Horti Pemanenan
Horti Pemanenan
Assalamu’alaikum Wr Wb
Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Ilahi Rabbi Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga dapat terselesaikan makalah yang
kami buat berjudul “PANEN DAN PASCA PANEN”. Shalawat serta salam selalu
tercurahkan kepada junjunan kita Nabi Muhammad SAW, juga kepada keluarga dan
sahabat beliau sekalian serta orang-orang mukmin yang tetap istiqamah dijalan-Nya.
Amiin
Adapun makalah ini ditulis untuk memenuhi salah satu tugas terstruktur dari
mata kuliah “HORTIKULTURA”. Dalam penulisan makalah hingga selesai, kami
mengupayakan berbagai sumber referensi sebagai rujukan yang valid. Oleh karena itu
pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada pihak yang sudah
berkenan membantu dalam pembuatan makalah ini. Kami juga ucapkan terima kasih
atas kerjasama kelompok yang terjalin sehingga dapat terselesaikan makalah ini
dengan baik.
Meskipun begitu, kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih
terdapat banyak kekurangan, berkaitan dengan bahasa yang kami gunakan dan acuan
referensi yang kurang banyak. Maka dari itu, kami sangat mengharapkan sumbangan
pikiran serta masukan dari berbagai pihak untuk penyempurnaan pada masa yang
akan datang.
Wassalamu’alaikum Wr Wb
Penulis
Kelompok 5
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam pertanian, panen adalah kegiatan mengumpulkan hasil usaha tani dari
lahan budidaya. Istilah ini paling umum dipakai dalam kegiatan bercocok tanam dan
menandai berakhirnya kegiatan di lahan. Namun demikian, istilah ini memiliki arti
yang lebih luas, karena dapat dipakai pula dalam budidaya ikan atau berbagai jenis
objek usaha tani lainnya, seperti jamur, udang, atau alga/gulma laut.Secara kultural,
panen dalam masyarakat agraris sering menjadi alasan untuk mengadakan festival
dan perayaan lain.
Panen pada masa kini dapat dilakukan dengan mesin pemanen seperti combine
harvester, tetapi dalam budidaya yang masih tradisional atau setengah trandisional
orang masih menggunakan sabit atau bahkan ani-ani. Alat pemanen lain yang tidak
dikenal di Indonesia adalah scythe dan reaper. Panen tanpa mesin merupakan salah
satu pekerjaan dalam budidaya yang paling memakan banyak tenaga kerja. Kegiatan
ini dapat langsung diikuti dengan proses pascapanen atau pengeringan terlebih
dahulu.
Pasca panen adalah tahap penanganan hasil tanaman pertanian segera setelah
pemanenan. Penanganan pasca panen mencakup pengeringan, pendinginan,
pembersihan, pensortiran, penyimpanan, dan pengemasan. Karena hasil pertanian
yang sudah terpisah dari tumbuhan akan mengalami perubahan secara fisik dan
kimiawi dan cenderung menuju proses pembusukan. Penanganan pasca panen
menentukan kualitas hasil pertanian secara garis besar, juga menentukan akan
dijadikan apa bahan hasil pertanian setelah melewati penanganan pasca panen,
apakah akan dimakan segar atau dijadikan bahan makanan lainnya.
Kegiatan pascapanen bertujuan untuk mempertahankan mutu produk segar agar tetap
prima sampai ke tangan konsumen, menekan losses atau kehilangan karena
penyusutan da kerusakan, memperpanjang daya simpan dan meningkatkan nilai
ekonomis hasil pertanian. Diperkirakan, kehilangan hasil buah/sayuran masih relatif
tinggi melebihi 20%. Kegiatan penanganan pascapanen umumnya masih belum
cukup baik dilakukan oleh petani, packing house (rumah kemasan) ,aupum pedagang.
Saat ini kegiatan pascapanen ditingkat petani umumnya dilakukan secara tradisional,
dengan alat yang sederhana.
