Anda di halaman 1dari 26

KANKER ENDOMETRIUM Formatted: Font: (Default) Times New Roman

Formatted: Bottom: 0.81"

1) DEFINISI

Kanker endometrium adalah kanker yang dimulai di lapisan endometrium Formatted: Font: (Default) Times New Roman

(American Cancer Society, 2012). Berdasarkan histopatologi, profil molekul dan Formatted: Font: (Default) Times New Roman

perjalanan klinis kanker endometrium dibagi menjadi dua kategori. Tipe I biasanya
terkait dengan estrogen, dapat didiagnosis lebih awal dan memiliki prognosis yang
menguntungkan. Kanker endometrium tipe II tidak tergantung pada hormone. Kanker
tipe II terjadi mutasi gen p53 dan hilangnya heterozigositas di beberapa lokus kromosom
(Amant F et alet al., 2005).

2) EPIDEMIOLOGI

Dalam Burke WM et alet al (2014), di Amerika Serikat sekitar 52.360 wanita


terdiagnosis kanker endometrium. Kebanyakan terdiagnosis pada stadium awal (75%).
Usia rata-rata yang terdiagnosis di Amerika Serikat adalah 60 tahun. Kanker
endometrium termasuk dalam tujuh penyebab paling umum kematian akibat kanker pada
wanita di Eropa Barat, yaitu sebesar 1% -2% dari semua kematian akibat kanker. Sekitar
81.500 perempuan di Uni Eropa menderita penyakit ini setiap tahun dan angka
insidensinya terus meningkat. Usia rata-rata kejadian adalah 63 tahun, sedangkan > 90%
wanita lebih dari 50 tahun (G. Plataniotis, 2010) (Platanitois G et al., 2010). Field Code Changed

Formatted: English (United States)

Sekitar 75% wanita bertahan hidup selama 5 tahun karena kebanyakan Formatted: Font: Bold

merupakan perempuan yang telah didiagnosis pada tahap awal karena pendarahan
vagina yang tidak teratur. Proporsi penyakit 75% terbatas pada rahim (stadium I).
Sebagian besar kanker endometrium terjadi setelah menopause, tetapi 25% kasus
kemungkinan terjadi pada saat premenopause (Ayush Giri, 2011). Formatted: Font: Bold
Formatted: Font: Bold

Formatted: Font: (Default) Times New Roman, Bold

6)3) ETIOLOGI DAN PATHOGENESIS

1
Endometrium mengalami modifikasi strukctural dan perubahan sel-sel khusus saat Formatted: Normal, Indent: Left: 0.5", First line: 0.5",
Don't adjust space between Latin and Asian text, Don't adjust
terjadi dalam menanggapi fluktuasi estrogen dan progesteron selama siklus menstruasi. space between Asian text and numbers

Paparan terhadapTahan lama eksposur estrogen yang lama menyebabkan hiperplasia


endometrium, yang meningkatkan kemungkinan perkembangan hiperplasia atipikal dan
akhirnya kanker endometrium tipe-1. Proses dasar molekuler ini masih belum diketahui.
Dari sudut pandang molekuler, kanker endometrium menyerupai fase proliferatif dari
endometrium.
PTEN (phosphatase and tensin homolog) adalah sebuah gen suppressor tumor Formatted: Font: Italic

yang diproduksi oleh sel endometrium yang kadarnya tinggi dalam lingkungan yang kaya
estrogen. Progestagen juga mempengaruhi ekspresi dari PTEN, dimana Progestagen dan
estrogen dapat menyebabkan terjadinya mutasi pada PTEN yang diproduksi oleh sel
endometrium. Hal ini sejalan dengan beberapa observasi yang dilakukan dan daitemukan
kejadian yang serupa pada beberapa hasil observasi. Mutasi PTEN biasanya terlihat
dalam tipe-1 kanker endometrium, ada perubahan gen lain yang spesifik untuk kanker
jenis 1 dan 2, yang mendukung model dualistik karsinogenesis endometrium
carcinogenesis. Karsinoma tipe 1 berhubungan dengan mutasi pada onkogen KRAS2,
PTEN tumour suppressor gen, dan cacat pada perbaikan akibat ketidakcocokan DNA Formatted: Font: Italic

pada proses proliferasi. Kanker tipe 2 terkait dengan mutasi pada TP53 dan ekspresi
ErbB-2 (HER- 2/neu) (Amant F et al., 2012). (Frederic Amant, 2005). Field Code Changed

Formatted: Font: (Default) Times New Roman, English


(United States)
4) FAKTOR RIeSIKO Formatted: Normal, Indent: Left: 0.5", First line: 0.5",
Don't adjust space between Latin and Asian text, Don't adjust
7) Risiko terkena kanker endometrium dapat meningkat pada wanita yang memiliki space between Asian text and numbers

faktor risiko (Amant F et al., 2012) seperti: Formatted: Font: (Default) Times New Roman
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, Bold
i. Faktor resikorisiko reproduksi dan menstruasi (Frederic Amant, 2005). Formatted: Font: (Default) Times New Roman
a) Kebanyakan peneliti menyimpulkan bahwa nulipara mempunyai risiko 33x Formatted: Font: (Default) Times New Roman, Bold,
Indonesian
kali lebih besar menderita kanker endometrium dibanding multipara. Formatted: Font: (Default) Times New Roman

Hipotesis bahwa infertilitas menjadi factorfaktor risiko kanker endometrium Formatted: Indent: Left: 0.5", No bullets or numbering
Formatted: Font: (Default) Times New Roman
didukung penelitian-penelitian yang menunjukkan risiko yang lebih tinggi
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
untuk nullipara dibanding wanita yang tidak pernah menikah.
b) Perubahan-perubahan biologis yang berhubungan dengan infertilitas dikaitkan
dengan risiko kanker endometrium adalah siklus anovulasi ( terpaparekspos
estrogen yang lama tanpa progesterone yang cukup), kadar androstenedion
2
serum yang tinggi (kelebihan androstenedion dikonversi menjadi estrone),
tidak mengelupasnya lapisan endometrium setiap bulan (sisa jaringan menjadi
hiperplastik) dan efek dari kadar estrogen bebas dalam serum yang rendah
pada nulipara.
ii. Usia menarche dini (<12 tahun). Berkaitan dengan meningkatnya risiko kanker
endometrium walaupun tidak selalu konsisten. Benyak penelitian menunjukkan
usia saat menopause menarche mempunyai hubungan langsung terhadap
meningkatnya kanker ini oleh karena paparan estrogen lebih dini. Sekitar 70%
dari semua wanita yang didiagnosis kanker endometrium adalah pascamenopause.
Wanita yang menopause secara alami diatas 52 tahun 2,4 kali lebih beresiko jika
dibandingkan sebelum usia 49 tahun (Frederic Amant, 2005). Field Code Changed

