Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kanker serviks adalah suatu keganasan yang sering menyebabkan kematian

yang disebabkan oleh virus HPV (Human Papilloma Virus). Insiden kanker serviks

90% terjadi di negara berkembang. Tingginya angka kematian akibat kanker serviks

di Indonesia disebabkan karena 95% wanita tidak menjalani pemeriksaan secara dini

sehingga menyebabkan keterlambatan diagnosis dari kanker serviks dan menurunkan

harapan hidup wanita.1 Jika diabaikan, kanker serviks yang invasif hampir selalu

berakibat fatal, apalagi jika diketahui dalam kondisi stadium lanjut.2

Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan seseorang yang terinfeksi HPV

terkena kanker serviks, yaitu: riwayat kehamilan; perilaku seksual; penggunaan

kontrasepsi; merokok; nutrisi; dan genetik, perempuan yang hamil sebelum berusia

18 tahun dan mengalami banyak kehamilan berisiko terkena kanker serviks.3

Kejadian kanker serviks dapat dicegah dengan deteksi dini lesi prakanker.

Deteksi dini lesi prakanker dapat mencegah lesi prakanker tidak berlanjut menjadi

kanker leher rahim jika segera dilakukan pengobatan. Hal ini terbukti di negara-

negara maju yang telah mengalami penurunan insiden kanker serviks.1

Salah satu deteksi dini lesi prakanker antara lain melalui Tes Inspeksi Visual

Asam Asetat. Tes Inspeksi Visual Asam Asetat (Tes IVA) adalah suatu metode

skrining kanker serviks dengan menggunakan larutan asam asetat 3-5% pada serviks

1
dan melihat perubahan warna yang terjadi setelah dilakukan olesan yang bertujuan

untuk melihat adanya sel serviks yang mengalami displasia.1

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Defenisi

Kanker serviks merupakan keganasan yang berasal dari serviks. Serviks

merupakan sepertiga bagian bawah uterus, berbentuk silindris, menonjol dan

berhubungan dengan vagina melalui ostium uteri eksternum.4

2.2 Epidemiologi

Kanker serviks adalah kanker paling sering keempat pada wanita dengan

perkiraan 570.000 kasus baru pada tahun 2018 dan mewakili 6,6% dari semua kanker

pada wanita. Sekitar 90% kematian akibat kanker serviks terjadi di negara-negara

berpenghasilan rendah dan menengah. Tingkat kematian yang tinggi dari kanker

serviks secara global dapat dikurangi melalui pendekatan komprehensif yang

mencakup pencegahan, diagnosis dini, skrining yang efektif dan program

pengobatan.5

Berdasarkan GLOBOCAN 2012 kanker serviks menduduki urutan ke-7 secara

global dalam segi angka kejadian (urutan ke urutan ke- 6 di negara kurang

berkembang) dan urutan ke-8 sebagai penyebab kematian (menyumbangkan 3,2%

mortalitas, sama dengan angka mortalitas akibat leukemia). Kanker serviks

menduduki urutan tertinggi di negara berkembang, dan urutan ke 10 pada negara

maju atau urutan ke 5 secara global. Di Indonesia kanker serviks menduduki urutan

3
kedua dari 10 kanker terbanyak berdasar data dari Patologi Anatomi tahun 2010

dengan insidens sebesar 12,7%.4

Menurut perkiraan Departemen Kesehatan RI saat ini, jumlah wanita

penderita baru kanker serviks berkisar 90-100 kasus per 100.000 penduduk dan setiap

