Anda di halaman 1dari 11

welcome to my blog (^_^)

Sabtu, 09 Januari 2016


PERKEMBANGAN MASA DEWASA DAN TUA

PERKEMBANGAN MASA DEWASA DAN TUA

MAKALAH

Disusun Guna Memenuhi Tugas


Mata Kuliah : Psikologi Perkembangan
Dosen Pengampu : Farida Ulyani, M.Pd

Disusun oleh :
1. Siti Fauzul Muna (1310110042)
2. Zulfa Rahmawati (1310110057)
3. Zaky Wildani (1310110073)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
JURUSAN TARBIYAH/ PAI
TAHUN 2015
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk istimewa yang diciptakan Tuhan karena memiliki akal budi.
Melalui akal budi manusia dapat hidup sesuai dengan apa yang ada tempat dimana dia
hidup. Perkembangan yang dialami manusia menjadikan dia lebih matang dalam
menjalani kehidupan ini. manusia adalah makhluk sosial yang eksploratif dan potensial.
Manusia dikatakan makhluk yang eksploratif karena manusia memiliki kemampuan
untuk mengembangkan diri baik secara fisik maupun psikis. Manusia sebagai makhluk
potensial karena pada diri manusia tersimpan sejumlah kemampuan bawaan yang dapat
dikembangkan secara nyata. Selanjutnya manusia disebut sebagai makhluk yang
memiliki prinsip tanpa daya karena untuk tumbuh dan berkembang secara normal
memerlukan bantuan dari luar dirinya.
Sebagai akhir dari masa remaja adalah masa dewasa, atau biasa disebut dengan masa
adolesen. Ketika manusia mnginjak masa dewasanya sudah terlihat adanya kematangan
dalam dirinya. Kematangan jiwa tersebut menggambarkan bahwa manusia tersebut
sudah menyadari makna hidupya. Sebagai akhir dari masa dewasa ini manusia akan
menginjak masa tua atau masa lansia, dimana masa tua itu adalah periode penutup
dalam rentang hidup seseorang, yaitu suatu periode dimana seseorang telah “beranjak
jauh” dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan, atau beranjak dari waktu yang
penuh dengan manfaat.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pembagian masa dewasa?
2. Bagaimana karakteristik masa dewasa?
3. Bagaimana perkembangan masa dewasa dan tua?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pembagian Masa Dewasa
Menurut Hurlock bahwa pembagian masa dewasa terdiri dari tiga tahapan:
1. Masa Dewasa Dini
Masa dewasa dini dimulai pada umur 18 tahun sampai kira-kira umur 40 tahun, saat
perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang menyertai berkurangngya kemampuan
reproduktif.
2. Masa Dewasa Madya
Masa dewasa madya dimulai pada umur 40 tahun sampai pada umur 60 tahun, yakni
saat menurunya kemampuan fisik dan psikologis yang jelas nampak pada setiap orang.
3. Masa Dewasa Lanjut (Usia Lanjut)
Masa dewasa lanjut atau usia lanjut dimulai pada umur 60 tahun sampai kematian. Pada
waktu ini baik kemampuan fisik maupun psikologis cepat menurun, tetapi teknik
pengobatan modern, serta upaya dalam hal berpakaian dan dandanan, memungkinkan
pria dan wanita berpenampilan, bertindak, dan berperasaan seperti kala mereka masih
muda.
Dari tahapan usia yang dikemukakan oleh Hurlock di atas, terlihat bahwa seseorang
dikatakan telah dewasa adalah ketika usianya sudah mencapai 18 tahun. Pada usia itu,
mereka mulai dihadapkan pada tugas perkembangan yang harus dijalaninya, antara
lain: (1) mulai bekerja, (2) memilih pasangan, (3) mulai membina keluarga, (4)
mengasuh anak, (5) mengelola rumah tangga, (6) mengambil tanggung jawab sebagai
warganegara, (7) mencari kelompok sosial yang menyenangkan. Tugas perkembangan
diatas mengindikasikan adanya tanggung jawab yang besar dan mengacu pada aturan
dan hukum yang berlaku atau disepakati bersama. Tugas perkembangan itu memiliki
dampak secara langsung pada orang lain, sehingga tidak dijalankan dengan baik dapat
merugikan orang lain, selain diri sendiri. [1]