iii. Hormon (Frederic Amant, 2005). Field Code Changed

a) Hormone endogen.
Risiko terjadinya kanker endometrium pada wanita-wanita muda berhubungan Formatted: Indent: Left: 1", First line: 0.25"

dengan kadar estrogen yang tinggi secara abnormal seperti polycystic ovarian
disease yang memproduksi estrogen.n. Formatted: English (United States)

b) Hormone eksogen pascamenopause.


Terapi sulih hormone estrogen menyebabkan risiko kanker endometrium Formatted: Indent: Left: 1", First line: 0.25"

meningkat 2 sampai 12 kali lipat. Peningkatan risiko ini terjadi setelah pemakaian
2-3 tahun. Risiko relativef tertinggi setelah pemakaian selama 10 tahun..
iv. Kontrasepsi oral. Peningkatan risiko secara bermakna terdapat pada pemakaian
kontrasepsi oral yang mengandung estrogen dosis tinggi dan rendah progestin.
Sebaliknya pengguna kontrasepsi oral kombinasi estrogen dan progestin dengan
kadar progesterone tinggi mempunyai efek protektif dan menurunkan risiko
kanker endometrium setelah 1-5 tahun pemakaian .(Frederic Amant, 2005). Field Code Changed

v. Tamoksifen. Beberapa penelitian mengindikasikan adanya peningkatan risiko


kanker endometrium 2-3 kali lipat pada pasien kanker payudara yang diberi terapi
tamoksifen. Tamoksifen merupakan antiestrogen yang berkompetisi dengan
estrogen untuk menduduki reseptor. Di endometrium, tamoksifen malah bertindak
sebagai factor pertumbuhan yang meningkatkan siklus pembelahan sel (Frederic Field Code Changed

Amant, 2005).

3
vi.v. Obesitas. Obesitas meningkatkan risiko terkena kanker endometrium. Kelebihan
13-22 kg BB ideal akan meningkatkan risiko sampai 3 kalix lipat. Sedangkan
kelebihan di atas 23 kg akan meningkatkan risiko sampai 10 kalix lipat .(Frederic Field Code Changed

Amant, 2005).
vii.vi. Faktor diet. Perbedaan pola demografi kanker endometrium diperkirakan oleh
peran nutrisi, terutama tingginya kandungan lemak hewani dalam diet. Konsumsi
sereal, kacang-kacangan, sayuran dan buah terutama yang tinggi lutein,
menurunkan risiko kanker yang memproteksi melalui pitoestrogen .(Frederic Field Code Changed

Amant, 2005).
viii.vii. Kondisi medis. Wanita premenopause dengan diabetes meningkatkan 2-3 x lebih
besar berisiko terkena kanker endometrium jika disertai diabetes. Tingginya kadar
estrone dan lemak dalam plasma wanita dengan diabetes menjadi penyebabnya.
Hipertensi menjadi factorfaktor risiko pada wanita pancamenopause dengan
obesitas .(Frederic Amant, 2005). Field Code Changed

ix.viii. Faktor genetik. Seorang wanita dengan riwayat kanker kolon dan kanker payudara
meningkatkan risiko terjadinya kanker endometrium. Begitu juga dengan riwayat
kanker endometrium dalam keluarga .(Frederic Amant, 2005). Field Code Changed

ix. Merokok. Wanita perokok beresikorisiko ½ kali50% jika dibandingkan yang


bukan perokok (faktor proteksi) dan diperkirakan menopause lebih cepat 1-2
tahun . Formatted: Indonesian

x. (Frederic Amant, 2005). Field Code Changed

xi.x. Ras. Kanker endometrium sering ditemukan pada wanita kulit putih .(Frederic Formatted: English (United States)
Formatted: English (United States)
Amant, 2005).
Formatted: English (United States), Do not check spelling or
xii.Faktor risiko lain. Pendidikan dan status sosial ekonomi diatas rata-rata grammar
Field Code Changed
meningkatkan risiko terjadinya kanker endometrium akibat konsumsi terapi
Formatted: Indent: Left: 1", No bullets or numbering
pengganti estrogen dan rendahnya paritas (Frederic Amant, 2005). Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt

Formatted: List Paragraph, Indent: Left: 1"

Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt

Formatted: List Paragraph, Left, Indent: Left: 1", Line


spacing: single

Formatted: List Paragraph, Indent: Left: 1"

4
Risk Factors for Endometrial Cancer Formatted Table

Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt


Estimated
Rel Formatted: Font: Times New Roman, 12 pt

ativ Formatted: Centered, Indent: Hanging: 0.54"

e Formatted Table
Ris
ka
2–5 Formatted: Font: Times New Roman, 12 pt

>5 Formatted: Font: Times New Roman, 12 pt

10– Formatted: Font: Times New Roman, 12 pt


20
1.5– Formatted: Font: Times New Roman, 12 pt, Do not check
spelling or grammar
2
2–3 Formatted: Font: Times New Roman, 12 pt

2–3 Formatted: Font: Times New Roman, 12 pt

3 Formatted: Font: Times New Roman, 12 pt

1.5 Formatted: Font: Times New Roman, 12 pt

3– Formatted: Font: Times New Roman, 12 pt


18
1.5– Formatted: Font: Times New Roman, 12 pt
2
2 Formatted: Font: Times New Roman, 12 pt

2–3 Formatted: Font: Times New Roman, 12 pt

3–7 Formatted: Font: Times New Roman, 12 pt

1.3– Formatted: Font: Times New Roman, 12 pt


3
0.3– Formatted: Font: Times New Roman, 12 pt
0.5
0.5 Formatted: Font: Times New Roman, 12 pt

Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt


Formatted: Font: (Default) Times New Roman
8)5) Tanda dan GejalaMANIFESTASI KLINIS
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, Bold,
(Asian) Chinese (PRC), (Other) Indonesian
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, Bold,
(Asian) Chinese (PRC)
5
Perdarahan uterus abnormal adalah yang paling sering menjadi gejala kanker Formatted: Font: (Default) Times New Roman
Formatted: Normal, Indent: Left: 0.5", First line: 0", Don't
endometrium. Gejala pada kanker endometrium yang paling sering ditemui adalah adjust space between Latin and Asian text, Don't adjust
space between Asian text and numbers
perdarahan pervaginam. Sekitar 90% dari penderita kanker endometrium mengalami
Formatted: Font: (Default) Times New Roman
perdarahan (American Cancer Society, 2012). Perdarahan uterus abnormal adalah yang Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt

paling sering menjadi gejala kanker endometrium, tetapi masih banyak gejala yang
lainnya. Semua wanita postmenopause dengan perdarahan pervaginam dan perdarahan
uterus abnormal yang berhubungan dengan faktor risiko untuk kanker endometrium atau
hiperplasia (misalnya, ovarium polikistik, obesitas, usia di atas 40 tahun, siklus tidak
menentu, terapi penggantian hormon, penggunaan tamoxifen) harus menjalani proses
diagnostik lebih lanjut. Kemungkinan kanker endometrium pada perempuan dengan
perdarahan postmenopause 5-10%, tetapi kemungkinan meningkat dengan usia dan factor
risiko. Gejala lainnya yaitu nyeri panggul, penambahan lingkar abdomen, teraba massa di Formatted: Font: (Default) Times New Roman

abdomen dan terjadi penurunan berat badan secara tiba-tiba tanpa ada sebab yang pasti
(American Cancer Society, 2012).

Formatted: Normal, Indent: Left: 0.5", First line: 0", Don't


adjust space between Latin and Asian text, Don't adjust
9) DIAGNOSIS space between Asian text and numbers
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, Bold
6)
Formatted: List Paragraph, Numbered + Level: 1 +
Penegakan diagnosis kanker endometrium dapat dilakukan dari menganalisis keluhan Numbering Style: 1, 2, 3, … + Start at: 1 + Alignment: Left +
Aligned at: 0.25" + Indent at: 0.5"
utama penderita yakni perdarahan uterus abnormal. Formatted: List Paragraph, Indent: Left: 0"

6
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt

Gambar 1. Algoritma Evaluasi Perdarahan Uterus Disfungsional Berbasis Faktor Risiko Formatted: Font: Bold

Kanker Endometrium (Albers JR et al., 2004).

Untuk mengetahui apakah terdapat hiperplasia endometrium atau kanker endometrium, Formatted: English (United States)

Dokter harus menghapus beberapa jaringan sehingga dapat dilihat di bawah mikroskop.
Jaringan dapat diambil dengan melakukan biopsi endometrium atau D & C (pelebaran

7
dan kuret). Pemeriksaan pemeriksaan untuk mepenunjang untuk membantu penegakan
diagnosis kanker endometrium (American Cancer Society, 2012) adalah sebagai berikut: Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt

i. Biopsi endometrium. : jenis biopsi dapat dilakukan di kantor dokter. tTabung


fleksibel yang sangat tipis ditempatkan ke dalam rahim melalui serviks.
Kemudian dihisap untuk mengambil sejumlah kecil jaringan endometrium.
Penghisapan biasanya memakan waktu kurang dari satu menit. Hal ini
menyebabkan rasa ketidak nyamanan seperti kram menstruasi, namun dan dapat
dibantu dengan meminum obat seperti ibuprofen sebelum pemeriksaan. USG
harus dilakukan terlabih dahulu sebelum biopsiy karena dapatuntuk membantu
dokter untuk menemukan daerah mencurigakan yang harus diambilakan dibiopsi.
(American Cancer Society, 2012). Field Code Changed

ii. Histeroskopi: : Ini adalah cara agar dokter dapat melihat ke dalam rahim. Dokter
menemditempatkan teleskop kecil ke dalam rahim melalui serviks. Rahim
kemudian diisi dengan NaCl (saline). Hal ini memungkinkan dokter melihat dan
mengambil sampel jaringan endometrium, seperti kanker atau polip. Pasien harus
mendapat tindakandiberi analgesik terlebih dahulu .(American Cancer Society, Field Code Changed

2012).
iii. Dilatasi dan kuretase (D & C): Jika biopsi tidak mendapatkan jaringan yang
cukup, atau jika dDokter tidak bisa menentukan dengan pasti apakah itu kanker, D
& C harus dilakukan. Untuk melakukan hal ini, serviks dibuka, lalu a(melebar)
dan alat khusus digunakan untuk mengikis jaringan dari dalam rahim. Dibutuhkan
sekitar satu jam untuk pemeriksaan ini dan pasien harus dalam dilakukan general Formatted: Font: Italic

anestesia atau spinal maupun epidural anestesia .(American Cancer Society, Formatted: Font: Italic
Field Code Changed
2012).
iv. USG transvaginal: USG adalah penggunaan gelombang suara untuk mengambil
gambar dari bagian dalam tubuh. Ketika tes ini dilakukan untuk kemungkinan
kanker endometrium, Probe ditempatkan ke dalam vVagina. Ini memberikan
gelombang suara yang akanyang memproyeksikan jaringan dari organ panggul.
Pemeriksaan ini dapat membantu menunjukkan apakah penebalan
endometriumendometrium menjadi lebih tebal dari yang seharusnya atau tidak.
Endometrium dikatakan menebal apabila tebal endometrium sudah lebih atau

8
sama dengan 5 mm. Hal ini juga dapat membantu melihat apakah pertumbuhan
kanker tumbuh ke dalam lapisan otot rahim. NaCl (saline) bisa dimasukkan ke
dalam rahim sebelum ujian pemeriksaan untuk memberikan gambaran yang lebih
jelas .(American Cancer Society, 2012). Field Code Changed

v. Cystoscopy dan proktoskopi: Jika seorang wanita memiliki tanda-tanda yang


menunjukkan kanker yang mungkin telah menyebar, dokter dapat menggunakan
cystoscopy untuk melihat kandung kemih atau proktoskopi untuk melihat rektum.
Potongan kecil jaringan dapat dihapus untuk dilihat di bawah mikroskop. Tes ini
jarang dilakukan (American Cancer Society, 2012). Field Code Changed

vi.v. CT scan: CT scan jarang digunakan untuk menemukan kanker endometrium.


