Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGATAR

Assalamu’alaikum Wr Wb

Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Ilahi Rabbi Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga dapat terselesaikan makalah yang
kami buat berjudul “PANEN DAN PASCA PANEN”. Shalawat serta salam selalu
tercurahkan kepada junjunan kita Nabi Muhammad SAW, juga kepada keluarga dan
sahabat beliau sekalian serta orang-orang mukmin yang tetap istiqamah dijalan-Nya.
Amiin

Adapun makalah ini ditulis untuk memenuhi salah satu tugas terstruktur dari
mata kuliah “HORTIKULTURA”. Dalam penulisan makalah hingga selesai, kami
mengupayakan berbagai sumber referensi sebagai rujukan yang valid. Oleh karena itu
pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada pihak yang sudah
berkenan membantu dalam pembuatan makalah ini. Kami juga ucapkan terima kasih
atas kerjasama kelompok yang terjalin sehingga dapat terselesaikan makalah ini
dengan baik.

Meskipun begitu, kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih
terdapat banyak kekurangan, berkaitan dengan bahasa yang kami gunakan dan acuan
referensi yang kurang banyak. Maka dari itu, kami sangat mengharapkan sumbangan
pikiran serta masukan dari berbagai pihak untuk penyempurnaan pada masa yang
akan datang.

Wassalamu’alaikum Wr Wb

Stabat, 26 Nov 2019

Penulis

Kelompok 5
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Dalam pertanian, panen adalah kegiatan mengumpulkan hasil usaha tani dari
lahan budidaya. Istilah ini paling umum dipakai dalam kegiatan bercocok tanam dan
menandai berakhirnya kegiatan di lahan. Namun demikian, istilah ini memiliki arti
yang lebih luas, karena dapat dipakai pula dalam budidaya ikan atau berbagai jenis
objek usaha tani lainnya, seperti jamur, udang, atau alga/gulma laut.Secara kultural,
panen dalam masyarakat agraris sering menjadi alasan untuk mengadakan festival
dan perayaan lain.

Panen pada masa kini dapat dilakukan dengan mesin pemanen seperti combine
harvester, tetapi dalam budidaya yang masih tradisional atau setengah trandisional
orang masih menggunakan sabit atau bahkan ani-ani. Alat pemanen lain yang tidak
dikenal di Indonesia adalah scythe dan reaper. Panen tanpa mesin merupakan salah
satu pekerjaan dalam budidaya yang paling memakan banyak tenaga kerja. Kegiatan
ini dapat langsung diikuti dengan proses pascapanen atau pengeringan terlebih
dahulu.

Pasca panen adalah tahap penanganan hasil tanaman pertanian segera setelah
pemanenan. Penanganan pasca panen mencakup pengeringan, pendinginan,
pembersihan, pensortiran, penyimpanan, dan pengemasan. Karena hasil pertanian
yang sudah terpisah dari tumbuhan akan mengalami perubahan secara fisik dan
kimiawi dan cenderung menuju proses pembusukan. Penanganan pasca panen
menentukan kualitas hasil pertanian secara garis besar, juga menentukan akan
dijadikan apa bahan hasil pertanian setelah melewati penanganan pasca panen,
apakah akan dimakan segar atau dijadikan bahan makanan lainnya.
Kegiatan pascapanen bertujuan untuk mempertahankan mutu produk segar agar tetap
prima sampai ke tangan konsumen, menekan losses atau kehilangan karena
penyusutan da kerusakan, memperpanjang daya simpan dan meningkatkan nilai
ekonomis hasil pertanian. Diperkirakan, kehilangan hasil buah/sayuran masih relatif
tinggi melebihi 20%. Kegiatan penanganan pascapanen umumnya masih belum
cukup baik dilakukan oleh petani, packing house (rumah kemasan) ,aupum pedagang.
Saat ini kegiatan pascapanen ditingkat petani umumnya dilakukan secara tradisional,
dengan alat yang sederhana.

