Fauzatul Walidanik - NIM 172310101045 - A 2017 PDF
Fauzatul Walidanik - NIM 172310101045 - A 2017 PDF
disusun oleh :
Kelompo 4 B /A 2017
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan Karunia-Nya, sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Posisi Kerja, Ergonomi, APD
dan Kelainan Sendi dan Tulang Di Pertanian” dengan sebaik - baiknya. Makalah
ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Keperawatan Keluar di
Fakultas Keperawatan Universitas Jember.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
BAB 1. PENDAHULUAN……………………………………………………….1
BAB 4. PENUTUP………………………………………………….…….......…17
4.1 Kesimpulan………………………………………………..…………...…17
4.2 Saran……………………………………………………………………...17
LAMPIRAN……………………………………………………….…………….19
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...23
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
sebagai penopang utama sehingga posisi bekerja petani tidak ergonomic
(Malonda, 2016).
Keracunan pestisida dapat menimbulkan beberapa gejala seperti efek akut
lokal dan efek akut sistemik Efek akut lokal hanya mempengaruhi bagian
tubuh yang terpapar langsung biasanya iritasi mata, hidung, tenggorokan, dan
kulit. Efek akut sistemik jika pestisida masuk kedalam tubuh dan
mengganggu sistem tubuh. Darah akan membawa pestisida keseluruh bagian
tubuh yang menyebabkan bergeraknya syaraf-syaraf otot secara tidak sadar
dengan gerakan halus maupun kasar, pengeluaran air mata, dan ludah secara
berlebihan dan perrnafasan menjadi lemah atau cepat.
Gangguan tulang dan sendi akan juga menimbulkan gejala seperti keluhan
pada bagian otot rangka yang dirasakan mulai dari ringan sampai yang sangat
sakit. Apabila otot menerima beban statis secara berulang dalam waktu yang
lama maka akan dapat merusak ligament, tendon dan kerusakan pada sendi
yang disebut dengan musculoskeletal disorder (Malonda, 2016). Untuk
mengatasi hal tersebut maka perlu adanya peningkatan pengetahuan, sikap,
dan perilaku petani dalam mengolah pertanian.
1.2 Tujuan
1.2.1. Untuk mengetahui dan menjelaskan definisi mengenai posisi kerja,
ergonomi, APD dan kelainan sendi dan tulang dalam pertanian
1.2.2. Untuk menjelaskan dampak posisi kerja, ergonomic, dan APD yang
tidak benar
1.2.3. Untuk menjelaskan solusi mengenai permasalahan kesehatan akibat
posisi kerja, ergonomik, dan APD yang tidak benar
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Indonesia salah satu negara yang memiliki jumlah pekerja sektor informal
terbanyak. Banyak petani terkena berbagai jenis permasalahan yang
diakibatkan oleh parasit seperti cacingan, asma, alergi kulit, kanker,
keracunan bahan kimia, keracunan makanan, gangguan otot dan tulang,
gangguan saluran pernafasan, penyakit kelenjar getah bening dan penyakit
darah. Adapun risiko yang ditimbulkan di sektor agricultural antara lain
paparan sinar UV, Snakbeat, paparan pestisida, penggunaan APD yang
tidak tepat dan ergonomic yang buruk (Susanto, T., dkk, 2016).
Menurut penelitan (Susanto, T., dkk, 2016) menyebutkan bahwa dari 169
petani di dua wilayah kerja Puskesmas didapatkan hasil permasalahan
yang ditimbulkan antara lain nyeri persendian dan tulang sejumlah 50.3%
pada rentan usia 41-59 tahun (44.4%), posisi kerja yang tidak ergonomis
(54.4%) dan tidak menggunakan APD (64.4%).
3
memiliki tujuan guna mengoptimalkan kenyamanaan dan kesehatan
manusia (Santoso, 2013 dalam Jalajuwita. N. R dan Paskarimi. I, 2015).
4
benar dapat menyebabkan cedera tubuh pada petani seperti di tangan,
lengan, kaki, paha dan kaki.
