I. Tujuan Percobaan
1.1 Memiliki keterampilan dalam menentukan kadar glukosa dalam sampel
1.2 Memahami metode penentuan kadar glukosa
1.3 Memahami peranan pemeriksaan kadar glukosa dalam menegakan
diagnosis kondisi patologis
II. Teori Dasar
Insulin tidak diperlukan untuk terjadinya salah satu diantara ketiga proses ini.
Setelah glukosa masuk ke dalam darah, insulin diperlukan untuk memungkinkan
glukosa meninggalkan darah dan masuk ke dalam jaringan. Pada orang non – diabetik,
glukosa yang meninggalkan aliran darah digunakan lewat dua cara , yaitu :
Dalam ilmu kedokteran, gula darah adalah istilah yang mengacu kadar glukosa
di dalam darah. Kadar glukosa darah diatur dengan ketat di dalam tubuh. Glukosa
dialirkan melalui darah adalah sumber utama energi untuk sel – sel tubuh. Umumnya
kadar glukosa darah berada pada kadar 70 – 110 mg/dl .Metabolisme glukosa yang
tidak normal dapat menyebabkan hiperglikemia (bila kadar gula darah berada pada
kadar tinggi (> 110 mg/dl)) dan hipoglikemia (bila kadar glukosa darah terlalu rendah
(< 70 mg/dl )) (Price, 2006 ).
a. Metode kimia. Prinsip pemeriksaan ini, yaitu proses kondensasi glukosa dengan
akromatik amin dan asam glasial pada suasana panas, sehingga terbentuk senyawa
berwarna hijau kemudian diukur dengan fotometri (Murray, 2003).
b. Metode enzimatik.
- Metode Glukosa Oksidase
Prinsip pemeriksaan ini adalah enzim glukosa oksidasi mengkatalisis reaksi
oksidasi glukosa menjadi asam glukonat dan hidrogen peroksida yang terbentuk
bereaksi dengan phenol dan 4 – amino phenazone dengan bantuan enzim
peroksidase menghasilkan quinoneimine yang berwarna merah muda dan dapat
diukur dengan fotometer pada λ = 546 nm. Glukosa + O2 glukosa oksidase O-
glukono-δ-lakton + H2O2 Penambahan enzim perokidase dan aseptor oksigen
kromogenik seperti Odianisidine. O-dianisidine (red) +H2O2 peroksidase O-
dianiside (oks) + H2O (Murray, 2003).
- Metode Hexokinase
Prinsip Heksokinase akan mengkatalis reaksi fosforilasi glukosa dengan ATP
membentuk glukosa 6-fosfat dan ADP. Enzim kedua yaitu glukosa 6-fosfat
dehidrogenase akan mengkatalis oksidasi glukosa 6-fosfat dengan
nikolinamide adnine dinueleotide phosphate (NAPP+) Glukosa + ATP
peroksidase Glukosa-6-fosfat + ADP Glukosa-6-fosfat +NAD (P) G-6-PD 6-
fosfoglukonat + NAD(P)H + H+ (Murray, 2003).
1) Insulin
Insulin dihasilkan oleh sel-sel β, mendominasi gambaran metabolik. Hormon
ini dapat menurunkan kadar glukosa darah serta mendorong penyimpanan glukosa.
Insulin meningkatkan penyerapan glukosa oleh sel menjadi glikogen. Insulin
mempermudah masuknya glukosa ke dalam sel dengan difusi terfasilitasi melalui
fenomena transporter rekuitmen. Protein pembawa glukosa dikenal sebagai glukosa
transporter. Pengangkut tersebut disekresi oleh sel sebagai respon adanya insulin
sehingga pengangkutan nutrient dari plasma ke dalam sel meningkat. Beberapa
jaringan tidak tergantung pada konsentrasi insulin dalam menyerap glukosa, yaitu
: otak, otot yang aktif, dan hati.otak memerlukan glukosa setiap saat untuk
memenuhi kebutuhan energinya sehingga mudah dimasuki glukosa setiap saat.
Tanpa alasan yang jelas, otot rangka juga tidak bergantung insulin dalam menyerap
glukosa selama beraktivitas (Price, 2006).
