Pada abad 18 Teori Pembagian Kerja Internasional berlaku. Teori ini membagi negara-
negara di dunia menjadi dua bagian besar. Satu bagian merupakan negara industri maju dan
bagian yang lain negara-negara dengan tingkat industri yang masih belum berkembang. Faktor
internasional pada butir kedua, tidak secara lanmgsung mempengaruhi pembangunan industri
di negara sedang berkembang, tetapi perannya tidak di abaikan. Pengaruh factor internasional
terhadap pembangunan industri suatu negara sebagai berikut :
1) Tingkat seluruh aktivitas ekonomi, yang berkaityan dengan dunia internasional turut
mempengaruhi tingkat pertumbuhan industri di negara sedang berkembang.
Pertumbuhan ekspor hasil industri dipengaruhi oleh pertumbuhan perdangan dunia.
2) Keberadaan modal untuk investasi, baik berupa investasi langsung maupun pinjaman.
3) Pengaruh perubahan teknologi, akan berpengaruh terhadap keampuan kompetisi suatu
negara.
4) Perubahan organisasi pada perusahaan industri manufaktur, baik perluasan usaha dan
peningkatan kapasitas produksi. Misalnya : menerapkan manajemen gaya jepang “just
in time” dalam pengadaan suku cadang yang di dukung oleh pengendalian stok dengan
computer akan memberikan keunggulan relative pada perusahaan tersebut.
Pertumbuhan Perdagangan Dunia dan Industri
Setelah perang dunia ke II, muncul lah system Bretton Woods, dengan system tersebut
dollar Amerika Serikat memegang peranan penting sebagai mata uang utama dunia dan IMF
menjadi lembaga yang mengatur system keuangan internasional. Tujuan dari system tersebut
adalah untuk menghindari ketidakstabilan moneter internasional yang tgelah menimbulkan
banyak masalah dalam perdagangan dunia saat itu.
Tujuan dari pertemuan-pertemuan GATT (Genaral Agreement on Tariff dan Trade) di
Jenewa, Swiss adalah untuk meribelarisasikan system pedanganagn dunia lewat penurunan
tarif namun yang menjadi persoalan adalah keberadaan GATT cenderung menguntungkan
produk-produk industri dari negara maju saja sedangkan produsk industrfi dari negara
berkembang yang kebanyakan berupa tekstil dan produk tekstil mendapatkan pengecualian dari
penurunan tarif. Setelah terjadinya krisis ekonomi dunia, yang di tandai dengan embargo
minyak oleh negara-negara OPEC tahun 1973, pada masa itu muncul apa yang disebut sebagai
“proteksi jenis baru” dari negara-negara maju. Beberapa bentuk proteksi jenis baru sebagai
berikut :
1) Voluntary Export Restraints, merupakan perjanjian yang “memaksa” suatu
negara untuk membatasi expornya ke negara tertentu.
2) Orderly Marketing Agreement, yaitu sutau kesepakatan dimana negara
pengekspor secara sukarela membatasi ekspor produknya ke negara lain.
3) Penggunaan Escape Clause, dalam ketentuan GATT yang memberikan
kemungkinan suatu negara melakukan tindakan balasan terhadap negara lain
yang sekiranya melakukan tindakan merugikan perdagangan internasional.
Pergeseran Geografis Produksi Industri
Negara-Negara Industri Maju
Sebelum Perang Dunia II, perdagangan produk industri terutama terjadi akibat struktur
hubungan kolonialisme ataupun neo-kolonialisme. Hingga tahun 1930-an, baru negara-negara
Eropa Barat, Amerika, dan Jepang yang merupakan negara industri. Baru setelah itu negara-
negara Eropa Timur, India, dan Amerika Latin muncul menjadi negara industri baru. Teori
pembagian kerja internasional menyatakan bahwa ada pembagian kerja di dunia internasional
yaitu negara industri memproduksi baranng-barang industri sedangkan negara sedang
berkembangan menjadi pensuplai barang mentah sekaligus pasar bagi industri-inudstri negara
maju tersebut.
Negara Sedang Berkembang
Industrialisasi di negara berkembang bukan hal baru seperti Amerika latin sedang
memulai industrialissasi sejak decade 30-an akibat menurunnya sumber-sumber alam. Kala itu
dipercaya bahwa untuk maju sutau negara harus melaksanakan industrialisasi.Industrialisasi
dianggap sebagai resep untuk meningkatkan aktivitas ekonomi, produktivitasnya dan
peningkatan standar hidup keinginan lepas dari ketergantungan terhadap negara maju membuat
negara-negara Amerika Latin melakukan industrialisasi. Faktor kemajuan teknologi dari
negara-negara industri maju kemudian menjadi penghambat. Akibatnya, ekspor produk
industri yang diharapkan memegang peranan penting bagi dalam perekonomian tidak berjalan
seperti yang diharapkan. Kendala pelaksanaan strategi industri :
1) Populasi yang kecil dari kebanyakan negara sedang berkembang
2) Kemampuan membayar penduduknya yang lemah karena tingkat pendapatan
yang rendah
3) Industri padat karya yang ada di negara sedang berkembang tidak lagi memadai
untuk mencapai tingkat pertumbuhan industri yang tinggi.
4) Kurangnya sumber daya tenaga kerja yang terlatih
5) Kurangnya infrastruktur di negara sedang berkembang, seperti jalan,
pembangkit listrik dan lainnya.
Akibat dari dari berbagai kendala tersebut, banyak negara sedang berkembang terjerat dalam
perangkap ekonomi biaya tinggi, inefisiensi, tingkat pengangguran tinggi, dan distribusi
pendapatan yang tidak merata. Negara-negara yang berhasil mengubah industrinya yang
sebelumnya bersifat industri substitusi impor menjadi promosi ekspor seperti Hongkong,
Taiwan, Korsel, Singapura. Ada pula negara-negara yang bertahap mulai menerapkan industri
promosi ekspor tanpa sepenuhnya meninggalkan industri substitusi impor yaitu di bebearapa
negara Asia dan Amerika Latin. Pertumbuhan maufaktur tertinggi berada di kawasan Asia
Tenggara dan terendah di Afrika meskipun yang terjadi berfluktuasi selama periode tersebut.
Ada 13 negara NICs (Newly Industrializing Countries) mampu menyumbang empat per lima
dari total produksi manufaktur dari seluruh negara berkembang, negara-negara tersebut yaitu :
1) Asia Timur dan Tenggara yaitu Korsel, Hongkong, Singapura, Taiwan, Malaysia,
Thailand.
2) Asia Selatan
3) Amerika Latin yaitu Brazil, Meksiko, Argentina.
4) Eropa Selatan yaitu Spanyol, Portugal, dan Yunani.
Blok-Blok Regional
Muncul bebagai bentuk proteksi dan berbabagi konflik dagang yang telah menganggu
perdagangan dunia, hal ini mengarahkan negara-negara pelaku perdagangan membentuk blok-
blok regional yang bertujuan untuk memperlancar perdagangan antar anggota. Blok-blok
regional yang sekarang ini sudah terbentuk seperti Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE),
AFTA,NAFTA, APEC dll.
Dalam literature ekonomi internasional, kerjasama MEE dalam bidang perdagangan
sudah termasuk suatu bentuk integrasi ekonomi yang bernama common market tingkatan
integrasi ekonomi yang lebih tinggi dibanding free trade area maupun custom union. Dalam
suatu common market tidak hanya terdapat hambatan antar anggota dihilangkan dan
diterapkannya kebijakan perdagangan yang seragam terhadap non anggota namun lebih
penting factor produksi diberi kelaluasaan untuk bergerak antarnegara anggota.
Untuk mencapai integrasi ekonomi yang paling tinggi atau economic union tidak hanya
dibutuhkan penghilangan hambatan perdagangan, namun juga kebijakan ekonomi dibawah
pengawasan supra-nasional. Ide dasar EMU (European Monetary Union) sejalan dengan
konsep integrasi ekonomi yang tertinggi.
Sejarah kerjasama ekonomi Asia Pasifik dimulai dengan di bentuknya OPTAD
(Organization for Pasific Trade and Development) tahun 1968, yang terdiri dari AS, Jepang,
Kanada,Australia, dan Selandia Baru. Dan disusul oleh PECC (Pasific Economic Cooperation
Conference) tahun 1980, yang aktivitasnya masih terbatas saat mengadakan konferensi dan
seminar. Kerjasama MEE bergerak menuju arah semakin kuat pada dasawarsa 1980-an.
Singkatnya, pada tahun 1989 secara resmi APEC ditadisikan sebagai forum konsultasi antara
negara-negara di kawasan Asia Pasifik yang mencakup 5 negara anggota OPTAD, 6 negara
anggota ASEAN, Korea Selatan dan Kepulauan Pasifik. Cina, Taiwan , Hongkong bergabung
pada tahun 1992, Meksiko pada Tahun 1993, dan Chili pada Tahun 1994. Dunia mencatat
bahwa pertemuan para pemimpin 18 negara anggota APEC pada pertengahan November tahun
1995 pada Deklarasi Bogor. Intinya, mereka sepakat untuk menjadikan Asia Pasifik sebagai
kawasan perdagangan dan investasi bebas dan terbuka secara bertahap. Tahun 2010 untuk
negara anggota yang relative maju dan tahun 2020 untuk negara berkembang.
Dilihat dari sisi produksi, sumbangan negara-negara anggota APEC ± 50% dari seluruh
output (GDP) dunia. Dari sisi perdagangan, antar negara APEC meningkat dari 9,3% tahun
1980 menjadi 13,5% tahun 1990 terhadap total perdagangan dunia.
Globalisasi Produksi
Globalisasi produk yang dimaksud adalah seperti yang di lakukan oleh perusahaan
transnasional dalam mengontrol aktivitas industrinya di berbagai negara, melakukan
interpenetrasi pasar dan subkontrak internasional.
Perkembangan Perusahaan Transnasional dan Investasi Asing
Perkembangan perusahaan transnasional (TNC) sudah di mulai berabad lampau, tetapi
TNC memegang peranan penting dalam perdagangan produk industri internasional baru setelah
perang dunia berakhir. Sebab sebelumnya, yang beroperasi di negara sedang berkembang
kebanyakan bergerak di sector primer seperti pertanian dan pertambangan.
Pola operasi yang berkembang adalah TNC memproduksi barang hasil manufaktur di
negara sedang berkembang baru kemudian mengekspornya kembali ke negara-negara maju.
Pola tersebut di pacu oleh adanya praktek zona pemrosesan ekspor (Export Processing Zone)
atau di kenal dengan bonded zone (kawasan terikat). Peran penting TNC terutama karena :
1) TNC dapat mengendalikan aktivitas ekonomi di lebih dari satu negara.
2) Kemampuan TNC untuk memanfaatkan perbedaan geografis antar negara dan daerah
khusunya dalam segi factor endowments (kebijakan pemerintah)
3) Kemampuan TNC untuk memindahkan sumber daya dan operasi lintas lokasi dalam
skala global.
Seiring dengan pertumbuhan TNC, dan juga berkembang yang di sebut dengan investasi
asing. Investasi asing berkembang pesat dalam hal jumlah modalnya. Jika dahulu di kenal
hanya dikenal investasi langsung (direct foreign investment) dan sekarang ini banyak
variasi bentuk investasi asing tersebut seperti : joint venture, lisensi, kontrak manajemen,
waralaba (franchising), dll.
Produksi Masal
Pendekatan fordisme memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1) Ukuran pabrik/perusahaan yang besar
2) Mesin dengan teknologi terspesialisasi
3) Tenaga kerja yang berwawasan sempit sesuai dengan spesialisasinya
4) Pembuat konsep perusahaan terpisah dari velaksana
5) Tugas rutin
6) Manajemennya bersifat hirarki; dan formal
7) Volume outputnya tinggi
8) Standar produksi yang terbatas
9) Strategi berusaha mengontrol pasar
10) Lembaga kerja yang tersentralisasi nasional/multinasional secara Keynesian.
Prospek Industrialisasi
Dalam pembahasan mengenai industrialisasi dalam konteks internasional, perlu
dibedakan 2 hal yaitu trend jangka panjangn dan pergerakan yang berulang. Trend jangka
panjang di antaranya :
1) Menyempitkan perekonomian dunia internasional akibat adanya kemajuan teknologi
telekomunikasi
2) Globalisasi produksi melalui internasional modal
3) Perubahan sumbangan industri terhadap kesempatan kerja dan perubahan di tingkat
pembangunan
4) Perubahan teknologi dan proses kerja sebagai hasil revoluis mikroelektronika
Sementara yang di maksud dengan pergerakan yang berulang meliputi :
1) Perubahan tingkat pertumbuhan produksi industri
2) Perubahan tingakt pertumbuhan perdagangan internasional
3) Perubahan tingkat keuntungan
4) Pergeseran dari liberalisasi perdagangan mengarah ke proteksionisme
BAB II
Pengalaman Brazil Dalam Industrialisasi
Sejarah Singkat Brazil
Ketika pertama kali mendarat tahun 1500, bangsa Portugis tidak mendapatkan emas,
perak, eldorado di Brazil namun hanya kayu dari hutan. Untuk keperluan sendiri, Portugis telah
mengekspor kayu ke Eropa untuk bahan-bahan kimia. Jumlah penduduk pribumi di Brazil saat
ini tinggal 144,4 juta jiwa pada tahun 1988.
Perubahan Politik
Dampak krisis ekonomi ternyata diikuti oleh perubahan politik yang juga mem
pengaruhi industrialisasi Brazil. Pemerintah dikendalikan oleh sekelompok elit (oligarchi)
yang menguasai produksi dan ekspor kopi. Depresi besar dan dampaknya terhadap ekonomi
global serta kerusuhan buruh yang melanda pelabuhan Santos, kota Sao Paolo, Rio de Janerio
dan verkebunan-perkebunan menandai terjadinya krisis politik.
Pemerintah Estado Novo (New State) yang dibentuk tahun 1937 merupakan bentuk
pemerintah otoriter, mirip dengan Mussolini di Italia. Dalam 15 tahun terjadi perubahan
penting dalam bidang ekonomi, politik dan kelembagaan. Negara menjadi tersentralisasi dan
kekuatan elit oligarki regional dinetralisir dengan menggunakan wakil pemerintah pusat yang
di tunjuk. Vargas mengadopsi kebijaksanaan diversifikasi dan negara di bawah Vargas mulai
mempercepat industrialisasi secara aktif. Dana investasi yang di peroleh dari produksi kopi
diarahkan untuk industri dan di gunakan untuk melakukan kontrol terhadap kurs devisa, bea
masuk, dan kredit di terapkan untuk merangsang produksi industri.
Pada akhir Perang Dunia II Brazil telah memiliki basis industri yang lebih besar
dibandingkan tahun 1929. Pada tahun 1920 dan 1940 menunjukkan, Sao Paolo telah menjadi
pusat industri dengan jumlah pekerja di sektor industri meningkat 325% dari 84.000 menjadi
273.000 orang. Peningkatan jumlah pekerja Sao Paolo sebesar 42% antara 1939-1943. Kopi
memang masih menjadi basis utama kegiatan ekonomi, namun industri berkembang dengan
pesat. Pada tahun 1940, 70% output industri adalah produk sektor tradisional seperti makanan,
tekstil, kayu,dan kulit. Namun, antara 1920 dan 1940 pangsa output industri didominasi oleh
industri fabrikasi logam, permesinan, kimia, dan farmasi yang tumbuh dari 11% menjadi
20,33%. Perkembangan ini lah ynag membentuk bangunan dasar bagi pembangunan industri
Brazil yang semakain cepat setelah Perang Dunia II.