tahun terjadi 40 ribu kasus kanker serviks. Kejadian kanker serviks akan sangat

mempengaruhi hidup dari penderitanya dan keluarganya serta juga akan sangat

mempengaruhi sektor pembiayaan kesehatan oleh pemerintah. Oleh sebab itu

peningkatan upaya penanganan kanker serviks, terutama dalam bidang pencegahan

dan deteksi dini sangat diperlukan oleh setiap pihak yang terlibat.4

2.3 Klasifikasi4.

Stage Deskripsi
I Karsinoma terbatas pada serviks (ekstensi ke korpus uterus harus diabaikan)
IA Karsinoma invasif yang hanya dapat didiagnosis dengan mikroskop, dengan kedalaman invasi maksimum <5 mm
IA1 Invasi stroma terukur <3 mm
IA2 Invasi stroma terukur ≥ 3 mm dan kedalaman <5 mm
IB Karsinoma invasif dengan invasi terdalam terukur ≥5 mm (lebih besar dari Stadium IA), lesi terbatas pada serviks
uteri
IB1 Karsinoma invasif dengan invasi stroma ≥5 mm, dan berdimensi <2 cm
IB2 Karsinoma invasif ≥2 cm dan <4 cm dalam dimensi terbesar
IB3 Karsinoma invasif ≥4 cm dalam dimensi terbesar
II Karsinoma menyerang di luar rahim, tetapi belum meluas ke sepertiga bagian bawah vagina atau ke dinding panggul
IIA Keterlibatan terbatas pada dua pertiga bagian atas vagina tanpa keterlibatan parametrium
IIA1 Karsinoma invasif <4 cm dalam dimensi terbesar
IIA2 Karsinoma invasif ≥4 cm dalam dimensi terbesar
IIB Dengan keterlibatan parametrium tetapi tidak sampai ke dinding panggul
III Karsinoma melibatkan sepertiga bagian bawah vagina dan / atau meluas ke dinding panggul dan/atau menyebabkan
hidronefrosis atau ginjal tidak berfungsi dan/atau melibatkan panggul dan/atau para-aorta kelenjar getah bening
IIIA Karsinoma melibatkan sepertiga bagian bawah vagina, tanpa ekstensi ke dinding panggul
IIIB Perluasan ke dinding panggul dan/atau hidronefrosis atau ginjal yang tidak berfungsi (kecuali diketahui disebabkan
oleh penyebab lain)
IIIC Keterlibatan panggul dan/atau para-aorta kelenjar getah bening, terlepas dari ukuran dan luas tumor (dengan notasi r
dan p)
IIIC1 Metastasis kelenjar getah bening panggul saja
IIIC2 Metastasis ke para-aorta kelenjar getah bening
IV Karsinoma telah meluas melampaui panggul sebenarnya atau telah melibatkan (terbukti dengan biopsi) mukosa
kandung kemih atau rektum. (Edema, dengan demikian, tidak mengizinkan kasus untuk dialokasikan ke Tahap IV)
IVA Menyebar ke organ yang berdekatan dengan organ panggul
IVB Menyebar ke organ yang jauh

4
2.4 Etiologi

Penyebab kanker serviks diketahui adalah virus HPV (Human Papilloma

Virus) sub tipe onkogenik, terutama sub tipe 16 dan 18. Adapun faktor risiko

terjadinya kanker serviks antara lain: aktivitas seksual pada usia muda (kurang dari

18 tahun), berhubungan seksual dengan multipartner, merokok, mempunyai anak

banyak, sosial ekonomi rendah, pemakaian pil KB (dengan HPV negatif atau positif),

penyakit menular seksual, dan gangguan imunitas.4,6

5
2.5 Patofisiologi

6
2.6 Tanda Gejala

1. Perdarahan vagina yang abnormal, seperti perdarahan setelah berhubungan

seksual, perdarahan setelah menopause, perdarahan dan bercak diantara

periode, periode menstruasi yang lama dari biasanya.

2. Keluarnya cairan yang tidak biasa dari vagina, kemungkinan pengeluaran

banyak darah dan mungkin terjadi antara periode saat menstruasi atau setelah

menopause.

