Anda di halaman 1dari 10

PERCOBAAN 4

PENENTUAN KADAR PROTEIN TOTAL


( METODE KJELDAHL)

I. Tujuan Percobaan
II.

Memahami metode kjeldahl untuk penentuan kadar protein total


III. Teori Dasar
Titrasi adalah suatu metoda analisa kimia yang digunakan untuk menentukan konsentrasi
suatu reaktan. Titrasi juga dapat diartikan sebagai perubahan secara berangsur-angsur suatu larutan
yang konsentrasinya diketahui dengan tepat pada larutan lain yang konsentrasinya tidak diketahui
sampai reaksi kimia di antara kedua larutan itu selesai. Karena pengukuran memainkan peranan
penting dalam titrasi, maka teknik ini juga dikenali dengan analisa volumetrik.
Berdasarkan atas hasil reaksi antara analit dengan larutan standar, maka analisis volumetri dibagi
atas :
1. titrasi asam-basa
2. titrasi pengendapan
3. titrasi redoks
4. titasi pembentukan kompleks (kompleksometri)

1. TITRASI ASAM BASA


Titrasi asam basa melibatkan reaksi neutralisasi dimana asam akan bereaksi dengan basa
dalam jumlah yang ekuivalen. Titran yang dipakai dalam titrasi asam basa selalu asam kuat
atau basa kuat. Titik akhir titrasi mudah diketahui dengan membuat kurva titrasi yaitu plot
antara pH larutan sebagai fungsi dari volume titran yang ditambahkan.
Sebelum melakukan titrasi, biasanya suatu larutan akan distandarkan terlebih dahulu,
Proses penentuan konsentrasi larutan satandar disebut menstandarkan atau membakukan.
Larutan standar adalah larutan yang diketahui konsentrasinya, yang akan digunakan pada
analisis volumetri.
Ada dua cara menstandarkan larutan yaitu:
a) Pembuatan langsung larutan dengan melarutkan suatu zat murni dengan berat tertentu,
kemudian diencerkan sampai memperoleh volume tertentu secara tepat. Larutan ini disebut
larutan standar primer, sedangkan zat yang kita gunakan disebut standar primer.
b) Larutan yang konsentrasinya tidak dapat diketahui dengan cara menimbang zat kemudian
melarutkannya untuk memperoleh volum tertentu, tetapi dapat distandartkan dengan larutan
standar primer, disebut larutan standar skunder.
Prinsip Titrasi Asam basa
Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titrant. Titrasi asam
basa berdasarkan reaksi penetralan. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan
larutan basa dan sebaliknya.
Titrant ditambahkan titer sedikit demi sedikit sampai mencapai keadaan ekuivalen ( artinya
secara stoikiometri titrant dan titer tepat habis bereaksi). Keadaan ini disebut sebagai “titik
ekuivalen”.
Pada saat titik ekuivalent ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian kita mencatat volume
titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan menggunakan data volume
titrant, volume dan konsentrasi titer maka kita bisa menghitung kadar titrant.
sebelum melakukan titrasi, ada Cara Mengetahui Titik Ekuivalen,