1.3 TUJUAN
1. Mengetahui saat panen yang tepat.
2. Mengetahui cara mempercepat panen.
3. Mengetahui cara panen.
4. Mengetahui prakiraan hasil panen.
5. Mengetahui terjadinya kehilangan hasil panen.
6. Mengetahui pengertian pembuangan sisa-sisa tanaman.
BAB II
PEMBAHASAN
Menentukan saat panen adalah menetapkan saat panen yang tepat sehingga
tidak terjadi atau paling tidak mengurangi kendala yang mungkin nanti dihadapi pada
saat panen atau pasca panen. Kegiatan ini perlu dilakukanan dengan pertimbangan-
pertimbangan yang berkaitan dengan iklim, kematangan hasil dan faktor-faktor lain
seperti ketersediaan peralatan, perlengkapan, tenaga kerja dan pengangkutan hasil
produksi. Kegiatan ini penting dilakukan bagi petani, baik untuk tanaman semusim
(tanaman pangan dan hortikultura) maupun tanaman tahunan (tanaman buah-buahan
dan tanaman industri). Jika petani tidak menentukan saat panen dari usaha
pertaniannya maka kemungkinan petani akan menghasilkan produksi yang tidak
maksimal, baik kualitas maupun kuantitasnya. Akibatnya keuntungan petanipun akan
menjadi tidak maksimal. Kegiatan penentuan saat panen ini umumnya petani tidak
melakukan, namun sesungguhnya dengan tanpa disadari bahwa beberapa petani telah
melakukan kegiatan ini.
Hal utama yang perlu diperhatikan pada pemanenan untuk mendapatkan hasil panen
yang baik ada 2 yaitu :
a. Menentukan waktu panen yang tepat, yaitu menentukan “kematangan” yang tepat
dan saat panen yang sesuai, dapat dilakuakan berbagai cara, yaitu :
• Cara visual/penampakan : misal dengan melihat warna kulit, bentuk buah, ukuran,
perubahan bagian tanaman seperti daun mengering dll.
• Cara Fisik : misal dengan perabaan, buah lunak, umbi keras, buah mudah dipetik,
dll.
• Cara Komputasi : misal menghitung umur tanaman sejak tanam atau umur buah dari
mulai bunga mekar.
• Cara Kimia : misal melakukan pengukuran/analisi kandungan zat atau senyawa
yang ada dalam komoditas, seperti : kadar gula, kadar tepung, kadar asam, aroma, dll.
b. Melakukan penanganan panen yang baik, yaitu menekan kerusakan yang dapat
terjadi. Dalam suatu usaha pertanian (bisnis) cara-cara panen yang dipilih perlu
diperhitungkan, disesuaikan dengan kecepatan atau waktu yang diperlukan (sesingkat
mungkin) dan dengan biaya yang rendah.
Penanganan Panen yang Baik Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada penanganan
panen:
1. Lakukan persiapan panen dengaan baik. Siapkan alat-alat yang dibutuhkan, tempat
penampungan hasil dan wadan-wadan panen, serta pemanen yang terampil dan tidak
ceroboh.
2. Pada pemanenan, hindari kerusakan mekanis dengan melakukan panen secara hati-
hati. Panen sebaiknya dilakukan dengan tangan atau menggunakan alat bantu yang
sesuai. Misal tomat dan cabai dipetik dengan tangan, baawang merah dicabut dan
pada kentang tanah disekitaar tanaman dibongkar dengan menggunakan cangkul dan
umbi dikeluarkan dari dalam tanah. Hindari kerusakan atau luka pada umbi saat
pembongkaran tanah.
3. Memperhatikan bagian tanaman yang dipanen. Misal tomat dipanen tanpa tangkai
untuk menghindari luka yang dapaat terjadi karena tangkai buah yang mengering
menusuk buah yang ada di atasnya. Cabai dipetik dengan tangkainya, bawang merah
dicabut dengan menyertakan daunya yang mengering, kentang dipanen umbinya,
dilepaskan dari tangkai yang masih menempel, jagung sayur dipanen berikut
kelobotnya.
4. Gunakan tempat atau wadah panen yang sesuai dan bersih, tidak meletakkan hasil
panen diatas tanah atau dilantai dan usahankan tidak menumpuk hasil panen tidak
terlalu tinggi.
5. Hindari tindakan kasar pada pewadahan dan usahakan tidak terlalu banyak
melakukan pemindahan wadah.
6. Sedapat mungkin pada waktu panen pisahkan buah atau umbi yang baik dari buah
atau umbi yang luka, memar, atau yang kena penyakit atau hama, agar kerusakan
tersebut tidak menulari buah atau umbi yang sehat.
Petani yang baik selalu mencatat semua hal yang terkait dengan usaha taninya,
terutama dalam kaitannya dengan semua kebutuhan input produksi dan prakiraan
hasil panen yang akan didapat. Terlebih lagi pada sistem pertanian yang intensif
dewasa ini, setiap penambahan input produksi harus dipertimbangkan peranannya
dalam peningkatan hasil panen. Oleh karena itu prakiraan hasil panen perlu dibuat.
Selain itu prakiraan hasil panen diperlukan untuk menentukan kapasitas alat
pengering, kapasitas penyimpanan dan kebutuhan pasar. Prakiraan hasil secara akurat
memang sulit dilakukan di lapang, namun estimasi dapat dilakukan dengan metode
percontohan (sampling).
Kehilangan hasil di lapang dapat terjadi sebelum panen, sebagai akibat dari
serangan hama dan penyakit, cuaca yang tidak menguntungkan, atau karena saat
panen yang terlambat. Sebagai contoh, karena keterlambatan panen kehilangan hasil
banyak terjadi sebagai akibat terbawa angin atau jatuh ke tanah karena polong sudah
pecah sebelum dipanen.
Besarnya kehilangan hasil pada saat panen bervariasi tergantung pada jenis tanaman,
kondisi lahan dan cara panen. Apalagi pada sistem produksi pertanian yang maju
sekarang ini, dimana dengan biaya produksi yang tinggi kehilangan hasil panen
sekecil apapun sebaiknya dihindari. Kehilangan hasil juga bisa terjadi pada waktu
pengangkutan hasil dari lapang ke tempat penjemuran atau penyimpanan.
KESIMPULAN
2. Pada beberapa tanaman penghasil minyak biji seperti: bunga matahari di daerah
sedang, biji masak sebelum daun-daun tanaman mengalami penuaan atau mati
semuanya dan hal ini menyulitkan panen secara mekanis. Untuk memudahkan panen,
proses penuaan dapat dipercepat dengan perlakuan tertentu, misalnya dengan
kerusakan batang.
Alternative lain adalah dengan menggunakan bahan kimia untuk mempercepat proses
penuaan tanaman yang berarti pula mempercepat kemasakan biji. Sebagai contoh,
penggunaan Diquat yang telah banyak dikenal sejak pertengahan tahun 1960.
Kelebihan bahan ini selain pengaruhnya cepat terlihat, juga sedikit efek negatifnya
terhadap tanah dan hasil panen dari residu bahan tersebut. Cara lainnya adalah dengan
membuat bakteri pemacu pertumbuhan (PGPR).
4. Petani yang baik selalu mencatat semua hal yang terkait dengan usaha taninya,
terutama dalam kaitannya dengan semua kebutuhan input produksi dan prakiraan
hasil panen yang akan didapat. Terlebih lagi pada sistem pertanian yang intensif
dewasa ini, setiap penambahan input produksi harus dipertimbangkan peranannya
dalam peningkatan hasil panen. Oleh karena itu prakiraan hasil panen perlu dibuat.
Selain itu prakiraan hasil panen diperlukan untuk menentukan kapasitas alat
pengering, kapasitas penyimpanan dan kebutuhan pasar. Prakiraan hasil secara akurat
memang sulit dilakukan di lapang, namun estimasi dapat dilakukan dengan metode
percontohan (sampling).
5. Kehilangan hasil di lapang dapat terjadi sebelum panen, sebagai akibat dari
serangan hama dan penyakit, cuaca yang tidak menguntungkan, atau karena saat
panen yang terlambat. Sebagai contoh, karena keterlambatan panen kehilangan hasil
banyak terjadi sebagai akibat terbawa angin atau jatuh ke tanah karena polong sudah
pecah sebelum dipanen.
Besarnya kehilangan hasil pada saat panen bervariasi tergantung pada jenis tanaman,
kondisi lahan dan cara panen. Apalagi pada sistem produksi pertanian yang maju
sekarang ini, dimana dengan biaya produksi yang tinggi kehilangan hasil panen
sekecil apapun sebaiknya dihindari. Kehilangan hasil juga bisa terjadi pada waktu
pengangkutan hasil dari lapang ke tempat penjemuran atau penyimpanan.
7. Faktor-faktor prapanen yang mempengaruhi mutu dan fisiologi pasca panen, yaitu
pengaruh iklim (suhu dan cahaya) dan faktor lingkungan lainnya.
SARAN
Penulis menyadari yang bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
maka daripada itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan
dari para pembaca pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Purwadaria, H.K (1989). Teknologi Penanganan Pasca Panen Ubi Kayu. Bandung:
Deptan-UNDP-FAO.
Winarno, F.G. 2001. Penanganan Pasca Panen. Bahan Kuliah (Diktat) Penanganan
Pasca Panen. Bogor: Program Studi PGKP FATETA IPB.