3. Nyeri selama berhubungan seksual.

2.7 Diagnosis4

a. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik

Pada umumnya, lesi prakanker belum memberikan gejala. Bila telah menjadi

kanker invasif, gejalan yang paling umum adalah perdarahan (contact

bleeding, perdarahan saat berhubungan intim) dan keputihan. Pada stadium

lanjut, gejala dapat berkembang mejladi nyeri pinggang atau perut bagian

bawah karena desakan tumor di daerah pelvik ke arah lateral sampai obstruksi

ureter, bahkan sampai oligo atau anuria. Gejala lanjutan bisa terjadi sesuai

dengan infiltrasi tumor ke organ yang terkena, misalnya: fistula

vesikovaginal, fistula rektovaginal, edema tungkai.

b. Pemeriksaan Penunjang

- Pemeriksaan Pap Smear

- Pemeriksaan DNA HVP

- Biopsi

7
- Kolposkopi

- Tes Schiller

- Radiologi : Pelvic limphangiografi, IVP, MRI, CT – SCAN

2.8 Penatalaksanaan4

Terapi karsinoma serviks dilakukan bila mana diagnosis telah dipastikan

secara histologik dan sesudah dikerjakan perencanaan yang matang oleh tim yang

sanggup melakukan rehabilitasi dan pengamatan la njutan (tim kanker / tim

onkologi). Pemilihan pengobatan kanker leher rahim tergantung pada lokasi dan

ukuran tumor, stadium penyakit, usia, keadaan umum penderita, dan rencana

penderita untuk hamil lagi.

Lesi tingkat rendah biasanya tidak memerlukan pengobatan lebih lanjut,

terutama jika daerah yang abnormal seluruhnya telah diangkat pada waktu

pemeriksaan biopsi. Pengobatan pada lesi prekanker bisa berupa kriosurgeri

(pembekuan), kauterisasi (pembakaran, juga disebut diatermi), pembedahan laser

untuk menghancurkan sel-sel yang abnormal tanpa melukai jaringan yang sehat di

sekitarnya dan LEEP (loop electrosurgical excision procedure) atau konisasi.

1. Pembedahan

Pada karsinoma in situ (kanker yang terbatas pada lapisan serviks paling

luar), seluruh kanker sering kali dapat diangkat dengan bantuan pisau

bedah ataupun melalui LEEP (loop electrosurgical excision procedure)

atau konisasi. Dengan pengobatan tersebut, penderita masih bisa memiliki

anak. Karena kanker bisa kembali kambuh, dianjurkan untuk menjalani

8
pemeriksaan ulang dan Pap smear setiap 3 bulan selama 1 tahun pertama

dan selanjutnya setiap 6 bulan. Jika penderita tidak memiliki rencana

untuk hamil lagi, dianjurkan untuk menjalani histerektomi. Pembedahan

merupakan salah satu terapi yang bersifat kuratif maupun paliatif. Kuratif

adalah tindakan yang langsung menghilangkan penyebabnya sehingga

manifestasi klinik yang ditimbulkan dapat dihilangkan. Sedangkan

tindakan paliatif adalah tindakan yang berarti memperbaiki keadaan

penderita. Histerektomi adalah suatu tindakan pembedahan yang bertujuan

untuk mengangkat uterus dan serviks (total) ataupun salah satunya

(subtotal). Biasanya dilakukan pada stadium klinik IA sampai IIA

(klasifikasi FIGO). Umur pasien sebaiknya sebelum menopause, atau bila

keadaan umum baik, dapat juga pada pasien yang berumur kurang dari 65

tahun. Pasien juga harus bebas dari penyakit umum (resiko tinggi) seperti

penyakit jantung, ginjal dan hepar.