Indikator yang dipakai dalam titrasi asam basa adalah indicator yang perbahan warnanya
dipengaruhi oleh pH. Penambahan indicator diusahakan sesedikit mungkin dan umumnya
adalah dua hingga tiga tetes.Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi maka titik akhir titrasi
dipilih sedekat mungkin dengan titik equivalent, hal ini dapat dilakukan dengan memilih
indicator yang tepat dan sesuai dengan titrasi yang akan dilakukan.Keadaan dimana titrasi
dihentikan dengan cara melihat perubahan warna indicator disebut sebagai “titik akhir
titrasi”.
Pada titrasi asam basa, titik akhir titrasi ditentukan oleh indikator. Indikator asam basa
adalah asam atau basa organik yang mempunyai satu warna jika konsentrasi hidrogen lebih
tinggi daripada sutau harga tertentu dan suatu warna lain jika konsentrasi itu lebih rendah.
1.TITRASI ASAM KUAT-BASA KUAT
Titrasi asam kuat-basa kuat contohnya titrasi HCl dengan NaOH. Reaksi yang terjadi adalah
sebagai berikut:
Pada titrasi asam –basa dapat ditulis sesuai reksi diatas, Ion H+ bereaksi dengan OH-
membentuk H2O sehingga hasil akhir titrasi pada titik ekuvalen PH adalah netral.
2. TITRASI ASAM KUAT-BASA LEMAH
Titrasi ini ini Pada akhir titrasi terbentuk garam yang berasal dari asam lemah dan basa
kuat. Contoh titrasi ini adalah asam hidroklorida sebagai asam kuat dan larutan amonia
sebagai basa lemah.
NH3 (aq) + HCl (aq) NH4Cl (aq)
Karena anda memiliki basa lemah, permulaan kurva sangat jelas berbeda. Bagaimanapun,
sekali anda mendapatkan kelebihan asam, kurva pada dasarnya sama seperti sebelumnya.
Pada bagian permulaan kurva, pH menurun dengan cepat seiring dengan penambahan asam,
tetapi kemudian kurva segera berubah dengan tingkat kecuraman yang berkurang. Hal ini
karena terbentuk larutan penyangga – sebagai akibat dari kelebihan amonia dan
pembentukan amonium klorida.
3.TITRASI ASAM KUAT-GARAM DARI BASA LEMAH
Titrasi basa lemah dan asam kuat adalah analog dengan titrasi asam lemah dengan basa
kuat, akan tetapi kurva yang terbentuk adalah cerminan dari kurva titrasi asam lemah vs
basa kuat. Sebagai contoh disini adalah titrasi 0,1 M NH4OH 25 mL dengan 0,1 HCl 25 mL
dimana reaksinya dapat ditulis sebagai:
NH4OH + HCl -> NH4Cl + H2O
TITRASI BASA KUAT GARAM DARI BASA LEMAH
Contoh titrasi ini adalah :
- Basa kuat : NaOH
- Garam dari basa lemah : CH3COONH4
Persamaan Reaksi :
NaOH + CH3COONH4 → CH3COONa + NH4OH
Reaksi ionnya :
OH- + NH4- → NH4OH
a. TITRASI PENGENDAPAN
titrasi pengendapan merupakan suatu proses titrasi yang dapat mengakibatkan terbentuknya
endapan dari
zat-zat yang saling bereaksi (analit dan titran ).
Suatu reaksi endapan dapat berkesudahan bila kelarutan endapannya cukup kecil.
konsentrasi ion-ion yang akan mengalami perubahan yang besar di dekat titik ekuvalennya.