B. Karakteristik Masa Dewasa


Masa dewasa adalah masa awal seseorang dalam menyesuaikan diri terhadap pola-pola
kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru. Pada masa ini, seseorang dituntut
untuk memulai kehidupannya memerankan peran ganda seperti peran sebagai suami
atau istri dan peran dalam dunia kerja (berkarier).
Masa dewasa dikatakan sebagai masa sulit bagi individu karena pada masa ini
seseorang dituntut untuk melepaskan ketergantungannya terhadap orang tua dan
berusaha untuk dapat mandiri.
Karakter masa dewasa dini yaitu:
1. Masa Pengaturan
Pada masa ini, seseorang akan “mencoba-coba” sebelum ia menentukan makna yang
sesuai, cocok, dan memberi kepuasan permanen. Ketika ia telah menemukan pola hidup
yang diyakini dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, ia akan mengembangkan pola-
pola perilaku, sikap, dan nilai-nilai yang cenderung akan menjadi kekhasannya selama
sisa hidupnya.
2. Masa Usia Produktif
Dinamakan sebagai masa produktif karena pada rentang usia ini merupakan masa-masa
yang cocok untuk menentukan pasangan hidup, menikah, dan berproduksi atau
menghasilkan anak.
3. Masa Bermasalah
Masa dewasa dikatakan sebagai masa yang sulit dan bermasalah. Hal ini dikarenakan
seseorang harus mengadakan penyesuaian dengan peran barunya (perkawinan vs
pekerjaan). Jika ia tidak dapat mengatasinya maka akan menimbulkan masalah.