Tetapi Namun CT scan mungkin dapat membantu jika mendeteksi penyebaran
terlihat seolah-olah kanker telah menyebar ke organ lainnya. CT scan juga dapat
digunakan untuk memandu biopsi jarum halus ke suatu daerah yang dicurigai
kanker. CT scan memakan waktu lebih lama dari biasa X-Ray (American Cancer Field Code Changed

Society, 2012).
vii. MRI scan (Magnetic Resonance Imaging): MRI scan sangat membantu dalam Formatted: Font: Italic

melihat otak dan sumsum tulang belakang. Proses pemeriksaan dengan MRI lebih
lama dari CT scan. Hal ini dapat mengganggu bagi sebagian orang (American Field Code Changed

Cancer Society, 2012).


viii.vi. PET scan (Positron Emission Tomography): Dalam tes ini, sejenis zat radioaktif Formatted: Font: Italic

digunakan untuk mencari sel-sel kanker. Sel-sel kanker mengambil dalam jumlah
besar zat tersebut, yang dimasukkan ke dalam darah melalui infus (intravena).
Dengan menggunakan sebuah kamera khusus maka dapat menunjukkan kemana
zat tersebut pergi dalam tubuh. PET kadang-kadang berguna dalam menemukan
lokasi sel kanker .(American Cancer Society, 2012). Field Code Changed

ix.vii. Rontgen dada: rontgen dapat menunjukkan apakah kanker telah menyebar ke
paru-paru atau tidak. Hal ini juga dapat digunakan untuk mencari masalah paru
serius atau masalah jantung .(American Cancer Society, 2012). Field Code Changed

x.viii. Hitung darah lengkap (CBC): untuk Tes ini mengukurkondisi hematologis sel
yang berbeda dalam darah pasien, seperti sel-sel darah merah, sel darah putih, dan
trombosit. Banyak sekali perempuan yang telah kehilangan banyak darah dari

9
rahim yang menyebabkan pasien tersebutsehingga terjadi anemia .(American Field Code Changed

Cancer Society, 2012).


xi. CA 125 tes darah: CA 125 adalah zat yang banyak endometrium dan kanker
ovarium dilepaskan ke dalam aliran darah oleh endometrium dan ovarium. Dalam
seseorang dengan Penderita kanker endometrium memiliki kadar , CA 125 darah
sangatyang tinggi. Hal tersebut adalah pertanda bahwa kanker mungkin telah
menyebar di luar rahim. (American Cancer Society, 2012). Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt

ix. Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt


Formatted: None, Space Before: 0 pt, After: 10 pt,
Stadium Kanker Endometriumberdasarkan penyebarannya menurut Numbered + Level: 1 + Numbering Style: i, ii, iii, … + Start
at: 1 + Alignment: Right + Aligned at: 0.75" + Indent at: 1"
kriteria FIGO, yaitu sebagai berikut:
Formatted: Font: (Default) Times New Roman
Tabel 1. Tumor Primer (T) (NCCN, 2014) Formatted: Font: (Default) Times New Roman, Bold
Formatted: Font: (Default) Times New Roman
Formatted: Justified, Indent: Left: 1.13"
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt, Italic
Formatted: Font: (Default) Times New Roman

Tabel 2. Kelenjar limfe regional (N) (NCCN, 2014) Formatted: Font: (Default) Times New Roman, Bold
Formatted: Left
Formatted: Font: (Default) Times New Roman
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
Formatted: Font: (Default) Times New Roman

10
Tabel 3. Metastasis (M) (NCCN, 2014) Formatted: Font: (Default) Times New Roman, Bold
Formatted: Font: (Default) Times New Roman
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt

Formatted: Font: (Default) Times New Roman

Tabel 2.1. FIGO Staging


Formatted: Font: (Default) Times New Roman
Formatted: Font: (Default) Times New Roman

Gambar 2.5. Stage IA dan IB kanker endometrium (National Cancer Institute, Formatted: Font: (Default) Times New Roman, Bold
Formatted: Font: (Default) Times New Roman
2012NCCN, 2014)
Formatted: Font: (Default) Times New Roman

11
Formatted: Font: (Default) Times New Roman
Formatted: Left
Formatted: Font: (Default) Times New Roman

Gambar 3.2.6 Stage II kanker endometrium (National Cancer Institute, 2012NCCN, Formatted: Font: (Default) Times New Roman, Bold
Formatted: Font: (Default) Times New Roman
2014)
Formatted: Font: (Default) Times New Roman
Formatted: Font: (Default) Times New Roman
Formatted: Left
Formatted: Font: (Default) Times New Roman

Gambar 2.74. Stage IIIA dan IIIB kanker endometrium (National Cancer Institute, Formatted: Font: (Default) Times New Roman, Bold
Formatted: Font: (Default) Times New Roman
2012NCCN, 2014)
Formatted: Font: (Default) Times New Roman

12
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
Formatted: Font: (Default) Times New Roman

Gambar 2.8 Stage IIIB kanker endometrium (National Cancer Institute, 2012) Formatted: Font: (Default) Times New Roman
Formatted: Left
Formatted: Font: (Default) Times New Roman
Formatted: Font: (Default) Times New Roman

Gambar 5.2.9 Stage IVA dan IVB kanker endometrium (National Cancer Institute, Formatted: Font: (Default) Times New Roman, Bold
Formatted: Font: (Default) Times New Roman
2012NCCN, 2014)
Formatted: Font: (Default) Times New Roman

13
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
Formatted: Font: (Default) Times New Roman

Gambar 2.10 Stage IVB kanker endometrium (National Cancer Institute, 2012) Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
Formatted: Normal, Left

10)7) PenatalaksanaanTATALAKSANA Formatted: Font: (Default) Times New Roman

Radiasi atau histerektomi radikal dan limfadenektomi pelvis merupakan pilihan terapi
untuk adenokarsinoma endoserviks yang masih terlokalissasir, sedangkan staging
surgical pembedahan yang meliputi histerektomi simple dan pengambilan contoh kelenjar
getah bening para-aorta adalah penatalaksanaan umum adenokarsinoma endometrium.
(Plataniotis G et al., 2010). Formatted: English (United States)

1. Pembedahan
Kebanyakan penderita akan menjalani histerektomi (pengangkatan rahim). Kedua
tuba falopii dan ovarium juga diangkat (salpingo-ooforektomi bilateral) karena
sel-sel tumor bisa menyebar ke ovarium dan sel-sel kanker dorman (tidak aktif)
yang mungkin tertinggal kemungkinan akan terangsang oleh estrogen yang
dihasilkan oleh ovarium. Jika ditemukan sel-sel kanker di dalam kelenjar getah
bening di sekitar tumor, maka kelenjar getah bening tersebut juga diangkat. Jika
sel kanker telah ditemukan di dalam kelenjar getah bening, maka kemungkinan
kanker telah menyebar ke bagian tubuh lainnya (Plataniotis G et al., 2010).. Jika

14
sel kanker belum menyebar ke luar endometrium (lapisan rahim), maka penderita Formatted: Font: Not Italic

tidak perlu menjalani pengobatan lainnya.

Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt


Formatted: Left, Indent: Left: 0"

Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt


Formatted: Justified, Indent: Left: 1"

2. Radioterapi

Pada radioterapi digunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh sel-sel


kanker. Terapi penyinaranRadioterapi merupakan terapi lokal, hanya menyerang
sel-sel kanker di daerah yang disinari. Pada stadium I, II atau dan III dilakukan
terapi penyinaranradioterapi dan pembedahan. Angka ketahanan hidup 5 tahun Formatted: Font: Italic

pada pasien kanker endometrium menurun 20-30% dibanding dengan pasien


dengan operasi dan penyinaran. Penyinaran Radioterapi bisa dilakukan sebelum
pembedahan (untuk memperkecil ukuran tumor) atau setelah pembedahan (untuk
membunuh sel-sel kanker yang tersisa) (Plataniotis G et al., 2010).. Stadium I dan
II secara medis hanya diberi terapi penyinaran. Pada pasien dengan risiko rendah
(stadium IA grade 1 atau 2) tidak memerlukan radiasi adjuvan pasca operasi.

Radiasi adjuvan diberikan kepada :

15
 Penderita stadium I, jika berusia diatas 60 tahun, grade III dan/atau invasi
melebihi setengah miometrium.
 Penderita stadium IIA/IIB, grade I, II, III.
Penderita dengan stadium IIIA atau lebih diberi terapi tersendiri (Prawirohardjo,
2006).

Ada 2 jenis terjapi penyinaran yang digunakan untuk mengobati kanker


endometrium:

 Radiasi eksternal : digunakan sebuah mesin radiasi yang besar untuk


mengarahkan sinar ke daerah tumor. Penyinaran biasanya dilakukan sebanyak 5
kali/minggu selama beberapa minggu dan penderita tidak perlu dirawat di rumah
sakit. Pada radiasi eksternal tidak ada zat radioaktif yang dimasukkan ke dalam
tubuh.
 Radiasi internal (AFL): digunakan sebuah selang kecil yang mengandung
suatu zat radioaktif, yang dimasukkan melalui vagina dan dibiarkan selama
beberapa hari. Selama menjalani radiasi internal, penderita dirawat di rumah sakit.
3. Kemoterapi Formatted: Indonesian

Adalah pemberian obat untuk membunuh sel kanker. Kemoterapi merupakan


terapi sistemik yang menyebar keseluruh tubuh dan mencapai sel kanker yang
telah menyebar jauh atau metastase ke tempat lain (Plataniotis G et al, 2010).
A. Jenis kemoterapi (Plataniotis G et al., 2010) yaitu:
i. Terapi adjuvan Formatted: Indent: Left: 1.5", Hanging: 0.13"

Kemoterapi yang diberikan setelah operasi, dapat sendiri atau bersamaan Formatted: Indent: Left: 1.38", First line: 0.25"

dengan radiasi, dan bertujuan untuk membunuh sel yang telah bermetastase.

ii. Terapi neoadjuvan Formatted: Indent: Left: 1.5", Hanging: 0.13"

Kemoterapi yang diberikan sebelum operasi untuk mengecilkan massa Formatted: Indent: Left: 1.38", First line: 0.25"

tumor, biasanya dikombinasi dengan radioterapi.


iii. Kemoterapi primer Formatted: Indent: Left: 1.5", Hanging: 0.13", Tab stops:
Not at 0.88" + 1.19"

16
Digunakan sendiri dalam penatalaksanaan tumor, yang kemungkinan Formatted: Indent: Left: 1.38", First line: 0.25"

kecil untuk diobati, dan kemoterapi digunakan hanya untuk mengontrol


gejalanya.
iv. Kemoterapi induksi Formatted: Indent: Left: 1.5", Hanging: 0.13", Tab stops:
1.63", Left
Digunakan sebagai terapi pertama dari beberapa terapi berikutnya. Formatted: Indent: First line: 0.13"

v. Kemoterapi kombinasi Formatted: Indent: Left: 1.44", Hanging: 0.19"

Menggunakan 2 atau lebih agen kemoterapi. Formatted: Indent: First line: 0.13"

B. Persiapan Kemoterapi
 Darah tepi : HB, Leukosit, hitung jenis, trobosit.
 Fungsi hepar : bilirubin, SGOT, SGPT, alkali fosfatase.
 Fungsi ginjal : ureum, kreatinin, dan creatinine clearance test
(bila serum kreatinin meningkat).
 Audiogram (terutama pada pemberian cis-platinum).
 EKG (terutama pemberian adriamycin, epirubicin).
C. Syarat Pemberian Kemoterapi
i. Syarat yang harus dipenuhi
 Keadaan umum cukup baik.
 Penderita mengerti tujuan pengobatan dan mengetahui efek samping
yang akan terjadi.
 Faal ginjal dan hati baik.
 Diagnosis histopatologik.
 Jenis kanker diketahui cukup sensitif terhadap kemoterapi.
 Riwayat pengobatan (radioterapi atau kemoterapi) sebelumnya.
 Pemeriksaan laboratorium menunjukkan Hb > 10 gr%, leukosit >
5000/mm3, trombosit > 150.000/mm3. Formatted: Indonesian

Formatted: Normal, No bullets or numbering

Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt,


English (United States)
ii. Syarat yang harus dipenuhi oleh pemberi pengobatan.
 Mempunyai pengetahuan kemoterapi dan menejemen kanker pada
umumnya
 Sarana laboratorium yang lengkap.