Terdapat 3 cara penentuan suatu senyawa dengan titrasi pengendapan yaitu :


1) cara mohr
2) cara volhard dan,
3) cara fayans
pada penentuan dengan cara mohr,dilakukan titrasi langsung dalam larutan netral dan
sebagai indicator digunakan ion kromat, ion kromat bertindak sebagai indikator yang
banyak digunakan untuk titrasi argentometri ion klorida dan bromida. Titik akhir titrasi
dalam metode ini ditandai dengan terbentuknya endapan merah bata dari perak kromat.
Cara volhard digunakan untuk menetapkan kadar ion klorida secara tidak langsung dalam
suasana asam kuat ke dalam larutan klorida ditambahkan larutan baku perak nitrat dalam
jumlah sedikit dan berlebihan. Kelebihan ion perak dititrasi dengan larutan baku tiosianat
mengunakan indicator Fe(III).Titik akhir titrasi ditandai dengan terbentuknya larutan
berwarna merah senyawa Fe(CNS)2+.titasi ini merupakan titrasi balik digunakan jika reaksi
berjalan lambat atu jika tidak ada indicator pemastian TE.
Cara Fajans menggunakan indikator suatu senyawa organik yang dapat diserap pada
permukaan endapan yang terbentuk selama titrasi argentometri berlangsung.AgNO3
digunakan sebagai titran dan indicator, eiosin,fluoceein.metode ini digunakan untuk
menentukan Cl-,Br‑,I‑,SCN‑.
jika suatu larutan klorida di titrasi maka endapan klorida akan mengapsorsi ion Cl- (suatu
endapan mempunyai kecenderungan untuk mengapsorpsi ionnya sendiri), ini disebut lapisan
absopsi kedua muatan yang berlawanan.
Mekanisme kerja dari indicator absorpsi ialah bahwa pada titik ekuvalen, indicator akan
diabsopsi oleh endapan dan selama proses penyerapan ini terjadi perubahan warna pada
indicator.
Setelah titik ekuvalen tercapai , ion Ag+ terdapat dalam keadaan kelebihan dan ion Ag+ ini
akan menjadi lapisan adsopsi pertama dan ion NO3‑ menjadi absopsi kedua.
Jika terdapat flouresien dalam larutan , ion negatif dan floresien akan diapsopsi lebih dahulu
karena lebih kuat dari ion NO3‑ dan ditandai dengan warna merah muda dari senyawa
kompleks antara ion floresienada dan ion perak pada permukaan setelah kelebihan ion
perak.
Titrasi pengendapan mempunyai beberapa cirri-ciri :
1) jumlah metode tidak sebanyak titrasi asam basa.
2) Kesulitan mencari inkitor yang sesuai.
3) Komposisi endapan sering tidak diketahui pasti

A. TITRASI REDUKSI-OKSIDASI
Titrasi Reduksi oksidasi (redoks) adalah suatu penetapan kadar reduktor atau oksidator
berdasarkan atas reaksi oksidasi dan reduksi dimana redoktur akan teroksidasi dan oksidator
akan tereduksi.
Agar dapat digunakan sebagai dasar titrasi, maka reaksi redoks harus memenuhi persyaratan
umum sebagai berikut :
1. Reaksi harus cepat dan sempurna.
2. Reaksi berlangsung secara stiokiometrik, yaitu terdapat kesetaraan yang pasti antara
oksidator dan reduktor.
3. Titik akhir harus dapat dideteksi, misalnya dengan bantuan indikator redoks atau secara
potentiometrik
Oleh karena itu banyak unsur-unsur mempunyai lebih dari satu tingkat oksidasi, maka
dikenal beberapa macam titrasi redoks yaitu :
1. Titrasi permanganometri.
2. Titrasi Iodo-Iodimetri
3. Titrasi Bromometri dan Bromatometri
4. Titrasi serimetri

4.TITRASI KOMPLEKSOMETRI
Titrasi kompleksometri adalah titrasi berdasarkan pembentukan senyawa kompleks antara
kation dengan zat pembentuk kompleks. Titrasi kompleksometri juga dikenal sebagai reaksi
yang meliputi reaksi pembentukan ion-ion kompleks ataupun pembentukan molekul netral
yang terdisosiasi dalam larutan. Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran dan
titrat saling mengkompleks, membentuk hasil berupa kompleks. Reaksi–reaksi pembentukan
kompleks atau yang menyangkut kompleks banyak sekali dan penerapannya juga banyak,
tidak hanya dalam titrasi. Karena itu perlu pengertian yang cukup luas tentang kompleks,
sekalipun disini pertama-tama akan diterapkan pada titrasi.

Titrasi kompleksometri adalah salah satu metode kuantitatif dengan memanfaatkan reaksi
kompleks antara ligan dengan ion logam utamanya, yang umum di indonesia EDTA.
EDTA adalah pereaksi luar biasa:
a. Dapat membentuk kelat dengan semua kation
b. Kelat-kelat tersebut cukup stabil membrntuk dasar pada metode titrimetri.kestebialn
yang besar disebabkan karena kompleks yang terbentuk berupa molekul dengan struktur
melingkar dalam kation yang dikelilingi dan diisolasi dari molekul pelarut.