2) Glukagon
Merupakan hormon yang dihasilkan oleh sel-sel α pulau-pulau Langerhans
pankreas. Sekresi hormon ini dirangsang keadaan hipoglikemia. Pada saat
mencapai hati melalui vena porta, hormon glukagon menimbulkan glikogenolisis
dengan mengaktifkan enzim fosforilase. Sebagian besar glukagon endogen ¬dan
insulin dibersihkan dari sirkulasi darah oleh hati. Ber¬beda dengan epinefrin,
glukagon tidak mempunyai pengaruh pada enzim fosforilase otot. Glukagon juga
meningkatkan glukoneogenes¬is dari asam amino dan laktat. Pada semua cara kerja
ini, glukagon bekerja dengan menghasilkan cAMP. Baik glikogenolisis maupun
glukoneogenesis di hati sama-sama menimbulkan efek hiperglikemia glukagon,
yang kerjanya berlawanan dengan insulin. Sel hati dapat dilewati glukosa dengan
bebas. Oleh karena itu me¬rupakan sarana utama untuk mengatur konsentrasi
glukosa darah. Sel tersebut memiliki enzim glukokinase dengan nilai K yang tinggi,
yang secara spesifik disesuaikan dengan fungsi pengeluaran glukosa sesudah
makan. Insulin disekresikan sebagai respons langsung terhadap hiperglikemia.
Hormon ini bersifat anabolik yang bertugas mem¬bantu hati untuk menyimpan
glukosa dalam bentuk glikogen dan memfasilitasi ambilan glukosa oleh jaringan
ekstrahepatik. Insulin juga memilki efek menghambat glukogenolisi dengan
menghambat penguraian glukogen di jaringan menjadi glukosa. Insulin selanjutnya
menghambat pembentukan glukosa oleh hati dengan menghambat glukoneogenesis
(perubahan asam amino menjadi glukosa di hati) (Price, 2006).
3) Somatostatin
Somatostatin dikeluarkan oleh sel-sel δ pancreas sebagai respon langsung
terhadap peni ngkatan glukosa dan asam amino darah selama proses absorbsi
makanan. Hormone ini bertugas menghambat kecepatan pncernaan dan penyerapan
makanan sehingga tidak terjadi peningkatan nutrient yang berlebihan di dalam
plasma. Somatostatin juga memiliki efek local untuk mengurangi pengeluaran
hormon-hormon yang dihasilkan pankreas (Price, 2006).
4) Glukokortikoid
Glukokortikoid disekresikan oleh korteks adrenal dan sangat penting di dalam
metabolisme karbohidrat. Hormon ini menyebabkan peningkatan glukoneogenesis.
Hal ini terjadi akibat peningkatan katatabolisme protein di jaringan, peningkatan
ambilan asam amino hati, dan peningkatan aktivitas enzim transaminase serta
enzim lainnya yang berhubungan dengan glukoneogenesis di hati. selain itu,
glukokortikoid menghambat penggunaan glukosa di jaringan ekstrahepatik kecuali
otak. Glukokortikoid bekerja secara antagonistik terhadap insulin (Price, 2006).
5) Epineprin
Hormon ini disekresikan oleh medula adrenal akibat rangsangan yang
menimbulkan stres (ketakutan, kegembiraan, kelelahan, hipoksia, hipoglikemia,
d11.) dan menimbulkan gliko¬lisis di hati serta otot karena stimulasi enzim
fosforilase dengan menghasilkan cAMP. Akibat tidak adanya enzim glukosa-6-
fosfatase di otot, glikogenolisis terjadi dengan bentukan laktat, sedangkan di hati
glukosa merupakan produk utama yang menyebabkan peningkatan kadar glukosa
darah (Price, 2006).
6) Hormon Tiroid
Hormon tiroid juga berpengaruh terhadap glukosa darah. Terdapat bukti-bukti
eksperimental bahwa tiroksin mempunyai kerja diabetogenik dan bahwa tindakan
tiroidektomi menghambat perkembangan diabetes. Kadar glukosa puasa tampak
naik di antara pasien-pasien hipertiroid dan menurun di antara pasien-pasien
hipotiroid. Meskipun demikian, pasien hipertiroid menggunakan glukosa dengan
kecepatan yang normal atau meningkat, sedangkan pasien hipotiroid mengalami
penurunan kemampuan dalam menggunakan glukosa. Di samping itu, pasien
hipotiroid mempunyai sensitivitas terhadap insulin yang jauh lebih rendah bila
dibandingkan dengan orang-orang normal atau penderita hipertiroid (Price, 2006).
A. Aquadest
- Pemeriaan : air murni yang diperoleh dari pemurnian,tidak
berbau,tidakberasa,bening (FI V,2014:1682)
- Titik lebur : 00 C/1000C
- Pka/pkb : 8,4
- Bobot jenis : 1 g/cm3
- Ph larutan :7
- Stabilitas : Stabil dalam bentuk cair, padat
- Inkomatibilitas : Dapat bereaksi dengan zat aktif dan zat tambahan.
- Pertolongan pertama : Jika terhirup/jika tidak bernafas, beri nafas buatan.
B. Enzim GOD/DAP
- Jika terhirup : Diberi udara segar, jika sulit bernafas, beri bantuan medis.
- Tertelan : Cari bantuan medis
- Media Pemadaman : Gunakan semprotan air CO2 atau busa untuk
mendinginkan wadah.
- Stabilitas : Stabil
- pH : 6,8 pada 25°C.
C. 4-Aminoantipirin
- Inhalasi : Pindahkan korban ke udara segar.
- Kulit : Cuci dengan banyak sabun dan air
- Mata : Bilas hati-hati dengan air.
- Tertelan : Bilas mulut atau hubungi dokter.
III. Alat dan Bahan
A. Bahan B. Alat
1. Darah NaF atau serum 1. Mikropipet 10 µL, 50 µL dan 100 µL
2. Enzim ( GOD, Peroksidase) 2. Penangas 37ºC
3. Perlarut (Aquadest) 3. Pipet 0,50 mL dan 10 mL
4. Reagen warna (4 aminoanti - 4. Spektrofotometer dengan gelombang
pirin) 492 nm – 546 nm
5. Standar 5. Tabung reaksi
Enzim dilarutkan dengan pelarut sampai tercampur dengan baik (stabil selama
30 hari pada suhu 2° sampai 8℃. Tabung sebanyak 3 buah Disiapkan yang terdiri dari
tabung uji, tabung standar, dan tabung blangko. Pada tabung uji dimasukkan reagen 1
mL dan serum 10 μL. Tabung standar dimasukkan reagen 1 mL dan standar 10 μL.
Tabung blangko dimasukkan reagen 1 mL dan standar 10 μL. Ke tiga tabung di atas di
kocok sampai rata dan di sentrifuse dengan kecepatan 3000 rpm selama 10 menit.
Supernatan dari tabung tes dan standar di ambil sebanyak 100 μL. Reagen warna
ditambahkan pada semua tabung masing-masing sebanyak 1 mL dan dibiarkan pada
suhu kamar selama 10 menit. Absorbansi larutan uji dan larutan standar dibaca
terhadap larutan blangko pada panjang gelombang 505 nm (492-546).
Absorbansi B
Standar 1,349 + 0,173
= 0,761
2
Uji 1 0,814
Uji 2 0,270
Uji 3 0,303
Uji 4 0,647
Uji 5 0,280
s
Terjadi perubahan warna dari larutan berwarna bening menjadi larutan berwarna
magenta.
b. Perhitungan
0,814 𝑚𝑔 106,96𝑚𝑔
Uji 1 = 0,761 × 100 =
𝑑𝑙 𝑑𝑙
0,270
Uji 2 = 0,761 × 100 mg/dl = 35,48 𝑚𝑔⁄𝑑𝑙
0,303
Uji 3 = 0,761 × 100 mg/dl = 39,82 𝑚𝑔⁄𝑑𝑙
0,647
Uji 4 = 0,761 × 100 mg/dl = 85,02 𝑚𝑔⁄𝑑𝑙
0,280
Uji 5 = 0,761 × 100 mg/dl = 36,79 𝑚𝑔⁄𝑑𝑙
106,96 +35,48 +39,82 +85,02 +36,79
X = = 60,81 𝑚𝑔⁄𝑑𝑙𝑠
5
√∑( X−Xn )
Standar Deviasi = n−1
= 33,07
SD
RSD = × 100 %
X
33,07
= 60,81 × 100 % = 54,38%
VI. Pembahasan
VII. Kesimpulan
Kadar glukosa yang didapat yaitu sebesar 60,81 𝑚𝑔⁄𝑑𝑙 . Kadar tersebut
kurang dari nilai normal glukosa sehingga pasoen tersebut positif erkena
hipoglikemia. Selain itu nilai RSD yang diperoleh leb dari 2% yaitu 54,38%,
sehingga SD tidak mmemenuhi syarat. Nilai yang diperoleh tidak valid serta
meyode yang digunakan yaitu metode enzimatik.
Beck, Mary.E. (2011). Ilmu Gizi dan Diet, Hubungannya dengan Penyakit –
Penyakit Perawatan dan Dokter. Yogyakarta : Andi Yogyakarta
Murrey, Robert K, at all. (2003). Glikolisis dan Oksidasi piruvat. Dalam : Biokimia
Harper edisi 25. Jakarta: EGC. 200-4.
Poedjiadi, Anna. (1994). Metabolisme Karbohidrat. Dalam: Dasar – dasar Biokim.
Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press). 259-62.