Kesalahan dalam posisi kerja yang sering terjadi pada sektor perikanan
yakni melakukan aktivitas membungkuk yang cukup lama yang
menyebabkan peningkatan irama jantung selain itu posisi mereka dalam
mengangkat jaring dan sering tidak menekuk lutut sebab dilakukan sambal
menekuk tubuh mereka dalam melakukan pekerjaannya. Posisi berdiri
yang tidak dianjurkan dapat mengakibatkan gangguan musculoskeletal
apabila dilakukan dalam waktu yang lama menyebabkan otot-otot
cenderung statis yang mengarah pada penurunan elasitas jaringa dan
meningkatkan ketegangan otit yang menyebabkan nyeri punggung
(Silviyani, 2013 dalam Sholihah. Q. et al, 2016).
5
Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) sangatlah dianjurkan. Adapun
jenis-jenis APD meliputi APD jenis pakaian pelindung seperti celana
panjang, baju panjang atau menggunakkan jas hujan dari plastik serta
celemek sebagai tambahan yang berbahan plastik ataupun kulit. APD jenis
penutup kepala yakni topi lebar yang berbahan dasar kedap cairan atau
helm kepala yang berbahan dasar keras serta kacamata sehingga dapat
melindungi mata dari paparan partikel-partikel pestisida. APD masker
yang melindungi organ pernafasan. APD sarung tangan yang bahannya
tidak tembus air dan APD sepatu boot yang berbahan dasar kulit, karet
sintetik ataupun plastik (Tarwaka, 2013 dalam As’ady. A, dkk, 2019).
Walaupun begitu petani sudah memakai sebagian besar APD, petani masih
saja mengeluhkan gejala keracunan pestisida seperti pusing, mual, mata
berkunang-kunang setelah melakukan aktivitas penyemprotan. Hal
tersebut terjadi karena tinggi dosis pestisida yang digunakkan
(Wismaningsih. R. E dan Oktaviasari. I. D, 2015).
6
kesalahan posisi dalam bekerja. Posisi kerja petani yang membungkuk
dapat mengakibatkan otot menjadi tegang, sehingga seorang petani
memerlukan ketahanan otot yang lebih besar. Sehingga hal ini dapat
mengakibatkan pembebanan yang lebih besar di tulang belakang dan
memicu timbulnya rasa nyeri muskuloskeletal (Malonda, dkk., 2016).
7
petani. Sikap kerja merupakan posisi anggota tubuh dalam melakukan
pekerjaan. Sikap kerja dalam ergonomi dibagi berdasarkan atas posisi
tubuh dan pergerakan. Keluhan muskuloskeletal yang berhubungan
dengan sikap petani ketika bekerja yang kurang baik, seperti petani yang
berdiri terlalu lama tanpa dilakukannya peregangan otot contohnya dengan
duduk dan menyandarkan tubuh. Beban kerja yang dialami oleh petani
termasuk dalam kategori yang berat karena petani beraktivitas menanam
padi di sawah dengan gerakan yang rentan dan sangat mengeluarkan
tenaga yang besar untuk melakukan aktvitas yang berulang-ulang (Utami,
dkk., 2017).
8
BAB III
PEMBAHASAN
9
Seorang petani ataupun pekerja yang terbiasa dengan mengangkat
beban yang berat dalam waktu yang lama tanpa disertai dengan
istirahat maka akan menimbulkan terjadinya penurunan kemampuan
otot dan cenderung merasakan kelelahan. Kelelahan ini dapat terjadi
dalam waktu yang lama sehingga akan berdampak pada cedera yang
serius terutama pada sistem musculoskeletal. Cedera ini nantinya
bisa berkembang menjadi kronis yang dapat mengakibatkan
timbulnya kecelakaan pada pekerja. Semakin tinggi usia seseorang
atau pekerja maka akan semakin tinggi terjadinya risiko perubahan
stress mekanis terutama pada diskus vertebralis sehingga akan
berisiko mengalami low back pain atau nyeri punggung bawah
(Rinaldi, 2015).
