Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

POSISI KERJA, ERGONOMI, APD DAN KELAINAN SENDI DAN


TULANG DI PERTANIAN
( disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kepererawatan Komunitas )
Dosen Pengampu : Ns. Tantut Susanto, M.Kep.,Sp.Kep.Kom.,Ph.D

disusun oleh :

Kelompo 4 B /A 2017

Zainal Nur Rohman NIM 172310101020


Indah Nur Laili Jamil NIM 172310101026
Resi Permatasari NIM 172310101039
Laraswati Ayuning L NIM 172310101044
Fauzatul Walidanik NIM 172310101045
Echi Agnes Claudia NIM 172310101055

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JEMBER
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
Jl. Kalimantan No. 37 Kampus Tegal Boto Jember Telp./Fax (0331) 323450
2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan Karunia-Nya, sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Posisi Kerja, Ergonomi, APD
dan Kelainan Sendi dan Tulang Di Pertanian” dengan sebaik - baiknya. Makalah
ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Keperawatan Keluar di
Fakultas Keperawatan Universitas Jember.

Dalam penyusunan makalah ini penyusun banyak mengalami hambatan, akan


tetapi dalam bantuan berbagai pihak, penyusun dapat mengatasi semua hambatan
yang dialami dan dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, penyusun
mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ns. Tantut Susanto, M.Kep.,Sp.Kep.Kom.,Ph.D selaku dosen


pengampu mata kuliah keperawatan keluarga
2. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah
ini.

Penyusun berharap semoga makalah ini dapat menjadi wawasan,


khususnya untuk mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Jember.
Apabila makalah ini masih memiliki banyak kekurangan, kritik dan saran kami
terima agar dapat menyusun yang lebih baik di waktu mendatang. Terima
kasih.

Jember, 23 November 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman Cover ……………………………………………………………………i

Kata Pengantar ……………………………………………………..……….…….ii

Daftar Isi …………………………………………………………………..……..iii

BAB 1. PENDAHULUAN……………………………………………………….1

1.1 Latar Belakang…………………………………………………………….1


1.2 Tujuan……..…………………………………………………..…………..2

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………3

2.1 Demografi pada agricultural dan dampak yang ditimbulkan....................3


2.2 Posisi ergonomi dan permasalahannya…………………………………….3
2.3 Penggunaan Alat pelindung diri ……………..…….……………………...5
2.4 Kelainan sendi dan tulang pada petani.……………………………………6

BAB 3. PEMBAHASAN ………………………………………………………...9

3.1 Dampak terkait ergonomi....................................................................9


3.2 Dampak terkait alat pelindung diri…...................................................12

BAB 4. PENUTUP………………………………………………….…….......…17

4.1 Kesimpulan………………………………………………..…………...…17
4.2 Saran……………………………………………………………………...17

LAMPIRAN……………………………………………………….…………….19

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...23

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masyarakat Indoneia sebagian besar masih bergantung pada sektor pertanian.
Sektor pertanian merupakan sektor yang paling penting untuk meningkatkan
perekonomian masyarakat (Rambe, 2017). Pertanian memiliki potensi yang
cukup besar kontribusinya dalam perekonomian di Indonesia. Berdasarkan
survey BPS Kabupaten Jember lahan yang digunakan untuk pertanian sebesar
5.009,283 Ha atau 51,47 % dengan intrepetasi setengah dari kabupaten
jember digunakan untuk sektor pertanian. Meninjau dari keuntungan dan
kontribusinya didalam perekonomian, pekerja petani di sektor pertanian juga
dapat memiliki berbagai resiko kesehatan dalam pelaksanaannya. Hal tersebut
dikarenakan petani belum memiliki standart Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (Susanto, 2016).

Berdasarkan penelitian di Kabupaten Jember masih terdapat kasus terkait


penyakit yang disebabkan karena posisi kerja yang tidak ergonomis dan
penggunaan APD (Alat Pelindung Diri). Dari 169 petani terdapat 64,4 %
tidak menggunakan APD saat bekerja, 54,4 % posisi kerja yang tidak
ergonomi yang berdapampak pada panyakit sendi dan tulang yaitu sebanyak
50,3 % (Susanto, 2016). Tidak menggunakan APD saat berkerja akan
menyebabkan berbagai masalah kesehatan seperti keracunan pestisida,
terinfeksi bakteri yang ada di pertanian.

Penyakit yang biasa muncul adalah keracunan pestisida dan musculoskeletal


disorder. Keracunan pestisida bisa disebabkan karena kelalaian petani dalam
hal penggunaan APD dan mekanisme penyemprotan pestisida yang belum
benar. Sedangkan musculoskeletal disorder bisa disebabkan karena posisi
membajak sawah secara manual dan menanam padi, petani melakukan
pekerjaannya dengan posisi membungkuk dengan menggunakan punggung

1
sebagai penopang utama sehingga posisi bekerja petani tidak ergonomic
(Malonda, 2016).
Keracunan pestisida dapat menimbulkan beberapa gejala seperti efek akut
lokal dan efek akut sistemik Efek akut lokal hanya mempengaruhi bagian
tubuh yang terpapar langsung biasanya iritasi mata, hidung, tenggorokan, dan
kulit. Efek akut sistemik jika pestisida masuk kedalam tubuh dan
mengganggu sistem tubuh. Darah akan membawa pestisida keseluruh bagian
tubuh yang menyebabkan bergeraknya syaraf-syaraf otot secara tidak sadar
dengan gerakan halus maupun kasar, pengeluaran air mata, dan ludah secara
berlebihan dan perrnafasan menjadi lemah atau cepat.

Gangguan tulang dan sendi akan juga menimbulkan gejala seperti keluhan
pada bagian otot rangka yang dirasakan mulai dari ringan sampai yang sangat
sakit. Apabila otot menerima beban statis secara berulang dalam waktu yang
lama maka akan dapat merusak ligament, tendon dan kerusakan pada sendi
yang disebut dengan musculoskeletal disorder (Malonda, 2016). Untuk
mengatasi hal tersebut maka perlu adanya peningkatan pengetahuan, sikap,
dan perilaku petani dalam mengolah pertanian.

1.2 Tujuan
1.2.1. Untuk mengetahui dan menjelaskan definisi mengenai posisi kerja,
ergonomi, APD dan kelainan sendi dan tulang dalam pertanian
1.2.2. Untuk menjelaskan dampak posisi kerja, ergonomic, dan APD yang
tidak benar
1.2.3. Untuk menjelaskan solusi mengenai permasalahan kesehatan akibat
posisi kerja, ergonomik, dan APD yang tidak benar

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Demografi Pada Argicultural dan Dampak yang Ditimbulkan

Indonesia salah satu negara yang memiliki jumlah pekerja sektor informal
terbanyak. Banyak petani terkena berbagai jenis permasalahan yang
diakibatkan oleh parasit seperti cacingan, asma, alergi kulit, kanker,
keracunan bahan kimia, keracunan makanan, gangguan otot dan tulang,
gangguan saluran pernafasan, penyakit kelenjar getah bening dan penyakit
darah. Adapun risiko yang ditimbulkan di sektor agricultural antara lain
paparan sinar UV, Snakbeat, paparan pestisida, penggunaan APD yang
tidak tepat dan ergonomic yang buruk (Susanto, T., dkk, 2016).

Berbagai cara untuk menangani terkait risiko munculnya Penyakit Akibat


Kerja (PAK) pun telah diterapkan yang dikemas menjadi Unit Kesehatan
Kerja (UKK). Jenis Pendekatan Perawatan Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (P3K) berbasis agricultural nursing yang diselenggarakan di
Puskesmas bertujuan agar melengkapi berbagai kebutuhan demi
membentuk atau mendirikan unit perawatan yang bersifat promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif dengan menggunakan pendekatan
asuhan keperawatab komunitas (Susanto, T., dkk, 2016).

Menurut penelitan (Susanto, T., dkk, 2016) menyebutkan bahwa dari 169
petani di dua wilayah kerja Puskesmas didapatkan hasil permasalahan
yang ditimbulkan antara lain nyeri persendian dan tulang sejumlah 50.3%
pada rentan usia 41-59 tahun (44.4%), posisi kerja yang tidak ergonomis
(54.4%) dan tidak menggunakan APD (64.4%).

2.2 Posisi Ergonomi dan Permasalahannya

Ergonomi ialah suatu bagian disiplin ilmu yang mempelajari terkait


dengan interaksi antara manuasia dengan unsur-unsur lainnya yang
menerapkan teori, prinsip, metode dan cara dalam mendesain yang

3
memiliki tujuan guna mengoptimalkan kenyamanaan dan kesehatan
manusia (Santoso, 2013 dalam Jalajuwita. N. R dan Paskarimi. I, 2015).

Adapun tujuan khusus ergonomi yakni untuk mengurangi tingkat resiko


cedera dan meningkatkan nilai motivasi pekerja dalam proses kerja serta
meningkatkan jumlah produktivitas dari aktivitas pekerjaan ddalam suatu
tempat kerja. Sedangkan prinsip dari ergonomi ialah bagaimana sikap
tubuh dalam melakukan suatu pekerjaan dipengaruhi oleh bentuk, susunan,
ukuran, penempatan alat-alat dan pemakaiannya (Jalajuwita. N. R dan
Paskarimi. I, 2015).

Petani hampir menghabiskan waktunya di lahan pertanian, walau hanya


untuk mengawasi lahan garapannya atau mencangkul dan menanam.
Kegiatan mencangkul dan menanam merupakan rutinitas yang dapat
mempengaruhi posisi kerja. Banyak dari petani yang melakukan kegiatan
secara manual dengan posisi membungkuk sehingga menggunakan
punggung sebagai penopang tubuh (Malonda. E. C, 2016). Posisi yang
tidak sesuai pada keadaan ini ialah yang menyebabkan petani-petani
banyak memiliki masalah pada tubuhnya contohnya ialah masalah pada
tulang belakang, yakni low back pain, HNP, nyeri punggung, dan lain-lain
yang dapat dilakukan seorang petani untuk mengatasi hal semacam ini
ialah dengan istirahat dan relaksasi atau peregangan secara teratur dengan
durasi yang ditentukan guna mencegah kebosanan pada otot dan tulang
pada saat bekerja, menurut jurnal ergonomi indonesia pada tahun 2017
menyebutkan bahwa dengan adanya workplace exercise dan peregangan
yang teratur mampu membuat penurunan pada ketegangan sehingga dapat
menurunkan keluhan tentang ketegangan otot dan meningkatkan kualitas
kerja pada petani ataupuan karyawan yang bekerja.

Menurut penelitian (Wibowo,. Et al, 2016) alat-alat pertanian juga dapat


menyumbang permasalahan ergonomis dalam sektor agricultural seperti
penggunaan sabit, cangkul, sekop, sprayer dan garu. Dengan penggunaan
alat-alat pertanian tersebut yang tidak sesuai dengan posisi kerja yang

4
benar dapat menyebabkan cedera tubuh pada petani seperti di tangan,
lengan, kaki, paha dan kaki.

Sektor agricultural lainnya yang juga memiliki risiko besar mengalami


masalah terkait ergonomic yakni perikanan. Banyak dari nelayan yang
masih menggunakkan cara tradisional dalam bekerja lebih memilih
memanfaatkan energi fisik daripada menggunakkan alat-alat modern yang
notabene sebagai solusi terbaik pengganti tenaga manusia. Jenis kegiatan
yang dilakukan yakni persiapan net dan peralatan, stocking jarring,
penghapusan jarring serta memancing peralatan pendukung lainnya
(Dharmawan dan Modjo, 2012 dalam Sholihah. Q. et al, 2016).

Kesalahan dalam posisi kerja yang sering terjadi pada sektor perikanan
yakni melakukan aktivitas membungkuk yang cukup lama yang
menyebabkan peningkatan irama jantung selain itu posisi mereka dalam
mengangkat jaring dan sering tidak menekuk lutut sebab dilakukan sambal
menekuk tubuh mereka dalam melakukan pekerjaannya. Posisi berdiri
yang tidak dianjurkan dapat mengakibatkan gangguan musculoskeletal
apabila dilakukan dalam waktu yang lama menyebabkan otot-otot
cenderung statis yang mengarah pada penurunan elasitas jaringa dan
meningkatkan ketegangan otit yang menyebabkan nyeri punggung
(Silviyani, 2013 dalam Sholihah. Q. et al, 2016).

2.3 Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)


Kabupaten Jember ialah salah satu kabupaten yang berada di Provinsi
Jawa Timur dengan mayoritas masyarakat bekerja pada sektor pertanian.
Salah satu kegiatan rutin yang dilakukan petani yakni pembasmian hama
dengan menggunakkan pestisida demi menunjang hasil pertanian.
Pestisida pun menjadi ancaman bagi petani dari segi kesehatan sebab
paparan zat kimia yang berbahaya mengincar kesehatan petani ditunjang
dengan minimnya pemakaian alat pelindung diri (APD) pada petani
(As’ady. A, dkk, 2019).

5
Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) sangatlah dianjurkan. Adapun
jenis-jenis APD meliputi APD jenis pakaian pelindung seperti celana
panjang, baju panjang atau menggunakkan jas hujan dari plastik serta
celemek sebagai tambahan yang berbahan plastik ataupun kulit. APD jenis
penutup kepala yakni topi lebar yang berbahan dasar kedap cairan atau
helm kepala yang berbahan dasar keras serta kacamata sehingga dapat
melindungi mata dari paparan partikel-partikel pestisida. APD masker
yang melindungi organ pernafasan. APD sarung tangan yang bahannya
tidak tembus air dan APD sepatu boot yang berbahan dasar kulit, karet
sintetik ataupun plastik (Tarwaka, 2013 dalam As’ady. A, dkk, 2019).

Menurut penelitian (Wismaningsih. R. E dan Oktaviasari. I. D, 2015)


menyebutkan bahwa petani pada saat proses penyemprotan pestisida
menggunakkan APD seadanya seperti masker, topi dan baju khusus akan
tetapi banyak petani yang enggan menggunakkan sarung tangan sebab
merasa tidak nyaman dan memperlambat pekerjaannya. Masker dan baju
khusus yang digunakkan petani masih sangat sederhana dan jauh dari kata
APD sebab masker terbuat dari bahan kaos beaks yang diikatkan guna
menutupi area pernafasan dan baju yang dikenakan merupakan baju lengan
panjang biasa berbahan kaos.

Walaupun begitu petani sudah memakai sebagian besar APD, petani masih
saja mengeluhkan gejala keracunan pestisida seperti pusing, mual, mata
berkunang-kunang setelah melakukan aktivitas penyemprotan. Hal
tersebut terjadi karena tinggi dosis pestisida yang digunakkan
(Wismaningsih. R. E dan Oktaviasari. I. D, 2015).

2.4 Kelainan sendi dan tulang pada Petani


Nyeri sendi dan tulang menjadi masalah utama yang sering dialami petani.
Nyeri sendi dan tulang berhubungan dengan posisi ergonomi petani saat
bekerja dan beban kerja yang berat. Nyeri punggung yang dirasakan oleh
petani bukan termasuk dalam kelainan organik, namun termasuk dalam

6
kesalahan posisi dalam bekerja. Posisi kerja petani yang membungkuk
dapat mengakibatkan otot menjadi tegang, sehingga seorang petani
memerlukan ketahanan otot yang lebih besar. Sehingga hal ini dapat
mengakibatkan pembebanan yang lebih besar di tulang belakang dan
memicu timbulnya rasa nyeri muskuloskeletal (Malonda, dkk., 2016).

Musculosceletal Disorders (MSDs) adalah keluhan bagian otot rangka


mulai dari keluhan yang ringan hingga keluhan berat yang biasanya terjadi
karena peregangan otot terlalu berat dan waktu yang lama untuk
pembebanan. Sehingga hal tersebut dapat mengakibatkan sendi, ligamen,
dan tendon mengalami kerusakan. Penderita mengalami keluhan seperti
nyeri pada bagian bahu tangan dan kaki, rasa sakit pada bagian siku
ataupun mata kaki, mati rasa, kaki dan tumit terasa kesemutan, kekakuan,
bengkak, gemetar, gangguan tidur, dan rasa terbakar yang menyebabkan
tubuh penderita tidak mampu untuk melakukan pergerakan, penderita
kehilangan waktu untuk bekerja, dan produktivitas kerja menglami
penurunan (Utami, dkk., 2017).

Dari laporan International Labour Organization (ILO), kasus gangguan


muskuloskeletal mengalami peningkatan dibanyak negara seperti di Korea
terdapat sekitar 4.000 kasus. Menurut WHO (2013), The Prevention of
Occupational Dieases menyebutkan gangguan muskuloskeletal terdapat
59% dari seluruh catatan penyakit yang ada di Eropa. Di Indonesia
menurut Riskesdas (2013), penyakit gangguan muskuloskeletas terdapat
11,9% berdasarkan diagnosis dari tenaga kesehatan dan 24,7%
berdasarkan diagnosis atau gejala.

Faktor risiko terjadinya keluhan muskuloskeletal pada petani yaitu lama


kerja, sikap kerja, dan beban kerja. Lama kerja merupakan waktu untuk
melakukan suatu pekerjaan oleh petani. Keluhan muskuloskeletal yang
berhubungan dengan waktu kerja yang terlalu lama atau kurang baik yaitu
dengan adanya keluhan nyeri otot yang dirasakan setelah bekerja oleh

7
petani. Sikap kerja merupakan posisi anggota tubuh dalam melakukan
pekerjaan. Sikap kerja dalam ergonomi dibagi berdasarkan atas posisi
tubuh dan pergerakan. Keluhan muskuloskeletal yang berhubungan
dengan sikap petani ketika bekerja yang kurang baik, seperti petani yang
berdiri terlalu lama tanpa dilakukannya peregangan otot contohnya dengan
duduk dan menyandarkan tubuh. Beban kerja yang dialami oleh petani
termasuk dalam kategori yang berat karena petani beraktivitas menanam
padi di sawah dengan gerakan yang rentan dan sangat mengeluarkan
tenaga yang besar untuk melakukan aktvitas yang berulang-ulang (Utami,
dkk., 2017).

Pekerjaan yang menempatkan petani dalam postur kerja yang tidak


ergonomis dapat mengakibatkan petani lebih cepat mengalami kelelahan
dan juga menambah beban kerja pada petani. Petani yang menerapkan
posisi kerja secara erogonomis dapat mengurangi kelelahan yang
berhubungan dengan postur kerja dan dapat memeberika rasa nyaman bagi
petani. Apabila penerapan ergonomi tidak dilakukan, maka dapat
menimbulkan masalah kesehatan akibat postur kerja yang tidak
erogonomis seperti musculoskeletal disorder (Jalajuwita dan Paskarini,
2015).

8
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Dampak terkait ergonomi


Begitu banyak sekali hal yang dapat dirasakan apabila seseorang terkena
gangguan pada tubuhnya, terkait permasalahan ergonomi atau posisi ketika
bekerja itu akan mempengaruhi terhadap tulang dan sendi orang terbut.
Sehingga pada kesalahan posisi duduk ataupun bekerja akan menyebabkan
perubahan bentuk pada tulang dan sendi.
a. Low back pain (nyeri punggung bawah)

Gambar 3.1 mengangkat beban yang benar


Low back pain atau biasa dikenal dengan nyeri punggung bawah
merupakan nyeri yang sering dirasakan pada daerah punggung
bawah berupa nyeri lokal dan nyeri radikuler. Nyeri ini biasanya
akan terasa diantara sudut iga terbawah sampai lipat bokong bawah
yaitu didaerah lumbal atau lumbosakral dan rasa nyeri tersebut dapat
menjalar sampah kearah tungkai dan kaki. Pada umumnya seorang
pekerja terutama yang bekerja di bidang pertanian akan mengalami
terjadinya low back pain atau nyeri punggung, hal tersebut
dikarenakan petani saat musim panen misalnya padi ataupun
tembakau biasanya akan sering mengangkat beban berat sehingga
pekerja berusaha untuk mempertahankan kecepatan dan beban yang
diangkat dan akan mengakibatkan tubuh semakin lama akan semakin
lelah (Rinaldi, 2015).

9
Seorang petani ataupun pekerja yang terbiasa dengan mengangkat
beban yang berat dalam waktu yang lama tanpa disertai dengan
istirahat maka akan menimbulkan terjadinya penurunan kemampuan
otot dan cenderung merasakan kelelahan. Kelelahan ini dapat terjadi
dalam waktu yang lama sehingga akan berdampak pada cedera yang
serius terutama pada sistem musculoskeletal. Cedera ini nantinya
bisa berkembang menjadi kronis yang dapat mengakibatkan
timbulnya kecelakaan pada pekerja. Semakin tinggi usia seseorang
atau pekerja maka akan semakin tinggi terjadinya risiko perubahan
stress mekanis terutama pada diskus vertebralis sehingga akan
berisiko mengalami low back pain atau nyeri punggung bawah
(Rinaldi, 2015).

Selain itu posisi tubuh saat bekerja berhubungan dengan jenis


pekerjaan yang dilakukan. Setiap posisi kerja memiliki pengaruh
yang berbeda beda terhadap tubuh salah satunya yaitu seseorang
akan sering merasakan nyeri pada saat mengangkat beban berat. Hal
ini disebabkan karena biasanya seseorang yang kurang pengetahuan
atau sudah terbiasa menggunakan cara yang salah maka akan
menyebabkan kelelahan dan akan berisiko terhadap bahaya fisik
misalnya nyeri pinggang, punggung dan bahu atau biasa kita kenal
dengan sebutan muskuloskeletal disorders (Rinaldi, 2015).

Pekerja yang terbiasa memposisikan tubuhnya dengan terlalu


bungkuk ataupun tidak sesuai dengan posisi yang benar pada saat
bekerja maka akan menyebabkan otot pada perut akan menjadi
lemah yang dapat menimbulkan terjadinya lordosis yang berlebihan.
Secara anatomis lordosis yang berlebihan pada lumbal dapat
menyebabkan terjadinya penyempitan saluran saraf tulang belakang
dan penonjolan ke belakang dari ruas tulang rawan. Hal tersebut
yang berisiko terjadinya low back pain (Rinaldi, 2015).

10
Seseorang yang bekerja dengan terbiasa mengangkat beban yang
berat dan posisi yang salah, maka diharapkan pekerja baik di
pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan untuk
melakukan peregangan dan pelemasan otot sebelum melakukan
aktivitas di lahan tempat bekerja. Hal ini bertujuan untuk
mengurangi keluhan nyeri yang dapat dapat dirasakan. Selain itu
gunakan posisi kerja yang benar yaitu dengan pegang dengan erat
beban yang akan diangkat, anjurkan mengangkat beban dengan
tinggi yang tidak melewati garis mata, gunakan kaki untuk menahan,
dan meminta bantuan orang lain untuk beban yang sangat berat.

b. Carpal tunnel syndrome (CTS)

Gambar 3.2 Carpal tunnel syndrome


Dalam keseharian seorang peternak sapi perah tentunya akan
memerah sapinya untuk menghasilkan susu yang dapat diproduksi
untuk didistribusikan ataupun diolah, dalam proses pemerahan
masih banyak peternak yang belum memperhatikan sisi ergonomi
dari pemerahan susu tersebut. Hal ini dapat menyebabkan peternak
sapi khususnya pemerah terkena CTS atau disebut Carpal tunnel
syndrome. CTS biasa dikenal dengan istilah gangguan syaraf pada
tangan yang sering disebabkan oleh neuropatologi pada syaraf

11
disekitar pergelangan tangan. Hal ini menyebabkan tangan
pemerah akan selalu bergetar dan sering merasakan kram pada area
pergelangan tangan (Ibrahim et al., 2012 dan Thomson, 2017).

Penyebab lain selain cara pemerahan yang salah CTS juga


disebabkan karena durasi atau lamanya bekerja, pada penelitian
yang dilakukan di negara maju yang ada sebanyak 76 dari 109
pastisipan yang ada mereka mengeluhkan bahwa mulai merasakan
nyeri pada pergelangan tangan yang merupakan tanda awal
terjadinya CTS (Rosecrance et al., 2013) namun semenjak mereka
menyadari bahwa itu merupakan tanda awal mereka merubah pola
kerja dan mulai memakai alat untuk memerah sapi ataupun domba
betina.

Saran yang dapat berikan kepada peternak pemerah sapi atau


domba ialah pada saat memerah harus memperhatikan teknik dan
durasi untuk bekerja. CTS dapat dicegah dan dapat pula diobati
dengan cara bedah medis atau bedah bedah syaraf (Ibrahim et al.,
2012).

3.2 Dampak terkait Alat pelindung diri

Gambar 3.3 penggunaan APD

12
APD digunakan oleh petani saat melakukan pencampuran dan
penyemprotan pestisida. APD dapat dibagi menjadi lima jenis. APD
jenis pakaian pelindung yang meliputi celana panjang dan baju lengan
panjang, dapat juga menggunakan jas hujan dari plastik serta celemek
sebagai tambahan yang terbuat dari plastik atau kulit. APD jenis
penutup kepala yang meliputi topi lebar yang berbahan kedap cairan
atau helm kepala yang terbuat dari bahan keras serta kacamata
sehingga dapat melindungi dari partikel-partikel pestisida. APD
masker yang dapat melindungi pernafasan. APD sarung tangan yang
terbuat dari bahan tidak tembus air dan APD sepatu boot yang terbuat
dari kulit, karet sintetik atau plastik (As’ady, 2019).

Pekerja baik di bidang petanian, perkebunan, peternakan, perikanan


maupun kehutanan umumnya mengabaikan penggunaan APD. Hal
tersebut disebabkan karena para pekerja beranggapan bahwa dengan
tidak memakai APD akan baik-baik saja. Petani yang tidak
menggunakan APD saat melakukan pencampuran atau penyemprotan
pestisida yang akan digunakan untuk membunuh hama pada lahannya
akan berdampak pada kesehatan. Keluhan tersebut dapat berupa sakit
kepala, kelelahan, gatal-gatal dan mual (As’ady, 2019).

Penggunaan APD pada pekerja baik dibidang pertanian maupun yang


lainnya biasanya mereka hanya menggunakan penutup hidung yang
terbuat dari kain, baju lengan panjang, menggunakan sepatu boat,
sarung tangan yang terbuat dari kain, dan topi pada saat melakukan
penyemprotan. Akan tetapi masih banyak pekerja yang hanya
menggunakan penutup kepala saja saat akan bekerja terutama ingin
melakukan penyemprotan pestisida sehingga akan memberikan
dampak negatif terutama bagi kesehatan yang diakibatkan oleh adanya
efek dari penyemprotan pestisida. Keracunan yang diakibatkan oleh
penggunaan pestisida yang tidak tepat akan memberikan gejala yang
berbeda-beda bagi pekerja, namun bisa juga memiliki keluhan

13
kesehatan yang sama. Perilaku penggunaan pestisida yaitu
pencampuran dan penyemprotan yang tidak tepat akan berisiko
terjadinya keracunan pestisida. APD merupakan kewajiban yang harus
digunakan petani saat sedang melakukan pencampuran maupun
penyemprotan pestisida agar terhindar dari bahaya yang dapat
ditimbulkan oleh pestisida (As’ady, 2019).

Ada beberapa hal yang menjadikan APD bisa berdampak negatif bagi
kesehatan seperti berkurangnya produktivitas kerja akibat penyakit
atau kecelakaan yang dapat dialami oleh pekerja karena tidak
menggunakan alat pelindung diri (APD) . oleh sebab itu alat pelindung
diri yang akan digunakan di tempat kerja harus memiliki persyaratan
yang sesuai diantaranya berat alat pelindung diri (APD) hendaknya
seringan mungkin dan alat yang akan digunakan dapat menimbulkan
rasa nyaman terutama bagi pemakainya, alat harus dapat dipakai secara
fleksibel, bahan alat pelindung diri (APD) harus tahan untuk
pemakaian dalam waktu lama, dan alat pelindung diri (APD) tidak
menimbulkan bahaya bagi penggunanya.

Pada penelitian terkait hazard atau gambaran bahaya yang mungkin


saja terjadi pada petani yang ada di indonesia tergambar dengan jelas
apa saja bahaya atau dampak-dampak yang mungkin muncul akibat
resiko pekerjaan, alat pelindung diri (APD) memiliki desain
sedemikian rupa untuk membantu pekerja terhindari dari bahaya yang
kemungkinan akan terjadi. Alat pelindung diri terdiri dari bermacam-
macam jenis dan memiliki fungsi masing-masing. Berikut ialah
manfaat yang ditawarkan apabila petani menggunakan alat pelindung
diri untuk bekerja :
Tabel 3.1 Manfaat penggunaan alat pelindung diri
No. Alat pelindung diri Manfaat
1. Topi Capil 1. Melindungi kepala dari terik matahari
sehingga tidak menyebabkan kepala

14
pusing.
2. Mengurangi dehidrasi karena paparan
panas terlalu lama
3. Mengurangi dampak sinar UV yang
mengenai kepala
2. Kacamata 1. Melindungi mata dari debu-debu yang
dapat mengiritasi mata
2. Melindungi mata dari paparan sinar
UV yang terlalu lama
3. Melindungi mata dari paparan panas
yang dapat menyebabkan katarak
3. Masker 1. Melindungi hidung dan mulut dari
debu sehingga dapat meminimalisir
terjadinya infeksi saluran pernafasan
atas.
2. Mencegah masuknya butiran bahan
kimia pestisida yang dapat terhirup
oleh hidung / meminimalisir
keracunan melalui perantara udara
4. Baju dan celana 1. Mencegah terjadinya kerusakan kulit,
lengan panjang kanker kulit karena paparan sinar UV
yang terlalu lama
2. Mencegah terjadinya keracunan yang
disebabkan terpaparnya kulit karena
pestisida
3. Melindungi kulit dari sengatan hama
yang dapat menimbulkan gatal-gatal
pada kulit
5. Sepatu bots 1. Mencegah masuknya cacing tanah
yang dapat menyebabkan masalah
kesehatan, contohnya cacingan,
Ascaris, Cacing tambang.

15
2. Mencegah terjadinya cidera atau
perlukaan karena terkena benda
tajam, contohnya pecahan kaca

16
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Masyarakat Indonesia sebagian besar masih bergantung pada
sektor pertanian yang merupakan sektor paling penting untuk
meningkatkaen perekonomian masyarakat. Penyakit yamg sering dialami
adalah parasit seperti cacingan, asma, alergi kulit, kanker, keracunan
bahan kimia, keracunan makanan, gangguan otot dan tulang, gangguan
saluran pernafasan, penyakit kelenjar getah bening dan penyakit darah,
keracunan pestisida dan musculoskeletal akibat kelalaian dalam
menggunakan APD, posisi bekerja yang tidak ergonomik, paparan sinar
UV, paparan pestisida. Dalam menangani risiko munculnya penyakit telah
diterapkan Unit Kesehatan Kerja (UKK) dimana penanganan ini suatu
Perawatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang berbasis agricultural
nursing yang diselenggarakan di puskesmas.
Dalam praktiknya ketika melihat dilapangan masih banyak hal-hal
yang kurang sesuai apabila dikaitkan dengan kesehatan padahal kesehatan
padahal kesehatan merupakan hal yang menunjang keoptimalan pekerjaan.
Pengunaan APD, penentuan posisi yang ergonomis akan membantu dalam
pencegahan resiko beban kerja yang berlebih.

4.2 Saran
Petani sebaiknya lebih perhatian dalam bekerja khususnya yang
bekerja dalam sektor pertanian seperti memperhatikan posisi saat bekerja,
membaca label sebelum membeli pestisida serta membaca petunjuk
penggunaan pestisida, mengetahui faktor-faktor risiko penyebab penyakit
muskuloskeletal sehingga petani dapat melakukan pencegahan secara dini.
Dalam hal ini perawat dapat memberikan promosi atau penyuluhan terkait
K3 pada petani yang berhubungan dengan risiko penyakit keracunan
pestisida, gangguan otot dan tulang, serta penyakit muskuloskeletal. Dan
sebagai perawat hendaknya lebih mempelajari terkait hal-hal apa saja yang

17
dapat ditingkatkan dan diberikan implementasi kepada masyarakat
khususnya petani sehingga dapat meningkatkan taraf kesehatan dan juga
menjadikan acuan untuk terus belajar dan mengembangkan sebagai sarana
penelitian yang dapat dikembangkan dan membantu kemajuan bangsa
Indonesia

18
LAMPIRAN

19
20
21
22
DAFTAR PUSTAKA

As’ady, B. A., Supangat., dan L. Indreswari. Analisis Efek Penggunaan Alat


Pelindung Diri Pada Keluhan Kesehatan Petani Di Desa Pringgondani
Kecamatan Sumberjamber Kabupaten Jember. Journal of Agromedicine
and Medical Sciences. Vol 5(1): 31-38

Ferdyastari, N. Et al. 2018. Workstation Improvement dan pemberian Stretching


karyawan pemberihan injeksi menurunkan kebosanan kerja, keluhan
muskuloskeletal, dan meningkatkan produktivitas pada industri perak di
CV JPS. Ijurnal Ergonomi Indonesia. Vol. 4 (1)

Ibrahim,. Et al, 2012. Carpal tunnel syndrome : a review of the recent literature.
The open orthopaedics. Vol. 6 : 69-76.

Jalajuwita, R. N., I. Paskarini. 2015. Hubungan posisi kerja dengan keluhan


muskuloskeletal pada unit pengelasan PT.X Bekasi. The Indonesian
Journal of Occupational Safety and Health. 4(1) : 33-42

Malonda, C. E., P. A. T. Kawatu, D. V. Doda. Gambaran posisi kerja dan keluhan


gangguan muculoskeletal pada petani padi di desa kiawa 1 barat
kecamatan kawangkoan utara. Jurnal Ilmiah Farmasi. 5 (4) : 267-272.

Ramli, S. 2010. Manajemen resiko dalam perspektif K3.Jakarta : PT. Dian


Pustaka.

Rosecrance,. Et al, 2013. Carpal tunnel syndrome among ewe diary farmers in
sardinia, italy. American journal of indistrial medicine. Vol. 56 : 889-
896.

23
Rinaldi, E., W. Utomo., dan F. A. Nauli. 2015. Hubungan Posisi Kerja Pada
Pekerja Berat Dengan Kejadian Low Back Pain. JOM. Vol 2(2): 1086-
1093

Sholihah. Q. et al, 2016. Ergonomics Awareness as Efforts to Increase


Knowledge and Prevention of Musculoskeletal Disorders on Fishermen.
South Kalimantan Indonesia : Elsevier

Susanto, T., Et al, 2016. Model Kesehatan Keselamatan Kerja Berbasis


Agricultural Nursing : Studi Analisis Masalah Kesehatan Petani. Jurnal
Ners. Vol. 11:45-50.

Thomson, J Grant. 2017. Diagnosis and treatment for tunnel carpal syndrome.
Thalent/neurology. Vol. 16

Utami, U., S. R. Karimuna, N. Jufri. 2017. Hubungan Lama Kerja, Sikap Kerja
Dan Beban Kerja Dengan Muskuloskeletal Disorders (Msds) Pada Petani
Padi Di Desa Ahuhu Kecamatan Meluhu Kabupaten Konawe Tahun 2017.
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Masyarakat. 2 (6) : 1-10

Wibowo,. Et al, 2016. Farmers' Insties, Discomforts and Their Uses in


Agricultural Design Hand Tools: Case Study from East Java, Indonesia.
Jember : Agriculture and Agriculture Sciences Procedia Vol (9).

Wismaningsih. R. E dan Oktaviasari. I. D, 2015. Faktor yang Berhubungan


dengan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada Petani Penyemprot
di Kecamatan Ngantiru, Kabupaten Tulungagung. Kediri : Jurnal Wiyata
Vol (2) No 2

24

Anda mungkin juga menyukai