4. Masa Ketegangan Emosional


Ketika seseorang berumur 20-an (sebelum 30-an), kondisi emosionalna tidak
terkendali. Ia cenderung labil, resah, dan mudah memberontak. Pada masa ini juga
emosi seseorang sangat bergelora dan mudah tegang. Ia juga khawatir dengan status
dalam pekerjaan yang belum tinggi dan posisinya yang baru sebagai orang tua. Namun
ketika telah berumur 30-an, seseorang akan cenderung stabil dan tenang dalam emosi.
5. Masa Keterasingan Sosial
Masa dewana dini adalah masa dimana seseorang mengalami krisis isolasi, ia terisolasi
dari kelompok sosial. Kegiatan sosial dibatasi karena berbagai tekanan pekerjaan dan
keluarga. Hubungan dengan teman-teman sebaya juga menjadi renggang. Keterasingan
diintensifkan dengan adanya semangat bersaing dan hasrat untuk maju dalam berkarier.
6. Masa Komitmen
Pada masa ini juga setiap individu mulai sadar akan pentingnya sebuah komitmen. Ia
mulai membentuk pola hidup, tanggung jawab, dan komitmen baru.
7. Masa Ketergantungan
Pada masa awal dewasa dini sampai akhir usia 20-an, seseorang masih punya
ketergantungan pada orang tua atau organisasi yang mengikatnya.
8. Masa Perubahan Nilai
Nilai yang dimiliki seseorang ketika ia berada pada masa dewasa dini berubah karena
pengalaman dan hubungan sosialnya semakin meluas. Nili-nilai yang berubah ini dapat
meningkatkan kesadaran positif. Pada masa ini juga seseorang akan lebih menerima
atau berpedoman pada nilai konvensional dalam hal keyakinan. Egosentrisme akan
berubah menjadi sosial ketika ia telah menikah.
9. Masa Penyesuaian Diri dengan Hidup Baru
Ketika seseorang telah mencapai masa dewasa, berarti ia harus lebih bertanggung jawab
karena pada masa ini ia sudah mempunyai peran ganda yaitu peran sebagi orang tua
dan pekerja.
10. Masa Kreatif
Dinamakan sebagi masa kreatif karena pada masa ini seseorang bebas untuk berbuat
apa yang diinginkan. Namun kreatifitas tergantung pada minat, potensi, dan
kesempatan.[2]
Sedangkan karakter masa dewasa madya diantaranya:
1. Usia Madya Merupakan Periode yang Sangat Ditakuti
Ciri pertama dari usia madya ialah masa tersebut merupakan periode yang sangat
menakutkan. Diakui bahwa semakin mendekati usia tua, periode usia madya semakin
terasa lebih menakutkan dilihat dari seluruh kehidupan manusia. Oleh karena itu, orang-
orang dewasa tidak akan mau mengakui bahwa mereka telah mencapai usia ini, sampai
kalender dan cermin memaksa mereka untuk mengakui hal ini.
2. Usia Madya Merupakan Masa Transisi
Seperti halnya masa puber, yang merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak ke
masa remaja kemudian dewasa. Demikian pula usia madya merupakan masa dimana
pria dan wanita meninggalkan ciri-ciri jasmani dan perilaku masa dewasanya dan
memasuki masa suatu periode dalam kehidupan yang akan diliputi oleh ciri-ciri jasmani
dan perilaku baru.
3. Usia Madya Merupakan Masa Stres
Ciri ketiga dari usia madya ialah usia masa stres. Penyesuaian secara radikal terhadap
peran dan pola hidup yang berubah, khususnya bila disertai dengan berbagai perubahan
fisik, selalu cenderung merusak homeostatis fisik dan psikologis seseorang dan
membawa ke masa stres, suatu masa bila sejumlah penyesuaian yang pokok harus
dilakukan di rumah, bisnis, dan aspek sosial kehidupan mereka.
4. Usia Madya Merupakan “ Usia yang Berbahaya”
Ciri keempat bahwa umumnya usia ini dianggap atau dipandang sebagai usia yang
berbahaya dalam rentang kehidupan. Cara biasa menginterpretasi “usia berbahaya” ini
berasal dari kalangan pria yang ingin melakukan pelampiasan untuk kekerasan yang
berakhir sebelum memasuki usia lanjut. Terhadap apa saja di sekelilingnya,
