20 x/i Oedem :-
19
TB : 165 cm Pulmo : DBN
BB : 57 kg THT : DBN
Status Generalisata
Kepala : Normochepali
Abdomen : distensi (-), BU(+) Normal, hepar dan lien tidak teraba
C. STATUS GINEKOLOGI
Pemeriksaan Luar
Abdomen
Membesar : (-)
Simetris/asimetris : simetris
Meteorismus : (-)
Soepel : (+)
Asites : (-)
20
Inspeksi
warna : DBN
pembengkakan : (-)
warna : DBN
pembengkakan : (-)
permukaan licin.
Pemeriksaan Dalam
Inspekulo
Portio : licin
Erosi : (-)
Ectropion : (-)
Laserasi : (-)
21
Ovulanaboti : (-)
Darah : (-)
Polip : (-)
Leukoplakia : (-)
Uterus
Posisi : antefleksi
Besar : 2 cm x 2 cm x 3 cm
Mobilitas : Mobile
Konsistensi : kenyal
Serviks
Portio : licin
OUE : (-)
22
Besar : (-)
Konsistensi : (-)
Mobilitas : (-)
Permukaan : (-)
Cavum Douglass
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hematologi
satuan
g/dl
23
Index eritrosit
MCHC 31,6 32 – 36 %
Eosinofil 2 1–3 %
Basofil 0 0–1 %
N.Stab 0 2– 6 %
N. Seg 60 53–75 %
Limfosit 35 20–45 %
Monosit 6 4–8 %
Klinis Klinik
DIAGNOSA :
Rencana Operasi TVH a/I Prolapsus Uteri Grade III tanggal 18 September
2018
Pukul 08:00
24
PENATALAKSANAAN :
PERSIAPAN OPERASI
3. IVFD RL 20 gtt/i
5. Pemasangan kateter
6. Konsul anestesi
9. Hygiene pribadi
25
DAFTAR PUSTAKA
Kemenkes RI.
26