10
Seseorang yang bekerja dengan terbiasa mengangkat beban yang
berat dan posisi yang salah, maka diharapkan pekerja baik di
pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan untuk
melakukan peregangan dan pelemasan otot sebelum melakukan
aktivitas di lahan tempat bekerja. Hal ini bertujuan untuk
mengurangi keluhan nyeri yang dapat dapat dirasakan. Selain itu
gunakan posisi kerja yang benar yaitu dengan pegang dengan erat
beban yang akan diangkat, anjurkan mengangkat beban dengan
tinggi yang tidak melewati garis mata, gunakan kaki untuk menahan,
dan meminta bantuan orang lain untuk beban yang sangat berat.
11
disekitar pergelangan tangan. Hal ini menyebabkan tangan
pemerah akan selalu bergetar dan sering merasakan kram pada area
pergelangan tangan (Ibrahim et al., 2012 dan Thomson, 2017).
12
APD digunakan oleh petani saat melakukan pencampuran dan
penyemprotan pestisida. APD dapat dibagi menjadi lima jenis. APD
jenis pakaian pelindung yang meliputi celana panjang dan baju lengan
panjang, dapat juga menggunakan jas hujan dari plastik serta celemek
sebagai tambahan yang terbuat dari plastik atau kulit. APD jenis
penutup kepala yang meliputi topi lebar yang berbahan kedap cairan
atau helm kepala yang terbuat dari bahan keras serta kacamata
sehingga dapat melindungi dari partikel-partikel pestisida. APD
masker yang dapat melindungi pernafasan. APD sarung tangan yang
terbuat dari bahan tidak tembus air dan APD sepatu boot yang terbuat
dari kulit, karet sintetik atau plastik (As’ady, 2019).
13
kesehatan yang sama. Perilaku penggunaan pestisida yaitu
pencampuran dan penyemprotan yang tidak tepat akan berisiko
terjadinya keracunan pestisida. APD merupakan kewajiban yang harus
digunakan petani saat sedang melakukan pencampuran maupun
penyemprotan pestisida agar terhindar dari bahaya yang dapat
ditimbulkan oleh pestisida (As’ady, 2019).
Ada beberapa hal yang menjadikan APD bisa berdampak negatif bagi
kesehatan seperti berkurangnya produktivitas kerja akibat penyakit
atau kecelakaan yang dapat dialami oleh pekerja karena tidak
menggunakan alat pelindung diri (APD) . oleh sebab itu alat pelindung
diri yang akan digunakan di tempat kerja harus memiliki persyaratan
yang sesuai diantaranya berat alat pelindung diri (APD) hendaknya
seringan mungkin dan alat yang akan digunakan dapat menimbulkan
rasa nyaman terutama bagi pemakainya, alat harus dapat dipakai secara
fleksibel, bahan alat pelindung diri (APD) harus tahan untuk
pemakaian dalam waktu lama, dan alat pelindung diri (APD) tidak
menimbulkan bahaya bagi penggunanya.
14
pusing.
2. Mengurangi dehidrasi karena paparan
panas terlalu lama
3. Mengurangi dampak sinar UV yang
mengenai kepala
2. Kacamata 1. Melindungi mata dari debu-debu yang
dapat mengiritasi mata
2. Melindungi mata dari paparan sinar
UV yang terlalu lama
3. Melindungi mata dari paparan panas
yang dapat menyebabkan katarak
3. Masker 1. Melindungi hidung dan mulut dari
debu sehingga dapat meminimalisir
terjadinya infeksi saluran pernafasan
atas.
2. Mencegah masuknya butiran bahan
kimia pestisida yang dapat terhirup
oleh hidung / meminimalisir
keracunan melalui perantara udara
4. Baju dan celana 1. Mencegah terjadinya kerusakan kulit,
lengan panjang kanker kulit karena paparan sinar UV
yang terlalu lama
2. Mencegah terjadinya keracunan yang
disebabkan terpaparnya kulit karena
pestisida
3. Melindungi kulit dari sengatan hama
yang dapat menimbulkan gatal-gatal
pada kulit
5. Sepatu bots 1. Mencegah masuknya cacing tanah
yang dapat menyebabkan masalah
kesehatan, contohnya cacingan,
Ascaris, Cacing tambang.