kelihatannya bahwa orang yang berusia madya berusaha mencari percontohan kegiatan
dan pengalaman baru. Periode ini dapat di dramatisasi dengan lolosnya episodik ke
dalam hubngan ekstramarital, atau dengan bentuk alkoholisme. Bagi beberapa orang
krisis usia madya dapat berakhir dengan kesusahan yang permanen dan semakn
permanen dan semakin pendeknya usia mereka.
5. Usia madya Merupakan “Usia Canggung”
Ciri kelima dari usia madya dikenal dengan istilah “usia serba canggung”. Sama seperti
remaja, bukan anak-anak dan bukan juga dewasa, demikian juga pria dan wanita berusia
madya bukan “muda” lagi tetapi bukan juga tua. Orang yang berusia madya seolah-olah
berdiri diantara generasi pemberontak yang lebih muda dan generasi warga senior.
Mereka secara terus-menerus menjadi sorotan dan menderita karena hal-hal yang tidak
menyenangkan dan memalukan yang disebabkan oleh kedua generasi terseebut.
6. Usia Madya Merupakan Masa Berprestasi
Ciri keenam merupakan masa berprestasi. Menurut Erikson, usia madya merupakan
masa krisis dimana baik “generasivitas”-kecenderungan untuk menghasilkan-maupun
stagnasi-kecenderungan untuk tetap berhenti-akan dominan. Menurutnya selama usia
madya, orang akan menjadi lebih sukses atau sebaliknya mereka akan berhenti dan
tidak mengerjakan sesuatu apapun lagi. Apalagi usia madya mempunyai kemauan kuat
untuk berhasil dan menunggu dari masa-masa persiapan dan kerja keras yang dilakukan
sebelumnya.
7. Usia Madya Merupakan Masa Evaluasi
Ciri ketujuh dari usia madya ialah usia ini merupakan masa evaluasi diri. Karena usia
madya pada umumnya merupakan saat pria dan wanita mencapai puncak prestasinya,
maka logislah apabila masa ini juga merupakan saat mengevaluasi prestasi ini
berdasarkan aspirasi mereka semula dan harapan-harapan orang lain, khususnya
anggota keluarga dan teman. Acher, menyatakan: “Pada usia 20 kita akan mengikat diri
pada pekerjaan atau perkawinan. Selama akhir 30-an dan awal 40-an adalah umum bagi
pria untuk melihat kembali keterikatan-keterikatan masa awal ini.
8. Usia Madya Dievaluasi dengan Standar Ganda
Ciri kedelapan dari usia madya ialah masa ini dievaluasi dengan standar ganda, satu
standar bagi pria dan satu lagi bagi wanita. Walaupun perkembangannya cenderung
mengarah ke persamaan peran antara pria dan wanita, baik di rumah, perusahaan,
perindustrian. profesi, maupun kehidupan sosial, namun masih terdapat standar ganda
dalam usia. Meskipun standar ganda ini banyak mempengaruhi banyak aspek terhadap
kehidupan pria dan wanita usia madya, tetapi ada dua aspek khusus yang perlu
diperhatikan.
9. Usia Madya Merupakan masa Sepi
Ciri kesembilan dari usia mada ialah masa sepi (emptynest), masa ketika anak-anak
tidak lagi tinggal bersama orang tua. Kecuali dalam beberapa kasus dimana pria dan
wanita menikah lebih lambat dibandingkan dengan usia rata-rata, atau menunda
kelahiran anak hingga mereka lebih mapan dalam karier, atau mempunyai keluarga
besar sepanjang masa, usia madya merupakan masa sepi dalam kehidupan perkawinan.
10. Usia madya Merupakan Masa Jenuh
Ciri ke-10 ini merupakan masa yang penuh dengan kejenuhan pada akhir usia 30-an
atau 40-an. Para pria menjadi jenuh dengan kegiatan rutin sehari-hari dan kehidupan
bersama keluarga yang hanya memberikan sedikit hiburan. Wanita, yang
menghabiskan waktunya untuk memelihara rumah dan membesarkan anak-anaknya,
bertanya-tanya apa yang akan mereka lakukan pada usia setelah 20 atau 30 tahun
kemudian. Wanita, yang tidak menikah yang mengabdikan hidupnya untuk bekerja atau
karier, menjadi bosan dengan alasan yang sama bagi pria. [3]

C. Perkembangan Masa Dewasa dan Tua


1. Perkembangan Fisik
a. Kesehatan Badan
Bagi kebanyakan orang, awal masa dewasa ditandai dengan memuncaknya kemampuan
dan kesehatan fisik. Mulai dari sekitar usia 18 hingga 25 tahun, individu memiliki
kekuatan yang terbesar, gerak-gerak reflek mereka sangat cepat. Lebih dari itu
kemampuan reproduktif mereka berada di tingkat yang paling tinggi. Meskipun pada
awal masa dewasa kondisi kesehatan fisik mencapai puncaknya, namun selama periode
ini penurunan keadaan fisik juga terjadi. Sejak usia sekitar 25 tahun, perubahan-
perubahan fisik mulai terlihat. Perubahan-perubahan ini sebagian besar lebih bersifat
kuantitatif daripada kualitatif. Secara berangsung-angsur, kekuatan fisik mengalami
kemunduran, sehingga lebih mudah terserang penyakit. Akan tetapi, bagaimanapun
juga seseorang masih tetap cukup mampu untuk melakukan aktivitas normal. Bahkan
bagi orang-orang yang selalu menjaga kesehatan dan melakukan olah raga secara rutin
masih terlihat bugar.
Pada masa tua, sejumlah perubahan fisik semakin terlihat sebagai akibat dari proses
penuaan. Diantara perubahan-perubahan fisik yang paling kentara pada masa tua ini
terlihat pada perubahan seperti rambut menjadi jarang dan beruban, kulit mongering
dan mengerut, gigi hilang dan gusi menyusut, tulang belakang menjadi bungkuk.
Kekuatan dan ketangkasan fisik berkurang, tulang-tulang menjadi rapuh, mudah patah
dan lambat untuk diperbaiki kembali. Sistem kekebalan tubuh melemah, sehingga
orang tua rentan terhadap berbagai penyakit, seperti kanker dan radang paru-paru.
b. Perkembangan Sensori
Pada awal masa dewasa, penuruna fungsi penglihatan dan pendengaran mungkin
belum begitu terlihat. Akan tetapi, pada masa dewasa tengah perubahan-perubahan
dalam penglihatan dan pendengaran merupakan dua perubahan fisk yang paling
menonjol.pada usia antara 40 dan 59 tahun, daya akomodasi mata mengalami
penurunan paling tajam. Karena itu, banyak orang pada usia setengah baya mengalami
kesulitan dalam melihat objek-objek yang dekat. Sementara itu, pendengaran juga
menalami penurunan pada usia sekitar 40 tahun. Penurunan dalam hal pndengaran ini
lebih terlihat pada sensitifitas terhadap nada tinggi.
Selanjutnya pada masa dewasa akhir, perubahan-perubahan sensori fisik
melibatkan indra penglihatan, indra pendengaran, indra perasa, indra pencium, dan
indra peraba. Perubahan dalam indra penglihatan pada masa dewasa akhir. Misalnya
tampak pada berkurangnya ketajaman penglihatan dan melambatnya adaptasi terhadap
perubahan cahaya. Sementara itu, juga terlihat dalam kepekaan terhadap rasa dan bau.
Dalam hal ini, kepekaan terhadap rasa pahit dan masam bertahan lebih lama
dibandingkan kepekaan terhadap rasa manis dan juga asin.
c. Perkembangan Otak
Mulai masa dewasa awal, sel-sel otak juga berangsur-angsur berkurang. Tetapi,
perkembangbiakan koneksi neural, khususnya bagi orang-orang yang tetap aktif
membantu mengganti sel-sel yang hilang. Hal ini membantu menjelaskan pendapat
umum bahwa orang dewasa yang tetap aktif, baik secara fisik, seksual, maupun secara
mental, menyimpan lebih banyak kapasitas mereka untuk melakukan aktifitas-aktifitas
demikian pada tahun-tahun selanjutnya.
Pada usia tua, sejumlah neuron, unit-unit sel dasar dari sistem syaraf menghilang.
Menurut hasil sejumlah penelitian, kehilangan neuron itu diperkirakan mencapai 50%
selama tahun-tahun masa dewasa. Menurut Santrock, diperkirakan bahwa 5 hingga
10% dari neuron kita berhenti tumbuh sampai kita mencapai usia 70 tahun. Setelah itu,
hilangnya neuron akan semakin cepat. [4]

2. Perkembangan Kognitif
a. Perkembangan Pemikiran Postformal
Sesuai dengan tahap perkembangan kognitif Piaget, pemikiran remaja berada pada
tahap operasional formal (kemampuan berfikir secara abstrak dan hipotesis). Tipe
pemikiran ini dimulai sekitar usia 11 tahun, tetapi tidak berkembang secara penuh
sampai berakhirnya masa remaja. Karena itu, Piaget percaya bahwa seorang remaja dan
seorang dewasa memiliki cara berpikir yang sama. Akan tetapi, para pengkritik Piaget
menunjukkan bahwa kesimpulan Piaget tersebut tidak dapat diterapkan pada
kebudayaan-kebudayaan lain. Bahkan sejumlah ahli perkembangan percaya bahwa
baru pada masa dewasalah individu menata pemikiran operasional formal mereka.
b. Perkembangan Memori
Salah satu karakteristik yang paling sering dihubungkan dengan orang dewasa dan usia
tua adalah penurunan dalam daya ingat. Ketika orang tua memperlihatkan kemunduran
memori, kemunduran tersebut pun cenderung sebatas pada keterbatasan tipe-tipe
memori tertentu. Misalnya kemunduran cenderung terjadi pada keterbatasan memori
episodik ( memori yang berhubungan dengan pengalaman tertentu di sekitar kehidupan
kita).
Kemerosotan dalam memori episodik, sering menimbulksn perubahan-perubahan
dalam kehidupan orang tua. Misalnya, seseorang yang memasuki masa pensiun, yang
mungkin tidak lagi menghadapi bermacam-macam tantangan penyesuaian intelektual
sehubungan dengan pekerjaan dan mungkin lebih sedikit menggunakan memori atau
bahkan kurang termotivasi untuk mengingat berbagai hal, jelas akan mngalami
kemunduran dalam memorinya.
c. Perkembangan Intelegensi
Mitos yang bertahan hingga sekarang adalah bahwa menjadi tua berarti mengalami
kemunduran intelektual. Mitos ini diperkuat oleh sejumlah peneliti awal yang
berpendapat bahwa seiring dengan proses penuaan selama masa dewasa terjadi
kemunduran dalam intelegensi umum.
3. Perkembangan Psikososial
a. Perkembangan Keintiman
Menurut Erikson, pembentukan hubungan intim ini merupakan tantangan utama yang
dihadapi oleh orang yang memasuki masa dewasa. Pada masa dewasa awal ini, orang-
orang telah siap dan ingin menyatukan identitasnya dengan orang lain. Mereka
mendambakan hubungan-hubungan yang intim-akrab, dilandasi rasa persaudaraan,
serta siap mengembangkan daya-daya yang dibutuhkan untuk memenuhi komitmen-
komitmen ini sekalipun mereka mungkin harus berkorban untuk itu.
b. Perkembangan Generativitas
Ciri utama tahap generativitas adalah perhatian terhadap apa yang dihasilkan
(keturunan, produk-produk, ide-ide, dan sebagainya), serta pembentukan dan penetapan
garis-garis pedoman untuk generasi mendatang. Apabila generativitas lemah, atau tidak
diungkapkan, maka kepribadian akan mundur, mengalami kemiskinan dan staknasi.
c. Perkembangan Integritas
Integritas paling tepat dilukiskan sebagai suatu keadaan yang dicapai seseorang setelah
memelihara benda, orang-orang, produk-produk dan ide-ide, serta setelah berhasil
melakukan penyesuaian diri dengan berbagai keberhasilan dan kegagalan dalam
kehidupannya.[5] Orang yang mencapai integritas adalah mereka yang dengan salah
satu cara telah mengasuh generasi muda, yang tetap tegar menghadapi keberhasilan
maupun kegagalan yang dialami sebagai orang tua, begitu juga mereka yang telah
menghasilkan sesuatu dan memperjuangkan idenya.[6]