IV. Alat dan Bahan


4.1 Alat
- Alat pemanas ( heater )
- Alat destilasi
- Erlemeyer
- Gelas kimia
- Gelas ukur
- Labu kjeldahl
- Pipet tetes
- Termometer
4.2 Bahan
- Air es
- Asam sulfat pekat
- Aquadest
- Asam klorida 0,1 N
- Indikator phenolptalein
- Kalium sulfat
- Lempeng Zn
- Natrium hidroksida 0,1 N
- Raksa ( II ) Oksida
- Sampel makanan yang diduga mengandung protein

V. Prosedur
5.1 Destruksi
Sampel yang telah dihaluskan ditimbang sebanyak 1 gram, lalu dimasukkan kedalam labu
Kjeldahl ( bila kandungan protein tinggi, misal kedelau yang digunakan bahan < 1 gram).
Kemudian ditambahkan 7,5 gram kalium sulfat dan 0,35 gram raksa ( II) Oksida. Asam
sulfat pekat sebanyak 15 mL ditambahkan dengan hati-hati melalui dingding labu.
Ditambahkan batu didih dan dipanaskan semua bahan dalam labu Kjeldahl didalam lemari
asam sampai berhenti berasap dan teruskan pemanasan sampai mendidih dan cairan sudag
menjadi jernoh ( ± 90 menit). Ditambahkan pemanasan kurang lebih 30 menit, lalu
pemanasan dimatikan dan dibiarkan sampai dingin.
5.2 Destilasi
Hasil destruksi dipindahkan kedaam labu destilasi, lalu dibilas dengan 100 ml air.
Kemudian dibuat larutan Kalium sulfat ( 0,6 gram kalium sulfat dalam 15 ml air ) dan
dibuat pula larutan Natrium Hidroksida 50% ( 25gram NaOH dalam 50 ml air).
Disiapkan erlemeyer, lalu dimasukkan asam hidroksida 0,1 N sebanyak 50 mL dam 5 tetes
indikator phenoptalein 0,1 % b/v ( dalam etanol 95%). Pada labu destilasi ( yang berisi hasil
destruksi dan 100 m air) ditambahkan beberapa lempeng Zn ( 2 ujung spatula), kemudian
ditambahkan lautan kalium sulfat. Alat destilasi dipasang, lalu ditempatkan erlemeyer
hingga ujung pipa kaca destilator dipastikan masuk kedalam larutam asam klorida 0,1 N.
Larutan NaOH 50% yang telah di dinginkan dimasukkan pada alat destilasi menggunakan
corong. ( jangan sampai larutan sampai di kondensor ). Destilasi dilakukan selama ±60
menit.
5.3 Titrasi
Pertama, dilakukan terlebih dahulu pembakuan asam oksalat. Dimasukkan asam oksalat
sebanyak 250 mL. kemudian di titrasi dengan NaOH 0,1 N dengan phenoftalein sebanyak 3
tetes. Titik akhir titrasi tercapai jika terjadi perubahan warna larutan dari tidak berwarna
menjadi merah muda.
Dilakukan pula titrasi blanko,dengan cara menempatkan 50 mL HCL pada erlemeyer lain
dan dititrasi dengan NaOH 0,1 N dengan indikator phenoftalein. Titik akhir titrasi tercapai
jika terjadi perubahan warna larutan dari tidak berwarna menjadi merah muda.Sisa larutan
asam klorida 0,1 yang tidak bereaksi dengan destilat di titrasi dengan larutan baku natrium
hidroksida 0,1 N. Titik akhir titrasi tercapai jika terjadi perubahan warna larutan dari tidak
berwarna menjadi merah muda.