15
2. Mencegah terjadinya cidera atau
perlukaan karena terkena benda
tajam, contohnya pecahan kaca
16
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Masyarakat Indonesia sebagian besar masih bergantung pada
sektor pertanian yang merupakan sektor paling penting untuk
meningkatkaen perekonomian masyarakat. Penyakit yamg sering dialami
adalah parasit seperti cacingan, asma, alergi kulit, kanker, keracunan
bahan kimia, keracunan makanan, gangguan otot dan tulang, gangguan
saluran pernafasan, penyakit kelenjar getah bening dan penyakit darah,
keracunan pestisida dan musculoskeletal akibat kelalaian dalam
menggunakan APD, posisi bekerja yang tidak ergonomik, paparan sinar
UV, paparan pestisida. Dalam menangani risiko munculnya penyakit telah
diterapkan Unit Kesehatan Kerja (UKK) dimana penanganan ini suatu
Perawatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang berbasis agricultural
nursing yang diselenggarakan di puskesmas.
Dalam praktiknya ketika melihat dilapangan masih banyak hal-hal
yang kurang sesuai apabila dikaitkan dengan kesehatan padahal kesehatan
padahal kesehatan merupakan hal yang menunjang keoptimalan pekerjaan.
Pengunaan APD, penentuan posisi yang ergonomis akan membantu dalam
pencegahan resiko beban kerja yang berlebih.
4.2 Saran
Petani sebaiknya lebih perhatian dalam bekerja khususnya yang
bekerja dalam sektor pertanian seperti memperhatikan posisi saat bekerja,
membaca label sebelum membeli pestisida serta membaca petunjuk
penggunaan pestisida, mengetahui faktor-faktor risiko penyebab penyakit
muskuloskeletal sehingga petani dapat melakukan pencegahan secara dini.
Dalam hal ini perawat dapat memberikan promosi atau penyuluhan terkait
K3 pada petani yang berhubungan dengan risiko penyakit keracunan
pestisida, gangguan otot dan tulang, serta penyakit muskuloskeletal. Dan
sebagai perawat hendaknya lebih mempelajari terkait hal-hal apa saja yang
17
dapat ditingkatkan dan diberikan implementasi kepada masyarakat
khususnya petani sehingga dapat meningkatkan taraf kesehatan dan juga
menjadikan acuan untuk terus belajar dan mengembangkan sebagai sarana
penelitian yang dapat dikembangkan dan membantu kemajuan bangsa
Indonesia
18
LAMPIRAN
19
20
21
22
DAFTAR PUSTAKA
Ibrahim,. Et al, 2012. Carpal tunnel syndrome : a review of the recent literature.
The open orthopaedics. Vol. 6 : 69-76.
Rosecrance,. Et al, 2013. Carpal tunnel syndrome among ewe diary farmers in
sardinia, italy. American journal of indistrial medicine. Vol. 56 : 889-
896.
23
Rinaldi, E., W. Utomo., dan F. A. Nauli. 2015. Hubungan Posisi Kerja Pada
Pekerja Berat Dengan Kejadian Low Back Pain. JOM. Vol 2(2): 1086-
1093
Thomson, J Grant. 2017. Diagnosis and treatment for tunnel carpal syndrome.
Thalent/neurology. Vol. 16
Utami, U., S. R. Karimuna, N. Jufri. 2017. Hubungan Lama Kerja, Sikap Kerja
Dan Beban Kerja Dengan Muskuloskeletal Disorders (Msds) Pada Petani
Padi Di Desa Ahuhu Kecamatan Meluhu Kabupaten Konawe Tahun 2017.
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Masyarakat. 2 (6) : 1-10
24