Oleh karena itu, pengelolaan tanaman secara terpadu disertai perkembangan


teknologi, pemanenan dan penanganan pascapanen merupakan salah satu unsur yang
diperlukan untuk mencapai mutu produk yang baik.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah dari makalah yang kami buat adalah:


1. Bagaimana menentukan saat panen yang tepat?
2. Bagaimana mempercepat panen?
3. Bagaimana cara panen?
4. Bagaimana prakiraan hasil panen?
5. Bagaimana terjadinya kehilangan hasil panen?
6. Apa yang dimaksud dengan pembuangan sisa-sisa tanaman?
7. Apa saja faktor-faktor prapanen yang mempengaruhi mutu dan fisiologi
pascapanen?

1.3 TUJUAN
1. Mengetahui saat panen yang tepat.
2. Mengetahui cara mempercepat panen.
3. Mengetahui cara panen.
4. Mengetahui prakiraan hasil panen.
5. Mengetahui terjadinya kehilangan hasil panen.
6. Mengetahui pengertian pembuangan sisa-sisa tanaman.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 MENENTUKAN SAAT PANEN YANG TEPAT

Menentukan saat panen adalah menetapkan saat panen yang tepat sehingga
tidak terjadi atau paling tidak mengurangi kendala yang mungkin nanti dihadapi pada
saat panen atau pasca panen. Kegiatan ini perlu dilakukanan dengan pertimbangan-
pertimbangan yang berkaitan dengan iklim, kematangan hasil dan faktor-faktor lain
seperti ketersediaan peralatan, perlengkapan, tenaga kerja dan pengangkutan hasil
produksi. Kegiatan ini penting dilakukan bagi petani, baik untuk tanaman semusim
(tanaman pangan dan hortikultura) maupun tanaman tahunan (tanaman buah-buahan
dan tanaman industri). Jika petani tidak menentukan saat panen dari usaha
pertaniannya maka kemungkinan petani akan menghasilkan produksi yang tidak
maksimal, baik kualitas maupun kuantitasnya. Akibatnya keuntungan petanipun akan
menjadi tidak maksimal. Kegiatan penentuan saat panen ini umumnya petani tidak
melakukan, namun sesungguhnya dengan tanpa disadari bahwa beberapa petani telah
melakukan kegiatan ini.

1. Pertimbangan Menentukan Saat Panen


Sebagaimana kepentingan perlunya ditentukan saat panen adalah mengacu
dari berbagai pertimbangan-pertimbangan yang merupakan dasar untuk
mengambil keputusan mengapa tanaman harus segera dipanen atau ditunda.
Adapun pertimbangan-pertimbangan tersebut antara lain:
– Adanya kriteria yang diberlakukan bagi tanaman untuk siap dipanen sesuai
dengan kebutuhan produksinya. Apakah hasil panen akan dijual sesuai kriteria
permintaan pasar atau sesuai kriteria pemanfaatan hasil produksi, misalkan
untuk benih.
– Pertimbangan waktu yang berkaitan dengan keadaan cuaca/iklim pada saat
panen, baik untuk kemudahan pada saat pelaksanaan panen ataupun karena
pengaruh ciaca/iklim terhadap sifat hasil produksi yang akan dipanen.
– Pertimbangan umur tanaman atau umur buah, dimana untuk beberapa jenis
tanaman sudah mempunyai ketentuan pada umur tertentu sudah harus
dipanen.
2. Kriteria Penentuan Saat Panen
Sebagaimana diuraikan diatas bahwa ada beberapa kriteria yang sebaiknya
diikuti untuk menentukan saat panen. Hal ini tergantung dari apakan hasil
produksi akan langsung dijual atau akan dijadikan benih. Namun secara
umum kriteria yang biasa digunakan bagi para petani adalah sebagai berikut:

1). Berdasarkan kenampakan (visual)


Beberapa jenis komoditas dapat ditentukan saat panennya berdasarkan kenampakan
baik kenampakan dari buah, batang ataupun daunnya. Misalnya; warna, keadaan
kulit, ukuran, bentuk dsb. Berdasarkan kriteria ini adalah sangat mudah untuk
dilakukan karena dapat dilihat secara langsung.

2). Berdasarkan fisik (morphologisnya)


Beberapa jenis komoditas tanamam dapat dilihat dari segi fisik atau morphologisnya,
Misal; tingkat kekenyalan, berat persatuan buah/biji, keriput atau bernas, dan lain-
lain. Contoh buah kelapa, kalau tua akan mengecil Penentuan panen dengan metode
ini sangat subyektif dan juga dipengaruhi faktor lingkungan.

3). Berdasarkan analisis kimia


Sebagian produksi diambil sebagai sampel untuk dilakukan analisis kimia di
laboratorium. Dari hasil analisis tersebut akan dapat menentukan sifat kimiawi dari
hasil produksi yang sedang diuji dan barulah dapat ditentukan apakah tanaman sudah
bisa dipanen atau menunggu beberapa hari lagi sesuai dengan persyaratan kualitas
produksi yang dikehendaki.

4). Berdasarkan kadar air .


Kriteria ini biasa diterapkan untuk tujuan tertentu; misalnya untuk penghasil produksi
benih. Penentuan panen dengan metode ini dapat lebih obyektif karena panen baru
dilakukan jika biji telah mencapai kadar alr tertentu. Meskipun demikian kadar air
benih sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan karena biji selalu dalam keadaan
equilibrium dengan llingkungan sekitarnya.

5). Berdasarkan fisiologi .


Sebagaimana penentuan kadar air yang juga dilakukan dilaboratorium, sifat-sifat
kimia yang biasa ingin diketahui adalah kadar gula dan tingkat keasamannya.
Misalnya pada tanaman tebu dan karet merupakan tanaman sepesifik yang
memerlukan analisis ini untuk menentukan saat panen.

6). Berdasarkan Umur tanaman.


Pada umumnya adalah tanaman semusim atau tanaman yang hanya satu kali periode
produksi langsung mati. Kelemahan penentuan saat panen berdasarkan umur adalah
bahwa umur tanaman (mulai sebar benih sampai panen) sangat dipengaruhi oleh
lingkungan sehingga sangat bervariasi. Pada umur tertentu ternyata tanaman belum
siap panen, padahal seharusnya sudah harus dipanen. Misalkan jagung manis dapat
dipanen setelah umur 70 hari sejak tanam, semangka 64 – 80 hari sejak tanam, dan
lain-lain.

2.2 MEMPERCEPAT PANEN

Pada beberapa tanaman penghasil minyak biji seperti: bunga matahari di


daerah sedang, biji masak sebelum daun-daun tanaman mengalami penuaan atau mati
semuanya dan hal ini menyulitkan panen secara mekanis. Untuk memudahkan panen,
proses penuaan dapat dipercepat dengan perlakuan tertentu, misalnya dengan
kerusakan batang.
Alternative lain adalah dengan menggunakan bahan kimia untuk mempercepat proses
penuaan tanaman yang berarti pula mempercepat kemasakan biji. Sebagai contoh,
penggunaan Diquat yang telah banyak dikenal sejak pertengahan tahun 1960.
Kelebihan bahan ini selain pengaruhnya cepat terlihat, juga sedikit efek negatifnya
terhadap tanah dan hasil panen dari residu bahan tersebut. Cara lainnya adalah dengan
membuat bakteri pemacu pertumbuhan (PGPR).
PGPR (Plant growth-promoting rhizobacteria) adalah bakteri pemacu pertumbuhan
tanaman.
Bakteri yang terdapat dalam PGPR adalah sejenis bakteri yang biasa hidup di akar
tanaman. Mikroorganisme ini hidup berkoloni di sekitar akar tanaman dan membantu
memacu pertumbuhan tanaman.
PGPR ini pertama kali diteliti oleh Kloepper dan Schroth tahun 1978. Mereka
menemukan bahwa keberadaan bakteri yang hidup di sekitar akar ini mampu memacu
pertumbuhan tanaman jika diaplikasikan pada bibit/benih. Tidak hanya itu, tanaman
nantinya akan beradaptasi terhadap hama dan penyakit.
Bagaimana bakteri PGPR dapt memacu pertumbuhan?
Bakteri PGPR mampu mengikat nitrogen bebas dari alam atau istilahnya fikasi
nitrogen bebas. Nitrogen bebas diubah menjadi amonia kemudian disalurkan ke
tanaman. Bakteri akar ini juga mampu menyediakan beragam mineral yang
dibutuhkan tanaman seperti besi, fosfor, atau belerang. PGPR juga memacu
peningkatan hormon tanaman. Peningkatan hormon tanaman inilah yang secara
langsung mempengaruhi pertumbuhan tanaman.