2. Terapi penyinaran (radioterapi)

Terapi radiasi bertujuan untuk merusak sel tumor pada serviks serta

mematikan parametrial dan nodus limpa pada pelvik. Kanker serviks

stadium II B, III, IV sebaiknya diobati dengan radiasi. Metoda

radioterapi disesuaikan dengan tujuannya yaitu tujuan pengobatan

kuratif atau paliatif. Pengobatan kuratif ialah mematikan sel kanker

serta sel yang telah menjalar ke sekitarnya atau bermetastasis ke

kelenjar getah bening panggul, dengan tetap mempertahankan

9
sebanyak mungkin kebutuhan jaringan sehat di sekitar seperti rektum,

vesika urinaria, usus halus, ureter. Radioterapi dengan dosis kuratif

hanya akan diberikan pada stadium I sampai III B. Apabila sel kanker

sudah keluar ke rongga panggul, maka radioterapi hanya bersifat

paliatif yang diberikan secara selektif pada stadium IV A. Terapi

penyinaran efektif untuk mengobati kanker invasif yang masih terbatas

pada daerah panggul. Pada radioterapi digunakan sinar berenergi

tinggi untuk merusak sel-sel kanker dan menghentikan

pertumbuhannya. Ada dua jenis radioterapi yaitu radiasi eksternal

yaitu sinar berasal dari sebuah mesin besar dan penderita tidak perlu

dirawat di rumah sakit, penyinaran biasanya dilakukan sebanyak 5

hari/minggu selama 5-6 minggu. Keduanya adalah melalui radiasi

internal yaitu zat radioaktif terdapat di dalam sebuah kapsul

dimasukkan langsung ke dalam serviks. Kapsul ini dibiarkan selama 1-

3 hari dan selama itu penderita dirawat di rumah sakit. Pengobatan ini

bisa diulang beberapa kali selama 1-2 minggu. Efek samping dari

terapi penyinaran adalah iritasi rektum dan vagina, kerusakan kandung

kemih dan rektum dan ovarium berhenti berfungsi.

3. Kemoterapi

Kemoterapi adalah penatalaksanaan kanker dengan pemberian obat

melalui infus, tablet, atau intramuskuler. Obat kemoterapi digunakan

utamanya untuk membunuh sel kanker dan menghambat

10
perkembangannya. Tujuan pengobatan kemoterapi tegantung pada

jenis kanker dan fasenya saat didiagnosis. Beberapa kanker

mempunyai penyembuhan yang dapat diperkirakan atau dapat sembuh

dengan pengobatan kemoterapi. Dalam hal lain, pengobatan mungkin

hanya diberikan untuk mencegah kanker yang kambuh, ini disebut

pengobatan adjuvant. Dalam beberapa kasus, kemoterapi diberikan

untuk mengontrol penyakit dalam periode waktu yang lama walaupun

tidak mungkin sembuh. Jika kanker menyebar luas dan dalam fase

akhir, kemoterapi digunakan sebagai paliatif untuk memberikan

kualitas hidup yang lebih baik. Kemoterapi secara kombinasi telah

digunakan untuk penyakit metastase karena terapi dengan agen-agen

dosis tunggal belum memberikan keuntungan yang memuaskan.

Contoh obat yang digunakan pada kasus kanker serviks antara lain

CAP (Cyclophopamide Adrem ycin Platamin), PVB (Platamin Veble

Bleomycin) dan lain –lain.

2.9 Komplikasi7

Komplikasi kanker serviks dapat terjadi karena adanya efek samping

pengobatan atau hasil dari kanker serviks stadium lanjut.

1. Efek samping

a. Menopause dini

b. Penyempitan vagina

c. Lymphoedema

11
d. Dampak emosional

2. Kanker Stadium Lanjut

a. Nyeri

b. Gagal ginjal

c. Bekuan darah

d. Perdarahan

e. Fistula

f. Keputihan

2.10 Prognosis2

Prognosis kanker serviks adalah buruk. Prognosis yang buruk tersebut

dihubungkan dengan 85%-90% kanker serviks terdiagnosis pada invasif,

stadium lanjut, bahkan stadium terminal. Prognosis kanker serviks

tergantung dari stadium penyakit. Umumnya, 5-years survival rate untuk

stadium I lebih dari 90%, untuk stadium II 60-80%, stadium III kira-kira

50%, dan untuk stadium IV kurang dari 30%.

12
BAB III

KESIMPULAN

Kanker serviks adalah suatu keganasan yang sering menyebabkan kematian

yang disebabkan oleh virus HPV (Human Papilloma Virus). Insiden kanker serviks

90% terjadi di negara berkembang. Tingginya angka kematian akibat kanker serviks

di Indonesia disebabkan karena 95% wanita tidak menjalani pemeriksaan secara dini

sehingga menyebabkan keterlambatan diagnosis dari kanker serviks dan menurunkan

harapan hidup wanita. Jika diabaikan, kanker serviks yang invasif hampir selalu

berakibat fatal, apalagi jika diketahui dalam kondisi stadium lanjut.

Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan seseorang yang terinfeksi HPV

terkena kanker serviks, yaitu: riwayat kehamilan; perilaku seksual; penggunaan

kontrasepsi; merokok; nutrisi; dan genetik, perempuan yang hamil sebelum berusia

18 tahun dan mengalami banyak kehamilan berisiko terkena kanker serviks.

Tanda gejala dari kanker serviks adalah perdarahan vagina yang abnormal,

keluarnya cairan yang tidak biasa dari vagina dan nyeri selama berhubungan seksual.

Penatalaksanaannya bisa dilakukan dengan cara pembedahan, terapi penyinaran dan

kemoterapi. Prognosis kanker serviks tergantung dari stadium penyakit.

13
BAB IV

LAPORAN KASUS GINEKOLOGI

A. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. E

Umur : 53 tahun

Agama : Islam

Suku : Minang

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Pendidikan : SMA

Alamat : Jalan Pon III No. 18 Medan

Masuk RS : 17 September 2018

Dokter yang merawat : dr. H. M. Muslich, Sp. OG

IDENTITAS SUAMI

Nama : Tn.E

Umur : 60 tahun

Agama : Islam

14
Suku : Minang

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Swasta

Alamat : Jalan Pon III No. 18 Medan

B. ANAMNESIS

Ny.E, 53 tahun, P2A0, Islam, Minang, SMA, Ibu Rumah Tangga, i/d Tn.E , 60

tahun, Minang, Islam, SMA, Swasta datang ke RS Haji Medan pada tanggal

17 September 2018.

KeluhanUtama :

Terdapat benjolan yang keluar dari kemaluannya

Telaah :

Pasien datang ke IGD Rumah Sakit Haji Medan dengan keluhan adanya

benjolan yang keluar dari kemaluan sejak 1 tahun 5 bulan yang lalu. Awalnya

benjolan terasa kecil namun perlahan terasa membesar dan mulai mengganggu

aktivitas 1 bulan terakhir. Pasien mengaku awalnya benjolan tersebut keluar saat

15
pasien berdiri lama, duduk jongkok BAB dan pada saat batuk. Benjolan dapat masuk

kembali ketika pasien berbaring. Benjolan dirasakan lembek dan berwarna

kemerahan. Pasien merasa tidak nyaman jika benjolan tersebut bergesekan dengan

celana. Benjolan tidak terasa nyeri. Keluhan disertai nyeri panggul. Riwayat keluar

darah (-), riwayat demam (-), riwayat angkat beban berat (-), riwayat trauma atau

terjatuh (-), BAB dan BAK dalam batas normal.

RPT

 Anemia (-)

 Hipertensi (-)

 Penyakit Ginjal (-)

 Reumatik (-)

 Diabetes (-)

 Tuberkulosis (-)

 Penyakit jantung (-)

 Penyakit lain (-)

 Veneral Disease (-)

 Operasi (-)

16
RPO : -

RPK : -

Riwayat Alergi

Riwayat Alergi makanan : (-)

Riwayat alergi obat-obatan : (-)

Gizi dan Kebiasaan

Nafsu makan : sedang

Perubahan berat badan : sedang

Merokok/suntik : tidak

Alkohol : tidak

Kebiasaan makan obat : tidak ada

Obat-obat yang dimasukkan ke dalam vagina : tidak ada

Riwayat Haid

Menarche : 14 tahun

Siklus haid : 28 hari

Lama haid : 3 hari ( 2 kali ganti pembalut)

Dismenorhes : (-)

Haid terakhir : Menopause 1 tahun yang lalu

17
Metorrhagia : (-)

Menorrhagia : (-)

Spotting : (-)

Darah beku : (-)

Contact Bleeding : (-)

Climacterium : (-)

Keputihan

Jumlah : DBN

Warna : DBN

Bau : (-)

Konsistensi : DBN

Gatal (Pruritus vulvae) : (-)

Riwayat Perkawinan

Umur kawin : Kawin ke-1, masih kawin

Istri : 20 tahun

Suami : 27 tahun

Lama Perkawinan : 33 tahun

Kemandulan : (-)

18
Vaginismus/Frigiditas : Tidak ditanyakan

Libido : Tidak ditanyakan

Frekuensi coitus : Tidak ditanyakan

Orgasmus : Tidak ditanyakan

Dispareunia : Tidak ditanyakan

Riwayat kontrasepsi : IUD

Riwayat Operasi : (-)

Riwayat Persalinan

1. Perempuan, aterm, PSP, dr. Sp. OG, RS, 3.000 gram, sehat, 26 tahun

2. Laki-laki, aterm, PSP, dr. Sp. OG, RS, 3,200 gram, sehat, 22 tahun

Pemeriksaan Fisik

 Status Present

Keadaan umum : Tidak tampak sakit Anemis :-

Sensorium : Compos Mentis Ikterik :-

TD : 100/70 mmHg Dyspnoe :-

HR : 80 x/i Sianosis :-

RR : 20 x/i Oedem :-

T : 37,9°C Cor : DBN

19
TB : 165 cm Pulmo : DBN

BB : 57 kg THT : DBN

 Status Generalisata

Kepala : Normochepali

Mata : Konjungtiva Anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-)

Leher : KGB tidak teraba, TVJ tidak Meningkat

Thorak : Cor: Bunyi jantung Normal, Reguler, bunyi tambahan (-)

Pulmo : Suara Pernapasan Vesikuler, Suara tambahan (-)

Abdomen : distensi (-), BU(+) Normal, hepar dan lien tidak teraba

Ekstremitas : Akral hangat (-), Edema (-/-)

C. STATUS GINEKOLOGI

 Pemeriksaan Luar

Abdomen

Membesar : (-)

Simetris/asimetris : simetris

Meteorismus : (-)

Soepel : (+)

Asites : (-)

20
Inspeksi

Mons Pubis : tertutup bulu kemaluan secara merata

Labia mayor : bentuk : DBN

warna : DBN

pembengkakan : (-)

Labia minor : bentuk : DBN

warna : DBN

pembengkakan : (-)

Klitoris : dalam Batas Normal

Orificium uterus eksterna : dalam Batas Normal

Introcoitus vagina : tampak massa berbentuk lonjong berwarna

merah muda, sebesar telur ovum,

permukaan licin.

Fluor albus : (-)

Perineum : Dalam Batas Normal

 Pemeriksaan Dalam

Inspekulo

Portio : licin

Erosi : (-)

Ectropion : (-)

Laserasi : (-)

21
Ovulanaboti : (-)

Darah : (-)

Polip : (-)

Bunga Kol (exophytik) : (-)

Leukoplakia : (-)

Schiller test : (-)

Vaginal Toucher (VT)

Uterus

Posisi : antefleksi

Besar : 2 cm x 2 cm x 3 cm

Mobilitas : Mobile

Konsistensi : kenyal

Nyeri tekan : (-)

Serviks

Portio : licin

OUE : (-)

Contact Bleeding : (-)

Sakit sewaktu digerakkan : (-)

Parametrium kanan / kiri : lemas / lemas

Adneksa kanan/kiri : tidak teraba

22
Besar : (-)

Konsistensi : (-)

Mobilitas : (-)

Permukaan : (-)

Nyeri tekan : (-)

Cavum Douglass

Douglass Crise : (-)

Menonjol/tidak : tidak menonjol

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Hasil laboratorium tanggal 17-09-2018 pukul 13.30 WIB

Hematologi

Darah rutin Nilai Nilai Rujukan

satuan

Hemoglobin 13,9 11,7 – 15,5

g/dl

Hitung eritrosit 4,0 3,6 - 5,2 10*6/µl

Hitung leukosit 10,000 4,000- 11,000/µl

Hematokrit 40,5 36-47 %

Hitung trombosit 272.000 150,000-450,000/µl

23
Index eritrosit

MCV 84,0 80 – 100fL

MCH 28.4 26 – 34pg

MCHC 31,6 32 – 36 %

Hitung jenis leukosit

Eosinofil 2 1–3 %

Basofil 0 0–1 %

N.Stab 0 2– 6 %

N. Seg 60 53–75 %

Limfosit 35 20–45 %

Monosit 6 4–8 %

Laju Endap Darah 16 0-20 mm/jam

Klinis Klinik

Glukosa Darah 90 <140 mg/dL

DIAGNOSA :

 Prolapsus Uteri Grade III

 Rencana Operasi TVH a/I Prolapsus Uteri Grade III tanggal 18 September

2018

 Pukul 08:00

 Lapor Supervisor dr H. M. Muslich, Sp. OG

24
PENATALAKSANAAN :

 Lapor Supervisor dr H. M. Muslich, Sp. OG

 Th/ - IVFD RL 20 gtt/I abocat 18, puasa 8 jam

 Inj. Cefotaxime 1 gr/12 jam

 Inj. Ranitidine 50 mg/12 jam

 Inj. Keterolac 30 mg/ 8 jam

PERSIAPAN OPERASI

Tanggal 17 September 2018

1. SIO dan Informed Concent

2. Pasien di informasikan untuk puasa 6-8 jam sebelumnya operasi

3. IVFD RL 20 gtt/i

4. Buat resep obat ketorolac, ondansentron, ranitidine untuk premedikasi

5. Pemasangan kateter

6. Konsul anestesi

7. Awas vital sign

8. Hasil lab awal telah terlampir

9. Hygiene pribadi

25
DAFTAR PUSTAKA

1. Mulyati S, Suwarsa O, Arya I F D. 2018. Pengaruh Media Film

Terhadap Sikap Ibu Pada Deteksi Dini Kanker Serviks. Bandung:

Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran.

2. Hidayat E, Fitriyati Y. 2014. Hubungan Kejadian Kanker Serviks

Dengan Jumlah Paritas Di RSUD Dr. Moewardi Tahun 2013. Vol.

6(3). Yogyakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia.

3. Rio S, Suci E S T. 2017. Persepsi Tentang Kanker Serviks dan Upaya

Prevensinya Pada Perempuan Yang Memiliki Keluarga Dengan

Riwayat Kanker. Vol. 4(3). Jakarta Selatan: Fakultas Psikologi

Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya.

4. Kemenkes RI. 2015. Situasi Penyakit Kanker. Jakarta: Kemenkes RI.

5. Wantini N A, Indrayani N. 2019. Deteksi Dini Kanker Serviks Dengan

Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA). Vol. 6(1). Yogyakarta: Fakultas

Ilmu Kesehatan Universitas Respati Yogyakarta.

6. Kemenkes RI. Panduan Penatalaksanaan Kanker Serviks. Jakarta:

Kemenkes RI.

7. Yefta, dkk. 2013. Karsinoma Serviks. Purwokerto: Fakultas

Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman.

26

Anda mungkin juga menyukai