Anda di halaman 1dari 40

TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Tumor Otak adalah tumbuhnya sel abnormal pada otak. Banyak jenis tumor yang
berbeda-beda. Beberapa tumor otak bukan merupakan kanker (jinak) dan beberapa tumor
otak lainnya adalah kanker (ganas). Tumor otak dapat berasal dari otak (tumor otak
primer) atau kanker yang berasal dari bagian tubuh lain dan merambat ke otak (tumor
otak sekunder / metastatik).
Tumor otak adalah terdapatnya lesi yang ditimbulkan karena ada desakan ruang baik
jinak maupun ganas yang tumbuh di otak, meningen, dan tengkorak. (Sylvia.A, 1995:
1030). Tumor otak adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak (benigna) ataupun
ganas (maligna) membentukmassa dalam ruang tengkorak kepala (intra cranial) atau di
sumsum tulang belakang (medulla spinalis). Neoplasma pada jaringan otak dan
selaputnya dapat berupa tumor primer maupun metastase. Apabila sel-sel tumor berasal
dari jaringan otak itu sendiri disebut tumor otak primer dan bila berasal dari organ-organ
lain (metastase) seperti kanker paru, payudara, prostate, ginjal, dan lain-lain disebut
tumor otak sekunder. (Mayer. SA,2002).
Central Brain Tumor Registry for the United States (CBTRUS) memperkirakan
bahwa akan terdapat 190.600 tumor otak yang akan terdiagnosis pada 2005. Dari jumlah
tersebut 43.800 diperkirakan adalah tumor otak primer dan sisanya adalah sekunder atau
metastasis. Insiden umum untuk tumor otak primer dan CNS adalah 14 kasus per 100.000
orang/tahun. Insiden tumor otak tampaknya makin meningkat, tetapi ini mungkin
mencerminkan diagnosis yang lebih cepat dan lebih akurat. CBTRUS mencatat bahwa,
pada tahun 2000, sekitar 359.00 orang di Amerika Serikat hidup dengan tumor otak
primer dengan 75% memiliki tumor jinak dan 23% memiliki tumor ganas.

B. Etiologi Tumor Otak


Tidak ada faktor etiologi jelas yang telah ditemukan untuk tumor otak primer.
Walaupun tipe sel yang berkembang menjadi tumor sering kali dapat diidentifikasi,
mekanisme yang menyebabkan sel bertindak abnormal tetap belum diketahui.
Kecenderungan keluarga, imunosupresi, dan faktor-faktor lingkungan sedang diteliti.
Waktu puncak untuk kejadian tumor otak adalah decade kelima dan ketujuh. Selain itu,
pria terkena lebih sering dari pada wanita.
Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti. Adapun faktor-
faktor yang perlu ditinjau, yaitu :
1. Herediter
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali pada
meningioma, astrositoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada anggota-anggota
sekeluarga. Dibawah 5% penderita glioma mempunyai sejarah keluarga yang menderita
brain tumor. Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-Weber yang dapat dianggap
sebagai manifestasi pertumbuhan baru, memperlihatkan faktor familial yang jelas.
Selain jenis-jenis neoplasma tersebut tidak ada bukti-bukti yang kuat untuk memikirkan
adanya faktor-faktor hereditas yang kuat pada neoplasma.
2. Sisa-Sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest)
Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-bangunan yang
mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh. Tetapi ada kalanya
sebagian dari bangunan embrional tertinggal dalam tubuh, menjadi ganas dan merusak
bangunan di sekitarnya. Perkembangan abnormal itu dapat terjadi pada
kraniofaringioma, teratoma intrakranial dan kordoma.
3. Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat mengalami
perubahan degenerasi, namun belum ada bukti radiasi dapat memicu terjadinya suatu
glioma. Pernah dilaporkan bahwa meningioma terjadi setelah timbulnya suatu radiasi.
4. Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar yang
dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam proses
terjadinya neoplasma, tetapi hingga saat ini belum ditemukan hubungan antara infeksi
virus dengan perkembangan tumor pada sistem saraf pusat.
5. Substansi-substansi Karsinogenik
Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas dilakukan. Kini
telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik seperti methylcholanthrone,
nitroso-ethyl-urea. Ini berdasarkan percobaan yang dilakukan pada hewan.
6. Trauma kepala
Trauma kepala yang dapat menyebabkan hematoma, sehingga mendesak massa
otak akhirnya terjadi tumor otak.

C. Patofisiologi Tumor Otak


Tumor otak menyebabkan gangguan neurologis progresif yang disebabkan oleh dua
faktor yaitu gangguan fokal oleh tumor dan kenaikan tekanan intracranial
(TIK).Gangguan fokal terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak dan infiltrasi
atau invasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron.
Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang tumbuh
menyebabkan nekrosis jaringan otak.Akibatnya terjadi kehilangan fungsi secara akut dan
dapat dikacaukan dengan gangguan serebrovaskular primer.
Serangan kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuron akibat kompresi,
invasi, dan perubahan suplai darah ke dalam jaringan otak.
Peningkatan TIK dapat diakibatkan oleh beberapa faktor seperti bertambahnya massa
dalam tengkorak, edema sekitar tumor, dan perubahan sirkulasi CSS. Tumor ganas
menyebabkan edema dalam jaringan otak yang diduga disebabkan oleh perbedaan
tekanan osmosis yang menyebabkan penyerapan cairan tumor.Obstruksi vena dan edema
yang disebabkan oleh kerusakan sawar di otak, menimbulkan peningkatan volume
intracranial dan meningkatkan TIK.
Peningkatan TIK membahayakan jiwa jika terjadi dengan cepat.Mekanisme
kompensasi memerlukan waktu berhari-hari atau berbulan-bulan untuk menjadi efektif
dan oleh karena itu tidak berguna apabila tekanan intracranial timbul cepat.Mekanisme
kompensasi ini meliputi volume darah intrakranial, volum CSS, kandungan cairan
intrasel, dan mengurangi sel-sel parenkim otak. Kenaikan tekanan yang tidak diatasi akan
mengakibatkan herniasi untuk serebellum.
Herniasi unkus timbul jika girus medialis lobus temporalis bergeser ke inferior
melalui insisura tentorial karena adanya massa dalam hemisfer otak. Herniasi menekan
mesensefalon, menyebabkan hilangnya kesadaran dan menekan saraf otak ke-3. Pada
herniasi serebellum, tonsil serebellum tergeser ke bawah melalui foramen magnum oleh
suatu massa posterior.
Kompresi medulla oblongata dan terhentinya pernapasan terjadi dengan cepat.
Perubahan fisiologis lain yang terjadi akibat peningkatan intrakranial yang cepat adalah
bradikardia progresif, hipertensi sistemik, dan gangguan pernapasan.

D. Klasifikasi
1. Klasifikasi stadium (Klasifikasi lesi primer susunan saraf pusat dilakukan berdasarkan
grading) :
a. WHO grade I : tumor dengan potensi proliferasi rendah, kurabilitas pasca reseksi
cukup baik.
b. WHO grade II : tumor bersifat infiltratif , aktivitas mitosis rendah, namun sering
timbul rekurensi. Jenis tertentu cenderung untuk bersifat progresif ke arah derajat
keganasan yang lebih tinggi.
c. WHO grade III : gambaran aktivitas mitosis jelas, kemampuan infiltrasi tinggi,
dan terdapat anaplasia.
d. WHO grade IV : mitosis aktif, cenderung nekrosis, pada umumnya berhubungan
dengan progresivitas penyakit yang cepat pada pre/post operasi
2. Berdasarkan Jenis Tumor
a. Jinak
Pertumbuhan tumor jinak lambat dan biasanya berkapsul sehingga mudah
dibedakan dengan jarinngan sekitarnya karena berbatas tegas. Pembesaran tumor
akan menekan jaringan di dekatnya dan dapat menyebabkan obstruksi atau atrofi.
1) Acoustic Neuroma
Tumor jinak dan sebaiknya disebut sebagai schwannoma, tumbuh dari sel
selubung saraf pada kompleks nervus VIII pada region meatus auditorius
internus. Manifestasi awal yang khas adalah gangguan pendengaran
sensorineural unilateral, yang disebabkan oleh kerusakan nervus delapan
dalam meatus (lesi intrakanalikular). Ekspansi tumor lebih lanjut ke sudut
serebelopontin melibatkan nervus kranialis yang berdekatan (nervus V dan
VII). Pertumbuhan tumor lebih lanjut menyebabkan ataksia ipsilateral akibat
kompresi batang otak-serebelum dan palsi nervus kranialis bagian bawah
(bulbar). Akhirnya, terjadi gambaran peningkatan tekanan intracranial,
terutama jika terjadi hidrosefalus akibat ostruksi pada tingkat ventrikel
keempat. tumor lain yang dapat mengenai sudut serebelopontin termasuk
meningioma dan metastasis.
2) Meningioma
Sebagian besar tumor bersifat jinak, berkapsul, dan tidak menginfiltrasi
jaringan sekitarnya tetapi menekan struktur yang berada di bawahnya. Pasien
usia tua sering terkena dan perempuan lebih sering terkena dari pada laki-laki.
Tumor ini sering kali memiliki banyak pembuluh darah sehingga mampu
menyerap isotop radioaktif saat dilakukan pemeriksaan CT scan otak.
3) Pitiutary Adenoma
Jika terjadi ekspansi tumor hipofisis, maka tumor dapat mengenai struktur di
atas maupun di sekeliling fosa hipofisis (ekstensi suprasela dan parasela).
Manifestasi neurologis klasik dari lesi ini adalah hemianopia bitemporal yang
disebabkan oleh kompresi kiasma optikum oleh ekstensi suprasela suatu
adenoma. Keadaan patologis lainnya yang dapat menyebabkan kompresi
kiasma, sehingga menyerupai adenoma hipofisis adalah aneurisma karotis,
meningioma suprasela, dan kraniofaringioma (tumor yang berasal dari sel
perkembangan epitel bukan yang secara embriologis dekat dengan tangkai
hipofisis). Adenoma hipofisis dapat menyebabkan gangguan endokrin
bersamaan dengan atau tanpa gangguan lapang pandang. sel tumor dapat
bersifat fungsional, yaitu mensekresi hormone hipofisis anterior (akromgeali
yang disebabkan oleh kelebihan hormone, prolaktinoma, penyakit Cushing
akibat tumor yang mensekresi kortikortropin). selain itu, dapat terjadi
hipopituitarisme akibat supresi sel normal kelenjar oleh tumor. Terkadang
adenoma hipofisis dapat mengalami infark akut. pasien menunjukkan gejala
nyeri kepala akut dan muntah-muntah (menyerupai perdarahan subarachnoid)
dan hipopituitarisme akut (aplopeksi hipofisis). Pembengkakan jaringan tumor
nekrotik menyebabkan hemianopia bitemporal yang berkemebang cepat
dengan oftalmoplegia bilateral akibat ekstensi paraselar ke sinus kavernosus.
4) Astrocytoma (Grade 1)
b. Malignan
Tumor ganas sering disebut juga kanker, tumbuh dengan cepat dan cenderung
berinvasi ke jaringan sekitarnya sehingga batasnya tidak tegas dan jarang
berkapsul. Pada umumnya, tumor ganas diberi nama sesuai dengan asal jaringan
saat embrio. Tumor ganas yang berasal dari ectoderm dan endoderm disebut
karsinoma, dan yang berasal dari mesoderm disebut sebagai sarcoma. Jika
jaringan tumor ganas sangat menyerupai jaringan embrio, tumor ini disebut
sebagai blastoma, sepertipada neuroblastoma. Jika tumor tersebut berasal dari dua
lapis jaringan embrio, disebut karsinosarkoma. Jika berasal dari tiga lapis jaringan
embrio disebut sebagai teratoma.
1) Astrocytoma (Grade 2,3,4)
2) Oligodendroglioma
Tumor ini dapat timbul sebagai gangguan kejang parsial yang dapat muncul
hingga 10 tahun. Secara klinis bersifat agresif dan menyebabkan
simptomatologi bermakna akibat peningkatan tekanan intrakranial dan
merupakan keganasan pada manusia yang paling bersifat kemosensitif.
3) Apendymoma
Tumor ganas yang jarang terjadi dan berasal dari hubungan erat pada ependim
yang menutup ventrikel. Pada fosa posterior paling sering terjadi tetapi dapat
terjadi di setiap bagian fosa ventrikularis. Dua faktor utama yang
mempengaruhi keberhasilan reseksi tumor dan kemampuan bertahan hidup
jangka panjang adalah usia dan letak anatomi tumor. Makin muda usia pasien
maka makin buruk progmosisnya.
4) Metastase Tumor Otak
Tumor dengan lokasi utama di luar otak.Kanker paru, payudara, dan ginjal,
serta melanoma ganas adalah sumber utama kanker otak metastasis.Tumor
metastasis pada otak umumnya multiple yang membuatnya lebih sulit
ditangani.Lokasi tumor dapat terletak di dalam otak itu sendiri atau di
meningen yang melapisi otak itu sendiri atau di meningen yang melapisi otak.
3. Berdasarkan Lokasi Tumor
a. Tumor Supratentorial
1) Glioma :
a) Glioblastoma multiforme
Tumor ini dapat timbul dimana saja tetapi paling sering terjadi di
hemisfer otak dan sering menyebar kesisi kontra lateral melalui korpus
kolosum. Tumor di dalam otak berkembang dari sel otak, disebut sel glial.
Sel ini adalah beberapa dari yang disebut sel pendukung yang tidak
mengirimkan impuls saraf, tapi melaksanakan tugas-tugas yang berarti
bagi otak, misalnya membersihkan zat kimia yang berlebihan. Terkadang
tumor glial tumbuh sangat lambat dan orangnya bisa hidup normal selama
bertahun-tahun sebelum masalah muncul. tumor sel glial lainnya tumbuh
dengan cepat sekali dan berisi sel yang membagi dengan sangat cepat.
Obat belum menjadi alat efektif untuk mengobati tumor yang tumbuh
dengan cepat semacam itu. Jenis tumor yang merupakan masalah
pengobatan terbesar dalam bentuk tumor glial, glioblastoma.
Glioblastoma atau glioblastoma multiform adalah stadium tertinggi
glioma (grade IV), tumor paling ganas dalam kelas astrocytoma, dan sama
dengan grade IV glioma. Gambaran histologist yang ditambilkan
glioblastoma dari seluruh grade menunjukkan adanya nekrosis dan
peningkatan pembuluh darah disekitar tumor. Tumor grade IV tumbuh
dengan cepat dan memiliki tingkat keganasan yang tinggi.
Banyak peneliti berusaha muncul dengan terapi lebih baik untuk tumor
terberat, Glioblastoma. satu pendekatan adalah memasukkan obat
penghancur kanker langsung ke dalam tumor dalam bentuk tablet berisi
obat bubuk yang dikeluarkan dengan lambat. Pendekatan ini
memperpanjang kelangsungan dan kulitas hidup, tapi sejauh ini belum
memproduksi obat. Tehnik genetic modem juga diuji yang dapat
memasukkan gen ke dalam tumor, dengan harapan akan membunuh tumor,
atau membuatnya lebih responsive terhadap pengobatan dengan
kemoterapi atau radiasi.
Terdapat 2 subtipe glioblastoma
1. De Novo (baru atau primer)
Tumor de novo tumbuh sangat cepat dan segera membentuk sel yang
terlihat berbahaya. tumor tersebut merupakan kejadian tumor
terbanyak dan sangat berbahaya dari glioblastoma.
2. Sekunder
Glioblastoma sekunder sering ditemukan pada pasien berusia kurang
dari 45 tahun hingga 45 tahun. Glioblastoma sekunder ditandai dengan
dimulainya grade astrocytoma awal hingga grade sedang yang berasal
dari kelainan gen yang akan berubah menjadi ganas, tumbuh cepat
menjadi glioblastoma.
Tampilan makroskopis glioblastoma yaitu massa yang berbatas tegas
atau neoplasma yang infiltrative secara difus. hampir 60% tumor ini
merupakan massan yang solid dan sisanya kistik. nekrosis tumor juga
dapat dijumpai. Potongan tumor dapat berupa massa yang lunak berwarna
keabu-abuan atau kemerahan atau berupa daerah nekrosis dengan
konsistensi seperti krim kekuningan atau berwarna cokelat kemerahan.
Tampilan mikroskopik glioblastoma berupa massa hiperseluler,
pleiomorfisme sel dan nucleus serta nekrosis. garam kalsium dijumpai
pada 3% kasus. Kadang ada kecenderungan sel untuk berkumpul di sekitar
daerah nekrosis, dimana tampilan ini dikenal dengan istilah
pseudopalisade. terjadi pertambahan jumlah kapiler dan proliferasi
endotelnya. gejala yang dialami pasien mulai dari nyeri kepala, gangguan
motorik, perubahan mental, kejang, abnormalitas neurologis berupa refleks
yang abnormal, konfusi atau diaorientasi, kesadangan menurun, gangguan
lapang pandang, koma dan parese nervus ke III dan VI.
b) Astroscytoma
Neoplasma pada sistem saraf pusat dimana sel predominan diturunkan
pada astrosit (neuroglia bentuk seperti bintang).Pada orang dewasa tumbuh
di hemisfer serebri. Pada anak-anak dan dewasa muda di serebelum, dan
pada umumnya berisi cairan atau kistik.
c) Oligodendroglioma
Merupakan lesi yang tumbuh lambat menyerupai astrositoma tetapi
terdiri dari sel sel oligodendroglia. Tumor relative avaskuler dan
cenderung mengalami klasifikasi biasanya di jumpai pada hemisfer otak
orang dewasa muda.
2) Meningioma
Meningioma merupakan tumor terpenting yang berasal dari meningen,
sel sel mesotel, dan sel sel jaringan penyambung araknoid. Tumor ini
umumnya berbentuk bulat atau oval dengan perlekatan duramater yang lebar
(broad base) berbatas tegas karena adanya psedokapsul dari membran
araknoid. Pada kompartemen supratentorium tumbuh sekitar 90%, terletak
dekat dengan tulang dan kadang disertai reaksi tulang berupa hiperostosis.
Karena merupakan massa ekstraaksial lokasi meningioma disebut sesuai
dengan tempat perlekatannya pada duramater, seperti Falk (25%), Sphenoid
ridge (20%), Konveksitas (20%), Olfactory groove (10%), Tuberculum sellae
(10%), Konveksitas serebellum (5%), dan Cerebello-Pontine angle. Karena
tumbuh lambat defisit neurologik yang terjadi juga berkembang lambat
(disebabkan oleh pendesakan struktur otak di sekitar tumor atau letak
timbulnya tumor). Pada meningioma konveksitas 70% ada di regio frontalis
dan asimptomatik sampai berukuran besar sekali. Sedangkan di basis kranii
sekitar sella turcika (tuberkulum sellae, planum sphenoidalis, sisi medial
sphenoid ridge) tumor akan segera mendesak saraf optik dan menyebabkan
gangguan visus yang progresif. Secara mikroskopis, sel tumor terlihat bundar,
oligonal, oval, atau bentuk spindle. intinya teratur, bundar atau oval,
leptokromatik. Sitoplasmanya berwarna eosinofilik pucat. tumor ini
vaskularisasinya banyak, shingga untuk pendekatan tindakan operatif mutlak
dilakukan angiografi. CT-scan non kontras terlihat hiperdens. post kontras
enhancemennya homogen, kecuali bila terjadi nekrotik, kistik, dan hemoragis.

Gambar 3. Meningioma
Gambar 4. Lokasi umum Meningioma

b. Tumor Infratentorial
1) Schwanoma akustikus
Biasanya lambat pertumbuhannyadan paling sering berkembang pada
saraf akustikus sehingga muncul gejala gangguan pendengaran.
2) Tumor metastasis
Lesi-lesi metastasis menyebabkan sekitar 5 % – 10 % dari seluruh
tumor otak dan dapat berasal dari setiap tempat primer. Tumor primer paling
sering berasal dari paru-paru dan payudara. Namun neoplasma dari saluran
kemih kelamin, saluran cerna, tulang dan tiroid dapat juga bermetastasis ke
otak. Organ tubuh seperti tulang, paru, dan otak mempunyai kecenderungan
lebih besar sebagai tempat metastasis jika dibandingkan dengan organ tubuh
lain, sebaliknya limpa, ginjal, dan hari merupakan organ yang paling jarang
terkena.
Kanker dapat menyebar dari satu organ ke lainnya saat cukilan kecil tumor
pecah dan memasuki aliran darah. Lalu cukilan tumor terbawa ke orang lain,
yang memulai aksinya. kanker yang menyebar ke otak paling umum menimpa
orang lanjut usia; kanker paru, payudara, usus dan kaker kulit yang disebut
melanoma yang berbahaya. Kanker prostat adalah kasus khusus karena atas
suatu alasan, penyebarannya mengarah ke penutup otak daripada jaringan otak
itu sendiri.
Pada saat kanker menyebar ke otak, biasanya tumbuh sebagai tumor
tunggal. jadi, tumor otak metastatic memiliki gejala sama sebagai tumor otak
primer dan terlihat mirirp sekali pada studi pencitraan. Dokter bisa
memberitahu perbedaan hanya dengan melihat tumor di bawah mikroskop dan
mengenali bahwa sel-sel yang membentuk tumor tidak, secara normal, berada
di dalam otak tapi bergerak ke sana dari paru-paru atau payudara. tak ajrang
gejala dari otak adalah tanda pertama yang meanndai munculnya kanker. di
waktu-waktu yang lan, keterlibatan otak dalam penyakit sudah terlambat,
setelah kanker sudah menyebar ke organ-organ lain.

E. Manifestasi Klinis
Manifestasi Klinis mungkin tidak spesifik yang dapat disebabkan oleh edema dan
peningkatan TIK atau spesifik yang disebabkan oleh lokasi anatomi tertentu.
a. Perubahan Status Mental
Seperti pada gangguan neurologis atau bedah syaraf, perubahan tingkat kesadaran
atau sensoris dapat ditemukan. Perubahan status emosional dan mental, seperti letargi
dan mengantuk, kebingungan, disorientasi, serta perubahan kepribadian dapat
ditemukan.
b. Sakit kepala
Merupakan gejala awal pada 20% penderita dengan tumor otak yang kemudian
berkembang menjadi 60%. Nyerinya tumpul dan intermitten. Nyeri kepala berat juga
sering diperhebat oleh perubahan posisi, batuk, maneuver valsava dan aktivitas fisik.
Muntah ditemukan bersama nyeri kepala pada 50% penderita. Nyeri kepala ipsilateral
pada tumor supratentorial sebanyak 80 % dan terutama pada bagian frontal. Tumor
pada fossa posterior memberikan nyeri alih ke oksiput dan leher.
Sakit kepala dapat terbatas atau keseluruhan. Biasanya intermiten dengan durasi
meningkat dan dapat diperparah dengan perubahan posisi atau mengejan. Sakit kepala
parah dan berulang pada klien yang sebelumnya bebas sakit kepala atau sakit kepala
berulang di pagi hari yang frekuensi dan keparahannya meningkat dapat menandakan
suatu tumor intrakranial dan membutuhkan pengkajian lebih lanjut.
c. Mual dan Muntah
Manifestasi klinis mual dan muntah dipercaya terjadi karena tekanan pada
medula, yang terletak pusat muntah. Klien sering mengeluhkan sakit kepala parah
setelah berbaring di ranjang. Saat sakit kepala makin nyeri, klien juga dapat
mengalami mual atau muntah yang spontan. Selama episode muntah biasanya nyeri
kepala akan berkurang.
d. Papiledema
Kompresi pada nervus kranialis kedua, nervus optik, dapat menyebabkan
papiledema. Mekanisme patofisiologis yang mendasari hal ini masih belum
diapahami. Peningkatan tekanan intrakranial mengganggu aliran balik vena dari mata
dan menumpuk darah di vena retina sentralis. Juga dikenal sebagai “Choked disc”,
papiledema umum pada klien dengan tumor intrakranial dan mungkin merupakan
manifestasi awal dari peningkatan tekanan intrakranial. Papiledema awal tidak
menyebabkan perubahan ketajaman penglihatan dan hanya dapat dideteksi dengan
pemeriksaan oftalmologis. Papiledema parah dapat bermanifestasi sebagai penurunan
tajam penglihatan.
e. Kejang
Kejang, fokal atau umum, sering ditemui pada klien dengan tumor intrakranial,
terutama tumor hemisfer serebral. Kejang dapat parsial atau menyeluruh. Kejang
parsial biasanya membantu membatasi lokasi tumor.
Selain itu,Manifestasi klinis lain yang disebabkan oleh kerusakan, iritasi, atau
kompresi dari sebagian otak tempat tumor terletak, diantaranya :
a. Kelemahan Fokal ( misal, hemiparesis).
b. Gangguan sensoris, antara lain tidak dapat merasakan (anestesia), atau sensasi
abnormal (Parestesia).
c. Gangguan bahasa.
d. Gangguan koordinasi (misal, jalan sempoyongan).
e. Gangguan penglihatan seperti diplopia (pandangan ganda) atau gangguan lapang
pandang (monopia).

F. Penatalaksanaan Tumor Otak


Langkah pertama pada pengobatan tumor otak ialah pemberian kortikostreoid yang
bertujuan untuk memberantas edema otak. Pengaruh kortikostreoid terutama dapat dilihat
pada keadaan-keadaan seperti nyeri kepala yang hebat, deficit motorik, afasia dan
kesadaran yang menurun. Beberapa hipotesis yang dikemukakan: meningkatkan
transportasi dan reasirbsi cairan serta memperbaiki permeabilitas pembuluh darah. Jenis
kortikostreoid yang dipilih yaitu glukokortikoid; yang paling banyak dipakai ialah
deksametason, selain itu dapat diberikan prednisone atau prednisolon. Dosis
deksametason biasa diberikan 4-20 mg intravena setiap 6 jam untuk mengatasi edema
vasogenik (akibat tumor) yang menyebabkan tekanan tinggi intracranial (Greenberg et al.,
1999). Selain itu terapi suportif yang dapat dilakukan yaitu IVFD RL XX tetes/menit
(makro), ceftriaxon vial 1 gram/12 jam, ranitidine ampul 1 gram/12 jam, dexamethason 1
ampul/6 jam.
Untuk tumor otak metode utama yang digunakan dalam penatalaksaannya, yaitu :
a. Pembedahan
Tumor jinak sering kali dapat ditangani dengan eksisi komplet dan pembedahan
merupakan tindakan yang berpotensi kuratif, untuk tumor primer maligna, atau
sekunder biasanya sulit disembuhkan. Pembedahan tumor biasanya harus melalui
diagnosis yang histologis terlebih dahulu.
b. Terapi Medikamentosa
1. Antikonvulsan untuk epilepsi.
2. Kortikosteroid (dekstrametason) untuk peningkatan tekanan intrakranial. Steroid
juga dapat memperbaiki defisit neurologis fokal sementara dengan mengobati
edema otak.
3. Kemoterapi diindikasikan pada beberapa kasus glioma, sebagai ajuvan
pembedahan dan radioterapi dengan pengawasan unit spesialistik neuro onkologi.
c. Terapi Radiasi
Radioterapi konvensional menghantarkan radiasi menggunakan akselerator linier.
Dosis standar untuk tumor otak primer kurang lebih 6.000 Gy yang diberikan lima
kali seminggu selama 6 minggu. Untuk klien dengan tumor metastasis, dosis standar
radiasi kurang lebih 3.000 Gy. Dosis pasti akan bergantung pada karakteristik tumor,
volume jaringan yang harus diradiasi biasanya diberikan dalam periode yang lebih
pendek untuk melindungi jaringan normal di sekitarnya. Bentuk lain dari terapi
radiasi, walaupun tidak dianggap konvensional dan belum tersedia luas, adalah terapi
radiasi partikel berat, radioterapi neutron cepat, terapi fotodinamik, dan terapi
tangkapan neutron boron.Walaupun penggunaannya luas, terapi radiasi bukan tanpa
konsekuensi.
G. Pemeriksaan Penunjang
1. CT Scan dan MRI
Memperlihatkan semua tumor intrakranial dan menjadi prosedur investigasi awal
ketika penderita menunjukkan gejala yang progresif atau tanda-tanda penyakit otak
yang difus atau fokal, atau salah satu tanda spesifik dari sindrom atau gejala-gejala
tumor. Kadang sulit membedakan tumor dari abses ataupun proses lainnya.
2. Foto Polos Dada
Dilakukan untuk mengetahui apakah tumornya berasal dari suatu metastasis yang
akan memberikan gambaran nodul tunggal ataupun multiple pada otak.
3. Pemeriksaan cairan serebrospinal
Dilakukan untuk melihat adanya sel-sel tumor dan juga marker tumor. Tetapi
pemeriksaan ini tidak rutin dilakukan terutama pada pasien dengan massa di otak
yang besar. Umumnya diagnosis histologik ditegakkan melalui pemeriksaan patologi
anatomi, sebagai cara yang tepat untuk membedakan tumor dengan proses-proses
infeksi (abses cerebri).
4. Biopsi Stereostatik
Dapat digunakan untuk mendiagnosis kedudukan tumor yang dalam dan untuk
memberikan dasar-dasar pengobatan dan informasi prognosis.
5. Angiografi Serebral
Memberikan gambaran pembuluh darah serebral dan letak tumor serebral.
6. Elektroensefalogram (EEG)
Mendeteksi gelombang otak abnormal pada daerah yang ditempati tumor dan
dapat memungkinkan untuk mengevaluasi lobus temporal pada waktu kejang.
Menurut Muttaqin (2008) ada beberapa pemeriksaan diagnostik yang digunakan
dalam mengindikasi penyakit tumor otak, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Computed Tomography Scan (CT-Scan)
Computed Tomography (CT) Scan merupakan suatu teknik diagnostik dengan
menggunakan sinar sempit dari sinar-X untuk memindai kepala dalam lapisan yang
berurutan.Bayangan yang dihasilkan memberi gambaran potongan melintang dari
otak, dengan membandingkan perbedaan jaringan padat pada tulang kepala, korteks,
struktur subkortikal, dan ventrikel. Bayangan ditunjukkan pada osiloskop atau
monitor TV dan difoto. Lesi-lesi pada otak terlihat sebagai variasi kepadatan jaringan
yang berbeda dari jaringan otak normal sekitarnya. Jaringan abnormal sebagai
indikasi kemungkinan adanya massa tumor, infark otak dan atrofi kortikal.Oleh
karena itu,CT Scan merupakan alat diagnostik yang penting dalam evaluasi pasen
yang diduga menderita tumor otak. Sensitifitas CT Scan untuk mendeteksi tumor yang
berpenampang kurang dari 1 cm dan terletak pada basis kranil. Gambaran CT Scan
pada tumor otak, umumnya tampak sebagai lesi abnormal berupa massa yang
mendorong struktur otak disekitarnya. Biasanya tumor otak dikelilingi jaringan udem
yang terlihat jelas karena densitasnya lebih rendah.Adanya kalsifikasi, perdarahan
atau invasi mudah dibedakan dengan jaringan sekitarnya karena sifatnya yang
hiperdens. Beberapa jenis tumor akan terlihat lebih nyata bila pada waktu
pemeriksaan CT Scan disertai dengan pemberian zat kontras.

Gambar 5 Pemeriksaan CT scan pada Tumor Otak (Pearce, 2009)

2. Positron Emmision Tomography (PET)


Positron Emmision Tomography (PET) adalah teknik pencitraan nuklir
berdasarkan komputer yang dapat menghasilkan bayangan fungsi organ secara aktual.
Klien menghirup gas radioaktif atau diinjeksikan dengan zat radioaktif yang
memberikan partikel bermuatan positif. Bila positron ini berkombinasi dengan
elektron-elektron bermuatan negatif (normalnya didapat dalam sel-sel tubuh), resultan
sinar gamma dapat dideteksi oleh alat pemindai. Dalam alat-alat pemindai, detektor
tersusun dalam sebuah cincin dan seri-seri yang dihasilkan berupa gambar dua
dimensi pada berbagai tingkatan otak. Informasi ini terintegrasi oleh komputer dan
memberikan sebuah komposisi bayangan kerja otak.PET memungkinkan pengukuran
aliran darah, komposisi jaringan, dan metabolisme otak. PET mengukur aktifitas ini
secara spesifik pada daerah otak dan dapat mendeteksi perubahan penggunaan
glukosa. Uji ini digunakan untuk melihat perubahan metabolik otak, melokasikan lesi
seperti adanya tumor otak. PET digunakan untuk mendiagnosa kelainan metabolisme
pada otak dan mampu mendiagnosa penyakit Alzheimer serta penyebab lain dari
demensia.Hasil yang didapatkan seperti pada (Gambar 2-6).

Gambar 6 Positron Emmision Tomography (PET)(Pearce, 2009)

3. Magnetic Resonance Imaging (MRI)


Pemindaian MRI dapat mendemonstrasikan otak dengan menggunakan fasilitas
multiplanar pada bidang aksial, koronal dan sagital dengan gambaran yang sangat
baik pada fosa posterior, karena tidak ada artefak tulang. MRI merupakan
pemeriksaan yang sangat sensitif dalam mendeteksi tumor seperti adenoma hipofisis
dan neuroma akustik.MRI menunjukkan gejala yang progresif atau tanda-tanda
penyakit otak yang difus atau fokal, atau salah satu tanda spesifik dari sindrom atau
gejala-gejala tumor. Kadang sulit membedakan tumor dari abses ataupun proses
lainnya. Pada keadaan tumor otak ini akan nampak warna yang kontras dengan warna
organ normal dan terjadi penebalan jaringan otak.
Gambar 7 Hasil MRI pada Tumor Otak (Pearce, 2009)

4. Elektroensefalografi
Elektroensefalografi (EEG) merekam aktifitas umum eletrik di otak, dengan
meletakkan elektroda-elektroda pada daerah kulit kepala atau dengan menempatkan
mikroelektroda dalam jaringan otak. Pemeriksaan ini memberikan kajian fisiologis
aktifitas serebri. EEG bertindak sebagai indikator kematian otak. Tumor, abses,
jaringan parut, bekuan darah, dan infeksi dapat menyebabkan aktifitas listrik berbeda
dari pola normal irama dan kecepatan.Pemeriksaan ini pada tumor otak berfungsi
untuk mengevaluasi lobus temporal pada saat kejang.

Gambar 8 Contoh Gambaran EEG pada Tumor Otak (Pearce, 2009)


5. MR-Spectroscopy
MR-Spectroscopy (MRS) mampu membedakan berbagai lesi pada otak. Derajat
akurasinya mencapai 95-100% untuk membedakan lesi neoplasma atau
nonneoplasma. Choline adalah marker spesifik pada neoplasma intrakranial.
Peningkatan konsentrasi choline atau jumlah rasio Cho/Cr atau Cho/NNA
menunjukkan adanya suatu neoplasma (Castillo et al, 1998).Kelainan spesifik tertentu
dapat mempersulit untuk membedakan diagnostik antara tumor atau proses inflamasi
seperti pada high grade glioma dan abses serebri dimana puncak konsentrasi choline
dapat tidak muncul karena adanya proses nekrosis. Berbagai cara tertentu dapat
digunakan seperti penggunaan long TE dapat mempermudah identifikasi puncak
choline. Adanya puncak cytosolic amino acids pada 0,9 ppm adalah karakteristik
khusus untuk abses. Pada diffusion weight image, abses menunjukkan high signal
intensity sedangkan pada tumor dengan degenerasi nekrosis menunjukkan ISO sampai
low signal intensity. Pada abses biasanya menunjukkan hipoperfusi sedangkan pada
glioma menunjukkan hiperperfusi (Fatterpekar et al, 2001).

Gambar 9 Gambaran Grafik MR-Spectroscopy Tumor Otak

6. Angiografi Serebral
Menegaskan adanya tumor. Memberikan gambaran pembuluh darah serebral dan
letak tumor serebral. Pada tumor otak ini pembuluh darah pada siklus Willis di cabang
arteri otak yang kecil akan mengalami pembesaran masa pembuluh darah saat
dilakukan pemeriksaan ini.
Gambar 10 Hasil Pemeriksaan Angiografi Serebral pada Tumor Otak (Pearce, 2009)

7. Pemeriksaan Lumbal Pungsi


Menunjukan peningkatan cairan serebrospinal (CSS), yang mencerminkan TIK,
peningkatan kadar protein, penurunan kadar glukosa, dan terkadang sel-sel tumor
pada CSS. Dilakukan untuk melihat adanya sel-sel tumor dan juga marker tumor.
Tetapi pemeriksaan ini tidak rutin dilakukan terutama pada pasien dengan massa di
otak yang besar. Umumnya diagnosis histologik ditegakkan melalui pemeriksaan
patologi anatomi, sebagai cara yang tepat untuk membedakan tumor dengan proses-
proses infeksi (abses cerebri).

Gambar 11 Pemeriksaan Lumbar Pungsi (Pearce, 2009)

H. Komplikasi
Menurut beberapa sumber salah satunya menurut Ginsberg(2008) komplikasi yang
dapat terjadi pada tumor otak antara lain:
1. Peningkatan Tekanan Intrakraial
Peningkatan tekanana intrakranial terjadi saat salah satu maupun semua faktor yang
terdiri dari massa otak, aliran darah ke otak serta jumlah cairan serebrospinal
mengalami peningkatan. Peningkatan dari salah satu faktor diatas akan memicu:
2. Edema Serebral
Peningkatan cairan otak yang berlebih terakumulasi disekitar lesi sehingga menambah
efek masa yang mendesak.
3. Hidrosefalus
Hidrosefalus terjadi akibat peningkatan produksi CSS ataupun karena adanya
gangguan sirkulasi dan absorbsi CSS. Pada tumor otak, massa tumor akan
mengobstruksi aliran dan absorbsi CSS sehingga memicu terjadinya hidrosefalus.
4. Herniasi Otak
Peningkatan tekanan intracranial dapat mengakibatkan herniasi sentra, unkus, dan
singuli. Herniasi serebellum akan menekan mesensefalon sehingga menyebabkan
hilangnya kesadaran dan menekan saraf otak ketiga (okulomotor) (Fransisca, 2008).
5. Epilepsi
Epilepsi diakibatkan oleh adanya perangsangan atau gangguan di dalam selaput otak
(serebral cortex) yang disebabkan oleh adanya massa tumor (Yustinus, 2006).
6. Berkurangnya fungsi neurologis
Gejala berkurangnya fungsi neurologis karena hilangnya jaringan otak adalah khas
bagi suatu tumor ganas (Wim, 2002). Penurunan fungsi neurologis ini tergantung pada
bagian otak yang terkena tumor.
7. Ensefalopati radiasi
8. Metastase ke tempat lain
9. Kematian.
TINJAUAN KASUS
Tanggal / Jam Masuk RS : 06 Agustus 2018/ Jam 11:40 WITA
Tanggal / Jam Pengkajian : 06 Agustus 2018/ Jam 13:10 WITA
Nomor Rekam Medis : 067098
Diagnosa Medis : Auris sinistra otitis media supuratif kronis tipe maligna,
massa retroaurikuler dextra

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Identitas
a. Identitas Pasien
Nama/Inisial : Nn. R
Tanggal Lahir/Umur : 20 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Buton/Indonesia
Status Perkawinan : Belum Menikah
Pendidikan Terakhir : Sekolah Menengah Atas (SMA)
Pekerjaan :-
Penghasilan :-
Jenis Pembayaran : BPJS
Alamat : Jl Wakaa-kaa, Kel.Nganganaumala, Kec. Batupuaro
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama/Inisial : Tn. MS
Umur : 66Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Buton/Indonesia
Status Perkawinan : Menikah
Pendidikan Terakhir : SMA
Pekerjaan : Cleaning Service
Penghasilan : Rp. 1.000.000
Hubungan dengan Klien : Ayah
Alamat : Jl. Wakaa-Kaa, Kel. Nganganaumala, Kec Batupuaro
2. Alasan Masuk Rumah Sakit
Pada saat dikaji, klien mengeluhkan sakit kepala sejak kurang lebih 1 bulan yang lalu,
dan kadang disertai dengan muntah. Klien mengatakan sering berobat ke puskesmas
terdekat, namun nyeri yang dirasakan tetap tidak berkurang. Akhirnya, klien
kemudian dirujuk ke RSUD Kota Baubau untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
Setelah dilakukan pemeriksaan, dokter menyarankan agar klien dirawat di rumah sakit
agar diberi perawatan lebih lanjut.

3. Riwayat Kesehatan Sekarang


a. Keluhan utama
Nyeri kepala berat.
b. Riwayat Keluhan Utama
1. Provocative / Penyebab
Penyebab nyeri yang dirasakan karena adanya massa di otak.
2. Quality / Kualitas
Gejala yang dirasakan seperti tertusuk-tusuk, sangat dirasakan dan klien
terganggu aktivitasnya.
3. Regional / Daerah
Di area kepala.
4. Severity / Skala
Intensitas nyeri skala 0-10 menyatakan nyeri berat (Skala 7).
5. Timing / Waktu
Gejala mulai dirasakan 1 bulan sebelum klien masuk ke RS Gejala tersebut
timbul secara terus menerus.
c. Keluhan yang menyertai
Klien berjalan tidak seimbang, nafsu makan menurun, penurunan berat badan satu
bulan terakhir, dan penglihatan pasien mulai kabur.

4. Riwayat Kesehatan Dahulu


2 tahun yang lalu, klien mengalami kejang yang disertai sakit kepala yang hebat dan
baal pada wajah sebelah kiri. Menurut keluarga, saat kejang wajah pasien menoleh ke
kiri, mata mendelik ke atas diikuti kejang kaku seluruh tubuh, kejang berlangsung
selama 1 jam, karena berhenti dengan sendirinya keluarga tidak membawa pasien ke
rumah sakit. Keesokan harinya, pasien mengalami kejang kembali dengan pola yang
sama, selama kurang lebih 10 menit, kejang dialami pasien 2 kali pada hari itu, klien
lemas dan tertidur setelah mengalami kejang. Klien mengatakan belum pernah dirawat
di rumah sakit sebelumnya.

5. Riwayat Kesehatan Keluarga


Klien mengatakan di dalam keluarga tidak ada yang memiliki penyakit keturunan,
seperti diabetes mellitus dan hipertensi. Selain itu, klien mengatakan tidak ada riwayat
anggota keluarga yang menderita penyakit infeksi. Genogram :

20

Keterangan :
: Laki-laki masih hidup
: Perempuan masih hidup
: Hubungan perkawinan
: Meninggal
: Klien
............. : Tinggal serumah

6. Riwayat Psikologis
a. Persepsi klien terhadap penyakitnya: Klien berharap setelah dirawat di rumah
sakit, penyakit yang diderita sekarang tidak lagi dirasakan di kemudian hari.
b. Keadaan emosi: Saat dikaji klien nampak gelisah dan berulang kali bertanya
apakah nyeri kepala yang dirasakan akan bisa hilang.
c. Kemampuan adaptasi: Klien tampak tidak menunjukan kecemasan.
d. Mekanisme pertahanan diri: Klien mengatakan penyakit yang diderita sekarang
mengganggu aktivitas sehari-hari.
7. Riwayat Sosial
a. Orang yang terdekat klien adalah ayah dan ibu.
b. Jika mempunyai masalah, klien bicara dengan kedua orang tua.
c. Interaksi dengan keluarga sangat baik.
d. Interaksi dengan tetangga sangat baik dan ramah.
e. Tidak terlalu memikirkan tentang biaya pengobatan karena ada Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yang sudah menanggung biaya
pengobatannya.

8. Riwayat Spiritual
a. Sebelum sakit selalu melaksanakan sholat lima waktu, tetapi setelah jatuh sakit
belum sempat melakukan aktivitas sholat.
b. Klien percaya dan yakin terhadap kebesaran Allah SWT dan percaya akan diberi
kesembuhan oleh Allah SWT.

9. Pola Aktivitas Sehari-hari


Pola aktifitas Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Nutrisi
a. Selera makan Baik Kurang
b. Menu makan Nasi, ikan, sayur Nasi, ikan, sayur
c. Frekuensi makan 3-4 kali sehari 2-3 kali sehari
d. Porsi Dihabiskan 1/3 makanan habis
e. Makanan yang disukai Semua jenis makanan Semua jenis makanan
f. Makanan yang tidak Tidak ada Tidak ada
disukai
g. Jenis makanan pantang Tidak ada Tidak ada
atau pembatasan pola
makan
h. Alat makan yang Piring, sendok, gelas Piring, sendok, gelas
digunakan
i. Alergi makanan Tidak ada Tidak ada
j. Perasaan mual/muntah Tidak ada Ada
k. Kesulitan Tidak ada Tidak ada
mengunyah/menelan
2. Cairan
a. Jenis minuman Air putih Air putih
b. Frekuensi minum/24 jam 5 - 8 gelas 5-8 gelas
c. Jumlah kebutuhan cairan 1.600 – 2.000 cc/24 jam 1.600 – 2.000 cc/24 jam
dalam 24 jam
3. Pola Eliminasi
a. BAB
1) Kebiasaan BAB 1 kali sehari 1 kali sehari
(Frekuensi)
2) Konsistensi Lembek Lembek
3) Bau Khas feses Khas feses
4) Warna Kuning Kuning
5) Masalah/kesulitan Tidak ada Tidak ada
b. BAK
1) Frekuensi 5 – 6 kali sehari 5 – 6 kali sehari
2) Jumlah urin (cc/hari) Tidak dikaji Tidak dikaji
3) Pancaran Kuat Kuat
4) Perasaan setelah Puas Puas
BAK
5) Bau Khas amoniak Khas amoniak
6) Warna Kuning muda Kuning muda

7) Alat bantu Tidak ada Tidak ada


8) Masalah/kesulitan Tidak ada Tidak ada
4. Istirahat dan Tidur
a. Jam tidur malam 22.00 - 05.00 Wita 23.00 – 05.00 Wita
b. Jam tidur siang 14.00 – 15.00 Wita 14.00 – 15.00 Wita
c. Jam mudah tidur Tidak ada Tidak ada
d. Jam sulit tidur Tidak ada Tidak ada
e. Lama tidur dalam 24 jam 8 jam 8 jam
f. Penyebab tidur terganggu Tidak ada Tidak ada
g. Kebiasaan sebelum tidur Berdoa Berdoa
h. Perasaan sewaktu bagun Badan terasa rileks
tidur
Masalah tidur Tidak ada Tidak ada
5. Personal Hygiene
a. Mandi
1) Frekuensi 3 kali sehari Belum pernah
2) Cara pemenuhan Mandiri
b. Cuci rambut
1) Frekuensi 3 kali sehari Belum pernah
2) Cara pemenuhan Mandiri
c. Gosok gigi
1) Frekuensi 3 kali sehari Belum pernah
2) Cara pemenuhan Mandiri
d. Gunting kuku
1) Frekuensi 1 kali 2 minggu Kuku klien masih
2) Cara pemenuhan Mandiri pendek

6. Aktifitas/Mobilitas fisisk
a. Kegiatan dalam sehari- Mengurus rumah Klien hanya bisa
hari terbaring di tempat
b. Jumlah kerja/24 jam Kurang lebih 7 jam tidur.
c. Kesulitan dalam Tidak ada
pergerakan
d. Penggunaan alat bantu Tidak ada

7. Olahraga
a. Program olahraga Tidak ada Klien belum dapat
b. Jenis olahraga Renang melakukan olahraga
c. Berapa lama melakukan 45Menit
8. Rekreasi
a. Waktu luang dalam 2-5 jam Klien belum dapat
sehari melakukan rekreasi
b. Penggunaan waktu luang Menonton TV
c. Kegiatan rekreasi Liburan ke pantai
d. Apakah puas setelah Merasa puas
rekreasi
e. Bagaimana perbedaan Tidak ada perbedaan
hari libur dan hari kerja

9. Kebiasaan merokok, alkohol


dan obat-obatan
a. Merokok Tidak pernah merokok Tidak pernah merokok

b. Minum alkohol Tidak pernah Tidak pernah


mengkonsumsi mengkonsumsi
minuman beralkohol minuman beralkohol

c. Obat-obatan Tidak pernah Mengkonsumsi obat


mengkonsumsi obat sesuai resep
tanpa resep

10. Pemeriksaan Fisik


a. Keadaan Umum
1) Klien tampak lemah.
2) Klien tampak gelisah.
3) Penampilan klien baik, sesuai dengan usia.
4) Klien tampak meringis.
5) Kesadaran: compos mentis.
6) Glasgow coma scale (GCS) 15 : E4 V5 M6.
7) Berat badan: 42 kg, Tinggi badan: 158 cm (berdiri).
8) Status gizi (IMT): 16,8 (berat badan kurang).
9) Cara berjalan: Tidak seimbang/sempoyongan.
b. Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah : 110/80 mmhg
Nadi : 99 kali/menit
Suhu : 36,8 0C
Respirasi : 24 kali/menit

11. Pemeriksaan Sistem Tubuh


a. Sistem Pernapasan
Inspeksi :
1) Hidung tampak simetris, tidak ada sekret, tidak ada pernapasan cuping hidung.
2) Irama pernapasan teratur.
3) Pergerakan dada simetris.
4) Tidak terdapat retraksi otot intercosta.
5) Tidak ada lesi.
6) Jenis pernapasan dada, durasi fase inspirasi dan ekspirasi 1:2.
7) Tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan.
8) Tampak tidak dispnea.
9) Tidak ada hemoptisis.
Palpasi :
1) Tidak ada nyeri tekan.
2) Tidak ada massa.
Perkusi :
Resonan pada perkusi daerah thoraks.
Auskultasi :
1) Tidak terdengar bunyi nafas tambahan seperti wheezing dan ronchi.
2) Jenis suara nafas vesikuler.
b. Sistem Cardiovaskuler
Inspeksi:
1) Tidak ada pelebaran vena pada dada.
2) Tidak ada penonjolan dada setempat yang berdenyut.
3) Tidak ada sianosis, tidak ada edema.
4) Tidak terdapat distensi vena jugularis.
Palpasi:
1) Tidak ada nyeri dada, denyut nadi teratur.
2) Capilarry Refill Time (CRT) < 2 detik.
Auskultasi:
1) Irama jantung teratur.
2) Tidak terdengar bunyi jantung tambahan.
c. Sistem Persarafan
Inspeksi:
1) Fungsi serebral: Orientasi terhadap waktu, tempat dan orang baik.
2) Fungsi saraf kranial I sampai XII tidak ada gangguan.
3) Fungsi motorik: Kekuatan otot seluruh anggota gerak 5, tonus otot tidak ada
spastisitas dan flastisitas.
4) Fungsi sensorik: Baik (dapat merespon stimulus dengan baik).
5) Fungsi Cerebelum: Tidak dilakukan pemeriksaan.
6) Refleks bisep, trisep dan patella normal.
7) Tidak ada tanda iritasi meningeal.
d. Sistem Perkemihan
Inspeksi:
1) Tidak ada pembesaran ginjal.
2) Tidak ada distensi kandung kemih.
3) Tidak ada gangguan pola berkemih.
4) Tidak edema.
5) Nampak terpasang kateter.
Palpasi:
1) Tidak ada distensi kandung kemih.
2) Ginjal: Tidak ada nyeri tekan.
e. Sistem Pencernaan
1) Mulut:
Inspeksi:
a) Bibir tampak kering.
b) Bentuknya tampak simetris.
c) Tidak ada stomatitis.
d) Tidak ada tonsillitis.
e) Jumlah gigi: 32 buah.
f) Tidak ada caries.
g) Lidah simetris, pergerakan lidah bebas, tidak ada lesi. Sensasi rasa
panas/dingin ada, asam/pahit ada, manis ada.
h) Ada refleks menelan, ada refleks mengunyah.
2) Abdomen
Inspeksi:
a) Bentuk datar.
b) Tidak terdapat lesi.
Auskultasi:
Peristaltik usus 6 kali/menit.
Palpasi:
Tidak ada benjolan, tidak ada pembesaran hepar.
Perkusi:
Terdengar bunyi timpani.
f. Sistem Musculoskeletal
1) Kepala
Inspeksi:
a) Bentuk kepala normocephal.
b) ROM: Fleksi (+), ekstensi (+), penekukan lateral (+), rotasi (+), buka-
tutup mulut (+), protrusio (+), retraksi (+).
2) Vertebrae
Inspeksi:
Bentuk normal, ROM: Seluruh arah gerakan normal.
3) Bahu dan siku
Inspeksi:
Bahu dan siku simetris, tidak ada deformitas, ROM: Seluruh arah gerakan
normal.
4) Tangan dan jari-jari
Inspeksi:
Tangan dan jari-jari tangan simetris, tidak ada deformitas, ROM: Seluruh arah
gerakan normal.
5) Pelvis dan paha
Inspeksi:
Pelvis dan paha simetris, ROM: Seluruh arah gerakan normal.
6) Lutut dan kaki
Inspeksi:
Lutut dan kaki bentuk normal (tidak ada kelainan bentuk), ROM : Seluruh
arah gerakan normal.
g. Sistem Indra
1) Mata
Inspeksi:
a) Konjungtiva tidak anemis.
b) Sklera tidak ikterus.
c) Kelopak mata normal.
d) Tidak ada secret.
e) Tidak ada penggunaan alat bantu.
f) Visus dan lapang pandang tidak dilakukan pemeriksaan.
2) Hidung
Inspeksi:
a) Penciuman klien baik.
b) Tidak ada sekret yang menghalangi penciuman.
3) Telinga
Inspeksi:
a) Telinga simetris kiri dan kanan.
b) Terdapat kassa yang menutup telinga kiri.
c) Keluar cairan dari telinga kiri berwarna kuning dan berbau.
d) Terlihat benjolan di belakang telinga kanan bagian atas berdiameter 5x1
cm.
Palpasi:
a) Tidak ada nyeri tekan.
b) Teraba massa lunak berbatas tegas.
h. Sistem Integumen
Inspeksi:
1) Kulit tidak ada hiperpigmentasi, tidak ikterus, tidak ada sianosis.
2) Kuku tidak ada clubbing finger, tidak ada leukonikia.
3) Rambut distribusi merata, nampak warna hitam.
Palpasi:
Turgor kulit baik.
i. Sistem Endokrin
Inspeksi:
Tidak ada pembengkakan kelenjar tyroid, tidak ada riwayat poliuri, polifagi dan
polidipsi, tidak tremor.
j. Sistem Reproduksi
Tidak dilakukan pengkajian karena klien tidak mengizinkan.
k. Sistem Imun
Tidak ada splenomegali, tidak ada riwayat alergi terhadap cuaca, debu, dan bulu
binatang.

12. Pemeriksaan Penunjang


a. Hasil pemeriksaan radiologi CT Scan mastoid tanggal 06 Agustus 2018
Hasil : Massa primer cerebellum kanan
b. Hasil pemeriksaan radiologi thorax AP lat dewasa tanggal 06 Agustus 2018
Hasil : Pulmo tak tampak kelainan, besar cor normal

c. Hasil pemeriksaan darah tanggal 06 Agustus 2018


Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai
Normal
FAAL HATI
Albumin 3,98 g/dL 3,97-4,94
SGOT/AST 12 U/L ≤40
SGPT/ALT 15 U/L ≤41
FAAL GINJAL
BUN 15,1 mg/dL 6-20
Kreatinin 0,88 mg/dL 0,7-1,2
DIABETES
Glukosa Sewaktu 125 mg/dL 80-140
ELEKTROLIT
Natrium 136 mmol/L 136-145
Kalium 5,1 mmol/L 3,5-5,1
Klorida 99 mmol/L 98-107
HEMOSTASIS
PPT 16,1 detik 11,4-16,3
INR 0,99 0,9-1,1
Kontrol PPT 13,6 -
APTT 34,2 detik 22,5-37
Kontrol APTT 29,7 -
HEMATOLOGI
Leukosit 9,91 103/μL 4,5-11
Eritrosit 4,7 106/μL 4,7-6,1
Hemoglobin 13,4 g/dL 13,2-17,3
Hematokrit 41,6 % 39,6-51,9
MCV 88,5 fL 80-99
MCH 28,5 pg 27-32
MCHC 32,2 g/dL 32-36
Trombosit 418 103/μL 250-450
Neutrofil% 60,9 % 50-70
Limfosit% 29,6 % 22-40
Monosit% 6,5 % 2-8
Eosinofil% 2,7 % 2-4
Basofil% 0,3 % 0-1
Neutrofil 3,03 103/μL 2,2-4,8
Limfosit 1,84 % 1,3-2,9
Monosit 0,69 % 0,3-0,8
Eosinofil 0,17 % 0-0,2
Basofil 0,03 % 0-0,1
RDW-CV 11,9 % 11,5-14,5
Golongan darah Rhesus +
Golongan darah ABO AB
RDW-SD 37,9 fL 35-45
PDW 9,1 fL 0-99,9
MPV 8,8 fl 7,2-10,4
P-LCR 15,6 % 15-25
PCT 0,42 % 0-0,99
NRBC 0 % -
IG (Immatur Granulocyte) 0,02 103μL 0-1

NRBC% 0 103μL -
IG (Immatur Granulocyte)% 0,2 % -
HEPATITIS
HBsAg Non Non Reaktif
Reaktif

13. TERAPI
Hari /
Obat Dosis Rute Jam
Tanggal

Cefotaxime 1 gr IV 17.00 , 05.00

Selasa / Ranitidine 50 mg IV 17.00 , 05.00


06 Agustus
Ketorolac 30 mg IV 17.00 , 05.00
2018
Dexametason 5 mg IV 17.00 , 05.00
Curcuma 20 mg Oral 09.00 , 17.00 ,
23.00
B. Diagnosa
1. Klasifikasi Data
Data Subjektif Data Objektif
1. Klien mengatakan penyebab nyeri 1. Ekspresi wajah meringis.
karena adanya massa di kepala 2. Klien nampak cemas.
2. Klien mengatakan nyeri yang 3. Klien mengatakan ada riwayat
dirasakan seperti tertusuk-tusuk. kejang berulang.
3. Klien mengatakan nyeri di kepala. 4. Klien nampak gelisah.
4. Klien mengatakan skala nyeri 7. 5. Klien tampak bertanya-tanya
5. Klien mengatakan nyeri hilang dengan penyakit yang ia derita.
timbul. 6. Tanda-tanda Vital :
6. Klien mengatakan tidak nafsu makan. Tekanan Darah : 110/80 mmhg
7. Klien mengatakan belum pernah Nadi : 99 kali/menit
dirawat di rumah sakit. Suhu : 36,8 0C
8. Klien mengatakan apakah sakit Respirasi : 24 kali/menit
kepala yang dirasakan dapat hilang. 7. Porsi makan 1/3 dihabiskan.
8. Klien nampak mual.
9. IMT : 16,8 (berat badan kurang).

2. Analisa Data
Data Etiologi Problem
DS :
1. Klien mengatakan penyebab Peningkatan tekanan Nyeri Akut
nyeri karena adanya massa di intrakranial

kepala
2. Klien mengatakan nyeri yang
dirasakan seperti tertusuk-tusuk.
3. Klien mengatakan nyeri di
kepala.
4. Klien mengatakan skala nyeri 7.
5. Klien mengatakan nyeri hilang
timbul.
DO :
1. Ekspresi wajah tampak meringis.
2. Klien tampak gelisah.
3. Klien mengatakan ada riwayat
kejang berulang.
4. Tanda-tanda Vital :
Tekanan Darah : 110/80 mmhg
Nadi : 99 kali/menit
Suhu : 36,8 0C
Respirasi : 24 kali/menit

DS : Iritasi pusat vagal di Gangguan


medula oblongata Pemenuhan Nutrisi
1. Klien mengatakan nafsu makan
Kurang Dari
kurang. Kebutuhan Tubuh
DO :
1. Porsi makan 1/3 dihabiskan.
2. IMT : 16,8 (berat badan
kurang).
3. Klien nampak mual.
DS : Perubahan status Ansietas
kesehatan
1. Klien mengatakan belum pernah
dirawat di rumah sakit.
2. Klien mengatakan apakah nyeri
kepala yang dirasakan akan bisa
hilang.
DO :
1. Klien nampak cemas.
2. Klien nampak gelisah.
3. Klien tampak bertanya-tanya
dengan penyakit yang ia derita

3. Perumusan Diagnosa Keperawatan


a. Nyeri akut berhubungan denganpeningkatan tekanan intrakranial, ditandai dengan
:
DS :
1. Klien mengatakan penyebab nyeri karena adanya massa di kepala
2. Klien mengatakan nyeri yang dirasakan seperti tertusuk-tusuk.
3. Klien mengatakan nyeri di kepala.
4. Klien mengatakan skala nyeri 7.
5. Klien mengatakan nyeri hilang timbul.
DO :
1. Ekspresi wajah tampak meringis.
2. Klien tampak gelisah.
3. Klien mengatakan ada riwayat kejang berulang.
4. Tanda-tanda Vital :
Tekanan Darah : 110/80 mmhg
Nadi : 99 kali/menit
Suhu : 36,8 0C
Respirasi : 24 kali/menit
b. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
iritasi pusat vagal di medula oblongata, ditandai dengan :
DS :
Klien mengatakan nafsu makan kurang.
DO ;
1. Porsi makan 1/3 dihabiskan.
2. IMT : 16,8 (berat badan kurang).
3. Klien nampak mual.
c. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan, ditandai dengan :
DS :
1) Klien mengatakan belum pernah dirawat di rumah sakit.
2) Klien mengatakan apakah nyeri kepala yang dirasakan akan bisa hilang.
DO :
1) Klien nampak cemas.
2) Klien nampak gelisah.
3) Klien tampak bertanya-tanya dengan penyakit yang ia derita.
C. Intervensi
Nama Klien : Nn. R Tanggal Pengkajian : 06 Agustus 2018
Jenis Kelamin : Perempuan No. Rekam Medik : 067098
Umur : 20 Tahun Ruangan : Perawatan THT

Intevensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Rasionalisasi
NOC NIC

1. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan Setelah diberikan asuhan Pain Management 1. Mengetahui tingkat nyeri
tekanan intrakranial, ditandai dengan : keperawatan selama 3 x 24 1) Lakukan pengkajian nyeri
DS : jam, nyeri berkurang/hilang secara komprehensif 2. Mengetahui tanda-tanda vital
1) Klien mengatakan penyebab nyeri yang dengan kriteria : termasuk lokasi, dalam batas normal
dirasakan karena gendang telinga pecah. karakteristik, durasi,
1) Klien mampu
2) Klien mengatakan nyeri yang dirasakan frekuensi, kualitas dan 3. Membantu memfokuskan
mengontrol nyeri (tahu
seperti tertusuk-tusuk. faktor presipitasi. kembali perhatian dan
penyebab nyeri,
3) Klien mengatakan nyeri di area kepala 2) Observasi reaksi nonverbal membantu mengatasi nyeri
mampu menggunakan
bagian kiri menjalar ke leher hingga kepala dari ketidaknyamanan. 4. Grafitasi melokalisasi eksudat
tehnik nonfarmakologi
depan bagian kiri. 3) Ajarkan tentang teknik non inflamasi dalam abdomen
untuk mengurangi
4) Klien mengatakan skala nyeri 7. farmakologi. bawah menghilangkan
nyeri, mencari
5) Klien mengatakan nyeri hilang timbul. 4) Berikan analgetik untuk tegangan abdomen yang
bantuan).
DO : mengurangi nyeri. bertambah dengan posisi
2) Klien melaporkan
1) Ekspresi wajah tampak meringis. terlentang
bahwa nyeri berkurang
2) Klien tampak gelisah. 5. Analgetik dapat mengurangi
dengan menggunakan
3) Tanda-tanda Vital : nyeri
Tekanan Darah : 110/80 mmhg manajemen nyeri.
Nadi : 99 kali/menit 3) Klien mampu
Suhu : 36,8 0C mengenali nyeri (skala,
Respirasi : 24 kali/menit intensitas, frekuensi
dan tanda nyeri).
4) Klien menyatakan rasa
nyaman setelah nyeri
berkurang.
5) Tanda vital dalam
rentang normal.
2. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari Setelah diberikan asuhan Communication 1. Membantu menentukan
kebutuhan tubuh berhubungan dengan iritasi keperawatan dalam waktu 3 Enhancement: Hearing jumlah jam tidur normal
pusat vagal di medula oblongata, ditandai x 24 jam diharapkan terjadi Defisit setiap hari
dengan : gangguan pendengaran 1) Gunakan bahasa isyarat 2. Dapat membantu klien tenang
DS : dengan kriteria hasil : bila diperlukan. dan dapat beristirahat secara
Klien mengatakan nafsu makan kurang. 2) Gunakan bahasa yang maksimal sehingga membantu
Sensory function : Hearing
DO ; sesuai dan sederhana mempercepat penyembuhan
1) Porsi makan 1/3 dihabiskan. 1) Klien mampu 3. Informasi tidur yang adekuat
3) Fasilitasi membaca
2) IMT : 16,8 (berat badan kurang). merespon membantu klien mengetahui
bibir dengan tatap muka
3) Klien nampak mual. stimulus jumlah tidur yang normal
langsung pada
pendengaran 4. Mengetahui sejauh mana
penerangan yang baik
2) Klien mampu kecemasan tersebut
mendengar. mengganggu klien
5. Dapat memberi kesempatan
kepada klien untuk
beristirahat dengan tenang.

3. Ansietas berhubungan dengan perubahan Setelah diberikan asuhan Coping Enhancement: 1. Pendekatan diri manusia
status kesehatan, ditandai dengan : keperawatan dalam waktu 3 dengan tuhannya akan
1. Bantu klien dan keluarga
DS : x 24 jam diharapkan untuk mengidentifikasi membantu hati klien menjadi
1) Klien mengatakan belum pernah dirawat di ansietas dapat berkurang informasi yang paling di tenang.
rumah sakit. atau teratasi dengan inginkan 2. Ungkapkan perasaan dapat
2) Klien mengatakan apakah nyeri kepala kriteria: 2. Gunakan pendekatan memberikan rasa lega
yang dirasakan akan bisa hilang. dengan tenang untuk sehingga menggurangi
1) Memonitor
DO : pengalihan cemas kecemasan.
intensitas
1) Klien nampak cemas. 3. Ketahui latar belakang 3. Menciptakan ketenangan
kecemasan.
2) Klien nampak gelisah. spiritual atau budaya klien batin sehingga kecemasan
2) Gunakan
3) Klien tampak bertanya-tanya dengan dan keluarga dapat berkurang.
strategi coping
penyakit yang ia derita. Teaching :
yang efektif.
Procedure/Treatment:
3) Monitor 4. Memberi ketenangan dan
1. Informasikan pada keluarga
manifestasi mengurangi kecemasan
klien tentang kapan dimana
fisik kecemasan
prosedur atau treatment
akan dilakukan. 5. Membantu mengurangi
2. Informasikan kepada kecemasan.
keluarga klien berapa lama
prosedur atau treatment
diperkirakan akan
berlangsung
3. Jelaskan tujuan prosedur
atau treatment tersebut
4. Diskusikan treatment
alternatif.

Anda mungkin juga menyukai