2.3 CARA PANEN

Cara panen berbeda-beda tergantung pada jenis tanaman. Tanaman biji-bijian


memerlukan cara panen yang baik agar kehilangan biji di lapang tidak terlalu besar.
Pada tanaman ubi-ubian, cara panen sudah barang tentu berbeda. Untuk
mempermudah proses pemanenan, tanaman ubi-ubian ditanam dengan sistem
guludan. Cara panen untuk tanaman sayuran lebih banyak menggunakan tenaga
manusia, selain untuk menjaga mutu hasil panen juga karena nilai jual hasil panen
yang relatif tinggi srehingga penggunaan tenaga manusia masih tetap dapat
dipertahankan karena secara ekonomis masih layak.

Hal utama yang perlu diperhatikan pada pemanenan untuk mendapatkan hasil panen
yang baik ada 2 yaitu :
a. Menentukan waktu panen yang tepat, yaitu menentukan “kematangan” yang tepat
dan saat panen yang sesuai, dapat dilakuakan berbagai cara, yaitu :
• Cara visual/penampakan : misal dengan melihat warna kulit, bentuk buah, ukuran,
perubahan bagian tanaman seperti daun mengering dll.
• Cara Fisik : misal dengan perabaan, buah lunak, umbi keras, buah mudah dipetik,
dll.
• Cara Komputasi : misal menghitung umur tanaman sejak tanam atau umur buah dari
mulai bunga mekar.
• Cara Kimia : misal melakukan pengukuran/analisi kandungan zat atau senyawa
yang ada dalam komoditas, seperti : kadar gula, kadar tepung, kadar asam, aroma, dll.

b. Melakukan penanganan panen yang baik, yaitu menekan kerusakan yang dapat
terjadi. Dalam suatu usaha pertanian (bisnis) cara-cara panen yang dipilih perlu
diperhitungkan, disesuaikan dengan kecepatan atau waktu yang diperlukan (sesingkat
mungkin) dan dengan biaya yang rendah.

Penanganan Panen yang Baik Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada penanganan
panen:
1. Lakukan persiapan panen dengaan baik. Siapkan alat-alat yang dibutuhkan, tempat
penampungan hasil dan wadan-wadan panen, serta pemanen yang terampil dan tidak
ceroboh.
2. Pada pemanenan, hindari kerusakan mekanis dengan melakukan panen secara hati-
hati. Panen sebaiknya dilakukan dengan tangan atau menggunakan alat bantu yang
sesuai. Misal tomat dan cabai dipetik dengan tangan, baawang merah dicabut dan
pada kentang tanah disekitaar tanaman dibongkar dengan menggunakan cangkul dan
umbi dikeluarkan dari dalam tanah. Hindari kerusakan atau luka pada umbi saat
pembongkaran tanah.
3. Memperhatikan bagian tanaman yang dipanen. Misal tomat dipanen tanpa tangkai
untuk menghindari luka yang dapaat terjadi karena tangkai buah yang mengering
menusuk buah yang ada di atasnya. Cabai dipetik dengan tangkainya, bawang merah
dicabut dengan menyertakan daunya yang mengering, kentang dipanen umbinya,
dilepaskan dari tangkai yang masih menempel, jagung sayur dipanen berikut
kelobotnya.
4. Gunakan tempat atau wadah panen yang sesuai dan bersih, tidak meletakkan hasil
panen diatas tanah atau dilantai dan usahankan tidak menumpuk hasil panen tidak
terlalu tinggi.
5. Hindari tindakan kasar pada pewadahan dan usahakan tidak terlalu banyak
melakukan pemindahan wadah.
6. Sedapat mungkin pada waktu panen pisahkan buah atau umbi yang baik dari buah
atau umbi yang luka, memar, atau yang kena penyakit atau hama, agar kerusakan
tersebut tidak menulari buah atau umbi yang sehat.

2.4 PRAKIRAAN HASIL PANEN

Petani yang baik selalu mencatat semua hal yang terkait dengan usaha taninya,
terutama dalam kaitannya dengan semua kebutuhan input produksi dan prakiraan
hasil panen yang akan didapat. Terlebih lagi pada sistem pertanian yang intensif
dewasa ini, setiap penambahan input produksi harus dipertimbangkan peranannya
dalam peningkatan hasil panen. Oleh karena itu prakiraan hasil panen perlu dibuat.
Selain itu prakiraan hasil panen diperlukan untuk menentukan kapasitas alat
pengering, kapasitas penyimpanan dan kebutuhan pasar. Prakiraan hasil secara akurat
memang sulit dilakukan di lapang, namun estimasi dapat dilakukan dengan metode
percontohan (sampling).

2.5 KEHILANGAN HASIL PANEN

Kehilangan hasil di lapang dapat terjadi sebelum panen, sebagai akibat dari
serangan hama dan penyakit, cuaca yang tidak menguntungkan, atau karena saat
panen yang terlambat. Sebagai contoh, karena keterlambatan panen kehilangan hasil
banyak terjadi sebagai akibat terbawa angin atau jatuh ke tanah karena polong sudah
pecah sebelum dipanen.
Besarnya kehilangan hasil pada saat panen bervariasi tergantung pada jenis tanaman,
kondisi lahan dan cara panen. Apalagi pada sistem produksi pertanian yang maju
sekarang ini, dimana dengan biaya produksi yang tinggi kehilangan hasil panen
sekecil apapun sebaiknya dihindari. Kehilangan hasil juga bisa terjadi pada waktu
pengangkutan hasil dari lapang ke tempat penjemuran atau penyimpanan.

2.6 PEMBUANGAN SISA-SISA TANAMAN

Pembuangan sisa-sisa tanaman merupakan tahap akhir dari serangkaian proses


produksi di lapang. Namun sering petani mengabaikan pekerjaan ini, sehingga tidak
jarang mendatangkan masalah bagi penanaman berikutnya atau masalah bagi
kesuburan tanah dalam jangka panjang. Dalam banyak kasus, sisa-sisa tanaman yang
tertinggal di lapang karena tidak mempunyai nilai ekonomi tinggi untuk diangkut
sebagai hasil panen, dapat menjadi sarang hama dan penyakit sehingga perlu
dibersihkan.
Alternatif lain bila sisa panen tidak diangkut dari lapang ialah dibakar. Dengan cara
ini lebih praktis dan sekaligus dapat memberantas gulma sehingga mempermudah
penanaman berikutnya, namun kerugian besar sebenarnya telah diaalami yaitu
hilangnya sumber bahan organik tanah.

2.7 FAKTOR-FAKTOR PRAPANEN YANG MEMPENGARUHI MUTU


DAN FISIOLOGI PASCA PANEN

Lamanya penyinaran, respirasi, evaporasi, komposisi kimia, penampakan luar,


struktur anatomi, pembusukan, mutu rasa, perilaku dan sifat-sifat pascapanen lainnya,
sebagian mencerminkan cara pembudidayaan dan keadaan lingkungan sebelumnya
yang berpengaruh terhadap hasil. Disamping varietas dan kemasan, kondisi prapanen
ini dapat digolongkan dalam faktor-faktor lingkungan dan budidaya.
Faktor lingkungan mencakup suhu, kelembaban, cahaya, tekstur tanah, angin,
ketinggian tempat dan curah hujan. Yang termasuk faktor budidaya adalah nutrisi
mineral, pengolahan tanah, pemangkasan, penjarangan, penyemprotan dengan bahan-
bahan kimia, benih atau bibit, jarak tanam, dan drainase. Faktor-faktor ini
mempengaruhi perolehan mutu tinggi pada saat panen. Tetapi tidaklah mungkin
untuk menentukan andil masing-masing faktor itu terhadap kualitas. Selain itu, satu
sifat, misalnya ukuran, mungkin dipengaruhi oleh beberapa persyaratan pertumbuhan,
namun telah diketahui bahwa satu faktor dapat bersifat dominan dan menimbulkan
pengaruh yang besar terhadap faktor-faktor lainnya.
Oleh karena faktor-faktor tersebut di atas beragam, maka Wilkinson (1970)
menyatakan, bahwa cuplikan dalam percobaan-percobaan penyimpanan harus luas
dan dilakukan pada beberapa musim.
PENGARUH IKLIM
Suhu
Untuk kebanyakan buah-buahan dan sayur-sayuran, makin tinggi suhu selama masa
pertumbuhan, makin dini pula waktu panennya. Bagi buah-buahan diperlukan hari-
hari panas dan malam-malam dingin selama pertumbuhan untuk perkembangan
warna yang penuh pada saat masak.
Metabolisme dan komposisi buah dipengaruhi oeh suhu. Tomat yang ditanam pada
suhu malam 670C mempunyai laju respirasi lebih tinggi daripada yang ditanam pada
suhu 570C atau 620C. Jadi makin tinggi suhu pad musim panas, makin rendah
kandungan TZT buah tomat (Total Zat terlarut).
Cahaya
Lama penyinaran, intensitas dan mutu cahaya mempengaruhi mutu buah pada waktu
pemanenan. Pad tomat buah-buahan yang terlindung oleh dedaunan pada masa
pemasakan menghasilkan warna merah yang lebih intensif dari pada buah yang
terkena sinar matahari langsung di lapangan. Buah-buahan yang terkena sinar
matahari langsung mempunyai bobot lebih kecil, asam-asam serta cairan buah lebih
sedikit daripada buah yang keteduhan.
Variasi jarak tanam mempengaruhi mutu buah dan sayuran yang berupa buah, antara
lain makin rapat penanaman makin kurang rasa manis buahnya. Begitu pula pada
sayuran yang berupa daun, daunnya lebih lebar dan lebih tipis.
Perbedaan panjang hari dan mutu sinar mempengaruhi fisiologi hasi, misalnya
bawang merah beriklim hari pendek tidak akan menghasilkan umbi yang besar bila
ditanam pada daerah beriklim hari panjang. Demikian pula dengan pembentukan zat
warna biru pada bunga (antosianin) seperti pada kubis atau terong ungu, yang
dikendalikan oleh cahaya gelombang pendek di daerah biru dan lembayung.
Gangguan-gangguan fungsional mungkin juga dipengaruhi oleh cahaya. Pada
percobaan penaungan pada jeruk besar, Pantastico(1968) menunjukan adanya
penurunan kerusakan oleh pendinginan yang dilakukan kemudian. Namun gangguan
ini terutama merupakan gejala yang dikendalikan oleh suhu.

Faktor Lingkungan Lainnya


Pemberian air pada tanaman harus mencukupi untuk menjamin hasil yang berkualitas
tinggi. Kekurangan kelembababan dalam tanah selama beberapa hari saja dapat
berakibat buruk bagi tanaman. Sebaliknya, curah hujan berlebihanpun dapat
menimbulkan kerugian-kerugian.
Air tanah mungkin ada hubungannya dengan tekstur tanah, Chandler (1965)
menyatakan buah-buah pada pohon yang tumbuh pada tanah berpasir atau berkerikil
menjadi masak lebih awal daripada yang tumbuh di tanah berlempung. Pada tanah
dengan pengaturan yang buruk, ruang-ruangnya terisi oleh air sehingga aerasinya
berkurang.
Angin dapat merusak daun sayuran atau menimbulkan luka gerakan pada buah.
Kecepatan angin yang sedang dapat menimbulkan cacat bekas luka pada jeruk, kalau
buah-buahnya bergesekan dengan ranting atau duri-duri (Smooth dkk, 1971).
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari makalah yang kami buat adalah:


1. Menentukan saat panen adalah menetapkan saat panen yang tepat sehingga tidak
terjadi atau paling tidak mengurangi kendala yang mungkin nanti dihadapi pada saat
panen atau pasca panen. Kegiatan ini perlu dilakukanan dengan pertimbangan-
pertimbangan yang berkaitan dengan iklim, kematangan hasil dan faktor-faktor lain
seperti ketersediaan peralatan, perlengkapan, tenaga kerja dan pengangkutan hasil
produksi. Kegiatan ini penting dilakukan bagi petani, baik untuk tanaman semusim
(tanaman pangan dan hortikultura) maupun tanaman tahunan (tanaman buah-buahan
dan tanaman industri). Jika petani tidak menentukan saat panen dari usaha
pertaniannya maka kemungkinan petani akan menghasilkan produksi yang tidak
maksimal, baik kualitas maupun kuantitasnya. Akibatnya keuntungan petanipun akan
menjadi tidak maksimal. Kegiatan penentuan saat panen ini umumnya petani tidak
melakukan, namun sesungguhnya dengan tanpa disadari bahwa beberapa petani telah
melakukan kegiatan ini.

2. Pada beberapa tanaman penghasil minyak biji seperti: bunga matahari di daerah
sedang, biji masak sebelum daun-daun tanaman mengalami penuaan atau mati
semuanya dan hal ini menyulitkan panen secara mekanis. Untuk memudahkan panen,
proses penuaan dapat dipercepat dengan perlakuan tertentu, misalnya dengan
kerusakan batang.
Alternative lain adalah dengan menggunakan bahan kimia untuk mempercepat proses
penuaan tanaman yang berarti pula mempercepat kemasakan biji. Sebagai contoh,
penggunaan Diquat yang telah banyak dikenal sejak pertengahan tahun 1960.
Kelebihan bahan ini selain pengaruhnya cepat terlihat, juga sedikit efek negatifnya
terhadap tanah dan hasil panen dari residu bahan tersebut. Cara lainnya adalah dengan
membuat bakteri pemacu pertumbuhan (PGPR).

3. Cara panen berbeda-beda tergantung pada jenis tanaman. Tanaman biji-bijian


memerlukan cara panen yang baik agar kehilangan biji di lapang tidak terlalu besar.
Pada tanaman ubi-ubian, cara panen sudah barang tentu berbeda. Untuk
mempermudah proses pemanenan, tanaman ubi-ubian ditanam dengan sistem
guludan. Cara panen untuk tanaman sayuran lebih banyak menggunakan tenaga
manusia, selain untuk menjaga mutu hasil panen juga karena nilai jual hasil panen
yang relatif tinggi srehingga penggunaan tenaga manusia masih tetap dapat
dipertahankan karena secara ekonomis masih layak.

4. Petani yang baik selalu mencatat semua hal yang terkait dengan usaha taninya,
terutama dalam kaitannya dengan semua kebutuhan input produksi dan prakiraan
hasil panen yang akan didapat. Terlebih lagi pada sistem pertanian yang intensif
dewasa ini, setiap penambahan input produksi harus dipertimbangkan peranannya
dalam peningkatan hasil panen. Oleh karena itu prakiraan hasil panen perlu dibuat.
Selain itu prakiraan hasil panen diperlukan untuk menentukan kapasitas alat
pengering, kapasitas penyimpanan dan kebutuhan pasar. Prakiraan hasil secara akurat
memang sulit dilakukan di lapang, namun estimasi dapat dilakukan dengan metode
percontohan (sampling).

5. Kehilangan hasil di lapang dapat terjadi sebelum panen, sebagai akibat dari
serangan hama dan penyakit, cuaca yang tidak menguntungkan, atau karena saat
panen yang terlambat. Sebagai contoh, karena keterlambatan panen kehilangan hasil
banyak terjadi sebagai akibat terbawa angin atau jatuh ke tanah karena polong sudah
pecah sebelum dipanen.
Besarnya kehilangan hasil pada saat panen bervariasi tergantung pada jenis tanaman,
kondisi lahan dan cara panen. Apalagi pada sistem produksi pertanian yang maju
sekarang ini, dimana dengan biaya produksi yang tinggi kehilangan hasil panen
sekecil apapun sebaiknya dihindari. Kehilangan hasil juga bisa terjadi pada waktu
pengangkutan hasil dari lapang ke tempat penjemuran atau penyimpanan.

6. Pembuangan sisa-sisa tanaman merupakan tahap akhir dari serangkaian proses


produksi di lapang. Namun sering petani mengabaikan pekerjaan ini, sehingga tidak
jarang mendatangkan masalah bagi penanaman berikutnya atau masalah bagi
kesuburan tanah dalam jangka panjang. Dalam banyak kasus, sisa-sisa tanaman yang
tertinggal di lapang karena tidak mempunyai nilai ekonomi tinggi untuk diangkut
sebagai hasil panen, dapat menjadi sarang hama dan penyakit sehingga perlu
dibersihkan.
Alternatif lain bila sisa panen tidak diangkut dari lapang ialah dibakar. Dengan cara
ini lebih praktis dan sekaligus dapat memberantas gulma sehingga mempermudah
penanaman berikutnya, namun kerugian besar sebenarnya telah diaalami yaitu
hilangnya sumber bahan organik tanah.

7. Faktor-faktor prapanen yang mempengaruhi mutu dan fisiologi pasca panen, yaitu
pengaruh iklim (suhu dan cahaya) dan faktor lingkungan lainnya.

SARAN
Penulis menyadari yang bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
maka daripada itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan
dari para pembaca pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA

Cahyono, B. 1999. Usaha Tani Dan Penanganan Pasca Panen. Yogyakarta:


Kanisius.

Dhalimi, A. 1990. Penanganan Pasca Panen Buah-Buahan dan Sayuran Segar.


Jakarta: FAO Dep. Perdagangan.

Suparlan (1990)., Mempelajari Susut Pasca Panen Kacang Tanah di Kabupaten


Simalungun Sumatera Utara. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian IPB.

Purwadaria, H.K (1989). Teknologi Penanganan Pasca Panen Ubi Kayu. Bandung:
Deptan-UNDP-FAO.

Winarno, F.G. 2001. Penanganan Pasca Panen. Bahan Kuliah (Diktat) Penanganan
Pasca Panen. Bogor: Program Studi PGKP FATETA IPB.

Anonim, 2015, Hortikultura. http://id.wikipedia.org/wiki/Hortikultura. Diakses pada


tanggal 28 Maret 2015 pukul 14.40 Wib

Anda mungkin juga menyukai