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Menurut Hurlock bahwa pembagian masa dewasa terdiri dari tiga tahapan:
1) Masa Dewasa Dini
2) Masa Dewasa Madya
3) Masa Dewasa Lanjut (Usia Lanjut)
2. Karakter masa dewasa dini yaitu masa pengaturan, masa usia produktif, masa
bermasalah, masa ketegangan emosional, masa keterasingan sosial, masa komitmen,
masa ketergantungan, masa perubahan nilai, masa penyesuaian diri dengan hidup baru,
dan masa kreatif.
Sedangkan karakter masa dewasa madya yaitu usia madya merupakan periode yang
sangat ditakuti, masa transisi, masa stres, usia yang berbahaya, usia canggung, masa
berprestasi, masa evaluasi, evaluasi dengan standar ganda, masa sepi, dan masa jenuh.
3. Perkembangan masa dewasa dan tua meliputi perkembangan fisik, perkembangan
kognitif, dan perkembangan psikososial.

B. Saran
Demikian makalah yang dapat kami susun, kami menyadari banyak kekurangan yang
terdapat pada makalah ini, maka kritik dan saran yang membangun sangat kami
harapkan. Makalah ini dapat digunakan sebagaimana mestinya lebih-lebih dapat
dijadikan sebagai acuan untuk kesempurnaan makalah selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Desmita, Psikologi Perkembangan, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2015


F.J Monks dan A.M.P Knoers, Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam berbagai
bagiannya, Gajah Mada University Press, Yogyakarta, 2004
Muzdalifah M Rahman, Psikologi Perkembangan,Nora Media Enterprise, Kudus, 2011
Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2012

[1] Muzdalifah M Rahman, Psikologi Perkembangan,Nora Media Enterprise, Kudus,


2011, hlm. 109-110.
[2] Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan, Kencana Prenada Media Group, Jakarta,
2012, hlm. 246-249.
[3]Ibid, hlm. 254-262
[4] Desmita, Psikologi Perkembangan, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2015, hlm.
234-237
[5] Ibid., hlm. 283-253
[6] F.J Monks dan A.M.P Knoers, Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam berbagai
bagiannya, Gajah Mada University Press, Yogyakarta, 2004, hlm. 327
Unknown di 20.42
Berbagi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar


Beranda
Lihat versi web
Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai