Kelompok 2
UUEF – B
Devina 1406575323
Farah Amandasari 1406569573
Kezhia Rondang Angelita 1406639831
Natalie Tasya Wibowo 1406639825
Vanessa 1406567946
Universitas Indonesia
Fakultas Farmasi
Program Studi Apoteker
Depok 2018
FORMAT PENCATATAN DAN PELAPORAN
Tercantum pada UU Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika
Pasal 9
1. Menteri menjamin ketersediaan Narkotika untuk kepentingan pelayanan kesehatan
dan/atau untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
2. Untuk keperluan ketersediaan Narkotika sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
disusun rencana kebutuhan tahunan Narkotika.
3. Rencana kebutuhan tahunan Narkotika sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
disusun berdasarkan data pencatatan dan pelaporan rencana dan realisasi produksi
tahunan yang diaudit secara komprehensif dan menjadi pedoman pengadaan,
pengendalian, dan pengawasan Narkotika secara nasional.
Pelaporan
Pada pasal 45, ringkasan dari ayat 1-7,
Pihak yang wajib membuat, menyimpan, dan menyampaikan laporan
Pihak Hal yang dicangkup Kepada
Industri Farmasi Produksi dan Direktur Jenderal dengan
penyaluran produk jadi tembusan Kepala Badan. (setiap
bulan)
PBF (yang melakukan Laporan pemasukan Dinas Kesehatan Provinsi dengan
penyaluran) dan penyaluran tembusan Kepala Badan/Kepala
Balai. (setiap bulan)
Instalasi Farmasi Laporan pemasukan Direktur Jenderal dengan
Pemerintah Pusat dan penyaluran tembusan Kepala Badan.
Instalasi Farmasi Laporan pemasukan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
Pemerintah Daerah dan penyaluran atau Kabupaten/Kota setempat
dengan tembusan kepada Kepala
Balai setempat.
9. Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (4) dan ayat (6)
dapat menggunakan sistem pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan/atau Prekursor
Farmasi secara elektronik.
10. Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (4) dan ayat (6)
disampaikan paling lambat setiap tanggal 10 bulan berikutnya.
11. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaporan Narkotika, Psikotropika,
dan/atau Prekursor Farmasi diatur oleh Direktur Jenderal.
Tercantum pada PerKBPOM No 40 Tahun 2013 tentang Pedoman Pengelolaan
Prekursor
Pasal 1 ayat 1
Prekursor Farmasi adalah zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang dapat digunakan
sebagai bahan baku/penolong untuk keperluan proses produksi Industri Farmasi atau
produk antara, produk ruahan dan produk jadi yang mengandung efedrin, pseudoefedrin,
norefedrin/fenilpropanolamin, ergotamin, ergometrin, atau potassium permanganat
H.11. Laporan sebagaimana dimaksud pada butir H.10 huruf (a) dan (b) wajib disampaikan
setiap kali kegiatan importasi atau eksportasi selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sejak
diterimanya Prekursor Farmasi dan/atau Obat mengandung Prekursor Farmasi oleh
importir kepada Direktur Jenderal tembusan kepada Kepala Badan c.q. Direktorat
Pengawasan Napza dan Kepala Balai.
H.12. Laporan sebagaimana dimaksud pada butir H.10 huruf (c) dan (d) wajib disampaikan
setiap bulan kepada Kepala Badan. Jumlah yang dilaporkan dalam laporan pada butir H.6
huruf (c) dan (d) harus akurat dan sesuai dengan stok fisik. Apabila terdapat selisih stok
pada saat stock opname dan cycle count, selisih stok harus dicantumkan dalam laporan
disertai dengan justifikasi yang jelas.
H.13. Laporan sebagaimana dimaksud pada butir H.10 huruf (e), (f), dan (g) wajib
disampaikan setiap kali kejadian/kegiatan kepada Kepala Badan c.q. Direktorat
Pengawasan Napza dengan tembusan Direktur Jenderal, dan Kepala Balai Besar/Balai
POM setempat.
H.14. Laporan sebagaimana dimaksud pada butir H.10 huruf (h) wajib disampaikan kepada
Kepala Badan dengan tembusan Kepala Balai Besar/Balai POM setempat.
G.11. Laporan sebagaimana dimaksud pada butir G.10. huruf (a) dan (b) wajib
disampaikan setiap kali kegiatan importasi atau eksportasi selambat-lambatnya 7 (tujuh)
hari sejak diterimanya Prekursor Farmasi oleh importir kepada Direktur Jenderal tembusan
kepada Kepala Badan c.q. Direktorat Pengawasan Napza dan Kepala Balai.
G.12. Laporan sebagaimana dimaksud pada butir G.10. huruf (c) wajib disampaikan setiap
bulan kepada Kepala Badan c.q. Direktorat Pengawasan Napza dan Kepala Balai. Jumlah
yang dilaporkan dalam laporan pada butir G.4. huruf (c) wajib akurat dan sesuai dengan
stok fisik. Apabila terdapat selisih stok wajib dicantumkan dalam laporan bulanan
sebagaimana dimaksud dalam butir G.4. huruf (c) disertai dengan justifikasi yang jelas.
G.13. Laporan sebagaimana dimaksud pada butir G.10. huruf (d) dan (e) wajib
disampaikan setiap kali kejadian/kegiatan kepada Kepala Badan dengan tembusan Direktur
Jenderal, Kepala Balai setempat, dan Kepala Dinas Kesehatan Propinsi setempat.
Bab IV. Apotek
F.1. Pencatatan dilakukan terhadap setiap tahapan pengelolaan mulai dari pengadaan,
penyimpanan, penyerahan, penarikan kembali obat (recall), dan pemusnahan secara tertib
dan akurat serta disahkan oleh Apoteker Penanggung Jawab.
F.2. Catatan sebagaimana dimaksud pada butir F.1 sekurang-kurangnya memuat:
a. Nama, jumlah, bentuk dan kekuatan sediaan, isi dan jenis kemasan, nomor bets,
tanggal daluwarsa, dan nama produsen
b. Jumlah yang diterima, diserahkan, dan sisa persediaan;
c. Tujuan penyerahan.
F.4. Laporan sebagaimana dimaksud pada butir F.1 adalah:
a. laporan pemasukan dan pengeluaran obat mengandung Prekursor Farmasi Efedrin
dan Pseudoefedrin dalam bentuk sediaan tablet/kapsul/kaplet/injeksi (Anak
Lampiran17);
b. laporan kehilangan (Anak Lampiran 8) dan
c. laporan pemusnahan obat mengandung Prekursor Farmasi (Anak Lampiran 11).
F.5. Pelaporan pada butir F.4.a. dikirimkan kepada Badan POM cq. Direktorat Pengawasan
Napza dengan tembusan ke Balai Besar/Balai POM.
F.9. Pelaporan pada butir F.8.a. dikirimkan kepada Badan POM cq. Direktorat Pengawasan
Napza dengan tembusan ke Balai Besar/Balai POM.
Tercantum pada Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik
Indonesia Nomor 7 Tahun 2016 Tentang Pedoman Pengelolaan Obat-Obat Tertentu
Yang Sering Disalahgunakan
Pasal 1 ayat 1
Obat-Obat Tertentu yang Sering Disalahgunakan, yang selanjutnya disebut dengan Obat-
Obat Tertentu, adalah obat-obat yang bekerja di sistem susunan syaraf pusat selain
Narkotika dan Psikotropika, yang pada penggunaan di atas dosis terapi dapat
menyebabkan ketergantungan dan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku,
terdiri atas obat-obat yang mengandung Tramadol, Triheksifenidil, Klorpromazin,
Amitriptilin dan/atau Haloperidol.
Bab III. Apotek, Instalasi Farmasi Rumah Sakit, Instalasi Farmasi Klinik
Pencatatan sebagaimana dimaksud pada butir F.1 sekurang-kurangnya memuat:
a. Nama, jumlah, bentuk dan kekuatan sediaan, isi dan jenis kemasan, nomor bets,
tanggal daluwarsa, dan nama produsen
b. Jumlah yang diterima, diserahkan, dan sisa persediaan;
c. Tujuan penyerahan.
Contoh format dokumen pencatatan:
Importir
Formulir pendaftaran sebagai pemohon
DOKUMEN PENDUKUNG YANG HARUS DISERTAKAN DALAM PERMOHONAN ANALISA HASIL PENGAWASAN
UNTUK KEPERLUAN IMPOR DENGAN TUJUAN KEPENTINGAN PELAYANAN KESEHATAN
PBF
Sarana Pelayanan