17
D. Kemoterapi pada Kanker Endometrium (Plataniotis G et al., 2010).
Adjuvan AP (Doxorubicin 50-60 mg/m2, Cisplatinum 60 mg/m2 dengan
interval 3 minggu)
Kemoradiasi Cis-platinum 20-40 mg/m2 setiap minggu (5-6 minggu)
Xelloda 500-1000mg/hari (oral)
Gemcitabine 300mg/m2
Paclitacel 60-80 mg/m2, setiap minggu (5-6 minggu)
Docetaxel 20 mg/m2setiap minggu (5-6 minggu)
Formatted: Normal, No bullets or numbering

4. Terapi hormonal Formatted: Indonesian

Terapi hormonal merupakan penggunaan hormon atau obat penghambat Formatted: Indent: Left: 0.5", First line: 0.5", No bullets
or numbering
hormon untuk melawan kanker. Terapi hormonal yang digunakan untuk mengatasi
kanker endometrium (American Cancer Society, 2012) yaitu:
a. Progestin Formatted: Indent: Left: 1", Numbered + Level: 1 +
Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left +
Progestin adalah obat yang menyerupai progesterone. Obat ini dapat Aligned at: 1.25" + Indent at: 1.5"
Formatted: Indent: Left: 1.25", No bullets or numbering
memperlambat pertumbuhan kanker endometrium. Obat ini memiliki sediaan
oral maupun injeksi. Kadang, alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) yang
mengandung progestin dapat digunakan. Efek samping dapat berupa
peningkatan glukosa darah, hot flashes, keringat saat malam hari, dan
peningkatan berat badan.
b. Tamoxifen Formatted: Indent: Left: 1", Numbered + Level: 1 +
Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left +
Tamoxifen lebih sering digunakan sebagai terapi hormonal dalam mengatasi Aligned at: 1.25" + Indent at: 1.5"
Formatted: Indent: Left: 1.25", No bullets or numbering
kanker payudara. Namun dapat digunakan unutk terapi hormonal pada kanker
endometrium terutama yang kambuh kembali setelah ditangani. Efek
sampingnya yaitu hot flashes dan penurunan sekresi sekret vagina sehingga
vagina kering.
c. GnRH (Gonadotropin- releasing hormone) agonis Formatted: Indent: Left: 1", Numbered + Level: 1 +
Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left +
Obat ini dapat digunakan untuk perempuan dengan ovarium yang masih aktif, Aligned at: 1.25" + Indent at: 1.5"

bertujuan untuk menghentikan aktivitas ovarium sehingga tidak memproduksi


estrogen kembali. Diberikan secara injeksi setiap 1 – 3 bulan. Efek samping
yang terjadi yakni hot flashes dan penurunan sekresi sekret vagina sehingga

18
vagina kering. Pemberian jangka panjang dapat menyebabkan perlemahan
tulang.
d. Inhibitor aromatase Formatted: Indent: Left: 1", Numbered + Level: 1 +
Numbering Style: a, b, c, … + Start at: 1 + Alignment: Left +
3. Setelah ovarium diangkat (atau bila ovarium sudah berhenti bekerja), Aligned at: 1.25" + Indent at: 1.5"
Formatted: Indent: Left: 1.25", No bullets or numbering
estrogen masih diproduksi di dalam jaringan lemak. Inhibitor aromatase dapat
menghentikan produksi estrogen di jaringan lemak dan menurunkan kadar
estrogen. Obat ini masih dilakukan penelitian lebih lanjut untuk
penggunaannya dalam kanker endometrium. Efek sampingnya adalah nyeri
otot, hot flashes, dan perlemahan tulang bila diberikan jangka panjang. Formatted: English (United States)

Adalah pemberian obat untuk membunuh sel kanker. Kemoterapi merupakan


terapi sistemik yang menyebar keseluruh tubuh dan mencapai sel kanker yang
telah menyebar jauh atau metastase ke tempat lain. Formatted: English (United States)

A. Tujuan Kemoterapi
Kemoterapi bertujuan untuk :
i.Membunuh sel-sel kanker.
ii.Menghambat pertumbuhan sel-sel kanker.
iii.Meningkatkan angka ketahanan hidup selama 5 tahun.
B. Jenis kemoterapi:
i.Terapi adjuvan
Kemoterapi yang diberikan setelah operasi, dapat sendiri atau bersamaan
dengan radiasi, dan bertujuan untuk membunuh sel yang telah
bermetastase. Formatted: English (United States)

ii.Terapi neoadjuvan
Kemoterapi yang diberikan sebelum operasi untuk mengecilkan massa
tumor, biasanya dikombinasi dengan radioterapi.
iii.Kemoterapi primer
Digunakan sendiri dalam penatalaksanaan tumor, yang kemungkinan kecil
untuk diobati, dan kemoterapi digunakan hanya untuk mengontrol
gejalanya.
iv.Kemoterapi induksi
Digunakan sebagai terapi pertama dari beberapa terapi berikutnya.
19
v.Kemoterapi kombinasi
Menggunakan 2 atau lebih agen kemoterapi.
C. Cara Pemberian Kemoterapi
(1) Per oral
Beberapa jenis kemoterapi telah dikemas untuk pemberian peroral,
diantaranya chlorambucil dan etoposide (VP-16).
(2) Intra-muskulus
Pemberian ini relatif lebih mudah dan sebaiknya suntikan tidak diberikan
pada lokasi yang sama dengan pemberian dua-tiga kali berturut-turut.
Yang dapat diberikan secara intra-muskulus antara lain bleomicin dan
methotreaxate.
(3) Intravena
Pemberian ini dapat diberikan secara bolus perlahan-lahan atau diberikan
secara infus (drip). Cara ini merupakan cara pemberian kemoterapi yang
paling umum dan banyak digunakan.
(4) Intra arteri
Pemberian intra arteri jarang dilakukan karena membutuhkan sarana yang
cukup banyak, antara lain, alat radiologi diagnostik, mesin, atau alat filter,
serta memerlukan keterampilan tersendiri.
(5) Intra peritoneal
Cara ini juga jarang dilakukan karena membutuhkan alat khusus (kateter
intraperitoneal) serta kelengkapan kamar operasi karena pemasangan perlu
narkose.
D. Cara Kerja Kemoterapi
Suatu sel normal akan berkembang mengikuti siklus pembelahan sel yang
teratur. Beberapa sel akan membelah diri dan membentuk sel baru dan sel
yang lain akan mati. Sel yang abnormal akan membelah diri dan
berkembang secara tidak terkontrol yang pada akhirnya akan terjadi suatu
massa yang disebut tumor.
Siklus sel secara sederhana dibagi menjadi 5 tahap:
1. Fase G0: Fase istirahat

20
2. Fase G1: Sel siap membelah diri yang diperantarai oleh beberapa
protein penting untuk bereproduksi. Berlangsung 18-30 jam
3. Fase S: DNA sel akan dicopy,18-20 jam
4. Fase G2: Sintesa sel terus berlanjut,2-10 jam
5. Fase M: sel dibagi menjadi 2 sel baru,30-60 menit
Siklus sel sangat penting dalam kemoterapi sebab obat kemoterapi
mempunyai target dan efek merusak bergantung pada siklus selnya. Obat
kemoterapi aktif pada saat sel bereproduksi, sehingga sel tumor yang aktif
merupakan target utama dari kemoterapi. Namun, efek samping obat
kemoterapi yaitu dapat mempengaruhi sel yang sehat.

E. Persiapan Kemoterapi
 Darah tepi : HB, Leukosit, hitung jenis, trobosit.
 Fungsi hepar : bilirubin, SGOT, SGPT, alkali fosfatase.
 Fungsi ginjal : ureum, kreatinin, dan creatinine clearance test
(bila serum kreatinin meningkat).
 Audiogram (terutama pada pemberian cis-platinum).
 EKG (terutama pemberian adriamycin, epirubicin).
F. Syarat Pemberian Kemoterapi Formatted: Indent: Left: 1", Hanging: 0.38"

i. Syarat yang harus dipenuhi Formatted: Indent: Left: 1.5", Hanging: 0.13"

 Keadaan umum cukup baik.


 Penderita mengerti tujuan pengobatan dan mengetahui efek samping
yang akan terjadi.
 Faal ginjal dan hati baik.
 Diagnosis histopatologik.
 Jenis kanker diketahui cukup sensitif terhadap kemoterapi.
 Riwayat pengobatan (radioterapi atau kemoterapi) sebelumnya.
 Pemeriksaan laboratorium menunjukkan Hb > 10 gr%, leukosit >
5000/mm3, trombosit > 150.000/mm3.
ii. Syarat yang harus dipenuhi oleh pemberi pengobatan. Formatted: Indent: Left: 1.44", Hanging: 0.19"

21
 Mempunyai pengetahuan kemoterapi dan menejemen kanker pada
umumnya
 Sarana laboratorium yang lengkap.
G. Efek samping: Formatted: Indent: Left: 0.5", No bullets or numbering

1) Pada kulit.
 Alopesia.
 Berbagai kelainan kulit lain.
2) Gangguan di mukosa.
 Stomatitis.
 Enteritis yang menyebabkan diare.
 Sistitis hemoragik.
 Proktitis
3) Pada saluran cerna.
 Anoreksia.
 Mual muntah.
4) Depresi sumsum tulang.
 Pansitopenia atau anemia.
 Leukopenia.
 Trombositopenia.
5) Menurunnya imunitas.
6) Gangguan organ.
 Gangguan faal hati.
 Gangguan pada miokard.
 Fibrosis paru.
 Ginjal.
7) Gangguan pada saraf.
 Neuropati.
 Tuli.
 Letargi.
8) Penurunan libido.
9) Tidak ada ovulasi pada wanita.

22
2.1.5 Kemoterapi pada Kanker Endometrium
Adjuvan AP (Doxorubicin 50-60 mg/m2, Cisplatinum 60 mg/m2 dengan Formatted: Centered, Indent: Hanging: 0.5"
Formatted: English (United States)
interval 3 minggu)
Formatted Table
Kemoradiasi Cis-platinum 20-40 mg/m2 setiap minggu (5-6 minggu) Formatted: Centered, Indent: Hanging: 0.5"

Xelloda 500-1000mg/hari (oral)


Gemcitabine 300mg/m2
Paclitacel 60-80 mg/m2, setiap minggu (5-6 minggu)
Docetaxel 20 mg/m2setiap minggu (5-6 minggu)

Peran kemoterapi dalam pengobatan kanker endometrium sedang dalam penelitian


clinical trial fase II . Kemoterapi yang dipakai antara lain Daxorubicin, golongan
platinum, fluorouracil, siklofosfamid, ifosfamid, dan paclitaxel. Hasil penelitia
menunjukkan kanker endometrium pasca operasi yang diikuti kemoterapi kombinasi
memiliki angka survival lebih tinggi.Berikut ini rekomendasi pemberian kemoterapi:
Karakteristik penderita Rekomendasi

Tumor stadium lanjut atau Kemoterapi


rekuren (cisplatin/doxorubicin/paclitaxel)

Tumor stadium lanjut atau Hormonal therapy (oral progestin


rekuren dengan reseptor positif atau magestrol asetat)
dan/atau grade 1 atau 2
Tumor stadium III-IVA Operasi diikuti kemoterapi

11)8) PROGNOSIS dan KOMPLIKASI Formatted: Font: Bold


Formatted: Font: Bold
FactorFaktor prognosis yang paling penting dalam kanker endometrium adalah
stage FIGO, invasi myometrium, jenis histologi, dan kelas diferensiasi. Sekitar 5-15%
pasien dengan sitologi peritoneal positif dalam ketiadaan penyakit extrauterine juga
diklasifikasikan memiliki lesi stadium IIIA. Staging FIGO mencerminkan ketahanan
hidup 5 tahun yang bervariasi sesuai tetapi yakni sekitar 85% untuk stadium I, 75% untuk
stadium II, 45% untuk stadium III, dan 25% untuk stadium IV. Ketahanan hidup 5 tahun
untuk staging FIGO (1988) IA-IC berdasarkan kedalaman invasi miometrium lebih jauh
dipengaruhi oleh tumor grade, mulai dari lebih dari 95% untuk kelas rendah lesi stadium Formatted: Font: Italic

IA dengan hanya 42% untuk highgrade Tahap IC endometrium cancers. Jarak dari serosa

23
mungkin menjadi faktor prognostik yang lebih baik daripada invasi miometrium dari
cavum uteri. Kanker endometrium non-endometrioid seperti karsinoma serosa merupakan
10% dari semua kanker endometrium tetapi dengan angka kekambuhan dan kematian
mencapai lebih dari 50% (Amant F et al., 2012). Komplikasi pada kanker endometrium
yaitu infertilitas (oleh karena histerektomi), limfedema, peningkatan risiko terkena
infeksi, serta perdarahan (American Cancer Society, 2012). (Frederic Amant, 2005). Field Code Changed
Formatted: English (United States)
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
Formatted: Font: (Default) Times New Roman

Gambar 2.11 Teknik operatif (National Cancer Institute, 2012DAFTAR PUSTAKA) Formatted: Font: (Default) Times New Roman, Bold
Formatted: Centered
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt, Bold
Formatted: Font: Bold
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt, Bold
24
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt, Bold,
English (United States)

Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt, Bold

Albers JR, Hull SK, Wesley RM. Abnormal Uterina Bleeding. Am Fam Physician Formatted: Font: Not Bold

2004;69:1915-26;1931-2. Available from: http://www.aafp.org/afp/2004/0415/p1915.html Formatted: Indent: Left: 0", Hanging: 0.38", Space After:
0 pt
[accessed March 11, 2015]
Formatted: Font: Not Bold
Amant F, Mirza MR, Creutzberg CL. Cancer of the corpus uteri. International Journal of
Field Code Changed
Gynecology & Obstetrics 119S2 2012; S110-S117. Available from: Formatted: No underline, Font color: Auto
http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&ved=0CCAQFj Field Code Changed
AA&url=http%3A%2F%2Fwww.unipd.it%2Festerni%2Fwwwginec%2Fsito%2520didatti Field Code Changed
ca%2FUnita%2527%2520operative%2FGinecologia%2520Oncologica%2FFIGO%252020
12%2520ENDOMETRIUM%2520.pdf&ei=84AFVa6KCcLwmAWrhoKoDw&usg=AFQj
CNF6-FpIBUBWcRXHAqHCcrJbYt_ISw&sig2=9t7aNM-ptsMd5eNEQO-
9_w&bvm=bv.88198703,d.dGY [accessed March 11, 2015]
American Cancer Society.2012. Endometrial (Uterine) Cancer. American Cancer Society.
Available from:
http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=4&cad=rja&uact=8 Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt, No
underline, Font color: Auto
&ved=0CD0QFjAD&url=http%3A%2F%2Fwww.cancer.org%2Fendometrial--uterine--
cancer-overview-
pdf&ei=qEsEVbKuL4bmuQSuv4GwCw&usg=AFQjCNHuTem2BiI5S66bsrXyobInV--
O2w&sig2=jECVOcNVIX5JHfCUSWfoBw&bvm=bv.88198703,d.c2E [accessed March
11, 2015]
Burke WM, Orr J, Leitao M et al. Endometrial cancer: A review and current management Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt, No
underline, Font color: Auto
strategies: Part I. Gynecologic Oncology 134. 2014; 385–392. Available from:
Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt, No
https://www.sgo.org/wp-content/uploads/2012/09/ENDOMETRIAL_PART_I.pdf. underline, Font color: Auto
[accessed March 11, 2015]
National Comprehensive Cancer Network (NCCN). NCCN Clinical Practice Guidelines in
Oncology : Uterine Neoplasms. NCCN 2014;35. Available from:
http://www.nccn.org/professionals/physician_gls/f_guidelines.asp#uterine [accessed March Field Code Changed

11, 2015] Formatted: No underline, Font color: Auto

Plataniotis G, Castiglione M. Endometrial cancer: ESMO Clinical Practice Guidelines. Annals Formatted: Font: Italic, No underline, Font color: Auto

of Oncology, 2010; 41–45. Available from: Commented [M1]: cari sumbernya di mozilla udah di bookmark

http://annonc.oxfordjournals.org/content/21/suppl_5/v41.full.pdf+html [accessed March Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt

11, 2015] Field Code Changed

American Cancer Society. (2012). Endometrial (Uterine) Cancer. American Cancer Society. Formatted: No underline, Font color: Auto
Formatted: Line spacing: 1.5 lines
Available from:
http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=4&cad=rja&uact=8 Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt, No
underline, Font color: Auto
25
&ved=0CD0QFjAD&url=http%3A%2F%2Fwww.cancer.org%2Fendometrial--uterine--
cancer-overview-
pdf&ei=qEsEVbKuL4bmuQSuv4GwCw&usg=AFQjCNHuTem2BiI5S66bsrXyobInV--
O2w&sig2=jECVOcNVIX5JHfCUSWfoBw&bvm=bv.88198703,d.c2E [accessed March
11, 2015]

Burke WM, Orr J, Leitao M et al. Endometrial cancer: A review and current management Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt, No
underline, Font color: Auto
strategies: Part I. Gynecologic Oncology 134. 2014; 385–392. Available from:
https://www.sgo.org/wp-content/uploads/2012/09/ENDOMETRIAL_PART_I.pdf.
[accessed March 11, 2015]

Ayush Giri, S. R.-J. (2011). Caffeinated Coffee, Decaffeinated Coffee and Endometrial.
Nutrients, 937-950.

Emilie Friberg, N. O. (2009). Coffee drinking and risk of endometrial cancer – a


populationbased. Int J Cancer, 2413–2417.

Frederic Amant, P. M. (2005). Endometrial cancer. Lancet, 491–505. Formatted: Font: Italic, No underline, Font color: Auto

G. Plataniotis, M. C. (2010). Endometrial cancer: ESMO Clinical Practice Guidelines. Annals of Formatted: Font: Italic, No underline, Font color: Auto

Oncology, 41–45. Commented [M2]: cari sumbernya di mozilla udah di bookmark


Formatted: Font: (Default) Times New Roman, 12 pt
Xiaofeng Yu, Z. B. (2011). Coffee consumption and risk of cancers:. BMC Cancer.

26

Anda mungkin juga menyukai