VI. Data pengamatan dan Perhitungan


6.1 data pengamatan
- Destilasi
- destruksi
- titrasi
Titrasi Titrasi ke 1 Titrasi ke 2 Rata-rata
Pembakuan asam Oksalah 25 mL 25,5 mL 25,05 mL
Larutan Blank 43,6 mL 42,5 mL 43,05 mL
Sisa destilasi
6.2 perhitungan
- Destruksi
- Destilasi
- Titrasi
HCl Pekat :
V1 . N1 = V2 . N 2
V1 . 12 = 500 . 0,1
500 .0,1
V1 = 12
V1 = 4,167 ml

Asam Oksalat :
𝑔𝑟𝑎𝑚 1000
N= x
𝐵𝑒 𝑣
𝑔𝑟𝑎𝑚 1000
0,1 = x
63 250
0,1 𝑥 63
Gram = = 1,575 gram
4

NaOH :
𝑔𝑟𝑎𝑚 1000
N= x
𝑀𝑟 𝑉
𝑔𝑟𝑎𝑚 1000
0,1 = x
40 500
0,1 𝑥 40
Gram = = 2 gram
2

VII. Pembahasan
Sebelum melakukan titrasi, biasanya suatu larutan akan distandarkan terlebih dahulu, Proses
penentuan konsentrasi larutan satandar disebut menstandarkan atau membakukan, pemmbakuan
dilakukan terhadap zat asam oksalat.
larutan baku /standar merupakan larutan yang telah diketahui normalitas atau molaritasnya
dengan tepat.Normalitas menunjukkan kepekatan dari suatu larutan yang dinyatakan dalam
bentuk.Jumblah ekuivalen zat terlarut dalam tiap liter larutan. Molaritas menunjukkan dari suatu
larutan yang dinyatakan dalam bentuk jumlah molekul zat terlarut dalam tiap liter larutan.Cara
menentukan normalitas dan molaritas inilah yang digunakan pada suatu larutan yang disebut
dengan pembakuan/standarisasi yang dilakukan dengan cara melihat kepekaan yang diperoleh
dari hasil penimbangan zat yang diketahui kemurniaanya
Ada dua cara menstandarkan larutan yaitu:
a) Pembuatan langsung larutan dengan melarutkan suatu zat murni dengan berat
tertentu, kemudian diencerkan sampai memperoleh volume tertentu secara tepat. Larutan
ini disebut larutan standar primer, sedangkan zat yang kita gunakan disebut standar
primer.
b) Larutan yang konsentrasinya tidak dapat diketahui dengan cara menimbang zat
kemudian melarutkannya untuk memperoleh volum tertentu, tetapi dapat distandartkan
dengan larutan standar primer, disebut larutan standar skunder.
Zat yang dapat digunakan untuk larutan standar primer, harus memenuhi persyaratan
dibawah ini
a) Mudah diperoleh dalam bentuk murni ataupun dalam keadaan yang diketahui
kemurniannya. Pengotoran tidak melebihi 0,01 sampai 0,02 %
b) Harus stabil
c) Zat ini mudah dikeringkan tidak higrokopis, sehingga tidak menyerap uap air,
tidak meyerap CO2 pada waktu penimbangan.

Dalam percobaan,Larutan standar biasanya kita teteskan dari suatu buret ke dalam
suatu erlenmeyer yang mengandung zat yang akan ditentukan kadarnya sampai reaksi
selesai. Selesainya suatu reaksi dapat dilihat karena terjadi perubahan warna Perubahan
ini dapat dihasilkan oleh larutan standarnya sendiri atau karena penambahan suatu zat
yang disebut indikator. Titik di mana terjadinya perubahan warna indikator ini disebut
titik akhir titrasi. Secara ideal titik akhir titrasi seharusnya sama dengan titik akhir
teoritis (titik ekuivalen). Dalam prakteknya selalu terjadi sedikit perbedaan yang disebut
kesalahan titrasi .

NaOH merupakan larutan baku sekunder dimana dapat menjadi larutan baku primer bila
dilakukan pembakuan dengan menggunakan larutan baku primer.
Larutan baku primer Adalah suatu larutan yang telah diketahui secara tepat konsentrasinya
melalui metode gravimetri. Nilai konsentrasi dihitung melalui perumusan sederhana, setelah
dilakukan penimbangan teliti zat pereaksi tersebut dan dilarutkan dalam volume tertentu.
Syarat-syarat zat baku primer :
1. Harus mudah didapat dan dalam keadaan murni
2. Tidak higroskopis, tidak ter oksidasi, tidak menyerap udara dan selama penyimpanan
tidak boleh berubah.
3. Mengandung kotoran (zat lain) tidak melebihi 0,01%
4. Harus mempunyai berat ekivalen yang tinggi
5. Mudah larut dalam pelarut yang sesuai
6. Reaksinya stoichiometri dan berlangsung terus menerus 6. Reaksinya stoichiometri dan
berlangsung terus menerus.

Asam oksalat sebanyak 25 mL dimasukkan kedalam erlemeyer dan di tambahkan


indikatot phenoftalein sebanyak 1-2 tetes. Asam oksalat merupakan suatu asam
lemah,sedangkan NaOH merupakan suatu basa yang bersifat kuat maka untuk melihat hasil
perubahan warna dari titrasi NaOH dengan Asam Oksalat dari warna putih menjadi merah
mudah dengan megunakan indicator phenoftalein..
Suatu reaksi dapat dilihat karena terjadi perubahan warna Perubahan ini dapat dihasilkan
oleh larutan standarnya sendiri atau karena penambahan suatu zat yang yaitu indikator.
Indikator merupakan zat yang ditambahkan untuk menunjukkan titik akhir titrasi telah di
capai. Umumnya indicator yang digunakan adalah indicator azo dengan warna yang spesifik
pada berbagai perubahan pH. Titik di mana terjadinya perubahan warna indikator ini disebut
titik akhir titrasi. Secara ideal titik akhir titrasi seharusnya sama dengan titik akhir teoritis
(titik ekuivalen). Dalam prakteknya selalu terjadi sedikit perbedaan yang disebut kesalahan
titrasi .
Menurut literatur Titik Ekuivalen adalah titik dimana terjadi kesetaraan reaksi secara
stokiometri antara zat yang dianalisis dan larutan standar. Sedangkan Titik akhir titrasi
adalah titik dimana terjadi perubahan warna pada indicator yang menunjukkan titik ekuivalen
reaksi antara zat yyang dianalisis dan larutan standar. Pada umumnya, titik ekuivalen lebih
dahulu dicapai lalu diteruskan dengan titik akhir titrasi. Ketelitian dalam penentuan titik
akhir titrasi sangat mempengaruhi hasil analisis pada suatu senyawa.
Setelah di titrasi dengan Larutan NaOH titik akir titrasi menunjukan warna merah muda.
Menurut literatur Perubahan warna diarapkan tidak terlalu muda dan juga tidak terlalu tua.
Agar mendapatkan hasil titrasi yang maksimal. Warna yang cocok adalah warna yang berada
di tengah-tangah. Tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua.

Terjadinya kesalahan dalam melakukan praktikum ini disebabkan oleh beberapa


factor,diantaranya:
1. Kesalahan pada saat penimbangan asam oksalat
2. Kesalaha pada saat memasukan asam oksalat pada labu ukur
3. Dan kesalahan kecil lainnya termasuk pembersihan pada bagian muka bagian atas
buret yang tidak di lap oleh tisu .

NaOH murni yang tersedia disaat praktikum berbentuk padatan putih merupakan suatu basa yang
bersifat kuat maka untuk melihat hasil perubahan warna dari titrasi NaOH dengan Asam Oksalat
dari warna putih menjadi merah mudah dengan megunakan indicator PP.
VIII. Kesimpulan
IX. Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai